Professional Documents
Culture Documents
Menjaga Hartanya
Memelihara Agamanya
Sebagaimana firman firman Allah Swt dan Hadits Nabi Muhammad Saw Berikut :
1. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al-Hasyr : 18)
2. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.(Annisa : 9)
3. "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi
betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan
tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada
orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya." Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh
tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah
kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang
tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya
(tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan
datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka
memeras anggur." (Yusuf : 46 49)
4. Dari Sa'd bin Abi Waqas ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "... Sesungguhnya
engkau jika meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan kaya (berkecukupan) adalah lebih baik
daripada engkau meninggalkan mereka dalam kondisi miskin meminta-minta pada manusia.
Dan sesungguhnya tidaklah engkau memberikan nafkah kepada keluargamu dengan tujuan
mengharap keridhaan Allah SWT, melainkan akan Allah berikan pahala atasnya, bahkan suapan
yang engkau suapkan ke mulut istrimu..." (HR. Bukhari)
5. Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang membantu
menghilangkan kesulitan dunia seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya
pada hari kiamat. Dan barang siapa yang memudahkan urusan seorang muslim, maka Allah
akan memudahkan urusannya pada hari kiamat. (HR. Muslim)
6. Dari Nu'man bin Basyir ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan orangorang yang beriman dalam cinta, kasih sayang dan kelemah lembutan diantara mereka adalah
seumpama satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh ada yang sakit, maka anggota tubuh
lainnya juga turut merasakannya, (seperti) ketika tidak bisa tidur dan demam." (HR. Muslim)
7. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.Al-Maidah : 2
8. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?,Itulah orang yang menghardik anak
yatim,dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin .Al Maa'uun (1-3)
Ayat Alqur'an dan Hadits di atas mengisyaratkan Pentingnya perencanaan untuk hari esok sesuai
nomor 1 dan 3 diatas,Pentingnya merencanakan kesejahteraan untuk keluarga sesuai dengan nomor 2
dan 4 diatas, saling tolong menolong antar umat dalam meminimalisikan resiko sesuai dengan nomor
5-8 diatas. Dan kesemuanya bisa diwujudkan dalam suatu program perencanaan keuangan yang
dinamakan Asuransi syariah.
Asuransi syariah adalah konsep kegiatan perencanaan keuangan Yang memanajemen resiko kehilangan
nilai guna dari diri,harta,akal dan kemaslahatan umat yang berbasis tolong menolong antar
pesertanya bukan antar peserta dengan perusahaan Asuransi,serta bebas dari unsur unsur
gharar,Maisir,Riba dan yang diharamkan oleh Allah swt,dibuat secara melembaga dan
sistematis.seorang peserta Asuransi Syariah berarti dia menolong orang lain dan sekaligus menolong
dirinya sendiri.
Jadi tunggu apalagi bergabunglah dengan Asuransi syariah ,jadilah bagian dari komunitas umat yang
saling tolong menolong antar yang satu dengan yang lainnya.
menggantungkan perjanjian pada ada tidaknya sesuatu resiko menjadikan isi perjanjian tersebut
menjadi tidak jelas.
3.Riba dalam asuransi Konvensional
Riba dalam agama Islam,salah satunya terjadi karena adanya pertukaran yang tidak seimbang,baik
dalam jumlah yang tidak sama ataupun waktu yang tidak sama.
Misalkan seseorang mengasuransikan Kendaraannya dengan UP 100 juta rupiah,dengan cara
membayar 1 juta rupiah pertahun,kemudian pada tahun ke-3 terjadi resiko pada kendaraannya dan ia
kemudian mendapatkan UP 100 juta rupiah tersebut.
Kondisi ini dikategorikan Riba karena si peserta mendapatkan uang sebesar Rp 97 juta rupiah hasil
selisih dari premi yang ia bayarkan sebesar Rp 3 juta ,dengan UP yang ia terima sebesar Rp 100
jt,selisih ini dikategorikan sebagai riba.
4.unsur Haram dalam asuransi Konvensional
Unsur haram dalam asuransi konvensional ialah pada kegiatan investasi pengembangan dana.salah satu
yang membuat suatu akad menjadi tidak sah secara syariah ialah kalau perjanjian tersebut untuk
sebuah kegiatan yang tidak dibenarkan secara syarah.
Pada asuransi konvensional investasi bisa jadi dilakukan di kegiatan investasi yang tidak
syariah,misalnya pada perusahaan minuman keras,usaha perjudian,bank yang tidak syariah,dll.
Kegiatan Investasi di tempat tempat yang diharamkan sudah pasti ikut memberikan kontribusi bagi
kemajuan tempat tempat itu,padahal tidak semua orang terutama yang beragama Islam mau
berkontribusi di sini,karena ada konsekwensi tersendiri yang akan diterima.
Pada asuransi syariah investasi pada kegiatan kegiatan usaha diatas wajib dihindarkan,sehingga
terhindar dari unsur kegiatan yang haram.memberikan permodalan pada kegiatan yang haram berarti
memberikan kontribusi bagi kegiatan tersebut.
Oleh karena itu perlu dibuat suatu Asuransi yang menggunakan Akad ( perjanjian ) sesuai dengan
syariah agar tujuan berasuransi bisa mendapat keberkahan bagi pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya.Dan itu hanya ada di Asuransi Syariah.
5. Penanggung (al-Muammin) dalam asuransi Islam adalah tertanggung (al-Muammin Lahu) sendiri.
Sedangkan dalam asuransi konvensional, penanggung (al-Muammin) adalah pihak luar.
6. Premi yang dibayarkan tertanggung dalam asuransi Islam digunakan untuk kebaikan mereka
seluruhnya. Karena tujuannya tidak untuk berbisnis dengan usaha tersebut, namun dimaksudkan untuk
menutupi ganti kerugian dan biaya operasinal perusahaan saja Sedangkan dalam system konvensional
premi tersebut digunakan untuk kemaslahatan perusahaan dan keuntungannya semata Karena
tujuannya adalah berbisnis dengan usaha asuransi tersenut untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya dari pembayaran premi para nasabahnya.
7. Asuransi Islam bebas dari riba, spekulasi dan perjudian serta gharar yang terlarang. Sedangkan
asuransi konvensional tidak lepas dari hal-hal tersebut.
8. Dalam asuransi Islam, hubungan antara nasabah dengan perusahaan asuransi ada pada asas berikut
ini:
a. Pengelola perusahaan melaksanakan managemen operasional asuransi berupa menyiapkan surat
tanda keanggotaan (watsiqah), mengumpulkan premi, mengeluarkan klaim (ganti rugi) dan selainnya
dari pengelolaannya dengan mendapatkan gaji tertentu yang jelas. Itu karena mereka menjadi
pengelola operasional asuransi dan ditulis secara jelas jumlah fee (gaji) tersebut.
b. Pengelola perusahaan melakukan pengembangan modal yang ada untuk mendapatkan izin
membentuk perusahaan dan juga memiliki kebolehan mengembangkan harta asuransi yang diserahkan
para nasabahnya. Dengan ketentuan mereka berhak mendapatkan bagian keuntungan dari
pengembangan harta asuransi sebagai mudhoorib (pengelola pengembangan modal dengan
mudhorabah).
c. Perusahaan memiliki dua hitungan yang terpisah. Pertama untuk pengembangan modal perusahaan
dan kedua hitungan harta asuransi dan sisa harta asuransi murni milik nasabah (pembayar premi).
d. Pengelola perusahaan bertanggung jawab apa yang menjadi tanggung jawab al-Mudhoorib dari
aktivitas pengelolaan yang berhubungan dengan pengembangan modal sebagai imbalan bagian
keuntungan mudhorabah, sebagaimana juga bertanggung jawab pada semua pengeluaran kantor
asuransi sebagai imbalan fee (gaji) pengelolaan yang menjadi hak mereka.
Sedangkan hubungan antara nasabah dengan perusahan asuransi dalam asuransi konvensional adalah
semua premi yang dibayar nasabah (tertanggung) menjadi harta milik perusahaan yang dicampur
dengan modal perusahaan sebagai imbalan pembayaran klaim asuransi. Sehingga tidak ada dua
hitungan yang terpisah.
1. Nasabah dalam perusahaan asuransi Islam dianggap anggota syarikat yang memiliki hak terhadap
keuntungan yang dihasilkan dari usaha pengembangan modal mereka. Sedangkan dalam asuransi
konvensional, para nasabah tidak dianggap syarikat, sehingga tidak berhak sama sekali dari
keuntungan pengembangan modal mereka bahkan perusahan sendirilah yang mengambil seluruh
keuntungan yang ada.
2. Perusahaan asuransi Islam tidak mengembangkan hartanya pada hal-hal yang diharamkan.
Sedangkan asuransi konvensional tidak memperdulikan hal dan haram dalam pengembangan hartanya.
Demikianlah beberapa perbedaan yang ada. Mudah-mudahan semakin memperjelas permasalahan
apabila kamiu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar
lagi Maha Melihat. (QS. al-Nisa [4]: 58).
Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil)harta orang lain secara batil,
kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. al-Nisa [4]: 29).
3. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara
lain :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesung-guhnya
Allah amat berat siksa-Nya (QS. al-Maidah [5]: 2).
4. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang beberapa prinsip bermuamalah, antara lain:
Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan
kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka)
menolong saudaranya (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh
(yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita (HR. Muslim
dari Numan bin Basyir).
Seorang mumin dengan mumin yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan bagian
yang lain (HR Muslim dari Abu Musa al-Asyari).
Barang siapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaklah ia perniagakan, dan janganlah
membiarkannya (tanpa diperniagakan) hingga habis oleh sederkah (zakat dan nafakah) (HR. Tirmizi,
Daraquthni, dan Baihaqi dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya Abdullah bin Amr bin
Ash).
Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram. (HR. Tirmidzi dari Amr bin Auf).
Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain. (Hadis Nabi
riwayat Ibnu Majah dari Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas, dan Malik dari
Yahya).
5. Kaidah fiqh:
Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
Segala mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.
Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan.
Memperhatikan:
1. Pendapat para ulama, antara lain:
Sejumlah dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah tabarru (amal kebajikan) dari
peserta kepada (melalui) perusahaan yang digunakan untuk membantu peserta yang memerlukan
berdasarkan ketentuan yang telah disepakati; dan perusahaan memberikannya (kepada peserta) sebagai
tabarru atau hibah murni tanpa imbalan. (Wahbah al-Zuhaili, al-Muamalat al-Maliyyah alMuashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 287).
Analisis fiqh terhadap kewajiban (peserta) untuk memberikan tabarru secara bergantian dalam akad
asuransi taawuni adalah kaidah tentang kewajiban untuk memberikan tabarru dalam mazhab
Malik. (Mushthafa Zarqa, Nizham al-Tamin, h. 58-59; Ahmad Said Syaraf al-Din, Uqud al-Tamin
wa Uqud Dhaman al-Istitsmar, h. 244-147; dan Sadi Abu Jaib, al-Tamin bain al-Hazhr wa al-Ibahah,
h. 53).
Hubungan hukum yang timbul antara para peserta asuransi sebagai akibat akad tamin jamai (asuransi
kolektif) adalah akad tabarru; setiap peserta adalah pemberi dana tabarru kepada peserta lain yang
terkena musibah berupa ganti rugi (bantuan, klaim) yang menjadi haknya; dan pada saat yang sama ia
pun berhak menerima dana tabarru ketika terkena musibah (Ahmad Salim Milhim, al-Tamin alIslami, h, 83).
2. Hasil Lokakarya Asuransi Syariah DSN-MUI dengan AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia)
tanggal 7-8 Jumadi al-Ula 1426 H / 14-15 Juni 2005 M.
3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional pada 23 Shafar 1427/23 Maret
2006.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG AKAD TABARRU PADA ASURANSI SYARIAH
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan:
a. asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi syariah;
b. peserta adalah peserta asuransi (pemegang polis) atau perusahaan asuransi dalam reasuransi
syariah.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Akad Tabarru merupakan akad yang harus melekat pada semua produk asuransi.
2. Akad Tabarru pada asuransi adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar peserta pemegang
polis.
Ketiga : Ketentuan Akad
1. Akad Tabarru pada asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan
kebajikan dan tolong menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.
2. Dalam akad Tabarru, harus disebutkan sekurang-kurangnya:
a. hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu;
b. hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam akun tabarru selaku peserta dalam arti
badan/kelompok;
c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;
d. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Keempat : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru
1. Dalam akad Tabarru, peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta
atau peserta lain yang tertimpa musibah.
2. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru
(muamman/mutabarra lahu, ?????/??????? ??) dan secara kolektif selaku penanggung
(muammin/mutabarri- ?????/???????).
3. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad Wakalah dari para
peserta selain pengelolaan investasi.
Kelima : Pengelolaan
1. Pembukuan dana Tabarru harus terpisah dari dana lainnya.
2. Hasil investasi dari dana tabarru menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun tabarru.
3. Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad
Mudharabah atau akad Mudharabah Musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad
Wakalah bil Ujrah.
Keenam : Surplus Underwriting
1. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru, maka boleh dilakukan beberapa alternatif
sebagai berikut:
a. Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun tabarru.
b. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepada para peserta yang
memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko.
c. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan
asuransi dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.
2. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan
dituangkan dalam akad.
Ketujuh : Defisit Underwriting
1. Jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru (defisit tabarru), maka perusahaan asuransi wajib
menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk Qardh (pinjaman).
2. Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disisihkan dari dana tabarru.
Kedelapan : Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para
pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 23 Maret 2006 / 23 Shafar 1427 H
DEWAN SYARIAH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
DR. KH. M.A Sahal Mahfudh
Sekretaris
Drs. H.M. Ichwan Sam
4.Bahaya Haram
Haram terjadi karena dalam pelaksanaannya dana premi yang terkumpul terkadang di investasikan
oleh perusahaan asuransi pada bidang kegiatan ekonomi yang tidak halal misalnya investasi pada
perusahaan minuman keras,Bank konvensional yang mengandung riba.karena itulah penting bagi
setiap individu menjauhi hal hal yang haram dengan tidak menabung pada kegiatan yang
diharamkan.Baca juga apa bahaya haram jika kita tetap menjalaninya
disinilah peran asuransi dengan sistem syariah.sistem tersebut bekerja untuk mengeliminir bahaya
bahaya diatas,dengan menggunakan prinsip prinsip yang sesuai syariah Islam,Tentu saja sebagai
pengelola Asuransi ,perusahaan Asuransi syariah juga harus profesional dalam melayani nasabahnya.
Bagaimana cara asuransi syariah menjawab bahaya bahaya kemudharatan di atas? bisa diikuti di
Asuransi syariah Menjawab.
1. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syariah. Setiap muslim, dalam menjalankan kegiatan
kehidupannya selalu berpedoman kepada Allah Swt sehingga setiap pijakan dan dasarnya adalah
wujud dari penghambaan kepada Sang Khalik.
Allah SWT berfirman (QS. Ad-Dzariyat/51:56)
Dan (tidaklah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Dengan Berprinsip kepada Ketauhidan Allah Swt, seorang muslim dalam menjalankan aktivitas
ekonominya merupakan suatu bentuk ibadah dan penghambaan kepada Allah SWT.
2. Prinsip Keadilan
Prinsip kedua adalah keadilan. Keadilan harus terpenuhi antara pihak-pihak yang terkait dengan akad
asuransi, khususnya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dengan perusahaan
asuransi syariah.
Nasabah harus menyadari kewajibannya untuk selalu membayar premi (kontribusi) dalam jumlah
tertentu kepada perusahaan asuransi syariah dan memiliki hak untuk mendapatkan sejumlah dana
santunan jika terjadi Musibah yang mengakibatkan kerugian. Sementara Perusahaan asuransi syariah
berfungsi sebagai lembaga pengelola dana berkewajiban membayar klaim (dana santunan) kepada
nasabah.
Di sisi lain, keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan asuransi dari hasil investasi dana nasabah
harus dibagi sesuai dengan akad yang telah disepakati sejak awal.
Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Maidah/5:8)
3. Tolong Menolong
Prinsip ketiga dalam asuransi syariah adalah harus didasari dengan semangat tolong menolong
(ta'awun) antara sesama nasabah. Seorang peserta sejak awal sudah harus dikondisikan" mempunyai
niat daan motivasi untuk saling membantu dan meringankan beban peserta lainnya yang mendapatkan
musibah.
Allah SWT berfirman :
Dan tolong menolonglah kalian dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan janganlah kalian tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. (QS. Al-Maidah : 2)
4. Kerjasama
Prinsip Keempat adalah kerjasama. Kerjasama dalam asuransi syariah dapat berwujud dalam bentuk
akad (kontrak) yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara nasabah
dengan perusahaan asuransi syariah. Demikian juga antara nasabah dengan nasabah lainnya, atau
antara ketiganya secara bersamaan.
Kerjasama yang baik antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah, atau antara sesama nasabah
akan menciptakan suasana yang baik dalam menolong antar sesama peserta, tidak terkecuali kepada
pihak lain yang membutuhkan bantuan", seperti kaum dhu'afa melalui micro insurance, dsb.
5. Amanah
Prinsip Kelima dalam asuransi syariah adalah amanah. Baik perusahaan asuransi syriah maupun
nasabah dituntut untuk selalu amanah. Seperti perusahaan harus benar-benar menjelaskan produknya
secara detail dan gamblang, sehingga tidak terjadi kekecewaan nasabah di kemudian hari. Demikian
juga sebaliknya nasabah juga perlu amanah dalam memberikan informasi terkait tentang diri atau
kerugian yang dialaminya.
Rasulullah SAW bersabda :
Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, kelak dikumpulkan bersama para nabi, shiddiqin dan
syuhada'. (HR. Turmudzi)
6. Kerelaan (Ridha)
Prinsip keenam asuransi syariah adalah kerelaan. Kerelaan inilah yang pada akhirnya membuahkan
konsep ta'awun (saling tolong menolong) antara sesama nasabah. Dimana nasabah saling
mengikhlaskan sebagian dananya untuk didermakan kepada nasabah lainnya yang tertimpa musibah.
7.Larangan Riba
Prinsip ketujuh dalam asuransi syariah adalah menghindari riba. riba merupakan bentuk transaksi yang
sangat bathil, dan memiliki dosa paling besar. Asuransi syariah harus terhidar dari unsur riba, dalam
sistem operasionalnya. Baik operasional internal dalam pengelolaan dana, maupun eksternal, seperti
investasi, dsb.
Secara bahasa, Riba adalah tambahan. Sedangkan dari segi istilah, riba adalah pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara batil.
Rasulullah SAW bersabda
Rasulullah SAW melaknat para pemakan riba, pemberi riba, penulisnya, saksinya. Dan beliau
bersabda, mereka semua adalah sama." (HR. Muslim)
8 Larangan Maisir
Prinsip ke delapan adalah menghindari adanya unsur maisir (judi) dalam operasionalnya. Unsur judi
diantara bentuknya adalah seperti adanya salah satu pihak yang untung tetapi ada pula pihak lain yang
rugi.Diantara bentuk perjudian dalam asuransi adalah nasabah berkewajiban membayar premi,
sedangkan perusahaan berkewajiban membayar klaim (bila terjadi kerugian). Jika tidak terjadi
musibah, maka seolah premi hilang dan secara otomatis akan menjadi milik perusahaan asuransi.
sedangkan jika terjadi musibah, perusahaan berkewajiban membayar klaim yang jumlahnya jauh lebih
besar dibandingkan dengan premi yang dibayar nasabah.
Meskipun tidak murni seperti judi, namun transaksi semacam ini dalam kacamata fiqh Islam sudah
masuk dalam kategori maisir, atau paling tidak mengandung unsur maisir ( perjudian )
Manfaat
1. Bila Peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka sisa pinjaman yang belum dibayar
menjadi kewajiban PT Asuransi Takaful Keluarga.
2 Bila Peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka Peserta akan mendapatkan bagian keuntungan
atas Rekening Khusus/Tabarru' yang ditentukan oleh PT Asuransi Takaful Keluarga, jika ada
Ketentuan
1 Usia + Masa Perjanjian maksimal 65 tahun
2. Usia masuk maksimal 60 tahun
3.Premi dibayar secara sekaligus
4.Semua premi adalah Tabarru'
5. Tabel premi yang terlampir adalah untuk premi sekaligus