Professional Documents
Culture Documents
KUMPULAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Atresia
Bilier)
2012
WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Page 2
saat kelahiran
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 3
Atresia biliary merupakan obliterasi atau hipoplasi satu komponen atau lebih dari
duktus biliaris akibat terhentinya perkembangan janin, menyebabkan ikterus persisten dan
kerusakan hati yang bervariasi dari statis empedu sampai sirosis biliaris, dengan splenomegali
bila berlanjut menjadi hipertensi porta (Kamus Kedokteran Dorland 2002: 206).
Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik merupakan proses inflamasi progresif
yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada
akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut (Donna L. Wong 2008: 1028).
I.
Atresia (sebagian atau total) duktus bilier komunis, segmen proksimal paten.
II.
IIa. Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus bilier komunis, duktus sistikus, dan
kandung empedu semuanyanormal).
IIb. Obliterasi duktus bilier komunis, duktus hepatikus komunis, duktus sistikus.
Kandung empedu normal.
III. Semua sistem duktus bilier ekstrahepatik mengalami obliterasi, sampai ke hilus.
Tipe I dan II merupakan jenis atresia bilier yang dapat dioperasi (correctable),
sedangkan tipe III adalah bentuk yang tidak dapat dioperasi (non-correctable). Sayangnya dari
semua kasus atresia bilier, hanya 10% yang tergolong tipe I dan II
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 4
Etiologi
Etiologi atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli menyatakan
bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan adanya kelainan kromosom
trisomi17, 18 dan 21; serta terdapatnya anomali organ pada 30% kasus atresia bilier. Namun,
sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresia bilier adalah akibat proses inflamasi yang
merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi
Beberapa anak, terutama mereka dengan bentuk janin atresia bilier, seringkali memiliki
cacat lahir lainnya di jantung, limpa, atau usus.
Sebuah fakta penting adalah bahwa atresia bilier bukan merupakan penyakit
keturunan. Kasus dari atresia bilier pernah terjadi pada bayi kembar identik, dimana hanya 1
anak yang menderita penyakit tersebut. Atresia bilier kemungkinan besar disebabkan oleh
sebuah peristiwa yang terjadi selama hidup janin atau sekitar saat kelahiran. Kemungkinan yang
"memicu" dapat mencakup satu atau kombinasi dari faktor-faktor predisposisi berikut:
hepatocelluler dysfunction
Manifestasi Klinis
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala penyakit ini
biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. Gejala-gejala termasuk:
Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat tinggi
(pigmen empedu) dalam aliran darah.
Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi baru
lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan.
Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat lahir, tapi ikterus
berkembang pada dua atau tiga minggu setelah lahir
Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan dari
hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan dibuang dalam
urin.
Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang
masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi bengkak
akibat pembesaran hati.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 5
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
Gatal-gatal
Rewel
darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari
lambung, usus dan limpa ke hati).
Patofisiologi
Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran
empedu, dan tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan traktus bilier
ekstrahepatik juga menyebabkan obstruksi aliran empedu
Obstruksi
saluran
bilier
ekstrahepatik
akan
menimbulkan
hiperbilirubinemia
terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total
maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yang alkoholik. Penyebab tersering obstruksi
bilier ekstrahepatik adalah : sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus koledokus,
karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau operasi.
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal
empedu dari hati ke kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan
menyebabkan cairan empedu balik ke hati ini akan menyebabkan peradangan, edema,
degenerasi hati. Dan apabila asam empedu tertumpuk dapat merusak hati. Bahkan hati menjadi
fibrosis dan cirrhosis. Kemudian terjadi pembesaran hati yang menekan vena portal sehingga
mengalami hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal hati.
Jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa gatal.
Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan dikeluarkan ke dalam aliran darah, yang dapat
mewarnai kulit dan bagian putih mata sehingga berwarna kuning
Degerasi secara gradual pada hati menyebabkan joundice, ikterik dan hepatomegaly.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 6
Karena tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak
tidak dapat diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D,E,K dan gagal tumbuh.
Vitamin A, D, E, K larut dalam lemak sehingga memerlukan lemak agar dapat diserap
oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan lemak
didalam tubuh, kemudian digunakan saat diperlukan. Tetapi mengkonsumsi berlebihan
vitamin yang larut dalam lemak dapat membuat anda keracunan sehingga menyebabkan
efek samping seperti mual, muntah, dan masalah hati dan jantung.
1. Vitamin A
Vitamin A terdapat dalam makanan berwarna kuning-oranye, berdaun hijau gelap
dan dalam bentuk retinol pada makanan yang berasal dari hewan. Wortel, mangga, labu,
pepaya, bayam, brokoli, selada air, kuning telur, susu dan hati adalah makanan yang kaya
vitamin A.
Vitamin A berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan jaringan
epitel, meningkatkan kekebalan, dan memerangi radikal bebas (antioksidan). Kekurangan
vitamin A adalah penyebab utama kebutaan pada anak-anak di banyak negara berkembang.
2. Vitamin D
Ikan berlemak seperti sarden, mackerel, tuna, telur, makanan yang diperkaya
seperti margarin dan sereal adalah sumber vitamin D. Vitamin ini sangat penting untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan tulang karena mengontrol penyerapan kalsium dan fosfor
yang penting untuk metabolisme tulang. Kekurangan vitamin D pada anak-anak akan
menyebabkan penyakit rakhitis, dan pada orang dewasa menyebabkan osteomalasia,
kondisi di mana tulang menjadi lemah dan lunak. Vitamin D dapat diproduksi tubuh saat
kulit menerima ultraviolet dari sinar matahari. Kekurangan vitamin D dapat terjadi pada
mereka yang memiliki diet rendah vitamin D atau jarang terkena sinar matahari. Dosis besar
vitamin dapat menyebabkan kelebihan kalsium, terutama pada anak-anak, yang
mengganggu pembentukan tulang. Namun, hal tersebut sangat jarang terjadi. Tidak ada
rekomendasi mengenai diet vitamin D untuk orang dewasa yang hidup normal dan cukup
terpapar sinar matahari.
3. Vitamin E
Vitamin E hadir dalam minyak wijen, kacang kedelai, beras, jagung dan biji bunga
matahari, kuning telur, kacang-kacangan dan sayuran. Vitamin ini adalah antioksidan penting
yang mencegah penuaan dini sel-sel, merangsang sistem kekebalan tubuh, mengurangi
risiko katarak, melindungi dari penyakit jantung, mencegah penyakit kanker dan menjaga
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 7
kesehatan kulit. Kekurangan vitamin E pada manusia jarang terjadi, kecuali pada bayi
prematur dan mereka yang memiliki masalah pencernaan.
4. Vitamin K
Selada, kubis, kembang kol, bayam, kangkung, susu, dan sayuran berdaun hijau tua
adalah sumber terbaik vitamin ini. Vitamin K terlibat dalam pembekuan darah dan
kekurangannya dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan kesulitan dalam
penyembuhan. Kekurangan vitamin ini jarang terjadi, kecuali pada bayi baru lahir dan
mereka yang memiliki masalah penyerapan atau metabolisme vitamin, seperti penderita
penyakit hati kronis.
Pemeriksaan Diagnostik
Belum ada satu pun pemeriksaan penunjang yang dapat sepenuhnya diandalkan
untuk membedakan antara kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik. Secara garis besar,
pemeriksaan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pemeriksaan :
1) Laboratorium rutin dan khusus untuk menentukan etiologi dan mengetahui fungsi
hati (darah,urin, tinja)
2) Pencitraan, untuk menentukan patensi saluran empedu dan menilai parenkim hati
3) Biopsi hati, terutama bila pemeriksaan lain belum dapat menunjang diagnosis atresia
bilier.
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan rutin
Pada setiap kasus kolestasis harus dilakukan pemeriksaan kadar komponen
bilirubin untuk membedakannya dari hiperbilirubinemia fisiologis. Selain itu dilakukan
pemeriksaan darah tepi lengkap, uji fungsi hati, dan gamma-GT. Kadar bilirubin direk < 4
mg/dl tidak sesuaidengan obstruksi total. Peningkatan kadar SGOT/SGPT > 10 kali
dengan pcningkatan gamma-GT < 5 kali, lebih mengarah ke suatu kelainan
hepatoseluler. Sebaliknya, peningkatan SGOT < 5kali dengan peningkatan gamma-GT >
5 kali, lebih mengarah ke kolestasis ekstrahepatik.
Menurut Fitzgerald, kadar gamma-GT yang rendah tidak menyingkirkan
kemungkinan atresia bilier. Kombinasi peningkatan gamma-GT, bilirubin serum total
atau
bilirubin
direk,
dan
alkalifosfatase
mempunyai
spesifisitas
92,9%
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 8
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 9
sedangkan indeks hepatik < 4,3 merupakan petunjuk kuat adanya atresia bilier.Teknik
sintigrafi dapat digabung dengan pemeriksaan DAT, dengan akurasi diagnosis
sebesar 98,4%. Torrisi mengemukakan bahwa dalam mendetcksi atresia bilier, yang
terbaik adalahmenggabungkan basil pemeriksaan USG dan sintigrafi.
c) Liver Scan
Scan pada liver dengan menggunakan metode HIDA (Hepatobiliary Iminodeacetic
Acid). Hida melakukan pemotretan pada jalur dari empedu dalam tubuh, sehingga
dapat menunjukan bilamana ada blokade pada aliran empedu.
d) Pemeriksaan kolangiografi
Pemeriksaan ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreaticography).
Merupakan upaya diagnostik dini yang berguna untuk membedakan antara atresia bilier
dengan kolestasisintrahepatik. Bila diagnosis atresia bilier masih meragukan, dapat
dilakukan pemeriksaan kolangiografi durante operasionam.
Sampai saat ini pemeriksaan kolangiografi dianggap sebagai baku emas
untuk membedakan kolestasis intrahepatik dengan atresia bilier.
3) Biopsi hati
Gambaran histopatologik hati adalah alat diagnostik yang paling dapat diandalkan.
Ditangan seorang ahli patologi yang berpengalaman, akurasi diagnostiknya mencapai
95%,sehingga dapat membantu pengambilan keputusan untuk melakukan laparatomi
eksplorasi, danbahkan berperan untuk penentuan operasi Kasai. Keberhasilan aliran empedu
pasca operasi Kasai di 6 tukan oleh diameter duktus bilier yang paten di daerah hilus hati.
Bila diameter duktus100 200 u atau 150 400 u maka aliran empedu dapat terjadi. Desmet
dan Ohya menganjurkan agar dilakukan frozen section pada saat laparatomi eksplorasi,
untuk menentukan apakah portoenterostomi dapat dikerjakan. Gambaran histopatologik
hati yang mengarah ke atresia bilier mengharuskan intervensi bedah secara dini. Yang
menjadi pertanyaan adalah waktu yang paling optimal untuk melakukan biopsi hati. Harus
disadari, terjadinya proliferasi duktuler (gambaran histopatologik yang menyokong diagnosis
atresia bilier tetapi tidak patognomonik) memerlukan waktu. Oleh karena itu tidak
dianjurkan untuk melakukan biopsi pada usia < 6 minggu
Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
1) Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama asam empedu
(asamlitokolat), dengan memberikan :
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 10
dibagi
dosis
atau
sesuai
jadwal
pemberian
susu.
2)
3. Terapi bedah
a. Kasai Prosedur
Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu
keusus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan pada 5-10% penderita. Untuk
melompati atresia bilier dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus, dilakukan
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 11
pembedahan yang disebut prosedur Kasai. Biasanya pembedahan ini hanya merupakan
pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan pencangkokan hati.
b. Pencangkokan atau Transplantasi Hati
Transplantasi hati memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk atresia bilier dan
kemampuan hidup setelah operasi meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun
terakhir. Karena hati adalah organ satu-satunya yang bisa bergenerasi secara alami tanpa
perlu obat dan fungsinya akan kembali normal dalam waktu 2 bulan. Anak-anak dengan
atresia bilier sekarang dapat hidup hingga dewasa, beberapa bahkan telah mempunyai anak.
Kemajuan
dalam
operasi
transplantasi
telah
juga
meningkatkan
kemungkianan
untuk dilakukannya transplantasi pada anak-anak dengan atresia bilier. Di masa lalu, hanya
hati dari anak kecil yang dapat digunakan untuk transplatasi karena ukuran hati harus cocok.
Baru-baru ini, telah dikembangkan untuk menggunakan bagian dari hati orang dewasa, yang
disebut"reduced size" atau "split liver" transplantasi, untuk transplantasi pada anak dengan
atresia bilier.
Berdasarkan treatment yang diberikan :
a. Palliative treatment
Dilakukan home care untuk meningkatkan drainase empedu dengan mempertahankan
fungsi hati dan mencegah komplikasi kegagalan hati.
b. Supportive treatment
-
Managing the bleeding dengan pemberian vitamin K yang berperan dalam pembekuan
darah dan apabila kekurangan vitamin K dapat menyebabkan perdarahan berlebihan
dan kesulitan dalam penyembuhan. Ini bisa ditemukan pada selada, kubis, kol, bayam,
kangkung, susu, dan sayuran berdaun hijau tua adalah sumber terbaik vitamin ini.
Nutrisi support, terapi ini diberikan karena klien dengan atresia bilier mengalami
obstruksi aliran dari hati ke dalam usus sehingga menyebabkan lemak dan vitamin
larut lemak tidak dapat diabsorbsi. Oleh karena itu diberikan makanan yang
mengandung medium chain triglycerides (MCT) seperti minyak kelapa.
Perlindungan kulit bayi secara teratur akibat dari akumulasi toksik yang menyebar ke
dalam darah dan kulit yang mengakibatkan gatal (pruiritis) pada kulit.
Pemberian health edukasi dan emosional support, keluarga juga turut membantu
dalam memberikan stimulasi perkembangan dan pertumbuhan klien.
Komplikasi
1. Kolangitis:
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 12
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 13
Prognosis
Keberhasilan portoenterostomi ditentukan oleh usia anak saat dioperasi, gambaran
histologik porta hepatis, kejadian penyulit kolangitis, dan pengalaman ahli bedahnya sendiri.
Bila operasi dilakukan pada usia < 8 minggu maka angka keberhasilannya 71,86%, sedangkan
bila operasi dilakukan pada usia > 8 minggu maka angka keberhasilannya hanya 34,43%.
Sedangkan bila operasi tidak dilakukan, maka angka keberhasilan hidup 3 tahun hanya 10%
dan meninggal rata-rata pada usia 12 bulan. Anak termuda yang mengalami operasi Kasai
berusia 76 jam. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan operasi adalah usia saat
dilakukan operasi > 60 hari, adanya gambaran sirosis pada sediaan histologik hati, tidak
adanya duktus bilier ekstrahepatik yang paten, dan bila terjadi penyulit hipertensi portal.
(Dewi, Kristiana.2010.Atresia bilier)
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 14
Inflmasi yg progresiv
MK : Gangguan
pertumbuhan
tersebar ke dalam
darah dan kulit
MK : nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
MK : Hipertermy
MK : Gangguan
eliminasi
fekal
(diare)
mal absorbsi
usus
Pruiritis (gatal)
pd kulit
Gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, protein
Pembesaran hepar
(Hepatomegali)
Atresia bilier
Kerusakan sel
Distensi
abdomen
ekskresi
Perut terasa penuh
Glikoginesis
Glukoneogenesis
Retensi bilirubin
Bilirubin yg
tertahan dlm hati
Mual muntah
Proses peradangan
sel hati
Regurgitasi
pada
duktulii
empedu
intrahepatik
Bilirubin
direk
meningkat
kelemahan
MK : Intoleransi aktivitas
MK : Kerusakan
Integritas kulit
dikeluarkan
ke
dalam aliran darah
ikterik
MK : kekurangan
volume cairan
Menekan
diafragma
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
An. M (laki-laki, 2 bulan 4 hari) dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan 1 bulan pasca
kelahiran sedikit demi sedikit kulit tampak berwarna kuning, tinja berwarna pucat, air kencing
berwarna gelap, demam, perut membesar dan selalu rewel. Dari hasil pemeriksaan diketahui
adanya hipertensi vena porta, peningkatan kadar bilirubin dan hasil Rontgen didapatkan adanya
pembesaran hati.
Pengkajian Anak
Anamnesa
a. Data Demografi klien :
1)
Nama
: An. M
6) Agama
: Islam
2)
Usia
: 2 bulan 4 hari
3)
Jenis Kelamin
: Laki-laki
8) Jam MRS
: 16.00 WIB
4)
Suku / bangsa
: Jawa/ Indonesia
9) Diagnosa
: Atresia bilier
5)
Alamat
: Tn. D
2) Umur
: 40 tahun
3) Jenis kelamin
: Laki-laki
: ayah klien
b.
B2 (blood)
(tachicardi).
c.
B3(brain)
d.
B4 (bladder)
e.
B5 (bowel)
f.
B6 (bone)
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 17
Anak dengan Atresia Billiary ekstrahepatik, setelah usia 6 tahun terjadi gangguan
neuromuskuler seperti tidak ada reflek-reflek tendo dalam, kelemahan memandang ke atas,
ketidakmampuan berjalan akibat parosis kedua tungkai bawah serta kehilangan rasa getar.
Apabila kolestasis kronis berat terjadi akibat Atresia Billiary ekstrahepatik, maka
akan tampak gambaran wajah yang disebut Watson Syndrome-Alagine ( Displasia Anterio
B Hepatis)
yaitu perkembangan
tulang
dahi
yang
menonjol,
hipertelorisme,
kemiringanokuler, anti mongoloid, tulang hidung yang datar serta dagu yang runcing.
Penderita juga mengalami sterosis arteri pulmonar serta cacat-cacat pada
lengkungan bagian depan vertebra.
Pemeriksaan Penunjang
a)Laboratorium
- Bilirubin direk dalam serum meninggi. Normalnya (0,3 1,9 mg/dl)
- Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan
empedu yang luas. Normalnya (1,7 7,1 mg/dl)
- Tidak ada urobilinogen dalam urin.
- Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase (520 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol fosfolipid trigliserol).
b)Pemeriksaan Diagnostik
- USG yaitu untuk mengetahui kelainan kongenital penyebab kolestasis ekstra hepatik
(dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu).
-
Memasukkan pipa lambung sampa duodenum lalu cairan duodenum diaspirasi. Jika
tidak ditemukan cairan empedu, dapat berarti atresia empedu terjadi.
Sintigrafi
Radio
Kolop
Hepatobilier untuk
mengetahui
kemampuan
empedu
di
hati
sampai tercurah
duodenum,
maka
dapat
Analisis Data
No
1.
Data
DS:
rewel
DO:
pasien
menangis,
Etiologi
Masalah Keperawatan
Inflamasi yg progresiv
Hypertermi
Page 18
Mekanisme
tubuh
untuk
Takikardi (103x/menit)
RR meningkat >24x/menit
Hypertermi
2
hati
RR= 35x/menit
Penggunaan
otot
bantu
pernapasan
Napas pendek
Hepatomegali (pembesaran
hepar)
distensi abdomen
menekan diafragma
peningkatan Komplain paru
DS:
Tidak
mau makan,
rewel, mual/muntah.
Gangguan pemenuhan
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
Do:
E, dan K)
konjungtiva anemis.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
4.
Ds:-
Do:
hati
Anak
tampak
tidak
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 19
toksik
tidunya
Terdapat
pruritus
di
daerah
pantat
&
punggung anak
Albumin
3,27
g/dL
Pruiritis (gatal) pd kulit
(N:3,8-5,4)
5.
Ds:-
Do:
Feses cair, frekuensiBAB
meningkat (lebihdari 3 x
Gangguan eliminasiBAB
meningkat.
Diare
6.
Pembesaran hepar
DS : DO : Penurunan turgor
Kekurangan
volume
cairan
Distensi abdomen
kulit
Perut terasa penuh
Frekuensi nadi meningkat
Mual muntah
> 100x/menit
Produksi
keringat
meningkat
DS:
Orang
tua
menanyakan
sering
Ansietas
keadaan
anaknya
ansietas
Diagnosa Keperawatan
1) Hypertermi berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada duktusbilier
ekstrahepatik
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 20
3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan penyerapan lemak, ditandai dengan berat badan turun dan konjungtiva
anemis.
4)
Gangguan
eliminasi
BAB
(diare)
berhubungan
dengan
mal
absorbsi
usus,ditandai dengan feses cair, frekuensi BAB meningkat (lebih dari 3 xsehari), bunyi bising
usus meningkat.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.
6) Kekurangan volume cairan b.d dengan mual dan muntah
7) Ansietas berhubungan dengan minimnya informasi tentang penyakit akibat kurang
pengetahuan
Intervensi Keperawatan
1. Hypertermi b.d inflamasi akibat kerusakan progresif pada duktusbilier ekstrahepatik
Tujuan
Kriteria hasil
Rasional
Mandiri:
1.
2. Mengetahui
kemungkinan
adanya
3.
4.
4. Memberikan
rasa
nyaman
dengan
Kolaborasi:
5.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 21
dengan
aksi
sentralnya
pada
hipotalamus.
Kriteria Hasil :
-
Rasional
Mandiri:
1. Kaji distensi abdomen
Kolaborasi:
4. Persiapkan operasi bila diperlukan.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan penyerapan lemak, ditandai dengan berat badan turun dan konjungtiva
anemis.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 22
Intervensi
Rasional
Mandiri:
1.
2.
muntah
Mengidentifikasi
kekurangan
3.
4.
Untuk
tapi sering.
menurunkan
rangsang
mual/muntah.
5.
makan
Kolaborasi:
6. Konsul dengan ahli diet sesuai
6.
indikasi.
7.
gas.
kantung empedu.
8.
sesuai indikasi.
keefektifan terapi.
10.
4. Gangguan
eliminasi
BAB
(diare)
berhubungan
dengan
mal
absorbsi
usus,ditandai dengan feses cair, frekuensi BAB meningkat (lebih dari 3 xsehari), bunyi bising
usus meningkat.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 23
Rasional
Mandiri:
1. Catat frekuensi, karakteristik dan
jumlah feses.
khusus
3. Dapat
pada
dehidrasi,
makanan/cairan.
4. Batasi masukan lemak sesuai indikasi.
mengidentifikasi
5. Membantu
ml/hari.
mempertahankan
status
Kolaborasi:
6. Berikan obat diare sesuai indikasi.
7. Serat
menahan
enzim pencernaan
danmengabsorbsi
air
dan
tinggi serat.
alirannya
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 24
Intervensi
Rasional
Mandiri:
1. Gunakan air mandi biasa atau
1.
sesuai indikasi.
2. Berikan massage pada waktu tidur.
2.
3.
lipatan
4.
Kolaborasi:
5. Berikan obat sesuai indikasi
5.
6.
(antihistamin).
6. Berikan obat resin kholestiramin
(questian).
dan hiperbilirubinemia.
7.
indirek)
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 25
Intervensi
Rasional
1. memberikan
terapi
cairan
dan
penggantian elektrolit
2. menunjukkan
hidrasi
dan
intake
dan
output,
4. memberikan
informasi
tentang
muntah.
terapi.
1.
Rasional
tujuannya
dan
untuk
memberikan
kesempatan
memberikan
informasi
2. Stimulasi
dapat
meningkatkan
sentuhan
3.
3. membantu
perawat
melakukan
dalam
pengkajian
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 26
PENUTUP
Kesimpulan
Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam pipa/saluransaluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu
(gallbladder). Ini merupakan kondisi congenital, yang berarti terjadi saat kelahiran.
Etiologi atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli menyatakan
bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan adanya kelainan kromosom
trisomi17, 18 dan 21; serta terdapatnya anomali organ pada 30% kasus atresia bilier. Namun,
sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresia bilier adalah akibat proses inflamasi yang
merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi.
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala penyakit ini
biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. Gejala-gejala seperti Ikterus,
Jaundice Urin gelap Tinja berwarna pucat, Penurunan berat badan dan ini berkembang ketika
tingkat ikterus meningkat.
Saran
Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian penatalaksanaan yang tepat demi
tercapainya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang optimal bagi penderita atresia
bilier.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 27
DAFTAR PUSTAKA
Oldham, Keith T.et all (eds); Biliary Atresia at Principles and Practice of Pediatric
Surgery, 4th Edition.
Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Parlin Ringoringo. 1991. Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak,FK UI, RSCM. from:
url: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15AtresiaBilier086.pdf /15AtresiaBilier086.html
Widodo Judarwanto. 2010. Atresia Bilier, Waspadai Bila Kuning Bayi Baru Lahir yang
berkepanjangan. From : url :http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/02/07/atresia-bilier
waspadai-bila-kuning-bayi-baru-lahir-yang-berkepanjangan/
Mark
Davenport.
Biliary
Atresia.
London:
2010.
Available
from
url
http://asso.orpha.net/OFAVB/__PP__4.html
ST.Louis Children's Hospital. Biliary Atresia. Washington University School of
Medicine.2010. Available from : url : http://www.stlouischildrens.org/content/greystone_779.htm
North
American
Society
For
Pediatric
Gastroenterology,
Hepatology,
and
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 28