Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat membuat makalah ini dengan baik dan mendekati sempurna.
Kami merancang makalah ini dengan bentuk sesederhana mungkin untuk dapat di
mengerti oleh para pembaca makalah ini, dan dapat diserapi akan ilmu pengetahuan yang tersirat
di dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan kekurangan yang ada dalam
makalah ini, oleh dari pada itu kami mengharap setidaknya saran maupun kritik dari anda para
pembaca makalah ini, demi terciptanya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama kematian
maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang
disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan
proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu
keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia uteroplacentol.
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER kearah
PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi
dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif
dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat
penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian terhadap faktorfaktor predisposisi yang lain
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh
kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum
20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara.
Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun
atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya
dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :
1)Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2)Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
3)Penyakit ginjal.
1.2
A.
Tujuan
Tujuan Umum
Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya pre-eklampsia pada saat
kehamilan.
B.
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya preeklampsia berat
Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.
Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia berat
Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya preeklampsia berat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh
setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :
A.
Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan pembengkakan, dibarengi
dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).
B.
Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai
oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).
C.
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
D.
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2000).
E.
Pre eklamsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah
minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
2.2
Etiologi
Etiologi penyakit preeklamsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut penyakit teori namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda dan
gejala timbul hanya selama hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir.
Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan menderita preeklampsia.
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja
dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah :
Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan
penyakit: primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu,
morbid obesitas.
Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada 14%
sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali rahim
yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat
mencapai 25%. Preeklampsia ialah suatu penyakit yang tidak terpisahkan dari preeklampsia
ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau eklampsia (Bobak, dkk., 2005).
2.3
Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha
untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan
garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Patofisiologi pre eklamsi-eklamsi setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis
kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma
darah, vasodilatasi penurunan resistensi vaskular sistemik (systemic vascular resistance[SVRI]),
peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid.
Pada pre eklamsi volume plasma yang beredar menurun sehingga terjadi hemokonsentrasi
dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat organ maternal menurun, termasuk
perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ
dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
2.4
Patologi
Berbagai teori mengenai asal preeklampsia telah diajukan, tetapi baru-baru ini tidak terdapat
penjelasan yang lengkap tentang penyebab gangguan ini. Respons imun abnormal, gangguan
endokrin, predisposisi genetik, kelebihan atau kekurangan nutrisi, dan gangguan ginjal semua
diajukan sebagai berperan pada terjadinya preeklampsia.
Banyak sumber menyetujui bahwa penyebab preeklampsia adalah multifaktor antara lain
nulipara, usia maternal lebih dari 35 tahun, usia ibu kurang dari 18 tahun, riwayat keluarga
hipertensi akibat kehamilan (HAK), dan riwayat HAK pada kehamilan sebelumnya.
Vasospasme paling mungkin sebagai penyebab proses penyakit. Ketika vasospasme berlanjut,
terjadi kerusakan pada dinding pembuluh darah, yang mengakibatkan mengalirnya trombosit dan
fibrin ke dalam lapisan subendotel dinding pembuluh darah. Hal ini diketahui bahwa ibu yang
mengalami preeklampsia mempunyai sensivitas pada angiotensin II, yang dianggap menjadi
kontributor utama untuk proses vasospasme. Vasokonstriksi juga berperan pada kerusakan sel
darah merah ketika melewati diameter pembuluh darah yang bgerkurang ukurannya. Vasospasme
akhirnya menimbulkan hipoksia jaringan lokal pada berbagai sistem organ, termasuk plasenta,
hati, paru, otak, dan retina. Vasospasme serebral berperan pada gejala sakit kepala dan gangguan
penglihatan serta dapat berlanjut menjadi stroke.
Vasospasme pada sistem ginjal berperan pada penurunan aliran darah ginjal. Sistem ginjal
mengalami pembengkakan sel endotel glomerulus, lumen kapiler glomerulus berkonstriksi, dan
filtrasi glomerulus dan selanjutnya menurun. Karena penurunan filtrasi, nitrogen urea darah
serum, kreatinin, dan natrium meningkat; dan haluaran urin menurun. Retensi natrium
selanjutnya sensivitas terhadap angiotensi II dan peningkatan volume cairan ektra seluler. Pada
kasus berat, vasospasme dan pembentukan trombus arterial dapat menimbulkan nekrosis korteks
renal.
Terjadinya edema umum karena kerusakan dinding pembuluh darah dan retensi cairan
sekunder akibat penurunan filtrasi glomerulus. Ketika cairan bergeser dari ruang intravaskular ke
ektravaskular terjadi hipovolemia dan hemokonsentrasi. Hal ini pada gilirannya menempatkan
kebutuhan pada jantung sebagai presoreseptor pada organ mayor memberi umpan balik untuk
meningkatkan curah jantung. Riset tentang curah jantung pada preeklampsia masih menjadi
konflik.
Beberapa penelitian telah menetapkan penurunan curah jantung yang dikaitkan dengan
peningkatan tahanan vaskular perifer, sedangkan penilitian lain menemukan bahwa beberapa ibu
dengan preeklampsia secara nyata mengalami peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan
perifer sampai penyakit menjadi berat.
Disfungsi hati pada preeklampsia dapat direntang dari perubahan enzim ringan sampai edema
hepatik, edema subkapsular, atau hemoragi. Perubahan berat dapat terjadi sebagai nyeri kuadran
kanan atas. Bila edema hepatik mewakili derajat edema umum yang mencakup edema serebral,
nyeri kuadran kanan atas sering dikaitkan dengan derajat edema serebral yang mengakibatkan
aktivitas kejang (eklampsia).
Kerusakan dinding pembuluh darah. dan kebocoran produk darah ke dalam ruang
ektravaskular akhirnya menimbulkan koagulopati konsumtif serupa dengan koagulasi
intravaskular diseminata. Mekanisme trombositopenia yang tampak pada preeklampsia tidak
dipahami dengan baik. Satu teori adalah bahwa kerusakan endotel dikaitkan dengan agregasi dan
destruksi tombosit. Gangguan mekanisme pembekuan normal dapat menimbulkan hemoragi dan
kematian.
Beberapa ibu yang mengalami preeklampsia berlanjut mengalami sindrom HELLP, yang
dikaitkan dengan progresi cepat proses patologis dan mengakibatkan hasil janin dan maternal
sebaliknya. Ibu yang mengalami sindrom HELLP kemungkinan menunjukkan subset individual
yang mengalami disfungsi endotel lebih berat, dan dianggap bahwa predisposisi ini mungkin
bersifat genetik.
Disamping efek tidak langsung penurunan perfusi maternal pada janin, proses vasospasme
juga secara langsung mempengaruhi plasenta. Lesi plasenta yang adalah akibat infrak selanjutnya
menurunkan perfusi ke janin, yang menimbulkan intrauterine growth restriction (IUGR) dan
hipoksia. Komplikasi yang dikaitkan dengan preeklampsia berat meliputi gangguan plasenta,
gagal ginjal akut, abrupsio retina, gagal jantung, hemoragi serebral, IUGR, dan kematian
maternal dan janin (Walsh, 2008).
2.5
Diagnosis
Diagnosis preeklampsia dilakukan pada setiap kali pemeriksaan prenatal dengan mengukur
tekanan darah ibu dan menguji protein urine. Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar
atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu
(Prawirohardjo, 2008).
Hipertensi : sistolik/diastolik 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik 30 mmHg dan kenaikan
diastolik 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia.
Proteinuria : 300 mg/24 jam atau 1+ dipstik.
Edema :edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada
lengan, muka, dan perut, edema generalisata.
Prawirohardjo (2008) menjelaskan bahwa diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasar
kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum dibawah ini. Preeklampsia digolongkan
preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg. Tekanan darah
ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit dan sudah menjalani tirah
b.
c.
d.
e.
baring.
Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
Kenaikan kadar kreatinin plasma.
Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan
kabur.
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula
g.
h.
i.
j.
Glisson).
Edema paru-paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopatik.
Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartate
aminotransferase.
k. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
l. Sindrom HELLP (Prawirohardjo, 2008).
Perlu diperhatikan bahwa tingginya tekanan darah bukan merupakan penentu utama
klasifikasi berat atau ringannya PE.
Dari : Cunningham FG et al : Hypertensive Disorder In Pregnancy in Williams Obstetrics ,
22nd ed, McGraw-Hill, 2005
2.6
Pencegahan
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan
penyebab yang sama. Pencegahan yang dimaksud ialah upaya untuk mencegah terjadinya
preeklampsia pada perempuan hamil yang berisiko terjadinya preeklampsia (Prawirohardjo,
2008). Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi angka kejadian dan
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan
memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan urin untuk
menetukan proteinuria. Untuk mencegah kejadian preeklampsia ringan dapat dilakukan nasehat
tentang dan berkaitan dengan preeklampsia :
a. Diet makanan. Makanan tinggi protein, rendah karbohidrat, cukup vitamin, rendah lemak.
Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna.
b. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya
dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kea rah punggung
janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan antenatal. Bila terjadi perubahan peraan dan gerak janin dalam rahim segera
datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian :
1.
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah
umum, dan pemeriksaa retina mata.
2.
2.7
Penanganan
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan
normal, dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.
Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 , dalam infuse Dextrosa 5% dengan
kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 2 g intravena dalam 10 menit selanjutnya 2
g/jam dalam drip infuse sampai tekanan darah stabil 140-150/90-100 mmHg. Ini diberikan
sampai 24 jam pasca persalinan atau dihentikan 6 jam pasca persalinan ada perbaikan nyata
ataupun tampak tanda-tanda intoksikasi. Sebelum memberikan MgSO 4 perhatikan reflek patella,
pernapasan 16 kali/menit. Selama pemberian parhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas,
serta wajah merah. Berikan nefidipine 3-4 x 10 mg oral (dosis maksimum 80 mg/hari), tujuannya
adalah untuk penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam. Periksa tekanan darah, nadi, pernapasan
tiap jam. Pasang kateter kantong urin setiap 6 jam.
PE Berat memerlukan antikonvulsi dan antihipertensi serta dilanjutkan dengan terminasi
kehamilan.
Tujuan terapi pada PE:
1.
2.
3.
4.
Terminasi kehamilan adalah terapi defintif pada kehamilan > 36 minggu atau bila terbukti
sudah adanya maturasi paru atau terdapat gawat janin.
Penatalaksanaan
kasus
PEB
pada
kehamilan
preterm
merupakan
bahan
2.
MgSO4
3.
Antihipertensi
4.
Kortiskosteroid
5.
6.
Persalinan pervaginam sebaiknya berakhir sebelum 24 jam. Bila persalinan pervaginam dengan
induksi persalinan diperkirakan melebihi 24jam, kehamilan sebaiknya diakhiri dengan SC
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama : Ny.R
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protesttan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Suku bangsa :
Alamat :
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.s
Umur : 34 th
Jenis kelamin : laki laki
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : swasta
Suku bangsa :
Alamat :
Hub dg klien : suami
2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan utama: mengeluh mual muntah
b. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengeluh nyeri kemudian di bawa ke RS untuk menjalani
perawatan medis
c. Riwayat kesehatan dahulu:
d. Riwayat kesehatan keluarga: ibu klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
mengalami penyakit yang sama dengan klien.
e. Genogram: f. Riwayat alergi obat dan makanan: tidak ada alergi obat dan makanan
2
x
x
x
x
x
0 : mandiri
1 : dengan alat Bantu
2 : bantuan orang lain
3 : bantuan orang lain dan peralatan
4 : tergantung total
4. Pemeriksaan fisik
a.
Aktivitas
Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ , reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b.
Sirkulasi
Gejala : penurunan oksegen
Tanda :
c.
Abdomen
Gejala : Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, sikatrik bekas operasi ( - )
Palpasi :
Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar,
lunak, noduler
Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian bagian kecil janin di sebelah
kanan.
Leopold III : teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi : BJA 142 x/1 regular
Eliminasi
Gejala : proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup, oliguria
d.
Makanan / cairan
Gejala : peningkatan berat badan, muntah-muntah
Tanda : nyeri epigastrium,
e.
Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
f.
Neurosensori
Gejala : hipertensi
Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda : gelisah,
h.
Pernafasan
Gejala : vesikuler, Rhonki -/-, Whezing -/-, sonor
Tanda : irama teratur, bising tidak ada
i.
Keamanan
Gejala : jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
Tanda :
j.
Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
B.
C.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
2.
3.
USG
DATA FOKUS
Data subyektif:
P: nyeri berkurang setelah minum obat Q: nyeri berat R: nyeri pada daerah perut
D ANALISA DATA
NO
1.
SYMPTOM
DS :
PROBLEM
Pola nafas
DO :
efektif
ETIOLOGI
tidak Deformitas
dinding
dada
- Dipsnea
- Napas pendek
- Nyeri dada
- batuk
- hemoptisis
- pembesaran limpa
2.
- hipoksia
DS: klien
berkurang
setelah
tampak
nyeri
DS: klien
menahan
mengatakan Ketidakseimbangan
Ketidakmampuan
dalam
makanan
tampak
biologi
kurus,
anoreksia,
4.
lemah,
karena
konjungtiva
pucat
DS: ibu klien mengatakan Resiko
tampak
lemah,
kulit lambat
Ds :
Do :
urin
(penurunan filtrasi)
faktor
(eritematus)
dan
membengkak (oedema)
DS :
6.
Resiko infeksi
Tindakan invasif
DO :
- Pasien tampak lemah
- Skala nyeri 8
- Tampak terpasang kateter
Diagnosa
Tujuan
Pola nafas Setelah
Intervensi
Rasional
Wkt
- Buka jalan Agar 09.0
Implementasi Evaluasi
1. Membuka S : -
tidak
nafas
memudahka
jalan
dengan
n bernapas
Deformita
dilakukan
keperawat
lancar
dada
24
dengan
tehnik
lift
Untuk 09.1
nafas O
Pola
chin nafas
klien
lancar
(adanya
jam
- Posisikan memenuhi
edema
diharapka
pada paru)
pola memaksima
O2 klien
memposisika
Tujuan
memaksimal
normal
ventilasi
- Mencegah 09.1
kan ventilasi
masala
dengan
terjadinya
3.
kriteria
Identifikasi
hipoksia
mengidentifi
teratasi
hasil:
jika pasien
kasi
Respirato
perlu
rystatus:
pemasangan -
Ventilatio
alat
n(0703)
nafas
Untuk 09.2
jalan mengetahui
- Respirasi buatan
jika P
pemasangan
alat
adanya
nafas buatan
suara nafas
4.
- Auskultasi tambahan
mengauskulta
batas
suara nafas, -
si
suara
normal
nafas,
catat
tambahan
Tidak -
respirasi
dan
dipsnea
dan
O2
status -
TTV O2
nsi
nafas
tambahan
09.3
5. memonitor
respirasi dan
Mengetahui
normal
nkan
adanya suara
Monitor kebutuhab
ada
-
bernafas
-
Untuk 09.3
status O2
keadaan
umum klien
6.
- Observasi
mengobserva
TTV
1.
09.4
si TTV
1. mengkaji S
berhubung
secara
Mengindika
secara
Klien
an dengan asuhan
komprehens
sikan
komprehensif
mengat
Agen
keperawat
if
cidera
an selama nyeri
biologi
dilakukan
jalan interve
dalam
2.
Kaji -
tentang terjadinya
nyeri
1 x 24 jam meliputi:
lokasi,
sudah
diharapka
karakteristik,
berkura
lokasi,
nyeri karakteristik
komplikasi.
dan
onset, ng
berkurang
, dan onset,
durasi,
dengan
durasi,
frekuensi,
wajah
kriteria
frekuensi,
kualitas,
klien
hasil:
kualitas,
intensitas/ber
terlit
Pain
intensitas/be -
control
ratnya
(1605)
nyeri,
09.5
Dapat 0
membandin
dan gkan
nyeri
faktor-
yang
ada
Mengenali
faktor
dari
faktor
presipitasi
sebelumnya
penyebab
2.
pengalaman
Mengguna
individu
kan
atnya
dan
nyeri
nyeri, tidak
faktor- meringi
faktor
presipitasi
menaha
2.
mengkaji n nyeri
pengalaman
09.5
individu
Tujuan
terhadap
tercapai
nyeri,
terhadap
Penggunaan
keluarga,
Masala
metode
nyeri,
persepsi
dengan nyeri h
pencegaha
keluarga,
diri/
kronis
dengan
perilaku
nyeri kronis
untuk
Mengguna
3. Evaluasi menghilang
mengevaluasi nkan
kan
tentang
kan
tentang
interve
metode
keefektifita
dapat
keefektifitan
nsi
pencegaha
Kaji
3.
dari membantu
non tindakan
teratasi
P
nyeri 10.0
dari tindakan
mengontrol
mengatasin
nyeri
mengontrol
untuk
nyeri
menguran
telah
efektif
gi nyeri
digunakan
4. Informasi
yang ya
lebih
digunakan
tentang
Mengguna
nyeri dapat 5
Berikan membantu
yang
telah
10.1
kan
4.
analgetik
informasi
dalam
memberikan
sesuai
tentang
menurunkan
informasi
kebutuhan
tentang nyeri
penyebab,
seperti
nyeri
Pertaha
pasien
analgetik
4.
10.2
penyebab,
berapa lama
pada
tindakan
5.Analgetik
terjadi,
tenaga
pencegahan
diberikan
tindakan
kesehatan
5.
analgetik
ringan yang
Mengenali
sesuai
tidak hilang
5.
gejala-
anjuran
dengan
memberikan
gejala
tindakan
analgetik
nyeri
kenyamana
sesuai
Mencatat
n.
anjuran
dan
pencegahan
tindakan
sebelumny berhasil
terapi
selanjutnya
6.
atau terjadi
memberitauk
keluhan
an dokter jika
Melaporka
tindakan
berhasil atau
nyeri
yang
terjadi
sudah
keluhan
terkontrol
Keteranga
n penilaian
NOC:
1.
Tidak
dilakukan
sama
sekali
2.
Jarang
dilakukan
3. Kadang
dilakukan
4.
Sering
dilakukan
5.
3
Selalu
Ketidaksei
dilakukan
Setelah
1.
mbangan
dilakukan
adanya
mengetahui
nutrisi
asuhan
alergi
apakah
kurang
keperawat
makanan
pasien
dari
an selama
alergi
kebutuhan
3 x 24 jam
makanan
tubuh
diharapka
berhubung
Kaji 1.
Untuk 10.3
0
mengkaji S
ada
mengat
akan
sudah
10.3
2.
tidak
menganjurka
merasa
dapat
pasien mual
an dengan makan
untuk
meningkatk
untuk
Ketidakma klien
meningkatk
an kekuatan
meningkatka
Klien
mpuan
normal
an intake Fe
tulang
10.4
n intake Fe
sudah
dalam
lagi
3.
3.
tidak
Berikan
memasukk dengan
substansi
3. substansi
memberikan
terlihat
an/mencer
kriteria
gula
gula
substansi
lemas,
na
hasil:
meningkatk
gula
konjun
makanan
Nutrition
an
karena
al
faktor
(1004)
makanan
4.
biologi
yang
memenuhi
Stamina,T
enaga
ah
status 4.
dapat
energi 10.4
Berikan pasien
Untuk
gizi
normal
4.
memberikan
Tujuan
makanan
tercapai
11.0
sudah
Masala
menggeng
kan dengan
dikonsultasik
gam
ahli gizi)
5.
Penyembu
pasien
han
jaringan
Ajarkan harian
yang terpilih( ,
Kekuatan dikonsultasi
Catatan
gtiva
pasien
5.
2. Anjurkan 2. intake fe 5
nafsu pasien
1.
an
dengan teratasi
ahli gizi)
makanan
5.
Pertaha
bagaimana
dapat
memberikan
nkan
membuat
mengetahui
pasien
interve
asupan
bagaimana
nsi
Daya catatan
tahan
makanan
nutrisi
membuat
tubuh
harian
pasien
catatan
Tidak ada
makanan hari
penurunan
BB
yg
berlebih
Keteranga
n penilaian
NOC:
1.
Tidak
pernah
menunjuk
kan
2.
Jarang
menunjuk
kan
3. Kadang
menunjuk
kan
4.
Sering
menunjuk
kan
5.
Selalu
menunjuk
4
Resiko
kan
Setelah
1.
kekuranga
dilakukan
Pertahankan mengetahui
1.
Untuk 11.1
5
1.
mempertahan
Klien
n volume asuhan
catatan
perubahan
kan
cairan
keperawat
intake
intake
berhubung
11.2
retensi
diharapka
garam dan n
air
2. Monitor 2.antisipasi
klien adanya
catatan mengat
buat
merasa
lemah
terjadinya
2. memonitir O
dehidrasi
berat
11.3
kekuranga
3.untuk
dehidrasi
kulit
normal
3. memonitor A
cairan
hasil
hasil
dengan
yang
kriteria
dengan
dengan
dengan
hasil:
retensi
kondisi
retensi cairan
Masala
cairan
klien
lab. tindakan
Memperta
hankan
lab. Tujuan
sesuai tercapai
11.3
teratasi
4.untuk
4. memonitor Pertaha
sesuai
TTV
TTV
keadaan
dengan
usia
dan
BB
nkan
umum klien
11.4
interve
5.Untuk
nsi
memulihkan
TTV 5.
energi
5.
pasien
mengkolabor
dalam
Kolaborasi
batas
pemberian
normal
cairan atau 6.
makanan/
mengetahui
cairan
Elastisitas
infus
intake
makanan/
turgor
6. Monitor nutrisi
12.1
infus
kulit
status
pasien
6. memonitor
normal
nutrisi
7.
Tidak ada
12.0
Untuk 0
7.
tanda
masukan
keadaan
dehidrasi
oral
pasien agar
Dorong alkan
Membran
kembali
mukosa
normal
Tidak ada
rasa haus
berlebihan
Keteranga
n penilaian
pemberian
atau
status nutrisi
Mengoptim
tanda-
lembab
asikan
7. mendorong
masukan oral
NOC:
1.
Tidak
dilakukan
sama
sekali
2.
Jarang
dilakukan
3. Kadang
dilakukan
4.
Sering
dilakukan
5.
5
Selalu
Gangguan
dilakukan
Setelah
eliminasi
dilakukan
pengeluaran
mengetahui
urin
tindakan
urin
warna,
berhubung
keperawat
termasuk
frekuensi,
frekuensi,
BAK
volume dan
warna,
dengan
sindroma
1 x 24 jam warna,
senyawa
nefrotik
eliminasi
(penuruna
n filtrasi)
dalam
Monitor -
Untuk 12.2
0
1. memonitor S : pengeluaran
senyawa
terkandung
yang
Tujuan
yang
dalam urine
terkandung
tercapai
rentang
terkandung
yang
didalamnya
normal
didalamnya
keluarkan
dengan
urinary
tanda
eliminatio
gejala
di 12.3
0
Untuk
Masala
2. memonitor h
tanda
dan teratasi
mengetahui
gejala adanya P
n kriteria adanya
tanda
retensi urin
hasil :
gejala yang
nkan
interve
Frekuensi
pasien pada 5
nsi
eliminasi
saat terjadi
retensi urin
waktu
Catat retensi
urine.
dan
3.
mencatat
waktu
pengeluaran
Pertaha
normal
pengeluaran
Untuk 12.4
pengeluaran
-
Tidak -
urin terakhir
4.
mengajarkan
ada
pasien
bengkak
untuk
membantu
dan
minum
pasien
12.5
lancar yaitu 8
memerah
secara
dalam
gelas sehari
pada
saluran
kemih
sehari
Untuk
gelas n
pasien untuk
minum secara
cairan
5.
secara
mengajarkan
optimal.
klien
Tidak - Anjurkan -
Untuk
mengenali
ada
adanya
sekret/cair
mengenali
yang
an
pasien
ISK
berkelanjutan
gejala
saluran
kencing
kembali.
untuk
Urin
tidak
mengandu
ng protein
glukosa
ataupun
keton
Resiko
Setelah
infeksi
dilakukan
Pertahankan mencegah
berhubung
tindakan
tehnik
terjadinya
kan
isolasi
infeksi
isolasi
an dengan keperawat
tindakan
an selama -
Batasi -
Untuk 14.1
5
Untuk 14.3
1.
S:-
Mempertahan O
tehnik Tidak
terpasa
2. membatasi ng
invasife
mengurangi
diharapka
resiko
bila perlu
pasien
mampu
pengunjung
kateter
bila perlu
infeksi dari
-
pengunjung
mengkontr Instruksikan -
Tujuan
14.4
Untuk 0
3.
tercapai
mengintruksi
ol
pada
mencegah
kan
terjadinya
pengunjung
penyebaran
pengunjung
infeksi
untuk
pathogen
untuk
teratasi
dengan
mencuci
terhadap
mencuci
criteria
hasil:
berkunjung
14.4
berkunjung
Risk
dan setelah
dan
Control
berkunjung
(1902)
mengurangi
Untuk
aseptic
selama
terpantau
pemasangan mempertaha
strategi alat
kan
lingkungan
aseptic
selama
nkan asupan
pemasangan
nutrisi klien
alat
- Antibiotic 15.0
5.
ng dengan intake
sebagai
mmeningkatk
efektif
pelindung
an
tubuh untuk
nutrisi
memonitor
menolak
perubahan
pathogen
kontrol
resiko
berkemba
Tingkatkan
nutrisi
nkan
setelah interve
mempertahan
Untuk 5
saat Pertaha
4.
14.5
-
pada Masala
berkunjung
pathogen
lingkunga
tangan
intake
status
Berikan yang
kesehatan
terapi
merugikan
6.
antibiotic
bagi tubuh
memberikan
melaksana
bila perlu
terapi
kan
antibiotic bila
strategi
perlu
kontrol
resiko
yang
terpilih
Skala:
Tidak
pernah
sampai
diperlihatk
an
1.tidak
diperlihatk
an
2.jarang
diperlihatk
an
3.kadangkadang
diperlihatk
an
4.sering
diperlihatk
an
5.konsiste
n
diperlihatk
an