Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.
Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Coronavirus. Virus ini pertama kali
dilaporkan pada bulan Maret 2012 di Arab Saudi. (Depkes RI, 2013)
MERS-CoV
B. Etiologi
Middle East Respiratory Syndrome atau disingkat MERS adalah penyakit
virus pada pernapasan yang disebabkan oleh corona virus yang disebut MERS-Cov.
Virus ini pertama kali dilaporkan mewabah di Arab Saudi pada tahun 2012. MERSCoV (Middle East Respiratory Syndrome-Coronavirus) adalah virus yang termasuk
dalam spesies coronavirus dan terletak dalam sub-family yang sama dengan SARScoronavirus.
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan. Secara genetik kerabat paling dekat dari MERS-CoV yang telah
ditemukan sampai saat ini merupakan coronavirus yang berasal dari kelelawar,
sehingga menimbulkan kecurigaan bahwa MERS-CoV juga berasal dari kelelawar.
Ada juga bukti-bukti yang mengarahkan bahwa virus MERS-CoV ditransmisikan
melalui kontak dengan unta atau kambing, namun sampai sekarang belum ada data
pasti yang mendukung teori tersebut.
Pada orang, corona virus dapat menyebabkan penyakit mulai dalam tingkat
keparahan seperti flu biasa hingga Sindroma Pernapasan Akut atau SARS (Severe
Acute Respiratory Syndrome). MERS Coronaviruses pertama kali terdeteksi pada
bulan April 2012, ini merupakan virus baru (novel coronaviruses) yang belum pernah
terlihat pada manusia sebelumnya. Pada kebanyakan kasus,virus ini telah
menyebabkan penyakit yang parah, bahkan setengah dari kasus yang tercatat
mengalami kematian. Hingga kemudian, corona virus ini dikenal sebagai Middle East
Respiratory Syndrome Coronaviruses (MERS-Cov) ). Nama itu diberikan
Coronavirus Study Group of the International Committee di Taxonomy of Viruses
pada May 2013. Karena penyebarannya yang semakin meluas sejak April 2012
hingga awal tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan
1
peringatan sejak Mei lalu untuk mewaspadai ancaman penyebarannya. Arab Saudi
adalah sumber penularan pertama, dengan jumlah kasus mencapai 378 dan 107
kematian. Tetapi sedikitnya ada 14 negara yang juga melaporkan kasus penyakit ini,
antara lain Mesir, Jordania, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Tunisia, Malaysia,
Oman, Perancis, Yunani, Italia, Inggris, Filipina, dan kini Amerika Serikat. Sampai
saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola penularan MERSCov,
karena telah ditemukan adanya penularan dari manusia ke manusia yang saling kontak
dekat dengan penderita.
Unta hampir dipastikan menjadi sumber virus korona MERS di Timur Tengah.
Hasil penelitian di negara tersebut menunjukkan kebanyakan unta, meski tidak semua,
terinfeksi jenis virus yang secara genetik hampir identik dengan virus yang
menginfeksi manusia. Mekanisme penyebaran virus Corona dari hewan ke manusia
masih diteliti sampai saat ini, meskipun ada dugaan bahwa manusia pertama yang
terinfeksi mungkin pernah secara tidak sengaja menghirup debu kotoran kering
Kelelawar yang terinfeksi. Saat ini, para peneliti masih menyelidiki kemungkinan
hewan lain yang menjadi mediator penularan virus Corona guna menangani
meluasnya penyebaran penyakit ini, mengingat bahwa jenis virus ini dikatakan lebih
mudah menular antar-manusia dengan dampak yang lebih mematikan dibandingkan
SARS.
C. Manifestasi Klinis
Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan MERS-COV mengalami penyakit
pernapasan akut parah dengan gejala demam, batuk, sesak napas. Beberapa orang juga
memiliki gejala gastriintestinal seperti diare, mual, atau muntah. Bagi banyak orang
dengan MERS, komplikasi yang lebih parah diikuti seperti pneumonia dan gagal
ginjal. Sekitar 30% dari orang dengan MERS meninggal.
Symtomps of middle east repiratory syndrome in saudi cases (assri, 2013) :
Cough
Hemoptysis
Shortness og breath
Chest pain
Sore throat
2
Runny nose
Abdominal pain
Nause
Vomiting
Diarrhea
Myalgia
Headache
D. Patofisiologi
Coronavirus (CoVs) virus RNA yang menginfeksi burung dan berbagai
mamalia, termasuk manusia. Virus ini terdiri dari protein struktural beberapa yang
memegang relative panjang (sekitar 30 kb) positif-terdampar genom. Mereka terjadi
di seluruh dunia dan dapat menyebabkan penyakit signifikansi medis dan kedokteran
hewan. Umumnya, infeksi terlokalisasi pada pernapasan, dan/ atau sistem saraf. Saat
ini, terdapat jenis CoVs yang dapat menginfeksi manusia antara lain:
a. Human CoVs HKU1,
b. NL63,
c. 229E dan
d. OC43
Virus ini dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan, ditandai
dengan penyakit saluran pernapasan atas yang mencakup: coryza, batuk dan sakit
tenggorokan. Virus ini hanya sesekali menginduksi penyakit saluran pernapasan
bawah, seperti: bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia.
Selain sebagai penyebab penyakit MERS, virus ini juga dapat menyebabkan
penyakit SARS di Negara China tahun 2002. Sejauh ini, laporan yang menjelaskan
otopsi fatal MERSCoV kasus belum banyak dipublikasikan. Oleh karena itu, pada
tahap satu ini hanya bisa berspekulasi tentang patologi dari Mers-CoV pada manusia.
Semua CoVs manusia diperkirakan berasal dari waduk hewan, baik itu SARSCoV dan mers-COV. Antara lain seperti muncul dari kelelawar, musang kelapa di
Negara Cina. Ada juga unta di Timur Tengah. Penyakit MERS ini diduga besar
penyebabnya adalah unta dromedaris di Timur Tengah dan beberapa bagian Afrika.
Penyakit ini juga dapat disebarkan dari manusia ke manusia. Seperti halnya yang
3
terjadi di rumah sakit, yang mana penularan dari orang ke orang ini banyak terjadi di
unit hemodialisis, unit perawatan intensif atau di-pasien unit, di mana pasien
terinfeksi Mers-CoV dari clade monofiletik tunggal menularkan ke tenaga kesehatan
disana karena kepadatan penduduk dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang
tidak memadai. Hal ini masih belum jelas apakah transmisi melalui orang-ke-orang ini
terjadi melalui pernapasan besar, tetesan, karena batuk dan bersin, seperti dalam
SARS, atau melalui fomites. Juga, episode penularan tidak jelas tetapi dilaporkan
berlangsung selama kedua gejala dan fase inkubasi.
Dikarenakan etiologi dari penyakit MERS dan SARS adalah sama
memungkinkan bahwa histologi dari penyakitnya juga sama, yaitu fase eksudatif,
proliferatif sebuah fase dan fase fibrosis.
a. Fase eksudatif adalah terlihat pada pasien di awal 10 hari dari penyakit, dan
ditandai dengan nekrosis alveolar, bronchiolar dan sel epitel bronkus, edema
intraluminal, fibrin eksudasi, pembentukan membran hialin, perdarahan dan
infiltrasi sel-sel inflamasi, seperti monosit atau makrofag, limfosit dan neutrofil,
ke dinding alveolar dan lumina.
b. Fase proliferasi, setelah 10-14 hari, menunjukkan interstitial dan fibrosis
alveolar, obliterans bronchiolitis mengorganisir pneumonia (Boop), regenerasi
dengan tipe II Pneumosit hiperplasia dan sel raksasa berinti.
c. Tahap fibrosis, setelah 14 hari, menunjukkan penebalan interstitial, dengan
fibrosis dan Boop-seperti sel inflamasi pola dan beberapa (terutama histiosit dan
limfosit).
Virus MERS-CoV
E. Pathway
Langsung: melalui percikan dahak (droplet) pada
saat pasien batu katau bersin
Parenkim Paru
Respon hormonal
Antigen
Antigen-antibodi berikatan
dengan molekul komplemen
Pelepasan histamine
aktifasi bradikinin
Vasodilator kapiler
Interleukin-1
Interleukin-6
Perpindahan eksudat
plasma ke intertisiel
Fagositosis
sel debris
Sekret Menumpuk
pada bronkus
Batuk, sesak
napas, Dispnea
Merangsang Hipotalamus
meningkatkan suhu
Peningkatan
penggunaan energi
Menggil, meningkatkan
suhu basal
Keletihan
INTOLERANSI
AKTIVITAS
HIPERTERMI
Penurunan difusi
oksigen
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
Penurunan saturasi
oksigen
KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN
NAFAS
Peningkatan produksi
eritopoetin ginjal
Hipoksia Jaringan
KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN
PERIFER
Stimulasi produksi
sel darah merah
Polisitemia
5
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Spesimen Klinis Rutin
Kultur mikroorganisme sputum dan darah pada pasien dengan pneumonia
2. Spesimen dari saluran napas atas dan bawah
Dilakukan pemeriksaan Virus Influenza A dan B, virus influenza A subtype H1
dan H3 dan H5, dan H5N1
3. Pemeriksaan Spesimen Corona Virus Baru ( Pemeriksaan Untuk Konfirmasi
Diagnosa)
Dilakukan dengan menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain
Reaction (RT-PCR)
Bahan Pemeriksaan :
Spesimen dari saluran napas atas (hidung/nasofaring/dan atau swab
tenggorokan
Spesimen saluran nafas bawah ( Sputum , aspirat endotracheal, kurasan
bronkoalveolar)
Tempat Pemeriksaan : Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta
Pengambilan specimen serial dari beberapa tempat dalam waktu beberapa
hari (setiap 2-3 hari) untuk melihat Viral Sheeding
Jika kasus tidak memiliki gejala atau tanda infeksi saluran napas
bawah dan tidak tersedia spesimen dari saluran napas bawah, maka
harus diambil spesimen nasofaring dan orofaring.
Konfirmasi laboratorium
Saat ini diperlukan pemeriksaan diagnostik molekuler yang mencakup
satu hasil PCR positif dengan target 2 genom spesifik, atau satu target positif
dengan sequensing pada yang kedua. Akan tetapi, rekomendasi interim untuk
pemeriksaan laboratoris untuk MERS-CoV harus merujuk pada standar
konfirmasi laboratoris terkini
G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bersifat spesifik, pengobatan
hanya bersifat suportif tergantung kondisi/ gejala yang timbul pada pasien, seperti
demam, batuk, hingga sesak. WHO tidak merekomendasikan pemberian steroid dosis
tinggi. Belum ada vaksin tersedia untuk MERS-CoV.
Pengendalian Infeksi:
Transmisi penularan virus MERS-CoV belum jelas, dapat terjadi melalui :
Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin.
Tindakan pencegahan standar diterapkan pada setiap pasien yang diketahui atau
dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan dicurigai,
probable atau terkonfirmasi MERS-CoV.
Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter antara setiap
pasien ISPA dan pasien lainnya yang tidak menggunakan APD.
Petugas yang merawat harus menggunakan masker medis dengan benar ketika
berada didalam ruangan yang sama dengan pasien. Jangan menyentuh bagian
luar masker selama pemakaian. Masker segera diganti bila telah basah atau
kotor. Buang masker dan lakukan kebersihan tangan segera setelah melepas
masker.
Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh pasien terutama sekret mulut dan
hidung dan tinja. Jika memungkinkan,gunakan sarung tangan ketika merawat
9
bagian mulut dan hidung serta ketika menangani tinja dan urin pasien. Lakukan
kebersihan tangan segera setelah melepas sarung tangan.
-
Sarung tangan, tissue, masker dan limbah lain yang berasal pasien atau
perawatan pasien harus dimasukkan dalam kantongan (ditempatkan dalam
kontainer yang ada di kamar pasien) sebelum dibuang ke tempat sampah.
Hindari bentuk bentuk pajanan lain dengan pasien sakit atau bahan
terkontaminasi dilingkungan pasien sakit. Contoh, hindari penggunaan bersama
alat-alat makan dan minum, handuk, waslap dsb. Alat makan harus dicuci
menggunakan air dan sabun segera setelah digunakan. Permukaan permukaan
yang disentuh oleh pasien, seperti meja disamping tempat tidur, tempat tidur,
dan furnitur kamar tidur lain, harus lebih sering dibersihkan dengan
menggunakan pembersih rumah tangga atau larutan pemutih (perbandingan 1
bagian pemutih dengan 9 bagian air).
Bersihkan bak mandi dan toilet setiap hari dengan menggunakan pembersih
rumah tanggan atau larutan pemutih Pakaian, seprei, handuk tangan dan mandi,
dll milik pasien dapat dibersihkan dengan menggunakan air dan sabun biasa
serta dikeringkan dengan baik. Letakkan kain yang terkontaminasi kedalam
kantong laundry. Cucian yang kotor sebaiknya tidak di kucek-kucek dan
sebaiknya hindari pakaian yang terkontaminasi material yang berasal dari pasien
sakit.
Sesorang yang mengalami gejala harus tetap berada dirumah sampai terjadi
perbaikan gejala yang memuaskan. Keputusan untuk memindah pasien dari
penmantauan di rumah harus dibuat berdasarkan temuan-temuan klinis atau
laboratoris atau keduanya.
Semua anggota keluarga harus dianggap sebagai kontak dan perlu dipantau
kesehatannya seperti dijelaskan berikut ini
10
Penatalaksanaan kasus
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bersifat spesifik, pengobatan hanya
bersifat suportif tergantung kondisi keadaan pasien. WHO tidak merekomendasikan
pemberian steroid dosis tinggi. Belum ada vaksin tersedia untuk MERS-CoV.
H. Komplikasi
Berdasarkan data WHO, kasus MERS-CoV sebagian besar menunjukkan
tanda dan gejala pneumonia. Hanya satu kasus dengan gangguan kekebalan tubuh
(immunocompromised) yang gejala awalnya demam dan diare, berlanjut pneumonia.
Komplikasi kasus MERS-CoV adalah pneumonia berat dengan gagal napas yang
membutuhkan alat bantu napas non invasif atau invasif, Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multi-organ yaitu gagal ginjal, Disseminated
11
I. Asuhan Kepeawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
b. Keluhan Utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya
keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi,
dan diagnosis medik.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
12
g. Pemeriksaan Fisik
Untuk pasien denganMERS, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih
spesifik ke arah pengkajian sistem imun dan hematologi
Pengkajian ROS
1. B1 (BREATH)
2. B2 (BLOOD)
3. B3 (BRAIN)
4. B4 (BLADDER)
5. B5 (BOWEL)
6. B6 (BONE)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketididakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam
udara inspirasi.
3. Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidaksembangan
antara suplai dan kebutuhan O2
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan
13
3. Intervensi
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC:
Berhubungan dengan:
Aspiration Control
kriteria hasil :
Mendemonstrasikan
batuk
efektif
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
dan dyspneu (mampu mengeluarkan Kolaborasi pemberikan bronkodilator :
sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada Monitor status hemodinamik
pursed lips)
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
Batasan Karakteristik :
tidak
merasa
tercekik,
dalam
nafas,
frekuensi
Sianosis
Mampu
pernafasan
irama
mengidentifikasikan
rentang
dan
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Pertahankan
hidrasi
yang
adekuat
untuk
mengencerkan sekret
14
mengeluarkan suara
Dispnea
Jelaskan
pada
pasien
dan
keluarga
tentang
15
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Gangguan Pertukaran gas
NIC :
ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
Berhubungan dengan :
-
NOC:
Intervensi
alveolar
Auskultasi
Kriteria hasi:
Batasan Karakteristik :
-
Pernapasan abnormal
Diaforesis
Penurunan co2
Dispnea
Hiperkapnea
Hipoksia
takikardia
suara
nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
cairan
mengoptimalkan
pada
pasien
dan
keluarga
tentang
17
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Hipertermia
NOC:
Berhubungan dengan :
Thermoregulasi
Intervensi
NIC :
penyakit/ trauma
peningkatan metabolisme
Suhu 36 37C
dehidrasi
Batasan Karakteristik
Kreiteria hasil:
konvulsi
Selimuti pasien
kulit kemerahan
suhu normal
kejang
takikardi
takipnea
18
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intoleransi aktivitas
NOC :
Berhubungan dengan :
Toleransi aktivitas
Kelemahan menyeluruh
Konservasi eneergi
Ketidakseimbangan
Kriteria Hasil :
melakukan aktivitas
terhadap aktivitas
Kaji
adanya
faktor
yang
menyebabkan
Monitor nutrisi
adekuat
dan RR
kelelahan
Batasan Karakteristik :
NIC :
antara suplei
Intervensi
Monitor
respon
kardivaskuler
terhadap
Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
20
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Ketidakefektifan
perfusi
Jaringan NOC
NIC :
Perifer
Circulation Status
Berhubungan dengan :
Hipoksia Jaringan
Batasan Karakteristik :
Kriteria Hasil :
Tidak
Perubahan
karakteristik
yang diharapkan
Intervensi
ada
tanda-tanda
peningkatan
tekanan intrakranial
kulit
Perubahan
tekanan
darah
di
ekstremitas
-
Penurunan nadi
Edema
21
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA NIC NOC . Yogyakarta : Mediaction
Judith MA van den Brand, Saskia L Smits and Bart L Haagmans, oktober 2014
Pathogenesis of Middle East respiratory syndrome coronavirus, J Pathol 2015; 235:
175184, Wiley Online Library, Department of Viroscience, Erasmus Medical Centre,
Rotterdam, The Netherlands
WHO. Infection prevention and control during health care for probable or confirmed cases of
novel coronavirus (nCoV) infection - Interim Guidance. 2013. Available online:
http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-pedoman-pencegahandan-pengendalian-infeksi-mers-cov.PDF
WHO. Rapid advice note on home care for patients with Middle East respiratory syndrome
coronavirus (MERS-CoV) infection presenting with mild symptoms and management
of contacts. 2013. Available online.
http://www.siloamhospitals.com/sites/default/files/MERS%20Co-V%20IND.PDF
Pedoman TataLaksana Klinis Infeksi Saluran Pernafasan Akut Berat Suspek Middle East Respiratory
Syndrome Corona Virus (MERS-CoV)
http://www.depkes.go.id/downloads/merscov/Manajemen%20Klinis%20Mers_A5_Final120214-1.pdf
www.depkes.go.id/download.php?file=download/puskes...mers..
www.artikelkesehatan.info/mers-cov/
22