You are on page 1of 14

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

PENGELOLAAN OBAT DAN FASILITAS UNIT PELAYANAN BEDAH


RUMAH SAKIT

IKM C 2015
Kelompok 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mega Widya Puspa Ningrum


Syahrial Setia Perdana
Prasita Ayu Widyaningtyas
Erini Meilina Bestari
Wahyu Dyah Sukmawati
Erike Anisa Nurshafa
Andiyana Nur Wulan
Fenti Nur Aini Amallia
Popy Puspitasari

101511133012
101511133036
101511133066
101511133093
101511133129
101511133148
101511133163
101511133190
101511133223

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
BAB I
PENGELOLAAN OBAT RUMAH SAKIT

1.1 Definisi Pengelolaan Obat Rumah Sakit


1.1.1 Pengertian Pengelolaan
Kata Pengelolaan dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti
pula pengaturan atau pengurusan (Suharsimi Arikunto, 1993: 31). Pengelolaan
diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan
tertentu.
1.1.2 Pengertian obat
Pengertian obat menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36
tahun 2009 tentang kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk
produk biologi yang digunakan untuk memengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan,

penyembuhan,

pemulihan,

peningkatan

kesehatan

dan

kontrasepsi untuk manusia. Pentingnya obat dalam pelayanan kesehatan


memberikan konsekuensi yang besar pula dalam anggaran obat.
1.1.3 Pengertian Rumah sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan
tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan serta
mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi
melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan upaya kesehatan
penunjang.
1.1.4

Pengertian Pengelolaan Obat Rumah Sakit


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang

standar pelayanan farmasi di rumah sakit, menyatakan bahwa fungsi instalasi


farmasi adalah memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit,

merencanakan

kebutuhan

perbekalan

farmasi

secara

optimal,

mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku, memproduksi perbekalan farmasi untuk


memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit, menerima
perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku,
menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian, mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit serta menyediakan obat bagi pasien rawat jalan maupun rawat
inap. Aspek penting dari fungsi ini adalah upaya menilai efektivitas dan
keamanan obat yang diberikan serta interakasinya dengan modulasi
pengobatan yang lain.
Manajemen obat

merupakan

komponen

yang

penting

dalam

pengobatan paliatif, simptomatik, preventif dan kuratif terhadap penyakit serta


berbagai kondisi. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang
digunakan rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien.
Manajemen obat di instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu aspek
penting, karena ketidakefisiennya akan memberi dampak negatif terhadap
biaya operasional rumah sakit karena ketersediaan obat setiap saat menjadi
tuntutan pelayanan kesehatan, maka pengelolaan yang efesien sangat
menentukan keberhasilan manajemen obat di suatu rumah sakit secara
keseluruhan. Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap saat
dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara efesien,
dengan demikian manajemen obat dapat dipakai sebagai proses penggerakan
dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki/potensial yang untuk
dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap saat
dibutuhkan untuk operasional efektif dan efesien (Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
1.2 Manajemen Pengelolaan Obat Rumah Sakit
Manajemen pengelolaan obat rumah sakit dilakukan dengan alasan
yang pertama, obat berhubungan dengan pasien dan juga tenaga kesehatan
sehingga dapat memberikan dampak yang positif maupun negative pada
kesehatan. Kedua, apabila manajemen obat kurang baik menjadi masalah kritis
di beberapa negara terutama negara berkembang sedangkan adanya
manajemen obat yang baik dan teratur dapat menghemat uang dan dapat

meningkatkan pembangunan. Berdasarkan alasan diatas, maka manajemen


obat dirumah sakit menjadi sangat penting karena mempengaruhi anggaran
belanja rumah sakit bersangkutan serta mempengaruhi pasien dalam
penggunaanya.
1.2.1 Siklus Manajemen Obat
Siklus manajemen obat merupakan suatu proses seleksi obat di rumah
sakit hingga obat tersebut digunakan atau diberikan ke pasien. Dalam siklus
manajemen obat terdapat Policy and Legal Framework yang merupakan
suatu sistem kebijakan yang diatur oleh undang-undang yang menjadi dasar
atau acuan untuk melakukan kegiatan kefarmasian. Dibawah ini merupakan
siklus manajemen obat menurut WHO.

Berdasarkan bagan, maka terdapat 5 proses penting dalam manajemen


pengelolaan obat yaitu :
1. Manajemen Pendukung (Management Support)
Merupakan tahap pengorganisasian, pendanaan, sumber informasi,
perencanaan, evaluasi, pelayanan, penelitian dan pengamanan yang
mencakup seluru tahap Drug

Management Cycle. Manajemen

pendukung yang meliputi kemampuan organisasi, management keuangan


yang memadai, informasi yang terbaru dalam dunia kesehatan dan yang
paling penting yaitu manusia yang bersumber daya.
2. Proses Seleksi (Selection)

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan


yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
Proses penyeleksian perbekalan farmasi menurut WHO dapat didasarkan
pada kriteria berikut:
a. Berdasarkan pola penyakit dan prevalensi penyakit (10 penyakit
terbesar).
b. Obat-obat yang telah diketahui penggunaannya (well-known), dengan
profil farmakokinetik yang baik dan diproduksi oleh industri lokal.
c. Efektif dan aman berdasarkan bukti latar belakang penggunaan obat
d. Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal,
termasuk manfaat secara financial.
e. Jaminan kualitas termasuk bioavaibilitas dan stabilitas
f. Sedapat mungkin sediaan tunggal.
Berdasarkan kriteria tersebut diatas, dapat disimpulkan menjadi 3 aspek
penting pada proses seleksi obat yaitu :
1. Menjaga biaya obat dan bentuk sediaan obat dengan terjangkau dan hemat
biaya sehingga mampu mengoptialkan penggunaan sumber daya keuangan
2. Memiliki obat yang tersedia sebagai pengobatan berbagai penyakit umum,
penyakit khusus dan sebagainya pada tingkat perawatan yang tersedia.
3. Adanya ketersediaan obat yang aman, efektif dan terjaga kualitasnya.
4. Proses Pengadaan (Procerement) merupakan suatu pelaksanaan untuk
memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi
perencanaan, penentuan kebutuhan, penentuan sistem pengadaan/tender,
menjaga kestabilan penganggaran, menjamin kualitas obat, mengadakan
penganggaran.
5. Proses Distribusi (Distribution) merupakan

kegiatan mendistribusikan

perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses


terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medik. Distribusi obat bertujuan agar ketersediaan obat di rumah
sakit tetap terpelihara dan mutu obat tetap stabil. Sistem distribusi obat ada
4 yaitu:
1) Unit Dispensing Dose (UDD), yaitu obat diberikan per unit obat
2) One Dailing Dose (ODD), yaitu obat diberikan per hari
3) Floor stock, yaitu persediaan di ruangan
4) Individual Praescription (IP), yaitu resep individu perorangan

6. Proses Penggunaan (Use) kegiatan mulai dari pengambilan obat, peracikan


sampai penyerahan pada pasien dengan malkukan skrining resep. Rumah
sakit harus mengadakan prosedur rinci dan terdokumentasikan dalam
pemberian obat.
Dalam melakukan manajemen pengelolaan obat di rumah sakit, harus
memperhatikan aspek lain seperti

ruang penyimpanan obat. Adanya ruang

penyimpanan bertujuan untuk menghindari kontaminasi obat serta penurunan


kualitas obat, menghindari kerusakan pada label obat, untuk mejamin kualitas
obat dan kemasan selama dalam masa simpan, menghindari pencurian, dan
mencegah serangan hama maupun hewan lain. Ruang penyimpanan obat juga
harus diperhatikan beberapa aspeknya seperti suhu yang adekuat, penerangan
yang cukup, kebersihan ruangan, kelembapan yang cukup, tersedianya fasilitas
penyimpanan yang dingin, serta tersedianya rak yang memadai untuk menyimpan
obat dan memastikan kualitas obat yang tersimpan.

BAB II
Pembekalan dan Fasilitas Unit Bedah Rumah Sakit
2.1 Prosedur Pembekalan Bedah Rumah Sakit
Prosedur

pembekalan

bedah

merupakan

uraian

instruksi

dalam

menjalankan prosedur WHO Surgical Safety Checklist bagi keselamatan pasien


di unit bedah yang dikembangkan setelah konsultasi ekstensif ,dan bertujuan
untuk mengurangi kesalahan dan efek samping, serta meningkatkan kerja sama
tim dan komunikasi dalam operasi. Tahap prosedur pembekalan bedah menurut
Surgical Safety Briefing Checklist :
1. Before Induction Checklist. Diprakarsai oleh Anaesthetist , dibaca oleh
perawat (circulating nurse) - respon oleh ahli anestesi. Dalam tahap ini
memuat detail verifikasi , seperti:
a) Kelengkapan pemeriksaan keamanan anestesi (Anaesthesia safety
check).
b) Memperoleh persetujuan pasien .
c) Konfirmasi identifikasi pasien.
d) Konfirmasi lokasi (bagian tubuh yang akan dibedah) dan prosedur
pembedahan.
e) Pemberian tanda pada lokasi pembedahan (bagian tubuh yang akan
dibedah).
f) Memastikan Pulse Oximeter (perangkat medis yang digunakan untuk
memantau kadar oksigen dalam darah) menyala dan berfungsi.
g) Konfirmasi alergi pada pasien dengan opsi : ada , tidak ada , spesifik.
h) Difficult airway : jika dipastikan mengalami kesulitan bernapas akan
disediakan bantuan medis.
i) Risiko kehilangan darah >500ml : jika ada risiko pasien akan
mendapatkan akses IV yang memadai (adequate IV access) sebelum
operasi pembedahan.
2. Surgeons Team Briefing. Merupakan pengantar dan peranan semua
anggota tim bedah , diselesaikan oleh dokter bedah (surgeons) sebelum
melakukan scrubbing.
Dalam tahap ini memuat detail verifikasi , seperti : nama pasien ;
procedure, site and site marked ; gambaran umum prosedur dan durasi
proses pembedahan ; kebutuhan peralatan, instrumen, penggambaran

medis, implan dalam proses pembedahan ; posisi pasien, suhu ruangan,


DVT, antibiotik (apakah perlu dilakukan dosis-ulang / re-dosis).
Antisipasi kejadian kritis (Critical Events) :
a) Surgeon Review : memberikan perhatian khusus pada : spesifik pasien ,
kejadian kehilangan darah (blood loss) , langkah kritis (critical steps) ,
staffing , peralatan khusus dalam proses pembedahan.
b) Anaesthesia Review : memberikan perhatian khusus pada : spesifik
pasien , perencanaan resuscitation , medications.
c) Nursing Review : memberikan perhatian khusus pada : spesifik pasien,
peralatan, implantasi, perlengkapan, staffing.
3.

Before Skin Incision Checklist : prosedur yang dilakukan sebelum


melakukan tindakan sayatan pada kulit pasien. Diprakarsai oleh
Anaesthetist , dibaca oleh perawat (circulating nurse) - respon oleh ahli
anestesi. Dalam tahap ini memuat detail verifikasi , seperti : Konfirmasi
nama pasien , konfirmasi lokasi (bagian tubuh yang akan dibedah) ,
prosedur pembedahan dan verifikasi tanda pada lokasi pembedahan ,
pemberian Antibiotic Prophylaxis (selama 60 menit) , Essential Imaging
displayed , DVT prophylaxis.

4. Surgeons Team Debriefing : diselesaikan oleh dokter bedah (surgeons)


sebelum pasien meninggalkan ruangan bedah. Dalam tahap ini memuat
detail verifikasi , seperti :
a) Menghitung jumlah instrument bedah , spons , dan jarum.
b) Pelabelan spesimen bedah.
c) Prosedur yang dilakukan dan kejadian yang tidak direncanakan selama
proses oprasi pembedahan.
d) Memperhatikan pemulihan pasien dan rencana pengelolaannya.
e) Klasifikasi luka bedah.
2.2 Persyaratan Sarana Unit Bedah Rumah Sakit
Dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 10
ayat (2) menyebutkan, bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bahwa persyaratan minimal bangunan rumah sakit diantaranya adalah
harus memiliki ruang operasi. Maka dari itu, perlu disusun pedoman teknis
bangunan rumah sakit ruang operasi yang memenuhi standar pelayanan,
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Berdasarkan pedoman
teknis bangunan rumah sakit ruang operasi , maka diaturlah mengenai sarana
penunjang pelaksanaan operasi bedah, meliputi :

No

Sarana

Fungsi

.
1

Ruang Pendaftaran

Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan


administrasi, khususnya pelayanan bedah,

Ruang Tunggu Pengantar

dilengkapi loket pendaftaran.


Ruang untuk pengantar pasien menunggu

Ruang Transfer (Transfer

selama pasien menjalani proses bedah.


Ruang tempat mengganti brankar pasien

Room)
Ruang Tunggu Pasien

dengan brankar instalasi bedah


Ruang tunggu pasien dimaksudkan untuk

(Holding Room)

tempat menunggu pasien sebelum dilakukan


pekerjaan

persiapan

(preparation)

oleh

petugas Ruang Operasi Rumah Sakit dan


menunggu sebelum masuk ke kompleks
5

Ruang Persiapan Pasien

ruang operasi.
Ruang untuk mempersiapkan pasien bedah

Ruang Induksi

sebelum memasuki ruang operasi.


Ruang yang digunakan untuk persiapan

Ruang Penyiapan

anaestesi/pembiusan.
Ruang untuk menyiapkan

peralatan

Peralatan/Instrumen Bedah instrumen dan bahan-bahan yang akan


Kamar bedah

digunakan pembedahan.
Ruang untuk melakukan tindakan operasi

Ruang Pemulihan

dan atau pembedahan.


Ruang pemulihan pasien pasca operasi yang

(Recovery)

memerlukan perawatan kualitas tinggi dan

Ruang ganti pakaian

pemantauan terus menerus.


Ruang yang digunakan untuk Dokter dan

(Loker)

petugas medik mengganti pakaian sebelum

11

Ruang Dokter

masuk ke lingkungan ruang operasi.


Ruang tempat istirahat dokter dilengkapi

12

Scrub Station

dengan KM/WC
Scrub station atau scrub up, adalah bak cuci

8
9

10

tangan bagi Dokter ahli bedah dan petugas


medik yang akan mengikuti langsung
pembedahan di dalam ruang operasi.

13

Ruang Utilitas Kotor

Ruang untuk membuang kotoran bekas

(Spoel Hoek, Disposal)

pelayanan pasien khususnya yang berupa


cairan. Spoolhoek berupa bak/ kloset yang

14

Ruang Linen

dilengkapi dengan leher angsa (water seal).


Ruang linen berfungsi menyimpan linen,
antara lain duk operasi dan pakaian bedah

15

Ruang Penyimpanan

petugas/dokter.
Ruang tempat penyimpanan instrumen yang

16

Perlengkapan Bedah
Ruang Penyimpanan

telah disterilkan.
Ruang tempat penyimpanan

Peralatan Kebersihan

barang dan bahan setelah digunakan untuk

(Janitor)

keperluan operasi sebelum dimusnahkan ke

sementara

insenerator, atau dicuci di londri dan


17
18

Depo Farmasi

disterilkan di CSSD.
Ruang/ tempat menyimpan obat- obatan

Ruang perawat

untuk keperluan pasien.


Ruang untuk istirahat perawat/ petugas
lainnya

setelah

melakukan

kegiatan

pembedahan atau tugas jaga. Ruang jaga


harus

berada

di

mempermudah
19

Ruang Diskusi Medis

KM/WC
Parkir brankar

sebelum

Meja Operasi/bedah

pihak

shg
yang

melakukan

tindakan

pembedahan.
KM/WC (petugas, pengunjung)
Tempat parkir brankar selama tidak ada
kegiatan

22

semua

depan

memerlukan pelayanan bedah.


Ruang untuk diskusi para operator kamar
operasi

20
21

bagian

pembedahan

(selama

tidak

diperlukan.)
Secara umum, ada 2 jenis meja operasi,
yaitu meja operasi yang digerakkan secara
hidarolik, dan meja operasi yang digerakkan
dengan elektrohidraulik (sebelumnya ada
meja

operasi

mekanik).

yang

digerakkan

secara

23

Lampu Operasi/bedah

Lampu

operasi

umumnya

diletakkan

menggantung di langit-langit ruang operasi,


dan berada di posisi diatas meja operasi
24

Mesin Anesthesi

(Operating Table).
Peralatan medik yang berfungsi untuk
pembiusan pada pasien yang dilakukan oleh
dokter spesialis anestesi sebelum dilakukan

25

Ceiling Pendant

pembedahan oleh dokter spesialis bedah.


Rak yang dipasang di langit-langit,
umumnya di kamar bedah atau di ruang

26

Alat Monitor

ICU, dapat digerakkan ke segala arah.


Alat monitor yang umum terdapat di ruang
operasi berfungsi untuk merekam aktivitas

27

Film Viewer

listrik jantung.
Alat untuk melihat,

membaca

dan

mengartikan hasil foto rontgen.


2.3 Persyaratan Prasarana Unit Bedah Rumah Sakit
Setiap prasarana Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan pekerjaan
instalasi dan jaringan yang menyatu dengan bangunan dan lingkungannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang bertujuan memfungsikan bangunan sebagai tempat perawatan pasien.
Prasarana yang dibutuhkan pada ruang operasi bangunan rumah sakit,
meliputi :
1.

Instalasi Mekanikal
Instalasi mekanikal pada bangunan ruang operasi rumah sakit meliputi :

2.

a) Instalasi air bersih dan sanitasi.


b) Instalasi gas medik, vakum medik.
c) Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara (VAC).
d) Kebisingan dan getaran.
Instalasi Elektrikal
Instalasi Elektrikal pada bangunan ruang operasi rumah sakit, meliputi :
a) Sistem proteksi petir.
b) Sistem kelistrikan.

c) Sistem pencahayaan.
d) Sistem komunikasi.

3.

Instalasi proteksi kebakaran : Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, harus


dilindungi terhadap bahaya kebakaran, meliputi Sistem Proteksi Pasif , dan
Sistem Proteksi Aktif.
a) Proteksi pasif pada komplek ruang operasi : Terdapat peralatan-peralatan
medik (lampu operasi, mesin anestesi, ceiling pendant, meja operasi,
instrumen-instrumen bedah, monitor, mobile x ray, yang tidak diinginkan
untuk disiram air pada saat terjadinya kebakaran. Sistem springkler
otomatik, boleh tidak digunakan, asalkan seluruh dinding, lantai, langitlangit dan bukaan-bukaan (pintu, jendela dan sebagainya) menggunakan
bahan/material yang mempunyai Tingkat Ketahanan Api minimal 2 (dua)
jam. Apabila kompleks ruang operasi berada menyatu dengan ruang lain
di dalam bangunan, maka kompleks ruang operasi harus dianggap
sebagai satu kompartemen, sehingga segala ketentuan yang menyangkut
tingkat ketahanan api strukturnya harus dipenuhi.
b) Proteksi kebakaran aktif di kompleks ruang operasi : Seluruh komplek
ruang operasi yang merupakan satu kompartemen, harus dilengkapi
dengan detektor asap pada seluruh ruangannya. Jika terjadi kebakaran di
ruang operasi, peralatan yang terbakar harus segera disingkirkan dari
sekitar sumber oksigen dan mesin anestesi atau outlet pipa yang
dimasukkan ke ruang operasi. Hal ini untuk mencegah terjadinya
ledakan. Jika terjadi kebakaran, semua pasien harus segera dipindahkan
dari tempat berbahaya, petugas harus memahami ketentuan tentang cara
melakukan pemadaman kebakaran, mengetahui secara tepat tata letak
kotak alarm kebakaran dan mampu menggunakan alat pemadam
kebakaran. Alat pemadam kebakaran jenis APAR dengan isi gas netral
yang ramah lingkungan di gunakan untuk pemadaman api bila terjadi
kebakaran, dan diletakkan di lokasi yang tepat di luar kamar bedah.

6.

4.
5.
Conclusion
According to the Ministry of Health Decree No. 1197 2004 about
the standard of pharmacy services at the hospital, stated that the
function of pharmacy installation is to choose the pharmaceuticals
according to the needs of hospital services, planning needs of
pharmaceuticals optimally, holding pharmaceuticals based on the plans

that have been made according to the regulations in force, producing


pharmaceuticals to meet the needs of health care in hospitals, receiving
pharmaceutical supplies in accordance with the specifications and
regulations,
specifications

saving
and

pharmaceuticals
requirements

of

in

accordance

pharmaceutical,

with

the

distribute

pharmaceuticals to care units in hospitals as well as medicines for


7.
8.

patients with outpatient and inpatient.


In Law No. 44 of 2009 on the Hospital section 10
Paragraph (2) states, hospital buildings as referred to in paragraph (1)
that the minimum requirements include the hospital building had to
have surgery. Therefore, guidelines on the technicalities of building a
hospital operating room that meets the standards of service, safety,

9.

health, comfort and convenience


Each infrastructure Hospital Operating Room is an installation
work and network that blends with the building and its environment,
partly or wholly on the top and / or in the soil and / or water, which
aims to enable the building as a place of patient care. Infrastructure
needed in the operating room hospital building, covering Mechanical
Installation, Electrical Installation and installation of fire protection.

10.

12.

11.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen of Health Estate and Facilities Division, 2007, HBN 1002 Surgery: Day Surgery Facilities, UK : Published by Departement

13.

of Health
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Saranan Kesehatan,
2012, Pedoman Teknis Ruang Operasi Rumah Sakit, Jakarta :

14.

Published by Kementrian Kesehatan RI


Martinsen,keith , 2009, Surgical Safety Checklists and Briefings,

15.

Canada : Published by Surrey Memorial Hospital


Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 10 Ayat 1-2

16.

WHO, 2004,Management of Drugs at Health Centre Level,


Published by the World Health Organization.

17.

You might also like