Professional Documents
Culture Documents
Menurut Macamnya
Abortus spontan
Abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis atau medisinalis tetap oleh
faktor-faktor alamiah
. Abortus provokatus
Abortus yang disengaja baik dengan obat maupun alat. Abortus terbafi menjadi :
Abortus medisinalis
Abortus kriminalis
Jenis Abortus
Abortus Iminens
Abortus yang membakat ditandai dengan perdarahan yang minimal, tetapi portio uteri masih
tertutup
Abortus Insipien
Abortus yang sedang berlangsung, terjadi perdarahan ringan sedang pada kehamilan muda di
mana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri.
Abortus Inkomplit
Perdarahan pada kehanilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri melalui kanalis servikalis
Abortus komplit
Perdarahan pada kehanilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
Missed Abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu tetapi janin tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih (Wiknjosastro,2005)
Perdarahan pada kehamilan muda dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati didalam
rahim selama > 8 minggu. ( Saifudin,2002).
Abortus Habitualis
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan dapat terjadi karena :
Kelainan kromosom kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,
poploidi dan kelainan kromosom seks
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak berfungsi
Anemia berat, penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati
akit ibu
serviks
uterus
tertutup
Sesuai
usia
kehamila
n
Tanda dan
gejala
kram perut
bawah
uterus
lunak
diagnosa
tindakan
Abortus
observasi
imminens perdarahan
istirahat
hindarkan
koitus
Sedang
hingga
banyak
Limbung
atau
pingsan
nyeri perut
bawah
Laparotomi
massa
adneksa
cairan
bebas intra
abdomen
sedikit/
tanpa nyeri
Tidak
perlu
perut
terapi spesifik
tertutup
Lebih kecil dari bawah
Abortus kecuali
/
usia gestasi
belum
insipiens
terjadi
expulsi
hasil
konsepsi
kram dan Abortus Evakuasi
nyeri perut incomplit
bagian
bawah
terjadi
expulsi
hasil
konsepsi
terbuka
mual
muntah
kram perut
bawah
sindrom
Lunak dan lebih
mirip pre
besar dari usia
eklamsi
gestasi
tidak ada
janin yang
keluar,jarin
gan seperti
anggur
Abortus
mola
Evakuasi tata
laksana mola
5. Penanganan
Penanganan awal
o Keadaan umum pasien
o Tanda-tanda syok(pucat,berkeringat banyak,sekanan sistole <90 mmHg, nadi>120x/menit)
o Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi,sekret vagina berbau,nyeri perut bawah,dinding
perut tegang,nyeri goyang porsio,dehidrasi,gelisah)
o Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat dilaksanakan pada fasilitas setempat
atau dirujuk.
Penanganan spesifik
o Abortus iminens
Tidak perlu pengobatan medik yang khusus
Anjurkan untuk tidak melakukan aktifiutas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan
sexual
Bila perdarahan:
Berhenti:lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang jika perdarahan lagi
Terus berlangsung:nilai kondisi janin (USG) dan konfirmasi kemungkinan penyebab lain
Pada fasilitas terbatas,pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil
pemeriksaan ginekologis
o Abortus insipiens
Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
Bila usia gestasi <16 minggu
kuretase
Bila prosedur evakuasi tidak dapat dilaksanakan segera:
disertai
dengan
anjuran
mengkonsumsi
makanan
bergizi
(sayuran,ikan
Kombinasi antibiotioka
AmpisilinAmpisillin dan metronidazol
Dosis oral
Catatan
3 x 1g oral dan Berspektrum luas dan mencakup
3 x 500 mg
untuk
gonorhea
dan
bakteri
anaerob
4 x 500 mg dan Baik untuk klamedia,gonorhea
2 x 300 mg
dan bakteriodes flagilis
Trimetropim dan sulfamethoksazol 160 mg dan 300 Spektrum cukup luas
mg
dan
Cara pemberian
IV
Dosis
3x1 gr
Gentamicin
IV
2x80 mg
Metronodasol
Ceftriakson
Amoksisiklin
IV
IV
IV
2x1 gr
1,1 gr
3x500 mg
IV
3x600 mg
klafulanik acid
Klindamisin
o Missed abortion
Missed abortion seharusnya ditangani dirumah sakit atas pertimbangan. Placenta dapat
melekat sangat erat didinding rahim, sehingga prosedur evakuasi ( curret ) akan lebih sulit
dan resiko perforasi lebih tinggi.
Umumnya kanalis cervikalis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan
batang laminaria selama 12 jam.
Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan
darah
KURETASE
A. PENGERTIAN
Kuretase adalah serangkaian proses melepaskan jaringan yang terlekat pada dinding
kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) kedalam
kavum uteri, sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan
secara sistematik.
Jaringan itu bisa berupa tumor, selaput rahim atau janin yang
6. Kelaina kromosom
C. RESIKO YANG MUNGKIN TERJADI
1. Perdarahan
2. Pergerakan yang terlalu dalam akan meninggalkan lubang di dinding rahim
3. Gangguan haid
4. Infeksi
D. INDIKASI
1. Abortus Incomplete
2. Abortus Septik
3. Mola Hidatidosa
4. Sisa Plasenta
5. Menometroragia
E. TEKNIK KURETASE
1. Tentukan Letak Rahim
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai umumnya terbuat dari
metal dan biasanya melengkung. Karena itu memasukkan alat-alat ini harus di sesuaikan
dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah dan perforasi.
2. Penduga Rahim (Sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamnya
penduga rahim. Caranya adalah setelah ujung penduga rahim membentur fundus uteri,
telunjuk tangan kanan diletakkan atau di pindahkan pada porsio dan tariklah sonde keluar lalu
berapa cm dalamnya rahim.
3. Dilatasi
Bila permukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuret,lakukanlah terlebih
dahulu dilatasi dengan dilatator atau bougre hegar. Peganglah busi seperti memegang pensil
dan masukkanlah hati-hati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya
diperlukan dilatasi sampai hegar nomor 7.
Untuk mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sendok kuret yang agak
besar dengan dilatasi yang lebih besar.
4. Kuretase
Seperti telah dikatakan pakailah sendok kuret yang agak besar, memasukkannya bukan
dengan kekuatan dan melakukan gerakan biasanya mulailah di bagian tengah. Pakailah
sendok kuret yang tajam (ada tanda bergerigi) karena lebih efektif dan lebih terasa sewaktu
melakukan kerokan pada dinding rahim dalam (seperti bunyi mengerok kelapa), dengan
demikian kita tahu bersih tidaknya hasil kerokan.
5. Cunam Abotus
Pada abortus insipiens dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam abortus untuk
mengeluarkannyayang biasanya di ikuti oleh jaringan yang lainnya. Dengan demikian
sendok kuret hanya di pakai untuk membersihkan sisa-sisa yang ketinggalan saja.
6. Perhatian
Memegang, memasukkan dan menarik alat-alat haruslah hati-hati, lakukanlah dengan lembut
sesuai dengan arah dan letak rahim.
F. LANGKAH KLINIK KURETASE
A. Persetujuan Tindakan Medis
B. Persiapan Pasien sebelum Tindakan
I.
Pasien
1. Cairan dan selang infuse sudah terpasang, perut bawah dan lipatan paha sudah dibersihkan
dengan air sabun.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.
3. Siapkan kain alas bokong, dan penutup perut bawah.
4. Medikamentosa
5. Larutan antiseptic
6. Instrumen
a.
Tabung 5 cc : 1 buah
f.
Dilatators : 1 set
Lampu sorot : 1
b. Mangkok logam : 2
c.
Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan pembukaan servik, arah dan
konsistensi uterus.
4. Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan clorin 0.5%.
5. Pakai sarung tangan DTT/ steril.
6. Dengan satu tangan masukan speculum sim secara vertical kedalam vagina, setelah itu putar
ke bawah(hingga lumen vagina tampak jelas). Masukan bilah speculum atas secara vertical
kemudian putar dan tarik ke atassehingga jalas terlihat servaik.
7. Minta asisten unuk menahan speculum atas pada posisinya.
8.
Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kassa antiseptic yang dijepit dengan
cunam tampon.
9.
Jepit servik dengan tenakulum pada tempat yang ditentukan (jam 11 dan 13) dengan
tenakulum.
I.
PENGUMPULAN DATA
Pengkajian tanggal: 09-12-2011
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama
: Ny. R
Nama suami
: Tn. S
Umur
: 25 Tahun
Umur
: 30 Tahun
Suku
: Jawa
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Bangsa
: Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
Agama
:: Islam
Penghasilan : Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
: SMA
: Swasta
Agama
: Islam
Penghasilan
:-
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil kedua dengan umur kehamilan 2 bulan mengeluarkan darah dari
kemaluan tanggal 09-12-2011 jam 10.00 WIB. Darah segar dan bergumpal, kemudian di
bawa ke RS tanggal 09-12-2011 jam 16.00 WIB.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit Jantung, kencing manis, asma, penyakit
keturuan, menular dan tidak pernah operasi.
: 15 tahun
Siklus haid
Lama haid
: 5-6 hari
Konsistensi
: tidak pernah.
HPHT
: 13102011
TTP
: 20072012
6. Riwayat perkawinan
Kawin
: 1 kali
Lama kawin
: 5 tahun
: 20 tahun
Umur
Cara
Tempat Keadaan
Penolong
BBL
Kehamilan partus
Bersalin Bayi
1.
Aterm
spontan
bidan
BPS
hidup
2.
Hamil ini
URI
3200 lengkap
-
Umur
Nifas
Sekarang
4 thn
normal
: ibu mengatakan terlambat haid 1 bulan PP test (+), sering mual muntah,
nafsu makan menurun, memeriksaan kehamilannya di Bidan 2x, mendapatkan vitamin, dan
obat anti mual.
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum hamil ini menggunakan KB suntik 3 bulan selama 3,5 tahun.
10. Pola kebiasaan
Pola
Nutrisi
Sebelum hamil
Selama hamil
Makan 3 x/hari dengan nasi Makan 3x dengan nasi, lauk,
1 piring, lauk, sayur, minum sayur porsi sedikit. Minum
air putih 7-8 gelas/hari
Eliminasi
BAB 1 x/hari,
biscuit.
BAB : 1 x/hari
Istirahat
BAK : 7 8 x/hari
Tidur malam 6-7 jam.
Kebersihan
Aktivitas
Kebiasaan
Seksual
Rekreasi
minuman keras.
3 4 x/minggu
menonton TV, jalan-jalan
minuman keras.
1x/minggu- jarang
menonton TV, jalan-jalan
MAKALAH KURETASE
No comments
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kuretase bukan ditujukan untuk menggugurkan janin dalam kandungan. Masih banyak kasus
lain yang lebih penting untuk dilakukan tindakan kuretase, karena masalah tersebut bisa
mengganggu kesehatan.
Kuretase tak bisa asal dilakukan. Selain harus ada indikasi medis, juga harus ada persetujuan
dari pasangan suami-istri. Dan, keputusan tersebut ditentukan oleh tim dokter dari hasil
diagnosa.
Kebanyakan wanita memang punya bayangan mengerikan tentang proses kuretase. Mulai
rasa sakit sampai khawatir terjadi efek samping. Padahal, menurut konsultan fertilitas dan
endokrinolog RS Cipto Mangunkusumo, dr. Muharam, Sp.OG (K), kuretase justru penting
dilakukan untuk mempersiapkan kehamilan selanjutnya.
Tanpa kuretase, justru bisa memperbesar gangguan pada alat reproduksi wanita, serta dapat
menyebabkan kesulitan memiliki keturunan. Tak hanya untuk kesehatan reproduksi, kuretase
juga bisa dilakukan untuk mengetahui siklus haid yang normal hingga mendeteksi adanya
keganasan sel di dalam rahim
RUMUSAN MASALAH :
1. PENGERTIAN KURETASE
2. TUJUAN KURETASE
3. KAPAN KURETASE HARUS DILAKUKAN
4. PERSIAPAN SEBELUM KURETASE
Persiapan Pasien
Persiapan Psikologis
Persiapan Petugas
Persiapan Alat
Efek farmakologis
1. PENGERTIAN KURETASE
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan).
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum
uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum
uteri.
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan).
Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah
terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu
sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang
maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu
harus dikeluarkan. ( Dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG )
Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau puing
di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson, 1988).
2. TUJUAN KURETASE
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua
yaitu:
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk
membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak
diharapkan.
b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah
sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada
dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani
kuret.
Kuretase tak bisa asal dilakukan. Selain harus ada indikasi medis, juga harus ada persetujuan
dari pasangan suami-istri. Dan, keputusan tersebut ditentukan oleh tim dokter dari hasil
diagnosa.
Beberapa kondisi dimana seorang wanita harus menjalani kuretase:
1. Jiwa ibu terancam oleh kehamilan
Ada kalanya kehamilan dapat mengancam jiwa ibu, karena ibu mempunyai kelainan. Seperti
kelainan jantung atau paru-paru. Wanita dengan kelainan organ penting berisiko tinggi bila
hamil. Misalnya, mengalami kelainan pada paru-paru, untuk berbaring saja sesak apalagi
kalau hamil, dimana ada tekanan pada paru-paru risikonya akan makin besar.
2. Perdarahan pascapersalinan
Kehamilan dan kelahiran bisa saja lancar. Namun, ada kalanya terjadi perdarahan hebat
pascapersalinan akibat sisa-sisa jaringan yang belum keluar atau terlepas. Pada kondisi ini,
tindakan kuretase harus dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa jaringan yang masih
tertinggal agar perdarahan tidak terus terjadi. Perdarahan pascapersalinan ini bisa langsung
terjadi setelah melahirkan, tapi bisa juga satu minggu atau satu bulan kemudian.
3. Ada gangguan haid
Kuretase bisa saja dilakukan pada wanita yang tidak hamil, yang mengalami perdarahan
akibat gangguan haid. Gangguan haid seperti itu, seringkali tidak dapat diatasi dengan obatobatan. Begitupun dengan perdarahan yang terjadi pada wanita usia di atas 40 tahun, yang
juga terjadi akibat gangguan haid. Pada kondisi seperti itu, harus dilakukan kuretase, dengan
dua tujuan. Pertama, untuk menghentikan perdarahan akibat adanya sisa-sisa jaringan yang
masih tertinggal dan kedua untuk mencari kepastian apakah jaringan tersebut ganas atau
tidak. Bila mengandung keganasan, akan ditentukan pengobatan selanjutnya sehingga
keganasan tersebut segera dapat dihentikan atau diminimalkan.
4. Kehamilan bermasalah
Wanita yang kehamilannya mengalami masalah, seperti hamil anggur, hamil kosong, ataupun
janin meninggal dalam kandungan, juga harus diatasi dengan kuretase untuk mengeluarkan
sisa-sisa jaringan. Untuk mencegah perdarahan yang bisa saja terjadi.
Banyak wanita yang takut menjalani kuretase. Tapi, bila mengalami masalah seperti yang
telah disebutkan, mau tidak mau kuretase harus dilakukan demi menyelamatkan nyawa.
Tindakan kuretase sebaiknya dilakukan pada trimester pertama atau maksimal janin berusia
12 minggu. Sebab, pada saat itu janin belum begitu besar, dan keamanannya cukup tinggi.
Tapi, pada kasus lain, misalnya, janin meninggal dalam kandungan usia 4-5 bulan pun bisa
dilakukan meski risikonya lebih tinggi.
Tindakan kuretase memang relatif aman dilakukan saat usia kehamilan baru menginjak
trimester pertama. Sebab, pada saat itu risiko terjadinya efek samping sangat kecil.
Indikasi Kuretase :
1. Abortus incomplete ( keguguran saat usia kehamilan < 20 mg dengan didapatkan sisa-sisa
kehamilan, biasanya masih tersisa adanya plasenta). Kuretase dalam hal ini dilakukan untuk
menghentikan perdarahan yang terjadi oleh karena keguguran. Mekanisme perdarahan pada
kasus keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan menyebabkan rahim tidak bisa
berkontraksi dengan baik sehingga pebuluh darah pada lapisan dalam rahim tidak dapat
tertutup dan menyebabkan perdarahan.
2. Blighted ova ( janin tidak ditemukan, yang berkembang hanya plasenta ). Dalam kasus ini
kuretase harus dilakukan oleh karena plasenta yang tumbuh akan berkembang menjadi suatu
keganasan, seperti chorio Ca, penyakit trophoblas ganas pada kehamilan.
3. Dead conseptus ( janin mati pada usia kehamilan < 20 mg ). Biasanya parameter yang jelas
adalah pemeriksaan USG, dimana ditemukan janin tetapi jantung janin tidak berdenyut.
Apabila ditemukan pada usia kehamilan 16-20mg, diperlukan obat perangsang persalinan
untuk proses pengeluaran janin kemudian baru dilakukan kuretase. Akan tetapi bila
ditemukan saat usia kehamilan < 16 mg dapat langsung dilakukan kuretase.
4. Abortus MOLA ( tidak ditemukannya janin, yang tumbuh hanya plasenta dengan
gambaran bergelembung2 seperti buah anggur, yang disebut HAMIL ANGGUR ). Tanda2
hamil anggur adalah tinggi rahim tidak sesuai dengan umur kehamilannya. Rahim lebih cepat
membesar dan apabila ada perdarahan ditemukan adanya gelembung2 udara pada darah. Hal
ini juga dapat menjadi suatu penyakit keganasan trophoblas pada kehamilan.
5. Menometroraghia ( perdarahan yang banyak dan memanjang diantara siklus haid ).
Tindakan kuretase dilakukan disamping untuk menghentikan perdarahan juga dapat
digunakan untuk mencari penyebabnya, oleh karena ganguan hormonal atau adanya tumor
rahim ( myoma uteri ) atau keganasan ( Kanker endometrium ) setelah hasil kuretase
diperiksa secara mikroskopik ( Patologi Anatomi jaringan endometrium ).
C. PERSIAPAN TINDAKAN
1) menyiapkan pasien
mengosongkan kandung kemih
membersihkan genetalia eksterna
membantu pasien naik ke meja ginek
Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan Paru paru
dan sebagainya.
Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar.
Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari ruangan
Puasa: Saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya
supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
Cek adanya perdarahan
Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan
perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai
masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk
kebaikan pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masing-masing,
dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang saling berkoordinasi. Koordinasi
ini akan dilakukan saat pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai pasien sembuh.
Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang kuret
sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasabiasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat
individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah
ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin
terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa,
maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah
bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut,
biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah
bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus
mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis
bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret
adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta
bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan,
gunakan jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian.
Mengganti baju pasien dengan baju operasi
Memakaikan baju operasi kepada pasien dan gelang sebagai identitas
Pasien dibawa ke ruang operasi yang telah ditentukan
Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan, kemudian pasien
dibius dengan anesthesi narkose
Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor EKG
Bebaskan area yang akan dikuret
2) Persiapan petugas
a) mencuci tangan dengan sabun antiseptic
b) baik dokter maupun perawat instrumen melakukan cuci tangan steril
c) memakai perlengkapan : baju operasi, masker dan handscoen steril
Efek samping
Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan Sediaan
Petidin (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg
Ketamin HCL 0.5 ml/ Kg BB
Ketamine (Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur mirip
dengan phencyclidine. 11 Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat
ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang lebih sering
menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada tentara amerika
selama perang Vietnam. Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin,
merupakan rapid acting non barbiturate general anesthesia. Ketalar sebagai nama dagang
yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan
sebagai anestesi umum. Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering
menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat
menimbulkan muntah muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin juga sering
menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang
mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.
Mekanisme kerja
Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan
medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor
metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.
Efek farmakologis
Efek pada susunan saraf pusat
Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan
tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan
dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti
gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan secara intramuskular,
efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi
pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat,
menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial.
Efek pada mata
Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan
tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.
Efek pada sistem kardiovaskular.
Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan
tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Efek pada sistem respirasi
Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat menimbulkan
dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada
pasien ashma.
Dosis dan pemberian
Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh
darah sulit didapat contohnya pada anak anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat
diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 10
mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk
mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten
atau kontinyu. Emberian secara intermitten diulang setiap 10 15 menitdengan dosis
setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.
Efek samping
Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain itu
dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca
operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin
juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya
nistagmus dan diplopia.
Kontra indikasi
Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan
diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita
penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang
meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan
intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler.
Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat obat simpatomimetik,
seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.
Tramadol 1-2 mg/ BB
Indikasi
Nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi
Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak
atau cedera kepala
Efek samping
Mual, muntah, konstpasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan
dan dapat menyebabkan kematian. Sediaan Tramadol (generik) injeksi 50 mg/ml, tablet 50
mg
Sedativa ( diazepam 10 mg)
Indikasi
Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut,
status epileptikus, kejang demam, spasme otot.
Cara Pemberian
Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat : (kedalam vena besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5
mg/menit)untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, penghentian alkohol
akut, 10 mg, jika perlu ulangi setelah 4 jam.Catatan : Rute i.m hanya digunakan jika rute oral
dan i.v tidak mungkin diberikan.
Kontraindikasi
Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut,
glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi
prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang
disertai dengan depresi.
Efek Samping
Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala,
mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi,
nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering,
salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut.
Atropine sulfas 0.25- 0.50 mg/ml
Indikasi
Spasme/kejang pada kandung empedu, kandung kemih dan usus, keracunan fosfor organik.
Kontraindikasi
Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran pencernaan dan saluran kemih, atoni
(tidak adanya ketegangan atau kekuatan otot) saluran pencernaan, ileus paralitikum, asma,
miastenia gravis, kolitis ulserativa, hernia hiatal, penyakit hati dan ginjal yang serius.
Dosis : 0.25- 0.50 mg/ml
Oksigen dan regulator
Pemberian oksigen dilakukan setelah post operasi pasien diberikan oksigen 2 liter/menit
melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan
perawatan.
Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan yang
sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa saja pada saat
melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu
seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat. Berikut adalah dampaknya:
a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan. Untuk
itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa
kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini
terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan
pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila
dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, Jika terjadi
perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.
b. Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di
dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan
mengganggu kelancaran siklus haid.
d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu
terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan
seperti darah.
e. Kanker
Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila kuret tidak
dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan
yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang
disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.
EFEK SAMPING DARI TINDAKAN KURETASI
Rahim berlubang
Kuretase memungkinkan terjadinya lubang pada rahim, atau di dunia kedokteran disebut
perforasi uterus. Hal itu bisa terjadi karena pada saat hamil, dinding rahim sangat lunak,
sehingga berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat pengerokan sisa-sisa jaringan.
Risiko terjadinya lubang pada rahim semakin besar bila kuretase dilakukam pada ibu yang
hamil anggur. Sebab, ada tahapan yang harus dilakukan sebelum sampai pada tindakan
keretase. Pada hamil anggur, perut ibu biasanya cukup besar. Usia tiga bulan saja biasanya
sudah seperti enam bulan. Karena itu, sebelum kuretase dilakukan, dokter akan mengevakuasi
posisi kehamilan menggunakan vacuum lebih dulu, baru mengerok menggunakan sendok
tajam untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan.
Infeksi
Tindakan kuretase memungkinkan terjadinya infeksi, akibat adanya perlukaan. Tapi, dengan
pengobatan yang tepat, infeksi itu biasanya cepat sembuh.
Sindrom Asherman
Sindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan dinding dalam rahim. Karena
lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk lagi. Akibatnya, pasien tidak mengalami
haid. Ini memang bisa terjadi, karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan
kuretase. Tapi hal itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid
kembali.
Keluar vlek
Vlek-vlek darah bisa saja keluar setelah tindakan kuretase dilakukan, sampai satu minggu
kemudian. Keluarnya vlek-vlek darah itu sangat wajar. Tapi, bagaimanapun harus tetap
dikonsultasikan pada dokter, agar bisa diwaspadai. Sebab, bisa saja keluarnya vlek tersebut
karena adanya gangguan pada fungsi pembekuan darah.
Mual dan pusing
Mual dan pusing bisa terjadi akibat pembiusan yang dilakukan. Tapi, kalau muntah pada saat
pasien sedang tidak sadar diri, hal itu perlu diwaspadai.
Nyeri
Rasa nyeri, terutama di perut bagian bawah, bisa timbul setelah tindakan kuretase dilakukan.
Untuk menguranginya, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan pereda nyeri. Dan
biasanya akan cepat hilang.
Referensi :
Bernstein, P, Strategies to Reduce the Incidence of Cesarean Delivery, XVI World Conggress
of the International Federation of Gynecology and Obstetric, 2000
Cunningham, MacDonald, Grant: Operative Obstetric, cesarean Delivery and Postpartum
Hysterectomi. William Obstetric 21th ed, 2001, 537-60
Division of Maternal Fetal Medicine & Prenatal Diagnosis Risk of Uterine Rupture during
Labor among Women with a Prior Cesarean Delivery