Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak
Meningitis dengan baik.
Dengan keterbatasan pengetahuan yang ada, kami tidak akan dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada
1. Dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang senantiasa memberikan apresiasi
berupa saran, kritik dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan.
2
Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan
pemikiran dan apresiasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat, imbalan, serta karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya yang tidak ternilai.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan penulisan di kemudian hari.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri,
pembaca, serta masyarakat luas terutama dalam hal menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
Palembang, November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN....................................................................................................... 3
A.
LATAR BELAKANG......................................................................................... 3
B.
RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 3
C.
TUJUAN......................................................................................................... 4
D.
MANFAAT...................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................... 5
A.
DEFINISI MENINGITIS..................................................................................... 5
B.
ETIOLOGI MENINGITIS................................................................................... 5
C.
KLASIFIKASI MENINGITIS..............................................................................6
D.
PATOFISIOLOGI MENINGITIS...........................................................................8
E.
MANIFESTASI KLINIS................................................................................... 12
F.
PENATALAKSANAAN MENINGITIS................................................................18
G.
BAB III.................................................................................................................. 20
KASUS............................................................................................................... 20
ASUHAN KEPERAWTAN...................................................................................... 20
1.
PENGKAJIAN............................................................................................ 20
2.
ANALISIS DATA......................................................................................... 25
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................27
4.
INTERVENSI KEPERAWATAN......................................................................27
5.
DISCHARGE PLANNING............................................................................. 34
BAB IV.................................................................................................................. 35
PENUTUP.............................................................................................................. 35
KESIMPULAN..................................................................................................... 35
SARAN............................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 36
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meningitis bakteri merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP), terutama
menyerang anak usia < 2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia 6-18 bulan
(Novariani et al., 2008). Penyakit ini diperkirakan mencapai 1,2 juta kasus tiap
tahunnya dengan tingkat mortalitas pasien berkisar antara 2% - 30% di seluruh dunia.
Kasus meningitis bakteri di Indonesia mencapai 158/100.000 kasus per tahun,
dengan etiologi Haemophilus influenza tipe b (Hib) 16/100.000 dan bakteri lain
67/100.000 (Gessner et al., 2005)
Pasien dengan meningitis bakteri yang bertahan hidup berisiko mengalami
komplikasi. Komplikasi utama meningitis bakteri terjadi karena adanya kerusakan
pada area tertentu di otak. Secara umum, 30% - 50% pasien yang bertahan hidup dari
meningitis dapat mengalami gangguan saraf (Hermsen dan Rotschafer, 2005). Oleh
karena itu, pasien meningitis bakteri khususnya pada anak perlu mendapat terapi
antibiotik yang optimal.
Angka mortalitas pada pasien yang diobati adalah sekitar 10% dari jumlah kasus
yang dilaporkan. Pada suatu studi klinik memperlihatkan kejadian sekuel neurologis
pada lebih dari 50% kasus orang dewasa dan lebih 30% pada anakanak, 10% dari
kasus anak-anak tersebut mengalami gangguan pendengaran yang permanen. Angka
kematian pada kasus yang tidak diobati adalah 50-90% 2 (Japardi, 2002).
Mengacu pada angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi, maka
diperlukan terapi yang tepat, efektif, rasional dan cepat bagi pasien. Penelitian ini
difokuskan pada pasien anak dikarenakan kejadian meningitis bakteri pada anak lebih
tinggi daripada orang dewasa.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
D. MANFAAT
Berdasarkan prevalensi yang banyak terjadinya kasus meningitis sehingga kami
mencoba untuk menyajikan makalah tentang meningtis. Makalah ini disusun sebagai
tugas terstruktur mata kuliah keperawatan medikal bedah. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi pembaca khususnya di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Sriwijaya.
BAB II
A. DEFINISI MENINGITIS
Meningitis didefinisikan sebagai peradangan pada arakhnoid, piamater atau
cairan serebrospinal (CSS) (Smeltzer&Bare, 2002).
4
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Meningitis adalah suatu
infeksi/peradangan dari meninges, lapisan yang tipis/encer yang mengepung otak dan
jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau
protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis (Harsono, 2003).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer&Bare, 2002).
B. ETIOLOGI MENINGITIS
Penyebab meningitis meliputi bakteri, virus (sering), jamur atau organisme
ricketsia (kadang-kadang), dan protozoa atau cacing (jarang). Rentang keparahan
bervariasi dari yang tidak parah, penyakit infeksi virus sembuh-sendiri, sampai
penyakit jamur yang progresif dan lambat, sampai dengan meningitis bakteri yang
berpotensi fatal (Smeltzer&Bare, 2002).
Menurut Smeltzer & Bare, 2002, klasifikasi penyebabnya di bagi menjadi
meningitis aseptik, sepsis dan tuberkulosa.
1. Meningitis Aseptik : mengacu pada meningitis yang disebabkan oleh virus atau
menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma,
leukemia, atau darah di ruang subarakhnoid. Virus biasanya merupakan pathogen
yang menyebabkan, meningat pola penyakit yang musiman adalah enterovirus.
Penyebab lazim lain adalah arbovirus dan herpesvirus. Parolitis merupakan patogen
yang lazim pada daerah dimana vkasin tidak digunakan secara luas.
2. Meningitis Sepsis : meningitis disebabkan oleh organisme bakteri seperti
meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza. Menurut Sujono & Sukarmin,
2009, meningitis sepsis ini disebut juga meningitis purulenta, karena dapat
mengakibatkan jaringan cepat rusak dan menghasilkan pustula. Mikroorganisme yang
sering menyebabkan adalah : Pneumokokus; Haemofilus influenza; Stapilokokus;
Streptokokus; Escherichia coli; Meningokokus; dan Salmonella. Mikroorganisme ini
bisa sampai menginfeksi otak setelah didahului infeksi pada penyakit lain seperti
bronchitis, tonsillitis, pneumonia. Perpindahan tersebut yang terbanyak melalui sistem
hematogen.
3. Meningitis Tuberkulosa : meningitis yang disebabkan oleh basilus tuberkel.
C. KLASIFIKASI MENINGITIS
a. Meningitis Aseptik (Non Bakteri)
Meningitis aseptik adalah istilah yang digunakan untuk gejala meningitis yang
tidak teridentifikasi organisme penyebabnya dan jumlah sel darah putih CSS tidak
menunjukkan penyebab bakterial (Smeltzer&Bare, 2002).
Meningoensefalitis virus merupakan proses radang akut yang melibatkan
meningen dan, sampai tingkat yang bervariasi, jaringan otak. Infeksi ini relatif lazim
dan dapat disebakan oleh sejumlah agen yang berbeda. CSS ditandai dengan
pleositosis dan tidak ada mikroorganisme pada pewarnaan Gram dan biakan rutin.
Meningitis aseptik disebabkan oleh beberapa agents terutama virus, dan sering
sekali dikaitkan dengan penyakit lain seperti campak, gondongan (parotitis), herpes,
dan leukemia. Enterovirus dan virus parotitis merupakan penyebab sejumlah besar
kasus meningitis ini (Wong, dkk, 2009). Menurut Smeltzer & Bare, 2002, dapat juga
karena tuberkulosis, virus dari hospes serangga seperti penyakit Lyme dan Rocky
Mounted Spotted Fever.
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik dan non virus. Penyebab
meningitis purulenta ialah kuman sejenis pneumococcus, hemofilus influenzae,
staphylococcus, streptococcus, E. Coli, menngococcus dan salmonella (Ngastiyah,
2012).
Meningitis bakteri merupakan salah satu dari infeksi yang kemungkinan paling
serius pada bayi dan anak yang lebih tua. Infeksi ini disertai dengan frekuensi
komplikasi akut dan risiko morbiditas kronis yang tinggi.
Spesies bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah Haemophilus
influenza, Streptocossus pneumonia,dan Meningitis Neissseria (Smeltzer&Bare,
2002).
-
D. PATOFISIOLOGI MENINGITIS
Infeksi dengan enterovirus disebarkan secara langsung dari orang ke orang, dan
masa inkubasi biasanya 4 6 hari; kebanyakan kasus pada iklim sedang terjadi pada
musim panas dan musim gugur. Pertimbangan epidemiologi pada meningitis aseptic
karena agen selain enterovirus juga mencakup musim, geografi, keadaan iklim,
pemajanan binatang, dan faktor faktor yang terkait dengan patogen spesifik.
Enterovirus tertelan masuk ke dalam sistem limfatik
Campak, rubella, VVZ atau HSV masuk pada membran mukosa (gigitan nyamuk atau
serangga lain) menyebar secar hematogen
Invasi SSS dan HSV-1 mencapai otak dan menyebar spanjang akson saraf
Kerusakan neurologis
Bakteremia
H.influenza tipe b dan meningokokus melekat pada septor sel epitel mukosa dengan
pili
Bakteri masuk ke CSS melalui pleksus khoroideus ventrikel lateralis dan meningen
10
Kadar komplemen dan antibody CSS tidak mampu menhan profilerasi bakteri
c. Meningitis Tuberkulosa
11
E. MANIFESTASI KLINIS
Meningitis adalah radang pada menigen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
Meningitis selanjutnya diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis, dan tuberkulosa.
Meningitis aseptik mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah
di ruang subarakhnoid. Mengitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan
organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
Infeksi meningeal umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan: melalui
salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti
selulitis, atau penekanan lain, seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah.
Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenik atau hasil sekunder
prosedur invasif (seperti fungsi lumbal) atau alat-alat infasif (seperti alat pemantau
TIK).
Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada orang
dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subarakhnoid, namun pada bayi
cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi atau emplema
subdural
(leptomeningitis),
atau
bahkan
kedalam
otak
(meningoensafilitis)
(Satyanegara, 2010).
MENINGITIS VIRAL
Disebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat akhir / sequel dari
berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes
simpleks, dan herpes zooster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk eksudat dan
pada pemeriksaan cairan serebrospinal(CSS) tidak ditemukan adanya organisme.
Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan menigens.
Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada
herpes simpleks, virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus
lain bisa menyebabkan gangguan produksi enzim neurotransmiter, dimana hal ini
akan berlanjut terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologis
(Pradana, 2009)
MENINGITIS BAKTERIAL
12
S. Pneumonie
N. Meningitis
Group B streptococcus atau S. Agalactiae
L. Monocytogenes
H. Influenza
Staphylococcus aureus
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK. Sakit kepala
dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya
ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan tingkat meningitis
bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya
penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula
respons individu terhadap proses fisiologik. Manifestasi perilaku juga umum juga
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsif dan
koma.
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang
umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
a) Regiditasi Nukal (Kaku Leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi
kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher. Fleksi
paksaan dapat menyebabkan nyeri berat.
b) Tanda Kernig Positif: ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan
fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
13
c) Tanda Brudzinski: bila leher pasien difleksikan, maka dihasilnya fleksi, lutut
dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu
sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
Demikian pula alasan yang tidak diketahui, pasien ini mengeluh
mengalami fotofobia atau sensitif berlebihan terhadap cahaya.
Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis.
Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda
peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari
perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan
bradikardia), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan
tingkat kesadaran.
Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis
meningokokal (Neiseria meningitis). Sekitar setengah dari semua pasien dengan
tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam petekie
dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% pasien dengan meningitis
meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia: demam tinggi yang tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan
tanda-tanda kuagulopati intravaskular diseminata (KID). Kematian mungkin
terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui biakan
kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counterimmunoelectrophoresis
(CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh,
umumnya cairan serebrospinal dan urine.
MENINGITIS TUBERKULOSA
14
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang mengenai
selaput otak dan selaput medulla spinalis yang ujga disebut sebagai meningena.
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang
dsebabkan oleh baktteri yaitu Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar
ke otak dari bagian tubuh lain.
Meningitis TB merupakan salah satu komplikasi TB primer. Morbiditas dan
mortalitas penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Komplikasi meningitis TB
terjadi setiap 300 TB primer yang tidak diobati. CDC melaporkan pada tahun 1990
morbiditas meningitis TB 6,2% dari TB ekstrapulmonal. Insiden meningitis TB
sebanding dengan TB primer, umumnya bergantung pada status sosio-ekonomi,
higyne masyarakat, umur, status gizi dan faktor genetik yang menentukan respon
imun seseorang. Faktor predisposisi berkembangnya infeksi TB adalah malnutrisi,
penggunaan kortikosteroid, keganasan, cedera kepala, infeksi HIV dan diabetes
melitus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih sering dibanding
dewasa terutama pada umur 5 tahun pertama kehidupan. Jarang ditemukan pada usia
dibawah 6 bulam dan hampir tidak pernah ditemukan oada usia dibawah 3 bulan.
Tanda dan Gejala Meningitis Tuberkulosa
Gejala
Prodromal
Tanda
Adenopati (paling sering servikal)
Anorexia
Tuberkel koroidal
Batuk
Rigiditas nuchal
Papil edema
CNS
Nyeri kepala
Meningismus
Perubahan tingkat kesadaran
Pemeriksaan Penunjang
15
Pengobatan
A. Umum
1. Bed rest dan Tirah baring
2. Diet tinggi kalori tinggi protein
3. Ventilasi
4. Cegah dehidrasi atau koreksi elektrolit inbalance
B. Kausa
1. Obat Anti Tuberkulosa
Tabel di bawah ini menunjukkan dosis obat anti tuberkulosa secara umum
yang dipakai (di Indonesia) secara harian maupun berkala dan disesuaikan dengan
berat badan pasien.
Pengobatan yang diberikan pada pasien meningitis tuberkulosa adalah pengobatan
kategori I yang ditujukan terhadap :
a) kasus tuberkulosis paru baru dengan sputum BTA positif
b) penderita TB paru, sputum BTA negative, roentgen positif dengan kelainan paru
luas
c) kasus baru dengan bentuk tuberkulosis berat separti meningitis, tuberkulosis
diseminata, perikarditis, peritonitis, pleuritis, spondilitis dengan gangguan
neurologist, kelainan paru yang luas dengan BTA negative, tuberkulosis usus,
tuberkulosis genitourinarius
d) Pengobatan tahap intensif adalah dengan paduan RHZE (E). Bila setelah 2 bulan
BTA menjadi negative, maka diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah 2
bulan masih tetap positif maka tahap intensif diperpanjang lagi selama 2-4
minggu dengan 4 macam obat. Ada beberapa ahli yang merekomendasikan
pengobatan 2HRZE/ 7 HR
2. Steroid
Pada pasien dengan penurunan kesadaran dan peningkatan tekanan
intracranial, kortikosteroid dapat menguntungkan, karena patofisiologi koma dan
peningkatan tekanan intracranial sama pada kedua penyakit itu. Pada pasien
dengan presentasi meningitis yang subakut, kortikosteroid mungkin sedikit
menguntungkan bila edema serebri dan peningkatan tekanan intracranial bukan
merupakan etiologi dari komplikasi neurologis.
Dexamethasone menurunkan edema otak, menurunkan resistensi outflow CSS,
menurunkan produksi sitokin inflamasi, menurunkan jumlah leukosit, sehingga
17
F. PENATALAKSANAAN MENINGITIS
Penatalaksanaan yang berhasil bergantung pada pemberian antibiotik yang
melewati darahbarier otak kedalam ruang subrakhnoid dalam konsentrasi yang
cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Cairan serebrospinal (CSS)
dan darah perlu dikultur, dan terapi antimikroba dimulai segera. Dapat digunakan
penisilin, ampisilin atau khloramfenikol, atau satu jenis dari sefalosporins. Antibiotik
lain digunakan jika diketahui strein bakteri resinten. Pasien dipertahankan pada dosis
besar antibiotik yang tepat per intravena.
18
BAB III
KASUS
Seorang laki-laki berusia 34 tahun dibawa ke rumah sakit karena mengalami
penurunan kesadaran. Sebelum pasien mengeluh sakit kepala hingga kaku kuduk,
pasien juga mengeluh nyeri pada otot dan persendian kaki. Hasil pengkajian
didapatkan: suhu tubuh 40.2C, frekuensi napas 30x/menit, frekuensi nadi 90x/menit,
TD 130/90 mmHg. Pasien tampak bingung. Pasien rencana melakukan pemeriksaan
laboratorium, menjauhkan dari rangsang cahaya.
ASUHAN KEPERAWTAN
1. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal
: Kamis/ 18 November 2016
Waktu
: 08.00 WIB
Tempat : IGD RS Lolita
1. Identitas Pasien
a. Nama
: Tn. R
b. Umur
: 34 tahun
c. Jenis kelamin
: Laki-laki
19
d. Agama
: Islam
e. Suku/Bangsa
: Palembang
f. Pendidikan terakhir
: SMA
g. Pekerjaan
: Karyawan Swasta
h. Status perkawinan
: Menikah
i. Alamat
: Jln. Dr.M.Isa No.784 8 Ilir Palembang
j. Telepon
: 08123456710
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama
: Ny. R
b. Umur
: 34 tahun
c. Jenis kelamin
: Perempuan
d. Agama
: Islam
e. Suku/Bangsa
: Jawa
f. Pendidikan terakhir
: SMA
g. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
h. Hubungan dengan Pasien
: Istri
i. Alamat
: Jln. Dr.M.Isa No.784 8 Ilir Palembang
j. Telepon
: 08123456710
3. Status Kesehatan Pasien
a. Riwayat Kesehatan Masa Lalu:
Istri pasien mengatakan, pasien pernah masuk rumah sakit karena diare dan
DBD. Istri pasien mengatakan, pasien tidak memiliki riwayat alergi seperti
makanan dan obat-obatan. Pasein tidak pernah melakukan tindakan operatif.
b. Riwayat Kesehatan Saat ini
- Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran 15menit sebelum masuk rumah
sakit. Istri pasien mengatakan, sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala
yang hebat hingga kaku kuduk, pasien juga mengeluh nyeri pada otot dan
persendian kaki. Istri pasien mengatakan, pasien juga mengalami sesak
napas saat malam pada hari ke tiga demam sampai sebelum masuk rumah
sakit. Pasien mengalami demam tinggi sudah 4 hari sebelum masuk rumah
-
sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami penurunan kesadaran 15menit sebelum masuk rumah
sakit. Setiba di rumah sakit, pasien tiba-tiba mengalami kejang, lalu pasien
diberi Diazepam IV. Istri pasien mengatakan, ini merupakan kejang yang
pertama. Kejang seluruh tubuh, mata melihat ke atas dan pasien tidak
sadar setelah kejang. Istri pasien mengatakan, pasien juga mengalami
sesak napas saat malam pada hari ke tiga demam. Istri pasien mengatakan,
sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala yang hebat hingga kaku kuduk,
pasien juga mengeluh nyeri pada otot dan persendian kaki. Pasien
mengalami demam tinggi sudah 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
20
Demam tinggi terus menerus, tidak menggigil dan tidak berekeringat, tidak
disertai batuk berdahak dan pilek (-). Muntah 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, frekuesnsi 2x/hari, jumlah lebih kurang 1 sendok makan tiap kali
muntah, isi apa yang dimakan, dan muntah tidak menyemprot. Tn. L
kurang mau makan sejak demam. Pada hari ke-3 sakit Tn. L dibawa ke
puskesmas lalu diberi obat Paracetamol , antibiotic Amocxilin dan
Ranitidin.
4. Tinjauan Sistem
a. Kesadaran umum
(+); Edema (-)
b. Kesadaran
c. TTV
d. Integumen
e. Kepala
f. Mata
g. Telinga
h. Hidung
i. Mulut
k. Paru-paru
l. Jantung
j. Leher
m. Gastrointestinal
n. Perkemihan
p. Genitalia
q. Muskuloskeletal
pasien
pernah
pernah
tidak
sadar
setelah
kejang,
kejang
berlangsung 20 menit
: Klien tidak menderita kencing manis dan tidak ada
pembesaran kelenjar
: Istri pasien mengatakan, pasien tidak pernah
22
Pemeriksaan LCS
Makroskopis : Cairan transudat tidak berwarna (jernih) dan tidak berbau
Mikroskopis : PMN cell 81% ; MN cell 19%
Pemeriksaan Hematologi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Parameter
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCH
MCV
MCHC
Hasil
9,7 g/dl
29 %
41.200 / mm3
562.000 / L
3.700.000 / mm3
25 pg
78 fL
30 g/dl
Rujukan
11,3-14,1 g/dl
37-41 %
6.000-17.500 / mm3
217.000 497.000 / l
5.330.000-5.470.000 / mm3
25 - 29 pg
81 95 fL
29 - 31 g/dl
pasien
Etiologi
Masalah
Masukan makanan tidak Ketidak
mengatakan adekuat
23
Seimbangan
rumah
Nutrisi
sakit,
kurang
sendok
pasien
awal
bulan
November 55kg
Do:
Suhu 40.2C
BB: 51,5kg
CRT 1 detik
Nadi 90x/menit, regular
Ht 29%
G-C-S: Sopor / 9 (E3-M4V2)
Bising usus (+)
2.
pasien
Aktivitas
kejang
3.
Ds:
Hiperventilasi
juga
Ketidakefektifan
Pola Napas
mengalami
mengeluh
sakit
RR : 30x/menit
Ds:
Istri
pasien
Hambatan
mengatakan fisik
juga
pasien
pasien
mengatakan
pergi
ke
toilet
dengan dipapah.
Do:
-
ketahanan tubuh
dan kaku sendi
mobililtas Penurunan
25
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko Cidera b.d. aktivitas kejang dan kelemahan umum ditandai dengan GC-S: Sopor / 9 (E3-M4-V2)
2) Ketidakefektifan Pola Napas b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea (RR:
30x/menit), dipsnea.
3) Ketidak seimbangan nutrisi b.d masukan makanan tidak adekuat ditandai
dengan penurunan BB (8,9 7,6), tonus otot buruk.
4) Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan ketahanan tubuh dan kaku sendi
ditandai dengan penurunan tonus otot, ketidaknyamanan, dan kaku sendi.
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
NOC
NIC
o
1.
Environment Management
Risk Kontrol
(Manajemen lingkungan)
kelemahan
mencegah injury/cedera
3. Klien mampu menjelaskan
factor
resiko
lingkungan/perilaku
dari
personal
pasien
4. Mampu memodifikasi gaya 3. Menghindarkan
hidup untuk mencegah
lingkungan
yang
injury
berbahay
(misalnya
5. Menggunakan
fasilitas
memindahkan perabotan)
kesehatan yang ada
4. Memasangkan side rail
6. Mampu
mengenali
tempat tidur
perubahan status kesehatan
5. Menyediakan
tempat
tidur yang nyaman dan
bersih
6. Menempatkan
lampu
26
ditempat
saklar
yang
barang-
yang
dapat
membahayakan
11. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung
adanya
perubahan
status
Ketidakefektifan
Pola
Napas
penyakit
status: Airway Management:
Respiratory
b.d
hiperventilasi
ditandai
dengan
takipnea
(RR:
30x/menit), dipsnea.
1. Buka
Ventilation
Respiratory
status:
Airway patency
Vital sign status
jalan
napas,
Kriteria Hasil:
batuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi
pasien
1. Mendemonstrasikan
dan
dyspnea
mengeluarkan
mampu
(mampu
sputum,
bernapas
dengan
paten
(klien
tercekik,
tidak
irama
normal
27
(tekanan
jika perlu
6. Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
7. Auskultasi suara napas,
catat
adanya
tambahan
8. Lakukan suction
mayo
9. Berikan
suara
pada
bronkodilator
bila perlu
10. Berikan pelembab udara
Kassa
basah
NaCl
Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor respirasi
dan
status O2
Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung,
dan secret trakea
2. Pertahankan jalan napas
3.
4.
5.
6.
yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Onservasi adanya tanda-
tanda hipoventilasi
7. Monitor
adanya
kecemasan
pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi
kedua
TD
pada
lengan
dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum,
selama,
dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
28
bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi
penyebab
3.
Ketidak seimbangan
nutrisi b.d masukan
makanan
tidak
adekuat
ditandai
dengan
penurunan
BB (55 51,5),
tonus otot buruk.
1. Kaji
:
nutrient intake
Weight control
peningkatan
BB
tinggi badan
3. Mampu
mengidentifikasi 4.
5.
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan
fungsi
alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan ahli
Kriteria Hasil:
1. Adanya
adanya
pengecapan
dan
vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan
diet
yang
dimakan
tinggi
mengandung
serat
untuk
mencegah konstipasi
menelan
6. Berikan makanan yang
6. Tidak terjadi penurunan BB
terpilih
(sudah
yang berarti
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
7. Ajarkan
bagaimana
pasien
membuat
mendapatkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor
adanya
penurunan BB
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas
yang
biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau
orangtua
selama
makan
5. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
6. Monitor turgor kulit
7. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,dan mudah
patah
8. Monitor mual dan muntah
9. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
10. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
11. Monitor pcat, kemerahan
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor kalori dan intake
nutrisi
13. Catat adanya
hiperemik,
edema,
hipertonik
Hambatan
mobilitas
magenta scarlet
Exercise
therapy:
ambulation
1. Monitoring
vital
sign
sebelum/sesudah latihan
30
dengan
penurunan 1. Klien
tonus
otot,
ketidaknyamanan,
dan kaku sendi.
meningkat
aktivitas fisik
2. Mengerti
tujuan
dalam
dari
peningkatan mobilitas
3. Memverbilisasikan perasaan
dalam
meningkatkan
untuk
(walker)
mobilisasi
dengan
fisik
tentang
tongkat
atau
kesehatan
lain
secara
dalam
kebutuhan
mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps
8. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
9. Ajarkan
pasien
bagaimana
posisi
dan
merubah
berikan
5. DISCHARGE PLANNING
1) Intervensi yang tercantum pada penatalaksanaan akut juga berlaku pada
penatalaksanaan jangka panjang
2) Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat dan pemantauan efek samping
3) Konsultasikan komplikasi jangka panjang yang akan terjadiserta tanda dan
gejalanya serta bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat
(makanan rendah lemak)
31
4) Pelajari cara mencegah infeksi, penyebab, dan tanda dan gejala penyakit serta
istirahat yang cukup
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringanotak dan medula spinalis yang superfisial. Meningitis adalah suatu
infeksi/peradangan darimeninges, lapisan yang tipis/encer yang mengepung otak dan
jaringan saraf dalam tulangpunggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau
protozoa, yang dapat terjadi secaraakut dan kronis. Infeksi terbatas pada meningeal
yang menyebabkan gejala yang menunjukkan meningitis (kaku kuduk, sakit kepala,
demam). Sedangkan bila parenkim otak terkena, pasien memperlihatkan penurunan
tingkat kesadaran, kejang, defisit neurologis fokal, dan kenaikan tekanan intrakranial.
32
SARAN
Sebaiknya
setiap
orang
memperhatikan
kesehatan.
Perlu
dilakukannya
DAFTAR PUSTAKA
Asfuah, Siti. 2012. Buku Saku Klinik untuk Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Huda N, Amin.,kusuma hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan tiap
masa medis dan nanda nik-noc. Yogyakarta: mediecation.
Japardi, Iskandar. MENINGITIS MENINGOCOCCUS. Di akses 24 Oktober 2016.
www.repository.usu.ac.id
Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Nurarif.A.H. dan kusuma.H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
33
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarata:
EGC
Price, Sylvia A & Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta:EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin,2009, ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK Edisi 1.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarata: EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatandengan Intervensi Nic
dan Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC
Wong, Donna L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume 2. Jakarta:
EGC
(Referensi:
http://intanrisna.blogspot.co.id/2011/07/meningitis-tuberkulosa.html
34
&