You are on page 1of 6

Tugas Gizi Kesehatan Masyarakat

PREVALENSI OBESITAS

OLEH :
MALIKUL NUR RAZAK
JIA1 14 149
KELAS D

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

OBESITAS
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan
lemak tubuh yang berlebihan. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih
banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan
berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok :
1. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
2. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3. Obesitas berat : kelebihan berat badan > 100%
1. Prevalensi Obesitas Skala Global
Dalam 10 tahun terakhir ini, angka prevalensi atau kejadian obesitas
di seluruh dunia menunjukan peningkatan yang signifikan. Saat ini, 1,6 miliar
orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan lebih (overweight),
dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada
tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami
overweight dan 700 juta di antaranya mengalami obesitas.
Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti di negara-negara
Eropa, Amerika, dan Australia telah mencapai tingkat epidemi. Kejadian ini
tidak hanya terjadi di negara-negara maju saja obesitas di beberapa negara
berkembang bahkan telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius.
Sebagai contoh, 70%

dan penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk

kategori obesitas (WHO, 1998).


Prevalensi overweight

dan obesitas juga meningkat tajam di

kaawasan Asia-Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan


tergolong

overweight

dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16%

penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas. Di daerah


perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12,% pada laki-laki dan 14,4%

pada perempuan, sedang di daerah pedesaan. Prevalensi overweight pada


laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8% (Inoue, 2000).
Obesitas tidak hanya ditemukan pada penduduk dewasa tetapi juga
pada anak-anak dan remaja.Penelitian yang dilakukan di Malaysia akhir-akhir
ini menunjukkan bahwa prevalensi obesitas mencapai 6,6% untuk kelompok
umur 7 tahun dan menjadi 13,8% pada kelompok umur 10 tahun (Ismail &
Tan, 1998). Di Cina, kurang lebih 10% anak sekolah mengalami obesitas,
sedangkan di Jepang prevalensi obesitas pada anak umur 6-14 tahun berkisar
antara 5% s/d 11% (Ito & Murata, 1999).

Di

Indonesia,

angka

prevalensi obesitas juga menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan.


Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004, prevalensi obesitas pada
anak telah mencapai 11%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk
berusia 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari laki-laki 13,9%, dan
perempuan 23,8% , sedangkan prevalensi overweight pada anak-anak usia 614 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir
sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.

2. Prevalensi Obesitas Skala Asia


Di negara berkembang, jumlah anak remaja dengan overweight
terbanyak berada di kawasan Asia, yaitu 60% populasi atau sekitar 10,6 juta
jiwa. Kejadian overweight dan obesitas di Negara Malaysia sebesar 20,7%
dan 5,8% tahun 1996 dan meningkat menjadi 47,9% dan 16,3% pada tahun
2006. Di Filipina, prevalensi overweight dan obesitas

pada tahun 1998

sebesar 15,8% dan 2,7%, meningkat menjadi 24% dan 4,3% pada tahun 2006.
Thailand prevalensi obesitas anak usia 5 12 tahun meningkat dari 12,2%
menjadi 15,6% hanya dalam waktu 2 tahun.(Hadi, 2005; WHO, 2008).
Sumber Euromonitor Internasional menyebutkan, di Asia-Pasifik,
obesitas meningkat pesat dan sejumlah negara diprediksi memiliki tingkat
pertumbuhan obesitas tercepat dari tahun 2010 hingga 2020 yakni, Vietnam

225 persen, Hong Kong 178 persen, India 100 persen, Korea Selatan 80,7
persen, Selandia Baru 52 persen, dan Indonesia 50 persen.
3. Prevalensi Skala Nasional (Indonesia)
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yaitu :
prevalensi kegemukan di Indonesia mencapai 9,2%pada anak usia 612

tahun.

Kegemukan,

baik

pada

kelompok

anak-anak

maupun

dewasa,meningkat hampir satu persen setiap tahunnya.Pada tahun 2010,


prevalensi secara nasional di Indonesia adalah 14,0%, terjadi peningkatan
yang bermakana .
Dibandingkan prevalensi kegemukan tahun 2007, yaitu 12,2%
(Balitbangkes, 2010). Berdasarkan hasil data Riskesdas 2010 pula diketahui
bahwa di Indonesia terdapat 15 propinsi memiliki prevalensi obesitas diatas
angka prevalensi nasional.

Menurut data RISKESDAS tahun 2013 yaitu :


secara nasional prevalensi status gizi pada anak umur 5-12 tahun pada

kategori normal 70%. Prevalensi kurus menurut (IMT/U) pada anak umur 512 tahun adalah 11,2%, terdiri dari 4% sangat kurus dan 7,2% kurus.
Prevalensi status gizi gemuk pada anak umur 5-12 tahun secara nasional
masih tinggi yaitu 18,8% yang terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk
(obesitas) 8,8%. Sedangkan prevalensi gemuk pada remaja usia 13-15 tahun
sebesar 10,8 persen, terdiri atas 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat
gemuk (obesitas).
4. Salah satu Provinsi di Indonesia yang mengalami Obesitas.
DKI Jakarta
"Wanita Indonesia masih rentan obesitas," menurut dokter
Sylviana Andinisari, M.Sc., Selasa, 4 November 2014, dalam salah satu
acara Jakarta Fashion Week (JFW) 2015 di Senayan City, Jakarta. Dalam
acara bertajuk Far Western Dream itu, Sylviana memaparkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 tentang angka prevalensi obesitas di

Indonesia, yaitu sebesar 32,9 persen untuk wanita dan 19,7 persen untuk
pria.
Dibanding data Riskesdas 2010, angka wanita penderita obesitas
meningkat 17,5 persen, sedangkan pria meningkat 11,9 persen," kata
Kepala Seksi Subdirektorat Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit
Metabolik dari Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Kementerian Kesehatan itu. Sementara itu, menurut data Riskesdas 2013,
di tingkat nasional, tiga dari sepuluh wanita Indonesia mengalami
obesitas. Adapun di Jakarta, ada kecenderungan empat dari sepuluh
wanita mengalami obesitas.
Cara Penanggulangan :
Menurut perhimpunan Studi Obesitas Indonesia atau Indonesian
Society for the Study of Obesity, penanganan kegemukan dilaksanakan
berpedoman pada lima prinsip yaitu:
Motivasi
Sebelum memulai program penurunan berat badan, pertama-tama
yang harus diubah adalah pola pikir dari orang gemuk. Motivasi menjadi
kurus harus kuat tertanam di dalam dirinya, bukan sekedar ikut-ikutan
karena misalnya baru saja membaca tulisan ini. Motivasi ini bis diperkuat
dengan bergabung dalam kelompok mereka yang mempunyai program
sama, berdiskusi dengan pakarnya, dan lain sebagainya. Biasanya dalam
kelompok, para anggota bisa saling mengingatkan dan saling
berkompetisi.

Pengaturan Diet

Makin gemuk seseorang maka makin mudah untuk merasa lapar.


Ini karena pengaruh zat/hormon yang terdapat dalam sel-sel lemak. Maka
usaha pembatasan diet harus dilakukan sesegera mungkin. Jika yang
bersangkutan menganggap bahwa usaha pembatasan diet bisa dilakukan
kapan saja (tetapi tidak saat ini), tentu usahanya menjadi lebih sulit.
Karena itu, pada saat ini juga, tetapkanlah bahwa saya harus membatasi
diet saya, sebelum menjadi lebih gemuk lagi dengan risiko lebih susah
lagi untuk berdiet. Carilah makanan yang rendah kalori.
Pola Hidup Sehat
Selain pengaturan diet, biasakanlah menimbang badan Anda
untuk mengevaluasi usaha Anda. Hal ini kelihatan sepele namun
memberi efek yang tidak kalah besarnya dengan program diet itu sendiri.
Begitu pula dengan berolahraga, lakukan dengan baik dan benar

You might also like