You are on page 1of 6

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak
sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis (sebagai bahan flavor) serta menentukan
kondisi optimum proses yang menghasilkan kuantitas dan kualitas minyak sereh dapur dengan
metode ekstraksi menggunakan sistem penyulingan uap melalui pengamatan rendemen dan
analisis mutu produk. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap yaitu tahap pendahuluan
(skala laboratorium) dan tahap lanjutan (skala Industri Kecil dan Menengah) Variabel penelitian
meliputi umur tanaman (4, 6 dan 8 bulan) dan waktu proses (3, 4, 5 dan 6 jam). Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan rendemen dan analisis mutu produk
sesuai SNI Minyak Sereh Nomor 06-3953-1995. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan
persentase rendemen minyak sereh dapur tertinggi diperoleh pada bagian tanaman berupa
daun baik pada perlakuan basah (tanpa penjemuran) dan kering (dengan penjemuran) yaitu
masing-masing sebesar 0,52% dan 1,9%. Persentase rendemen minyak sereh dapur tertinggi
diperoleh pada waktu proses selama 3 jam dengan umur tanaman sereh 8 bulan yaitu sebesar
0,62%. Hasil pengujian mutu produk minyak sereh dapur pada kondisi terbaik yaitu warna
kuning kecoklat-coklatan; indeks bias 1,4843; bobot jenis 0,898; kadar sitronelal 22,1% serta
total geraniol 73,12%. Dari hasil analisa GC-MS diketahui minyak sereh dapur mengandung
komponen kimia

yaitu

limonene, m-heptane, sitronellal, linolal, linalil asetat, kasiofillen,

sitronelal asetat, geranil format, sitronelol, nerol, geraniol, elemol, iso-euganol, fornessol. Hasil
uji organoleptik pada produk aplikatif minyak sereh dapur yaitu terhadap produk pangan dan
minuman berupa nasi uduk, minuman hangat dan dingin memberikan respon yang cukup baik
dari para panelis.
Kata Kunci: minyak sereh, flavor, GCMS, kualitas

EKSTRAKSI MINYAK JAHE DENGAN PELARUT ORGANIK

INTISARI

Penelitian ekstraksi minyak jahe dengan menggunakan pelarut organik dilaksanakan di


Baristand Industri Banda Aceh. Salah satu sifat minyak jahe larut dalam pelarut organik, hal ini
memungkinkan untuk mengekstrak minyak jahe. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan
apakah minyak jahe dapat diekstrak dengan pelarut organik, bila hal ini berhasil maka akan
dapat mempersingkat waktu proses ekstraksi minyak jahe yang pada umumnya diperoleh
melalui metode penyulingan yang membutuhkan waktu berkisar 14-16 jam. Adapun variabel
perlakuan pada penelitian ini merupakan faktor-faktor yang berpengaruh pada suatu proses
ekstraksi yang meliputi: ukuran partikel jahe (16, 32, dan 60 mesh), rasio bahan dan pelarut (1:6
dan 1:8), suhu ekstraksi (40, 50, dan 60 oC) serta waktu ekstraksi (2, 4, dan 6 jam). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleh pada proses ekstraksi minyak jahe
dengan ukuran partikel 32 mesh, rasio bahan dan pelarut 1:8, serta waktu proses selama 4 jam,
dengan perolehan rendemen 10,21%, berwarna coklat kehitaman dan berwujud kental. Analisa
mutu lainnya dilakukan dengan berpedoman kepada SNI Minyak Jahe No. 06-1312-1998,
dengan hasil: bobot jenis =1,032, indeks bias pada 25oC = 1,4932, bilangan asam = 32,03 mg
KOH/g, bilangan ester = 46,16 mg KOH/g serta analisa sidik jari menunjukkan kandungan
komponen tertinggi adalah Zingiberene sebesar 19,97%.
Kata Kunci: minyak jahe, pelarut organik,

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN PERALATAN PENGERING VAKUM (VACUUM


DRYING) UNTUK PEMBUATAN HERBAL TEA

INTISARI

Herbal tea adalah suatu minuman yang dibuat dari bahan tumbuhan-daun, rimpang,
daging buah, bunga, dan kulit kayu-yang penyajiannya dicelupkan atau cukup direndam 3-5
menit dengan air panas. Walaupun disebut "teh", herbal tea sebenarnya tidak mengandung
daun dari tanaman teh (Camellia sinensis). Herbal tea merupakan produk minuman teh, bisa
dalam bentuk tunggal atau campuran aneka jenis tanaman herbal. Selain dikonsumsi sebagai
minuman biasa, herbal tea juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat terutama untuk
meningkatkan kesehatan. Untuk membuat herbal tea diperlukan beberapa proses, salah
satunya adalah proses pengeringan. Selama ini proses pengeringan dilakukan dengan oven
pengering pada tekanan atmosfir, namun penggunaan oven pengering mempunyai beberapa
kelemahan karena umumya suhu pengeringan sangat tinggi yaitu diatas 80 0C, suhu yang tinggi
tersebut akan membuat kandungan vitamin dan gizi, serta zat-zat lainnya yang terkandung
dalam bahan tersebut akan rusak, selain itu pengeringan pada tekanan atmosfir akan merubah
warna dan tekstur bahan sehingga akan mengurangi hasil akhir yang lebih alami. Untuk itu
perlu dikembangkan cara lain dalam pengeringan bahan herbal tea, salah satu caranya adalah
dengan pengeringan pada suhu dan tekanan rendah sehingga akan menghasilkan herbal tea
kering yang bermutu baik tanpa merusak kandungan dan zat-zat lainnya yang ada didalam
bahan tersebut. Pengeringan vakum merupakan suatu cara pengeringan bahan dalam ruangan
yang tekanannya lebih rendah dari pada tekanan udara atmosfir. Pengeringan dapat dilakukan
dalam waktu yang lebih singkat walaupun pada suhu yang lebih rendah dari pada pengeringan
dengan oven pada tekanan atmosfir. Dengan tekanan uap air dalam udara yang lebih rendah,
maka air pada bahan akan menguap pada suhu yang lebih rendah (Astuti, 2007).
Kata kunci: tanaman herbal, herbal tea, pengering vakum, kadar air

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PROSES DISTILASI MINYAK NILAM


SISTEM BERTINGKAT

INTISARI

Penelitian mengenai Pengembangan Teknologi Proses Distilasi Minyak Nilam Sistem


Bertingkat telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun
Anggaran 2008. Penelitian ini dikembangkan karena Aceh merupakan salah satu penghasil
minyak nilam terbesar di Indonesia, dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan
minyak nilam yang dihasilkan dari daerah lain. Akan tetapi, minyak nilam hasil penyulingan
rakyat ini masih terkendala pada mutunya, yaitu kadar patchouli alkohol yang masih belum
memenuhi SNI 06-2388-2006. Untuk meningkatkan kadar patcouli alkohol dapat dilakukan
dengan proses distilasi fraksinasi menggunakan kolom isian pada kondisi vakum. Pada
penelitian ini dilakukan beberapa perlakuan dengan memvariasikan tekanan, temperatur dan
waktu distilasi. Tekanan yang digunakan adalah 150 mbar, 180 mbar dan 200 mbar.
Temperatur yang digunakan adalah 1300C, 1400C dan 1500C. Dan waktu distilasi selama 2 jam
dan 3 jam. Variabel tetap yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume minyak nilam
sebanyak 250 ml dan tinggi kolom isian 30 cm dan jenis bahan isian adalah raschigring.
Minyak nilam sebelum proses distilasi dilakukan pengujian, demikian juga minyak nilam yang
telah mengalami proses distilasi terhadap warna, densitas, indeks bias, kelarutan dalam
alkohol, bilangan asam, bilangan ester dan kadar patchouli alkohol, dan dibandingkan dengan
SNI 06-2388-2006. Kondisi distilasi optimum diperoleh pda kondisi tekanan 150 mbar,
temperatur 1500C dan waktu distilasi selama 3 jam, dengan hasil pengujian adalah warna coklat
tua, densiti 0,9611 g/cm3, indeks bias 1,5074, kelarutan dalam alkohol 1 : 4, bilangan asam
5,7129, bilangan ester 18,9073 dan kadar patchouli alkohol 29,67931%, dimana hasil ini hampir
mendekati seperti yang dipersyaratkan dalam SNI 06-2388-2006. Demonstrasi lapangan
dilakukan di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Bireuen, diikuti oleh beberapa masyarakat
umum, perguruan tinggi dan Dinas Perindagkop cukup mendapat perhatian dan mereka
mengharapkan adanya pengembangan untuk proses penyulingan minyak nilam dan
perkebunan nilam.
Kata kunci : distilasi bertingkat, minyak nilam, patchouli alkohol

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK SEREH WANGI SEBAGAI


BAHAN PEMBASMI KUMAN

INT ISARI

Tujuan Penelitian dan

Pengembangan

Produk Sereh Wangi Sebagai Bahan

Pembasmi Kuman ini adalah untuk meningkatkan produk sereh wangi sebagai bahan
pembasmi kuman yang berbahaya bagi kesehatan manusia serta untuk mencari teknik terbaik
dalam formulasi dan nalisa microorganisme sebagai bahan pembasmi kuman agar doiperoleh
nilai tambah yang akhirnya dapat membantu masyarakat produksi sereh wangi dalam
menoptimalkan produk bahan pembasmi kuman dengan menggunakan bahan aktih
etakridin/rivanol dan formaldehie/formalin serta bahan pengisi yaitu : CMC, , VCO, NaOH dan
air.

Perlakuan percobaan yang dikukan dengan pengujian mutu minyak sereh wangi dan

produk bahan pembasmi kuman di Laboratorium dengan pengolahan sesuai Rancang Acak
Lengkap Faktorial yaitu dua faktor perlakuan, yaitu: konsentrasi

Formalin (A) dan faktor

konsentrasi Rivanol (B) sehingga diperoleh dua puluh tujuh kali percobaan. Formulasi dengan
tingkat jumlah kematian kuman yang terbaik pada perlakuan penambahan bahan aktif formalin
pada konsentrasi

0,00 gram; 0,25 gram; 0,50 gram

dengan bahan aktif rivanol pada

konsentrasi 0,25 gram; 0,50 gram sangat efektif untuk membasmi kuman . Hasil uji total
bakteri untuk mengetahui efektif daya bunuh kuman dari minyak sereh wangi terhadap kuman
dengan data pengujian menunjukkan bahwa persentase jumlah kematian kuman terendah
dijumpai pada perlakuan tanpa pemberian bahan aktif formalin maupun rivanol (A0B0) yaitu
sebesar 37 %.

Sedangkan

jumlah kematian kuman tertinggi

dijumpai pada beberapa

perlakuan interaktif bahan aktif formalin dengan rivanol yaitu: 0,00 gram formalin dengan 0,50
gram rivanol (A0B2), 0,25 gram formalin 0,50 gram rivanol (A1B2), 0,50 gram formalin dengan
0,50 gram rivanol (A2B2) masing-masing sebesar 100%. tanpa pemberian.

Kata kunci : Sereh wangi, pembasmi kuman, rivanol dan formalin

EKSTRAKSI BUNGA KENANGA DENGAN MENGGUNAKAN PELARUT LEMAK

INTISARI

Penelitian ekstraksi bunga kenanga dengan menggunakan pelarut lemak merupakan


suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan minyak atsiri dari bahan baku bunga
kenanga dengan cara absorbsi lemak padat, dalam keadaan dingin (tanpa adanya
pemanasan). Hal ini dilakukan karena minyak dari bunga bila diambil minyaknya dengan cara
penyulingan atau ekstraksi dengan pelarut, hanya akan mendapatkan hasil yang sedikit.
Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan yaitu dengan mencobakan metode
ekstraksi menggunakan pelarut organik (n-Heksan dan Etanol). Untuk ekstraksi lemak padat
menggunakan media shortening nabati dan shortening hewani dengan ketebalan 3mm dan
waktu penyerapan 36 jam. Lemak yang telah jenuh dengan wangi bunga dikombinasikan
dengan jumlah pelarut etanol (rasio 1:1; 1:2; 1:3 bagian dan waktu 15; 30; 45 menit). Hasil uji
Kromatografi Gas menunjukkan bahwa Komponen linalool tertinggi terdapat pada kombinasi
perlakuan A2B2 (rasio pamade 1:2 dan waktu 30 menit), yaitu 8,84%, komponen geraniol
tertinggi terdapat pada kobinasi perlakuan yang sama A2B2 yaitu 9,41%, komponen
caryophylene tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan A2B3 (rasio 1:3 dan waktu 45 menit),
yaitu 5,75%, komponen neryl acetate tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan A2B2 ( rasio
1:2 dan waktu 30 menit), yaitu 5,71%, dan terpinolene terdapat pada kombinasi A1B2 (rasio 1:2
dan waktu 30menit), yaitu 4,52%.
Kata Kunci : enfleurasi, etanol, minyak kenanga, shortening

You might also like