You are on page 1of 31

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA ANAK 36 BULAN DENGAN ISPA RINGAN DI RUANG UGD


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG TULUNGAGUNG
TAHUN 2016

Disusun oleh :
CAHYA YUSTISIA
NIM: 15615204

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2016

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANAK 36 BULAN DENGAN ISPA RINGAN DI RUANG UGD
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG TULUNGAGUNG
TAHUN 2016

TANGGAL PENGAMBILAN KASUS


22-06-2016

MAHASISWA
CAHYA YUSTISIA
NIM: 15615204

PEMBIMBING INSTITUSI

PEMBIMBING KLINIK

(..)

(..)

ii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbilalamin, segala puji bagi Allah semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT limpahkan kepada nabi
Muhammad SAW sebagai rahmat dan kasih sayang bagi alam semesta dan nabi
yang telah membawa umat manusia untuk menggapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
Kami bersyukur kepada Allah karena dapatmenyelesaikan askeb kompre
ini pada waktunya. Judul yang kami buat

ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF PADA ANAK 36 BULAN DENGAN ISPA RINGAN DI


RUANG

UGD

RUMAH

SAKIT

MUHAMMADIYAH

BANDUNG

TULUNGAGUNG TAHUN 2016 yang kami harap dihari mendatang dapat


bermanfaat bagi pembaca serta membangun semangat pembaca.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca agar kedepannya
kami dapat memperbaiki kesalahankesalahan pada askeb kami ini. Lebih dan
kurang kami mohon maaf, terima kasih.
Penulis

CAHYA YUSTISIA

iii

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.........................................................................................................
i
Lembar Pengesahan.................................................................................................
ii
Kata Pengantar.........................................................................................................
iii
Daftar Isi ..................................................................................................................
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar

Belakang

1.2

1
Tujuan
...................................................................................................................

1.3

2
Metode
Pengambilan
Data
...................................................................................................................

1.4

3
Sistematika
Penulisan
...................................................................................................................
3

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1

Konsep
ISPA
...................................................................................................................

2.2

5
Konsep Manajemen Kebidanan pada Anak Sakit
.......................................................................................................
12

BAB 3

TINJAUAN KASUS.................................................................................

15
BAB 4
4.1

4.2

PEMBAHASAN
Pengkajian
dan
Analisis
Data
...................................................................................................................
24
Identifikasi

Diagnosa/Masalah
iv

Aktual

...................................................................................................................
4.3

24
Identifikasi
Diagnosa/Masalah
Potensial
...................................................................................................................

4.4

24
Melaksanakan
Tindakan
Segera/Kolaborasi
...................................................................................................................

4.5

25
Rencana
Asuhan
...................................................................................................................

4.6

25
MelaksanakanTindakan
Asuhan
Kebidanan
...................................................................................................................

4.7

26
Evaluasi
Asuhan
Kebidanan
...................................................................................................................
26

BAB 5

PENUTUP

5.1

Kesimpulan
...................................................................................................................

5.2

27
Saran
...................................................................................................................
28

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan
agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia (WHO, 2007). ISPA
adalah penyakit infeksi akut yang menyerang satu bagian atau lebih dari
saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan juga
pleura (Depkes RI, 2006). Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit dari penyakit tanpa gejala sampai penyakit parah dan mematikan.
tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan pejamu. Data
10 Besar Penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan Rumah Sakit di
Indonesia tahun 2009, menempatkan Infeksi saluran napas bagian atas pada
urutan pertama dengan total kasus sebanyak 488.794, sedangkan pada pasien
rawat inap menempati urutan ke tujuh dengan total kasus 36.048 serta CFR
0,45% (Depkes RI,2010).
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena
bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009. Angka Kematian
Balita (AKB) di Indonesia sebesar 44 per 10.000 kelahiran hidup. Penyebab
utama kesakitan dan kematian balita di Indonesia yaitu Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) yaitu sebesar 28% (Depkes RI, 2010).
Berbagai faktor yang menyebabkan ISPA adalah lingkungan dan host.
Menurut

berbagai

penelitian

sebelumnya

factor

lingkungan

yang

menyebabkan ISPA adalah kualitas udara (Layuk, 2012). Kualitas udara


dipengaruhi oleh seberapa besar pencemaran udara. Pencemaran udara adalah
terkontaminasinya baik dalam ruangan maupun luar ruangan dengan agen
kimia, fifik atau biologi yang telah mengubah karakteristik alami dari
atmosfer. Setiap tahun diperkirakan terdapat 200 ribu kematian akibat outdoor
pollution yang menimpa daerah perkotaan dimana 93% kasus terjadi di
negara-negara berkembang (WHO, 2003 dalam Gertrudis, 2010). Contoh
pencemaran udara luar adalah pencemaran udara ditimbulkan dari proses
1

industry. Sedangkan pencemaran dari dalam ruangan seperti anggota keluarga


yang mengalami ISPA, anggota keluarga yang merokok, penggunaan obat anti
nyamuk bakar, dan penggunaan kayu bakar untuk bahan bakar memasak
(Layuk, 2012).
Bagian penting dalam pencegahan penyakit ISPA adalah memutus
rantai penularan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara menghentikan kontak
agen penyebab penyakit dengan pejamu. Faktor pencegahan penularan
menitikberatkan pada penanggulangan faktor resiko penyakit seperti
lingkungan dan perilaku (Widoyono, 2008).
Dari uraian diatas maka penulis ingin melakukan menejemen asuhan
kebidanan komprehensif pada An. M 36 bulan dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ringan di RSM-Bandung Tulungagung.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan balita sakit pada An. M
umur 36 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan
secara komprehensif dengan menggunakan 7 langkah varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian secara menyeluruh pada An. M umur 36 bulan
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan.
2. Menginterpretasikan data dengan merumuskan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada secara menyeluruh pada An. M umur 36
bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan.
3. Mengidentifikasi diagnose potensial pada An. M umur 36 bulan
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan.
4. Mengidentifikasi terhadap tindakan segera pada An. M umur 36 bulan
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan.
5. Melakukan perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada An. M umur 36 bulan dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan.
6. Melakukan pelaksanaan asuhan kebidan pada An. M umur 36 bulan
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan sesuai
perencanaan secara efektif dan aman.

7. Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada An. M umur 36 bulan


dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan sehingga dapat
mengetahui hasil yang diperoleh.
8. Mendokumentasi asuhan kebidanan pada An. M umur 36 bulan dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan.
1.3 Metode Pengambilan Data
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung pada ibu pasien untuk mengetahui
keluhan-keluhan sebagai data subyektif sehingga dapat melakukan
tindakan asuhan kebidanan secara tepat dan benar.
2. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung pada pasien untuk mengetahui
keadaan dan perkembangan saat pengkajian melalu pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
3. Dokumentasi
Dapat diambil dari buku rekam medic pasien.
4. Studi Pustaka
Membaca sumber buku dan media cetak seperti internet yang dapat
mendukung terlaksananya asuhan kebidanan pada pasien.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Teknik pengambilan data
1.4 Sistematika penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Konsep ISPA
2.2 Konsep Kebidanan pada Anak Dengan ISPA Ringan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Analisa Masalah dan Diagnosa
3.3 Antisipasi Masalah Ptensial
3.4 Tindakan Segera
3.5 Perencanaan
3.6 Pelaksanaan
3.7 Evaluasi
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
2.1.1 Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua,
ISPA atas dan bawah menurut Nelson (2002), Infeksi saluran pernapasan
atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk
nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis,
nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut
bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas
yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam
penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis
dan pneumonia aspirasi.

Gambar 4. Anatomi Saluran Pernafasan Berdasarkan Lokasi Anatomi


2.1.2 Jenis-Jenis ISPA
Penyakit Infeksi akut menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan aksesoris seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni antara lain :

1. Infeksi
5

Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke


dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
2. Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan organ mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura.
3. Infeksi Akut
Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
ditentukan untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari. Penyakit ISPA secara anatomis
mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernafasan bagian
bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran pernafasan.
Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). Program pemberantasan penyakit (P2)
ISPA dalam 2 golongan yaitu :
a. ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah
batuk dan pilek (common cold).
b. ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi
kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya
nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-program pemberantasan
ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasikan ISPA sebagai berikut :
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat : apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
penarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan
adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.

b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : bila tidak ditemukan tanda


tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak
ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60 menit.
2. Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas :
a. Pneumonia berat : apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
tarikan dinding dada dan bagian bawah ke dalam.
b. Pneumonia : tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya
nafas cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12
bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan-bulan <5 tahun.
c. Bukan pneumonia : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam, tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per
menit pada anak umur 2- <12 bulan dan kurang dari 40 permenit
12 bulan - <5 bulan.
Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacammacam
tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek,
sakit telinga dan demam. Berikut gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain
sebagai berikut :
1. Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis)
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37C. 2)
2. Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut :
a. Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :
Untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas
60 kali per menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali
per menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun.
b. Suhu tubuh lebih dari 39C
7

c. Tenggorokan berwarna merah


d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur),
3. Gejala dari ISPA Berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejalagejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejalagejala sebagai berikut :

2.2.3

a. Bibir atau kulit membiru


b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d. Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f. Tenggorokan berwarna merah
Proses Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh
membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung
disaring, dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat
disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu
yang halus akan terjerat dalam membran mukosa. Gerakan silia
mendorong membran mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah
superior menuju faring. Secara umum efek pencemaran udara terhadap
pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat
dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan
saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir
akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan
dan makrofage di saluran pernafasan. Akibat dari dua hal tersebut akan
menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri
tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan
terjadinya infeksi saluran pernafasan (Mukono, 2008).

2.2.4 Penyebab ISPA


ISPA dapat disebabkan oleh banyak hal. Antara lain :
1. Menurut Nelson (2002), Virus penyebab ISPA meliputi virus
parainfluenza, adenovirus, rhinovirus,mkoronavirus, koksakavirus A
dan B, Streptokokus dan lain-lain.

2. Perilaku individu, seperti sanitasi fisik rumah, kurangnya ketersediaan


air bersih (Depkes RI, 2005).
Untuk pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a. Imunisasi
b. Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) polusi di dalam

2.2.5

maupun di luar rumah


c. Mengatasi demam
d. Perbaikan makanan pendamping ASI
e. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum.
Cara Penularan ISPA
Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung dari
benda yang telah dicemari virus dan bakteri penyebab ISPA (hand to hand
transmission) dan dapat juga ditularkan melalui udara tercemar (air borne
disease) pada penderita ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit
melalui sekresi berupa saliva atau sputum.

2.2.6

Penatalaksanaan ISPA
Menurut Depkes RI (2007), Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA
akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan
berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk
pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk
tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang

penting

untuk dilakukan bagi penderita

ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:


1. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit
anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, inspeksi
nafas anak diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya agar
selama pemeriksaan anak tidak menagis karena bila menangis akan
meningkatkan frekuensi napas anak.
2. Pengobatan
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigen dan sebagainya.
9

b. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksazol peroral. Bila


penderita tidak mungkin diberi kotrimoksazol atau ternyata dengan
pemberian terapi tersebut keadaan menetap, maka dapat diberikan
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin
prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian antibiotik. Bila batuk dapat
diberikan obat batuk tradisional (jeruk nipis dan kecap) atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan
sepertidekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam berikan obat
penurun panas yaitu parasetamol.
3. Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk
mengatasi anaknya yang menderita ISPA.
a. Mengatasi panas (demam)
Untuk mengatasi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam
diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres
(tidak perlu air es), bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk
waktu 2 hari.
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberikan obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu sendok teh, diberikan 3 x sehari.
c. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tapi
berulang-ulangyaitu lebih sering dari biasanya.
d. Pemberian minuman
Berikan minuman/cairan (air putih, air buah dll) lebih
banyak dari biasanya karena banyak minum bisa membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah
sakit yang diderita.
e. Lain-lain
10

Pada anak dengan kondisi demam tidak dianjurkan untuk


mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat. Jika
pilek, bersihkan hidung dengan kain bersih atau tissue, kemudian
ajarkan anak untuk tidak menggunakan barang milik orang lain
terutama peralatan makan dan minum, saputangan, serbet, handuk,
dll. Ajarkan anak untuk menutup mulut dengan tissue saat batuk
atau bersin, Jaga kebersihan rumah terutama kamar mandi dan
dapur. Untuk penderita ISPA yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2-3 hari anak dibawa kembali kepetugas
kesehata untuk pemeriksaan ulang.
2.2.7

Pencegahan ISPA
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga keadaan gizi agar
tetap baik, imunisasi dasar lengkap, menjaga kebersihan, mencegah anak
untuk berhubungan dengan anak penderita ISPA, membiasakan mencuci
tangan teratur menggunakan air dan sabun terutama setelah kontak dengan
penderita ISPA, danupayakanventilasi yang cukupdalamruangan/rumah.
(Depkes RI,2007)

2.2.8

Komplikasi ISPA
Menurut Whaley and Wong (2005), Penyakit ISPA apabila tidak
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan
penyakit seperti :
1. Tracheitis
2. Bronchitis
3. Bhronco pneumonia
4. kematian
Konsultasikan ke dokter jika:
a. Bayi <3 bulan
b. Demam > 72 jam
c. Batuk > 1 minggu atau batuk hebat dengan muntah-muntah
d. Rewel dan letargi (kesadaran menurun)
e. Sesak napas atau tampak kebiruan sekitar bibir dan mulut
f. Jarang buang air kecil atau tidak mau minum
11

g. Dahak ada darahnya


2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Pada Anak Sakit
a. Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar/Pengkajian
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang
terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang
menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain biodata,
riwayat

kesehatan, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat

kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, pengetahuan klien.


Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian
hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain
yang

dirumuskan

dalam data

fokus. Data

objektif

terdiri

dari

pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)
dan

pemeriksaan

penunjang

(laboratorium,

catatan

baru

dan

sebelumnya).
b.

Langkah II : Intepretasi Data Dasar / Diagnosa Masalah


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan.

c.

Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial &


Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa
atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

d.

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk


Melakukan Konsultai, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien.

12

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan


untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e.

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh / Intervensi


Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau di
antisipasi.

f.

Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman /


Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.

g.

Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah

benar-benar

tetap

terpenuhi

sesuai

dengan

kebutuhan

sebagaimana telah di identifikasi didalam diagnosa dan masalah.


Rencana

tersebut

dianggap

efektif

pelaksanaannya

13

jika

memang

benar

dalam

BAB 3
TINJAUAN KASUS
No RM

: 06.63.67

Tanggal pengkajian

: 22 Juni 2016

Pukul

: 14.00 WIB

I. Pengkajian Data
A. Data Subyektif
1. Biodata
Identitas / Biodata
Nama bayi

: An. M

Umur

: 3 tahun

Jenis kelamin

: Laki laki

Tanggal/Jam Lahir

: -

Nama Ibu

: Ny E

Nama Ayah

: Tn S

Umur

: 31 tahun

Umur

: 34 tahun

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Dusun Slawe RT 09 RW 03 Watulimo

2. Alasan datang
Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek, sesak nafas dan badan anaknya
terasa panas kemarin
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Terdahulu
Ibu mengatakan ananknya tidak pernah dirawat di rumah sakit
karena penyakit apapun.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek, sesak nafas dan badan
anaknya terasa panas kemarin
c. Riwayat Penyakit Keluarga

14

Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit


menular (hepatitis, HIV/AIDS), penyakit menurun (DM, epilepsi),
dan penyakit menahun (TBC, hipertensi)
d. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
1) Riwayat Perinatal
Ibu mengatakan anak ketiga, usia kehamilan 38 minggu. Tidak
ada komplikasi selama hamil.
2) Riwayat Natal
Ibu mengatakan anaknya lahir spontan normal di puskesmas
dengan ditolong oleh bidan. Jenis kelamin laki - laki. Berat
lahir 3500 gram.
3) Riwayat Post Natal
Ibu mengatakan saat lahir bayi langsung di IMD. Bayi
memperoleh ASI Eksklusif selama 6 bulan.
4. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Usia 3 bulan bisa mengangkat kepala setinggi 45 dan menggerakkan
kepala dari kiri/kanan ke tengah.
b. Usia 4 bulan sudah bisa berbalik dari mulai telungkup ke telentang
dan dapat mengangkat kepala 90.
c. Usia 7 bulan sudah bisa duduk sendiri dengan sikap bersila dan
mulai belajar merangkak.
d. Usia 8 bulan sudah bisa mengeluarkan suara mamama, bababa,
e.
f.
g.
h.

dadada.
Usia 9 bulan sudah mulai belajar berdiri dengan kedua kaki
Usia 10 bulan dapat berjalan dengan dituntun
Usia 12 bulan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dibantu
Usia 18 bulan bisa menirukan pekerjaan rumah tangga dan

memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri.


5. Data Psikososial
a. Pandangan Keluarga terhadap Kesehatan
Anggota keluarga sangat memahami betapa pentingnya kesehatan.
b. Keadaan Lingkungan
Keadaan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya bersih, seperti
memiliki tempat pembuangan sampah dan pembuangan air limbah
rumah tangga.
c. Kebiasaan Keluarga

15

Kebutuhan keluarga dalam kebutuhan nutrisi dan personal hygiene


cukup baik serta air yang digunakan bersih.
d. Pandangan keluarga terhadap penyakit anak
Ibu dan keluarga tidak mengerti mengapa anaknya mengalami
batuk pilek dan badan panas.
6. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang telah didapat:
HB0 :
DPT :
DPTHB2:
BCG:
Polio:
DPTHB3:
Polio 2:Polio3:
Campak:
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
1) Sebelum Sakit
Jenis Makanan : Nasi lembek, sayur, lauk, dan susu
Porsi
: 1 piring sedang untuk anak
Frekuensi
: 3 x sehari
Pantangan
: Tidak ada
Masalah
: Tidak ada
2) Sekarang
Jenis Makanan : Nasi lembek, sayur, lauk, dan susu
Porsi
: setengah piring kecil
Frekuensi
: 3 x sehari
Pantangan
: Tidak ada
Masalah
: Nafsu makan menurun
b. Pola Aktifitas
1) Sebelum sakit : Anak bermain aktif
2) Sekarang
: Anak kurang aktif dan sering tertidur
c. Pola Istirahat
1) Sebelum sakit : Tidur malam 9 jam, Tidur siang 2 jam
2) Sekarang
: Tidur malam 8 jam, Tidur siang 3 jam
d. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
BAK
Frekuensi : 6x/hr
Warna
: Kuning Jernih
Bau
: Pesing
Masalah : Tidak ada
Sekarang
BAK
Frekuensi : 6x/hr
Warna
: Kuning Jernih
Bau
: Pesing
Masalah : Tidak ada

BAB
Frekuensi : 1x/hr
Warna
: Kuning Kecoklatan
Konsistensi : Lembek
Masalah
: Tidak ada
BAB
Frekuensi : 1x/hr
Warna
: Kuning Kecoklatan
Konsistensi : Lembek
Masalah
: Tidak ada

e. Personal Hygiene

16

Sebelum Sakit
Frekuensi mandi
Frekuensi ganti pakaian
Frekuensi keramas
Sekarang
Frekuensi mandi
Frekuensi ganti pakaian
Frekuensi keramas

: 2x sehari
: sesuai kebutuhan
: 1x sehari
: Hanya di seka 2x sehari
: Sesuai kebutuhan
: tidak ada

B. Data Objektif
1. Pemerikasan Umum
1) Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran
: Composmentis
BB
: 13 kg
b. Tanda-Tanda Vital
Nadi
: 98 x/menit
Suhu
: 39,2C
Pernapasan
: 52x/menit
2. Pemeriksaan Khusus
a.

Pemeriksaan Fisik
Kepala
: bersih, rambut keriting, tidak rontok, tidak odem
Wajah
: Tidak ada benjolan abnormal
Mata
: bentuk simetris dan konjungtiva tidak pucat
Telinga
: bentuk simetris, bersih, tidak ada sekret
Hidung
: Tidak bersih, ada sekret
Mulut
:Lidah bersih, tidak ada gangguan
menelan dan bicara, tidak ada stomatitis
Dada
: Ada wheezing, ada tarikan
dada ke dalam, sesak.
Abdomen : Turgor kulit baik, tidak ada nyeri
Tekan, tidak ada bising usus.
Punggung : bentuk normal, tidak ada benjolan abnormal
Ekstremitas: simetris, tidak ada odema, jari lengkap, kuku tidak
pucat, tidak ada kelainan, otot kuat untuk
digerakkan
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus
: Berlubang
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

II.

INTERPRETASI DATA
Tanggal/Jam: 22 Juni 2016/14.15 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Anak 36 bulan dengan ISPA ringan
17

Data Dasar
DS: Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek, sesak nafas dan badan
anaknya terasa panas sejak 2 hari yang lalu
DO :
1. Keadaan Umum : lemah
Kesadaran
: Composmentis
Berat badan
: 13 kg
2. Tanda-Tanda Vital
Nadi
: 98 x/menit
Suhu
: 39,2C
Pernapasan
: 52x/menit
Pemeriksaan fisik:
Hidung
Mulut
Dada

: bentuk simetris, tidak bersih, ada sekret


: bentuk simetris, lidah bersih, tidak ada gangguan
menelan dan bicara, tidak ada stomatitis
: bentuk simetris, ada wheezing, ada tarikan
dada ke dalam, sesak.

B. Masalah
Batuk, pilek, sesak nafas dan demam
C. Kebutuhan
Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat antibiotik dan
pereda batuk, pilek, sesak nafas dan demam.

III.

ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


ISPA Sedang

IV.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

V.

INTERVENSI
Tanggal/Jam : 22 Juni 2016/14.25 WIB
Diagnosa : Anak 36 bulan dengan ISPA ringan
Tujuan
: Setalah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan tidak
terjadi infeksi saluran pernafasan atas.
Kriteria Hasil : Anak bisa sembuh dan tidak mengalami keluhan lagi,
tidak terjadi ISPA berat, K/U baik, dan TTV kembali dalam
batas normal N : 80-90x/mnt, : 36,50C-37,50C : , R: 2050x/mnt
18

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada keluarga pasien dan pasien
Rasional: Pendekatan dilakukan untuk menjalin kerjasama dan
kepercayaan terhadap petugas keseshatan.
2. Beritahu keluarga pasien (ibu/bapak) tentang kondisi anaknya.
Rasional: agar ibu atau keluarga pasien mengetahui keadaan anaknya
sekarang.
3. Lakukan Kompres dengan air hangat.
Rasional: Untuk menurunkan suhu tubuh anak.
4. Lakukan KIE ISPA pada keluarga pasien,
Rasional: KIE bertujuan untuk mengatasi gejala penyakit ISPA dan
mencegah terjadinya ISPA.
5. Lakukan Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat.
Rasional: Hal ini untuk mencegah terjadinya ISPA sedang. Pasien
segera sembuh.
6. Beritahu ibu atau keluarga pasien untuk melakukan kunjungan ulang
lagi.
Rasional: Hal ini untuk melihat hasil terapi bila obatnya habis atau ada
keluhan maka dilakukan kunjungan ulang kembali.
7. Dokumentasi tindakan.
Rasional: Semua tindakan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan bukti atas semua tindakan yang telah dilakukan.
Masalah

: Batuk, pilek, sesak nafas dan demam

Tujuan

: Untuk mengatasi gejala batuk, pilek, sesak nafas dan


demam yang dialami An. M

Kriteria Hasil : Bila An. M tidak merasakan keluhan lagi


VI.

IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam : 22 Juni 2016/14.35 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada keluarga pasien, suhu 39,2C,
nadi 98 x/menit, respirasi 52x/menit.
2. Memberikan KIE tentang:
a. Nutrisi
1) Makanan yang bergizi tinggi
2) Menghindarkan anak dari makanan yang tidak terjamin
kesehatannya juga minuman es
3) Beri air putih yang banyak untuk mengencerkan dahak

19

b. Menganjurkan anak untuk di kompres dengan air bersih,dan gunakan


air hangat. Ibu bersedia.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat :
a. Nebule Ventolin 1 amp (2,5 mg)
b. Cefadroxil 250 mg syrup 3x2
c.

Bronchitin syrup 3x 1

d. Dexamethasone 3x1 (puyer)


e. Salbutamol 3x1 (puyer)
4. Menganjurkan Ibu untuk membawa anaknya kembali kontrol ulang ke
rumah sakit jika obat sudah habis atau anak belum sembuh dan jika ada
keluhan.
5. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan ke dalam asuhan kebidanan
dalam bentuk SOAP.
VII.

EVALUASI
Tanggal/Jam: 22 Juni 2016/15. 00 WIB
S: An M masih mengalami panas, batuk pilek, sesak nafas berkurang
karena sudah diberikan ventolin dengan menggunakan Nebulizer.
O: Ku :Sedang
Kesadaran Composmentis
Vital Sign: N:108x/mnt
S: 39,20C
R: 30x/mnt
Pemeriksaan fisik:
Hidung
Mulut

: bentuk simetris, tidak bersih, ada sekret


: bentuk simetris, lidah bersih, tidak ada gangguan
menelan dan bicara, tidak ada stomatitis
Dada
: bentuk simetris, ada wheezing, ada tarikan
dada ke dalam, sesak berkurang.
A: Anak 36 bulan dengan ISPA
P : Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 5 hari lagi atau jika anak ada
keluhan. Ibu bersedia.

20

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian dan Analisa Data


Dalam pengkajian di awali dengan pengumpulan data melalui anamnesa
yang meliputi idenitas klien, keluhan, data biologis / fisiologis, serta data
spiritual klien yang berpedoman pada format pengkajian, namun tidak tertutup
kemungkinan untuk dikembangkan dengan data-data lain yang ditemukan
pada klien. Selanjutnya pemeriksaan fisik, baik inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi serta obstetric dan laboratorium.
Pada teori ISPA ringan diperoleh secara garis besar menunjukkan tanda
dan gejala umum seperti seseorang yang menderita ISPA ringan apabila
ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak, tetapi jika pasien dengan ISPA ringan
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic. Pada kasus An. M data yang
diperoleh menunjukan adanya persamaan tanda dan gejala seperti batuk, pilek,
sesak nafas dan badan anaknya terasa panas dengan suhu 380C.
4.2 Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan di tunjang dan
di dukung oleh beberapa data baik subjektif maupun objektitif yang diperoleh
dari hasil pengkajian yang dilakukan. Dari beberapa tinjauan keperpustakaan
diagnosa ISPA dapat ditegakan berdasarkan data objektif yaitu sesak nafas,
suhu tubuh 380C.
Bagitu pula pada kasus An. M data yang diperoleh adalah suhu badan anak
380C, anak mengalami ISPA ringan. Dalam hal ini tampak jelas adanya
persamaan antara teori-teori yang ada dengan studi kasus pada An. M.
4.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada perumusan diagnosa/masalah potensial akan dibahas tentang
kemungkinan terjadinya hal yang lebih fatal apabila ada yang menjadi
masalah aktual tidak segera di tangani. Dalam konsep dasar, apabila ISPA
anak yang menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi paru ini tidak
diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian. Golongan virus
penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus
21

para-influenza, virus influenza, dan virus campak) dan adenovirus. Virus parainfluenza merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis
dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Pada bayi dan anak-anak, virus
influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas
bagian atas dari pada saluran nafas bagian bawah (Siregar dan Maulany, dalam
Arifin, 2009).
Keadaan seperti ini mempengaruhi keadaan anak, data-data menunjang
pada kasus An.M dapat ditegakkan diagnosa/masalah potensial sebagai berikut
ISPA sedang sampai ISPA Berat. Dengan demikian ada kesamaan antara
konsep dasar dan studi kasus pada An. M.
4.4 Melaksanakan Tindakan Segera/Kolaborasi
Pada kasus An. M tindakan segera yaitu melakukan tindakan penggunaan
obat Antibiotik. Dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan karena
sudah sesuai dengan konsep dasar yang mana Pada penderita umur 2 bulan
sampai <5 tahun yang terdiagnosa pneumonia dapat dilakukan perawatan
rumah, pemberian antibiotik selama 5 hari, pengontrolan dalam 2 hari atau
lebih cepat bila penderita memburuk, serta pengobatan demam dan yang ada
(R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012). Dan dalam hal ini terapi yang
diberikan sesuai dengan petunjuk dokter.
4.5 Rencana Asuhan
Perencanaan adalah suatu proses rencana tindakan berdasarkan identifikasi
masalah saat sekarang serta antisipasi masalah yang akan terjadi. Pada tahap
perencanaan penulis membuat asuhan kebidanan pada An. M mulai dari tujuan
yang hendak di capai serta keberhasilan dan intervensi.
Berdasarkan konsep dasar bahwa rencana tindakan pada ISPA Pada
penderita umur 2 bulan sampai <5 tahun yang terdiagnosa pneumonia dapat
dilakukan

perawatan

rumah,

pemberian

antibiotik

selama

hari,

pengontrolan dalam 2 hari atau lebih cepat bila penderita memburuk, serta
pengobatan demam dan yang ada.
Penderita di rumah untuk penderita Pneumonia umur 2 bulan sampai
kurang dari 5 tahun, meliputi :
a. Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah jumlahnya
setelah sembuh.
b. Pemberian cairan dengan minum lebih banyak
22

c. Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan, yang aman dan sederhana
( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).
Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara rencana tindakan yang
dilakukan pada anak dengan ISPA baik diteori maupun dikasus An. M.
4.6 Melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan
Dalam tahap ini penulis telah melakukan asuhan kebidanan berdasarkan
perencanaan yang telah di susun sesuai dengan kebutuhan klien dengan
mengobservasi pasien dan memberikan terapi sesuai dengan advis dokter.
4.7 Evaluasi Asuhan Kebidanan
Proses evaluasi merupakan langkah akhir dari asuhan kebidanan. Pada tahap
ini penulis tidak mendapatkan permasalahan atau kesenjangan.

23

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penulis mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada An. M
umur 36 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan
di RSM Bandung Tulungagung ini dilihat dari yang sudah dipaparkan
penulis yaitu pada pengumpulan data/informasi mengenai identitas,
riwayat kesehatan, tumbuh kembang, psikososial dan spiritual.
Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis secara langsung
melalui wawancara dengan ibu atau keluarga pasien.
2. Penulis mampu menginterpretasikan data dengan merumuskan
diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada secara menyeluruh
pada . M umur 36 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) ringan di RSM Bandung Tulungagung ini dilihat dari yang
sudah dipaparkan penulis berdasarkan data subyektif dan objektif yang
mengacu pada teori dan studi kasus.
3. Penulis mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada . M umur
36bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sedang di
RSM Bandung Tulungagung dari yang sudah ditegakkan dan
menunjukkan adanya persamaan antara teori dan studi kasus.
4. Penulis mampu mengidentifikasi terhadap tindakan segera pada An. M
umur 36 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan
di RSM Bandung Tulungagung yaitu adanya kolaborasi dengan dokter
dengan pemberian terapi obat.
5. Penulis mampu melakukan perencanaan asuhan menyeluruh dengan
tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada . M umur
36 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan di
RSM Bandung Tulungagung hal ini dibuat berdasarkan kebutuhan
pasien dengan pemberian antiiotik sesuai petunjuk dokter.
6. Penulis mampu melakukan pelaksanaan asuhan kebidan pada . M umur
36 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan di
RSM Bandung Tulungagung sesuai perencanaan secara efektif, dan

24

aman. Semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanankan


dengan baik tanpa hambatan.
7. Penulis mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan pada . M umur
36 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan di
RSM Bandung Tulungagung sehingga dapat mengetahui hasil yang
diperoleh.
8. Penulis mampu mendokumentasi asuhan kebidanan pada . M umur 36
bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ringan di RSM
Bandung Tulungagung menggunakan metode varney atau SOAP, hal
ini perlu dilaksanakan pada setiap tahap dari proses asuhan kebidanan,
karena ini merupakan salah satu cara pembuktian pertanggung jawaban
bidan terhadap asuhan kebidanan yang diberikan kepada anak.
5.2 Saran
1. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Tulung Agung
Kami berharap RSM Bandung Tulungagung dapat mempertahankan dan
meningkatkan pengetahuan tentang ISPA sehingga dapat memberikan
penanganan dengan tepat.
2. Bagi Institusi pendidikan
Kami berharap Universitas Kadiri khususnya fakultas ilmu kesehatan
prodi DIV Kebidanan lebih memacu semangat belajar mahasiswa dan
memperbanyak

praktik

penanganan masalah

patologi

pada

anak

khususnya masalah yang berkaitan dengan ISPA.


3. Bagi Mahasiswa
Kami berharap mahasiswa semakin aktif dalam mencari ilmu baik di
institusi pendidikan maupun di lahan praktik guna memperbanyak
pengetahuannya terutama masalah-masalah patologi yang sering terjadi
pada anak khususnya masalah yang berkaitan dengan ISPA.

25

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Diakses tanggal 12 Juni
2016. http://httpyasirlblogspotcom.blogspot.com/2009/04/infeksi-saluranpernafasan-akut-ispa.html
Depkes RI, 2005.Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta:Depkes
RI
Depkes RI. 2006. Modul dan Materi Promosi Kesehatan untuk Politeknik/D3.
Pusat Promosi Kesehatan.
Depkes RI. 2010. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2015. Jakarta. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI.
Depkes RI.2007. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Premonia Pada Balita.
Jakarta:Depkes RI
Layuk. Ribka Rerung, dkk. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
ISPA
Balita
di
Lembang
Batu
Sura.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4279/RIBKA
%20RERUNG%20LAYUK%20%28K11109326%29.pdf?sequence=1
unduh pada tanggal 24 N0vember 2013
Mukono, J.2008.Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:Airlangga
University Press
Nelson .2002.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:EGC
Widayono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penuluran, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga

26

You might also like