You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS


I.

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi Hepatitis
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek
utamanya pada hati (Syivia A. Price, 2005).
Hepatitis virus akut adalah penyakit hati yang gejala utamanya berhubungan erat
dengan adanya nekrosis pada hati. Bisanya disebabkan oleh virus yaitu hepatitis A,
virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan lain-lain (Arief Mansjoer, 2001).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh rekasi toksik terhadap obat-obatan serta bahanbahan kimia (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas atau menyebar. Hepatitis
virus merupakan jenis yang paling dominan, dimana merupakanhasil infeksi yang
disebabkan oleh salah satu dari lima golongan besar jenis virus, antara lain :
1. Virus Hepatitis A (HAV)
2. Virus Hepatitis B (HBV)
3. Virus Hepatitis C (HCV)
4. Virus Hepatitis D (HDV) atau Virus Delta
5. Virus Hepatitis E (HEV)
6. Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi jenis
inijarang ada.
7. Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan
infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti : Cytomegalovirus, Virus EpsteinBarr, Virus Herpes simplex, Virus Varicella-zoster.

B. Penyebab Hepatitis
1. Agen Penyebab Hepatitis dengan Transmisi secara Enterik
Terdiri atas virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV). Secara umum,
tanda-tanda virus A dan E adalah tidak mempunyai selubung, rusak bila terpajan
cairan empedu/deterjen, tidak terdapat dalam tinja, tidak dihubungkan dengan
penyakit hati kronis, dan tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi
karier intestinal.
a. Hepatitis A

Virus hepatitis A merupakan virus RNA dari famili Picarnovirus. Virus ini
banyak menyerang anak-anak. Biasanya , jenis hepatitis yang ditimbulkan
mengenai masyarakat golongan ekonomi lemah serta mereka yang tinggal di
lingkungan tidak bersih. Price (2001) mengemukakan bahwa sebagian besar
infeksi VHA (Virus Hepatitis A) terjadi pada usia anak-anak dan bersifat
asimtomatik.
Penularan dapat terjadi melalui fecal-oral dan kontaminasi pada minuman dan
makanan yang tercemar virus hepatitis A, lewat makanan/minuman mentah
atau setengah matang, minum air atau es batu yang terkontaminasi dengan
feses, dan kerang-kerangan yang tidak dimasak. HVA juga dapat menular
melalui hubungan seks oral-anal (mulut-dubur) dan jarang menular melalui
transfusi parenteral (infus).
Hepatitis A dibedakan menjadi empat stadium, yaitu masa inkubasi, prikterik
(prodromal), ikterik, dan masa penyembuhan. Masa inkubasi berlangsung
selama 5-45 hari, dengan rata-rata kurang lebih 25 hari. Masa prodromal terjadi
selama 4 hari sampai 1 minggu atau lebih.
Gejala masa prodromal adalah kelelahan (fatigue), rasa tidak enak badan
(malaise), nafsu makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak nyaman di daerah
perut kanan atas, demam (biasanya suhu kurang dari 39 oC), merasa dingin,
sakit kepala, gejala seperti flu, keluar ingus (nasal discharge), sakit
tenggorokan, dan batuk.
Gejala yang jarang dijumpai yaitu terjadinya penurunan berat badan ringan,
nyeri sendi (artralgia), dan mononeuritis cranial atau mononeuritis prifer
(sejenis salah urat saraf). Tanda yang ditemukan biasanya hepatomegali dengan
nyeri tekan (70%). Dan manifestasi ektrahepatik lain pada kulit, sendi, atau
splenomegali.
Masa ikterik dimulai dengan urine berwarna kuning tua, seperti the atau warna
gelap, diikuti oleh feses berwarna dempull (clay-coloured faeces) kemudian
warna sclera, dan kulit perlahan-lahan menjadi kuning. Muncul juga gejala
anoreksia, lesu, lelah, mual dan muntah berat untuk sementara waktu. Ketika
fase sakit kuning (ikterik) ini bertambah berat, maka gejala-gejala tersebut
berkurang dan timbul pruritus atau gejala gatal-gatal pada kulit beberapa dari
sesudahnya. Masa penyembuhan diawali dengan menghilangnya gejala ikterik
dan feses kembali normal dalam empat minggu setelah serangan. Komplikasi

yang sering terjadi pada sebagian kecil pasien adalah hepatitis fulminan (tapi
persentasenya kurang dari 1%).
Di negara-negara yang telah maju, insiden infeksi virus hepatitis A telah
menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Penderitanya pun telah beralih
pada kalangan yang usianya lebih tua. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbaikan kondisi sosial ekonomi yang diikuti dengan perbaikan higiene dan
sanitasi. Masa penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan
keluhan-keluhan lain. Masa yang paling infektip (berpotensi menularkan
penyakitnya) adalah selama dua minggu sebelum timbul gejala viremia.
b. Hepatitis E
Hepatitis E banyak terjadi di negara-negara berkembang, terutama yang airnya
terkontaminasi. Kelompok yang paling rentan terkena adalah turis atau
pelancong Asia Selatan dan Afrika Utara. Kasus ini jarang terjadi Amerika
Serikat, karena tidak ada riwayat perjalanan ke negara-negara endemik.
Penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis E. Tanda dan gejala hepatitis
meliputi sakit kuning (Jaundice) lemah, nyeri abdomen, kurang nafsu makan,
mual dan muntah dan urine berwarna gelap.
Penyakit ini bisa menimbulkan efek jangka panjang tanpa vaksinasi, tidak ada
infeksi kronis namun akan lebih parah bila menyerang pada wanita hamil,
khususna di trimester III. penyebaran penyakit ditemukan pada feses manusia
dan binatang dengan hepatitis E. kuman penyebabnya juga bisa disebarkan
oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi, sebab perpindahan kuman
dari orang ke orang tidak selazim pada kasus hepatitis A.
2. Agen penyebab hepatitis dengan transmisi melalui darah
Virus yang menjadi agen hepatitis melalui darah terdiri dari virus hepatitis B
(HBV), hepatitis C (HCV), dan hepatitis D (HDV). Secara umum, ciri-ciri dari
virus tersebut adalah tidak mempunyai selubung, tahan terhadap cairan empedu,
ditemukan di tinja, tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronis, dan tidak
terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.
a. Hepatitis B (HBV)
Insiden penyakit hepatitis B diperkirakan 78% berada di asia tenggara.
Hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA famili Hepadnavirus yang terdiri
dari sebuah protein selubung luar virus (mengandung antigen permukaan
hepatitis B atau HbsAg). HbsAg ini membungkus nucleocapsid viral yang
tersusun dari antigen ini hepatitis B atau HbcAg. HbsAG terdeteksi dalam
semua serum penderita HBV aktif dan kronis.

HbcAg tidak terdapat di sirkulasi dan hanya dapat dideteksi dengan radio
immunoassay dalam sel hati bila terdapat replikasi virus yang aktif. Antibodi
terhadap antigen permukaan hepatitis B (anti-HBs) dapat dideteksi dalam dua
fraksi yaitu anti HbcIgM (infeksi akut dan masa replikasi viral penyakit
kronis). Dan anti-HBc total (terdiri dari fraksi IgM dan IgG) pada hepatitis B
akut (igM) dan (IgG).
Penularan melalui parenteral (transimisi) cairan saliva dan semen, air mata,
keringat, darah, dan jarang terdapat pada feses dan urine. Oleh karenanya,
hindari penggunaan barang bersama dengan pasien ini. Masa inkubasi virus ini
6-8 minggu. Manifestasi klinis yang dapat dijumpai adalah tidak enak di perut,
biasanya mendahului timbulnya ikterus (gatal-gatal pada kulit), peningkatan
kadar SGPT, hepatomegali, antralgia, dan ruam kemerahan pada kulit.
b. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C. (HCV = hepatitis C virus) yang
masuk ke sel hati dan mereplikasikan diri dengan menggunakan dan
mereplikasikan diri dengan menggunakan material yang terdapat dalam sel dan
menginfeksi banyak sel lainnya. Sekitar 85% kasus hepatitis C berkembang
menjadi kronis dan merusak hati bertahun-tahun. hati kemudian dapat menjadi
sirosis atau berkembang ke arah keganasan. terdapat enam tipe genotipe virus
hepatitis C dan lebih 50 subtipenya. masa inkubasi hepatitis C sekitar 7
minggu (3-20 minggu). manifestasi klinis dari hepatitis C adalah serangannya
lambat dengan gejala yang tidak spesifik atau tanpa gejala bila penyakit
timbul. Umumnya penderita mengalami tidak enak badan (malaise), susah
makan (Anoreksia), mual, dan kadang-kadang nyeri abdomen di kuadran kanan
atas. ikhterik dapat berlangsung hingga beberapa bulan, disertai dengan
pruritas (sensasi gatal ringan), Steatorrhea (kandungan lemak dalam feses),
dan penurunan berat badan ringan (2-5 kg).
Tanda fisik dari pasien penderita hepatitis C akut juga tidak jelas. Pada
sebagian kecil pasien dapat dijumpai hepatomegali dan splenomegali. pada
pasien hepatitis C kronis yang simptomati, gejala kelelahan kronis (fatigue)
merupakan keluhan yang paling sering. Pada keadaan yang berat, terdapat
spider angioma dan hepatosplenomegali. Kurang lebih 20% pasien hepatitis C
kronis akan menjadi sirosis dalam 10 tahun.
Penularan hepatitis C dapat terjadi melalui kontak langsung lewat darah atau
produknya, serta jarum atau alat tajam lainnya yang telah terkontaminasi.

Resiko terinfeksi hepatitis C melalui hubungan seksual lebih tinggi pada orang
yang mempunyai lebih dari satu pasangan. aktivitas menyusui tidak
menularkan hepatitis C. satu konsekuensi paling berat pada penderita hepatitis
C adalah komplikasi hepatitis fulminan kronis aktif, sirosis, hipertensi portal,
dan karsinoma hepatoseluler.
c. Hepatitis D
Hepatitis D (dulu virus delta) adalah virus tak sempurna yang mengandung
RNA. Agar infeksi dan replikasi virus ini dapat terjadi, diperlukan kehadiran
HBV. Jadi, infeksi delta hanya dapat terjadi apabila seorang pembawa HbsAg
kemudian terpapar virus delta atau pada seseorang terinfeksi secara simultan
oleh HBV dan virus hepatitis D endemic di daerah seluruh laut tengah dan
daerah-daerah tertentu di timur tengah dan amerika selatan. Infeksi terjadi
paling pada para pecandu obat bius dan penderita yang melakukan transfusi
darah berulang-ulang. HDV akut didiagnosis dari adanya HDV Ag dan anti
HDV Ig M dalam serum.
C. Epidemiologi Hepatitis
Infeksi Hepatitis B ditemukan di seluruh dunia, dengan tingkat prevalensi
yang berbeda-beda antar negara. Pembawa infeksi kronis merupakan reservoir
utama, di beberapa negara, khususnya di negara-negara belahan timur, 5-15 dari
semua orang membawa virus, meskipun sebagian besar tidak menunjukkan gejala.
Pasien dengan infeksi HIV, 10% adalah pembawa kronis hepatitis B. Di Amerika
Serikat, diperkirakan bahwa 1,5 juta orang terinfeksi hepatitis B, dan diperkirakan
300.000 kasus baru terjadi setiap tahunnya. Sekitar 300 orang ini mati dengan
hepatitis fulminan akut, dan 5-10% dari pasien yang terinfeksi hepatitis B kronis
menjadi pembawa virus. Sekitar 4000 orang mati per tahun karena sirosis
hatiterkait hepatitis B dan 1000 karena karsinoma hepatoseluler. Sekitar 50%
dariinfeksi di Amerika Serikat menular secara seksual (Wilson, 2001).Sebelum
skrining donor untuk anti-HCV (1992), HCV adalah penyebab paling umum pasca
transfusi hepatitis di seluruh dunia, jumlahnya untuk sekitar 90% dari penyakit ini
di Amerika Serikat. Studi yang dilakukan pada 1970 menunjukkan bahwa sekitar
7% dari penerima transfusi menderita hepatitis NANB, dan bahwa sampai 1% dari
darah unit mungkin berisi virus. Pengenalan skrining anti-HCV telah mengurangi

transmisi hingga hampir 100 %. Saat ini diAmerika Serikat, HCV menyumbang
sekitar 20% dari kasus hepatitis virus akut, kurang dari 5% berhubungan dengan
transfusi darah. Prevalensi anti-HCV tertinggi pada pengguna narkoba suntik dan
penderita penyakit darah (hingga 98%), sangat bervariasi pada pasien hemodialisis
(<10% -90%), prevalensi rendah pada heteroseksual dengan mitra seksual multipel,
pria homoseksual, pekerjakesehatan dan kontak keluarga orang terinfeksi HCV
(1% -5%), dan terendah didonor darah sukarela (0,3% -0,5% ). Dalam populasi
umum bervariasi (0,2%-18%). Daerah prevalensi tinggi meliputi negara-negara di
belahan timur, Negara-negara Mediterania dan daerah-daerah tertentu di Afrika dan
Eropa Timur (WHO, 2010).
Di Indonesia, kurang lebih 10 persen (3,4-20,3%) dari populasi adalah
pembawa virus hepatitis B (HBV). Prevalensi ini tidak menurun. Di Jakarta,
hampir 9 persen pengguna narkoba suntikan (IDU) HBsAg+ (mempunyai infeksi
HBV kronis, dan dapat menular pada orang lain). Namun di Asia-Pasifik,
kebanyakan penularan terjadi dari ibu-ke-bayi, dan 90 persen anak yang terinfeksi
tetap mempunyai infeksi kronis waktu menjadi dewasa. Penyakit hepatitis biasanya
juga didapat karena seseorang telah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi,
susu, atau air. Pada tahun 2001, ada lebih dari 10.000 kasus infeksi hepatitis akut
dilaporkan di AS (Anonim, 2010)

D. Pathofisiologi Hepatitis
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan akibat reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.
Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul. Unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Seiring dengan berkembanganya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel- sel hepar
ini menyebabkan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respons sistem imun tubuh dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. oleh karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis dapat
sembuh dengan fungsi hepar normal. Fase ini juga ditandai dengan inflamasi dan
peregangan kapsul hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut

kuadran kanan atas. hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati. timbulnya ikhterus disebabkan karena kerusakan sel parenkim hati.
walaupun jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati
tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrapatik, maka terjadi kerusakan dalam konjugasi. akibatnya bilirubin tidak
sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus. hal ini dikarenakan terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirect), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direct).
Jadi, ikhterus yang timbul, terutama disebabkan karena adanya kerusakan
dalam pengangkutan, konjungsi, dan ekskresi bilirubin. tinja mengandung sedikit
sterkobilin, sehingga tampak pucat (abolish). Karena bilirubin konjugasi larut
dalam air, maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga bilirubin urine
menjadi pisitif dan urine berwarna gelap. peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi
dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang menimbulkan
gatal-gatal pada kulit karena ikhtesus.

E. Gejala Klinis Hepatitis


Ada beberapa manifestasi klinis dari hepatitis. Gejala hepatitis akut terbagi
dalam empat tahap, yaitu fase inkubasi, fase prodormal, fase ikterik, dan
konvalesen.
1. Fase Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu di antara masuknya virus sampai timbulnya
gejala keluhan.
2. Fase Prodromal
Fase ini adalah fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama sampai gejala
timbulnya ikterus. Fase ini ditandai dengan rasa tidak enak badan umum
(malaise), mialgia, antralgia, mudah lelah, gejala infeksi saluran napas atas,
anoreksia, mual, muntah, diare/konstipasi, demam, derajat rendah (Hepatitis A),
dan nyeri ringan pada abdomen kuadran kanan atas. Keluhan umumnya tidak
khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari.
Keluhan yang lain adalah nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, dan nyeri perut kanan atas (uluh hati). Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu, dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu
badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, dan nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok juga pada virus hepatitis B.
3. Fase Ikterik
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi juga muncul bersamaan dengan gejala.
Setelah timbul ikterus, jarang terjadi perburukan gejala prodromal, namun justru
akan terjadi perbaikan klinis yang nyata. Urine berwarna seperti the pekat, tinja
berwarna pucat, dan terjadi penurunan suhu badan yang disertai dengan

bradikardia. Ikterus muncul pada kulit dan sclera yang terus meningkat pada
satu minggu, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadangkadang, fase ini disertai dengan timbulnya gatal-gatal pada seluruh badan, rasa
lesu, dan lekas capek dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase Konvalesen (penyembuhan)
Fase ini dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di
hulu hati, dan kemudian disusul bertabahnya nafsu makan. Fase ini berlangsung
rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal,
penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capek.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- Urobilirubin direk
- Bilirubin serum total
- Bilirubin urine
- Urobilirubin urine
- Urobilirubin feses
b. Pemeriksaan protein
- Protein total serum
- Albumin serum
- Globulin serum
- HbsAg
c. Waktu protombin
- Respon waktu terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- Rontgen abdomen
- Kolestogram dan kalangiogram
- Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- Laparoskopi
- Biospi hati
G. Penatalaksanaan Hepatitis
1. Pengobatan pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan pencegahan
2. Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
enyebabkan dehidrasi.
3. Mempertahankan asupan kalori dan cairan memadai
4. Pemberian intraferon alpa pada hepatitis C akut dapat menurunkan risiko
kejadian infeksi kronis.
5. Obat-obatan yang tidak penting harus dihentikan

6. Pemantauan fungsi hati dan serologi hati HVB enam bulan kemudian, bila
terdapat peningkatan titer SGOT-SGTP lebih besar dari sepuluh kali nilai batas
atas normal, koagulopati, ensefalopati, sebab dapat dicurigai adanya hepatitis
fulminan.
7. Pemeriksaan HbeAg, Ig anti-HBc, SGOT/PT, dan USG hati.
8. Terapi antivirus yang terdiri dari antireplikasi virus, imunomodulator, dan
antiproliferasi. Pegylated interferon alfa disebut dengan polythylene glikol
(PEG) yang larut dalam air terdiri dari penginterferon alfa-2a, dan
penginterferonalfa-2b. Ribavirin diberikan bersama interferon alfa untuk
pengobatan hepatitis C kronis. Sementara, tujuan tetapi antivirus adalah.
a. Menekan replikasi virus sehingga mengurangi risiko transmisi,
b. Normalisasi amino transferasi dan perbaikan histologis hati,
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan,
d. Mencegah progretivitas.

II. KONSEP DASAR ASKEP


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Anamnesa
a. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nam, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
b. Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,
malaise, demam (lebih sering pada HVA), rasa pegal linu dan sakit kepala pada
HVB, serta hilangnya daya rasa lokal untuk perokok.
2) Riwayat penyakit/Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat kesehatan yang mencangkup tentang nyeri abdomen pada kuadran


kanan atas, demam, malaise, mual, muntah
(anoreksia), feses berwarna tanah liat dan urine pekat
b. Riwayat penyakit lalu
Riwayat apakah pasien pernah mengalami bradikardi atau pernah menderita
masa medis lainnya yang menyebabkan hepatitis (yang meliputi penyakit gagal
hati dan penyakit autoimun). Dan, kaji pula apakah pasien pernah mengindap
infeksi virus dan buat catatan obat-obatan yang pernah digunakan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengonsumsi alkohol, mengindap hepatitis, dan
penyakit biliaris.
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1) Aktivitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
2) Sirkulasi
1) Bradikardi (Hiperbilirubin berat)
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat
4) Makanan dan Cairan
1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah

4) Peningkatan oedema
5) Asites
5) Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis
6) Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
7) Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali

6) Pembesaran nodus servikal posterior


8) Seksualitas
1) Pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan;penurunan peristaltik (refleks viseral), kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah,
peningkatan kebutuhan kalori/ status hipermetabolik.
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
3) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
4) Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
5) Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
6) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
7) Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.
8) Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.

9) Intoleransi

akivitas

berhubungan

dengan

kelemahan

umum;

penurunan

kekuatan/ketahanan;nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas;depresi.


10) Harga diri rendah dan rendah situasional berhubungan dengan gejala
jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
11) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
dan kurang mengingat, salah interpretasi informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan;penurunan peristaltik (refleks viseral), kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah,
peningkatan kebutuhan kalori/ status hipermetabolik.
a. Kriteria hasil :
- Menunjukkan
perilaku
perubahan
-

pola

hidup

untuk

meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.


Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai

laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.


b. Intervensi :
a)
Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b)

Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi


sering dan tawarkan pagi paling sering.
Rasional : Adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro
intestinal dan menurunkan kapasitasnya. Makan banyak sulit untuk
mengatur bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk selama siang
hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.

c) Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan. .
Rasional : Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan
rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d)

Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.


Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.

e)

Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak .

Rasional : Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan


energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
a. Kriteria hasil : Pola nafas yang adekuat
b. Intervensi :
a) Awasi frekwensi dan kedalaman serta upaya pernafasan.
Rasional : Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia
atau akumulasi cairan dalam abdomen.
b) Auskultasi bunyi nafas tambahan.
Rasional : Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan.
c) Berikan posisi semi fowler.
Rasional : Memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada
diafragma dan meminimalkan ukuran sekret.
d) Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.
e) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : Mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
a. Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik, intensitas & lokasinya
dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan/menangis )
b. Intervensi :
a) Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri.
Rasional : Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak
nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui
pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan
nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri
b) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
c) Akui adanya nyeri
d) Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
Rasional : Klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi
pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
e) Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri
Rasional : Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui
penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih
tenang

dibanding

penjelasan).

klien

yang

penjelasan

kurang/tidak

terdapat

f) Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek


hepatotoksi
Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik
4.

untuk mengurangi nyeri


Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah

sekunder terhadap inflamasi hepar.


a. Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu.
b. Intervensi :
a) Monitor tanda vital : suhu badan .
Rasional : Sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi.
b) Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
Rasional : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang
memicu timbulnya dehidrasi .
c) Berikan kompres hangat pada

lipatan

ketiak

dan

femur

Rasional : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi


vasodilatasi

kulit

dengan

merangsang

kelenjar

keringat

untuk

mengurangi panas tubuh melalui penguapan.


d) Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
Rasional : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah
5.

timbulnya ruam kulit


Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis
a. Kriteria hasil : Tidak terjadi keletihan fisik yang berlebihan
b. Intervensi:
a) Jelaskan sebab-sebab keletihan individu.
Rasional : Dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
b) Sarankan klien untuk tirah baring.
Rasional : Tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan
sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit
c) Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuankemampuan dan minat-minat.
Rasional : Memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatankegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi
untuk kegiatan yang kurang penting

d) Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu


puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan .
Rasional : Keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi
kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan
e) Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi).
Rasional : Untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis .
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
a. Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
b. Intervensi:
a) Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan
(kadtril, lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
Rasional : Kekeringan meningkatkan

sensitifitas

kulit

dengan

merangsang ujung saraf.


b) Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal.
Rasional : Penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan
meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.
c) Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan

kuat

pada

area

pruritus

untuk

tujuan

menggaruk

Rasional : Penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan


lebih banyak pruritus
d) Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
Rasional : Pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban
7.

kekeringan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
a. Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
b. Intervensi :
a) Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
Rasional : Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia
atau akumulasi cairan dalam abdomen.
b) Auskultasi bunyi nafas tambahan.
Rasional : Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c) Berikan posisi semi fowler.
Rasional : Memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada
diafragma dan meminimalkan ukuran sekret.

d) Berikan

latihan

nafas

dalam

dan

batuk

efektif.

Rasional : Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.


e) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : Mungkin perlu untuk mencegah hipoksia.
8. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus.
a. Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
b. Intervensi:
a) Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh .
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau
-

spesimen.
Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh.
Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah
yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan
cara apapun.
Rasional : Pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi

virus hepatitis
b) Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan
yang terkontaminasi.
Rasional : Teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak
dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit
c) Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga
dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan
Rasional : Mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak
rantai transmisi infeksi
d) Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat.
Rasional : Rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber
pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi.
9. Intoleransi akivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan
kekuatan/ketahanan;nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas;depresi.
a. Kriteria hasil : Menunjukkan teknik/prilaku yang memampukan kembali
melakukan aktivits dan melakukan peningatan toleransi aktivitas.
b. Intervensi :
a) Ubah posisi sesering mungkin dan berikan prawatan kulit yang baik.
Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan
tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan
jaringan.

b) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan


rentang gerak sendi pasif/aktif.
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini
dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode
istirahat.
c) Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi, dan berikan aktivitas
hiburan.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,
memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping.
10. Harga diri rendah dan rendah situasional berhubungan dengan gejala
jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
a. Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan diri dan menerima lamanya proses
penyembuhan/kebutuhan isolasi.
b. Intervensi :
a) Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar. Dorong
diskusi perasaan/masalah.
Rasional : Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.
Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien
untuk

merasa

lebih

mengontrol

situasi,

menurunkan

cemas,

menurunkan depresi, dan memudahkan perilaku koping positif.


11. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi dan kurang mengingat, salah interpretasi informasi.
a. Kriteria hasil : Mengidentifikasikan hubungan tanda/gejala penyakit dan
hubungan gejala dengan faktor penyebab dan melakukan perubahan
perilaku berpartisipasi pada pengobatan.
b. Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman proses

penyakit,

harapan/prognosis,

kemungkinan pilihan pengobatan.


Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/salah
informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi
tambahan sesuai keperluan.
b) Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit.
Rasional : Kabutuhan/ rekomendasi akan bervariasi karena tipe hepatitis
(agen penyebab) dan situasi individu.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.
Dongoes, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Cahnoto.

2010.

Askep

Pada

Pasien

Hepatitis.

(http://cahnoto.blogspot.com/2010/04/askep-pada-pasien-hepatitis.html)
Diakses tanggal 17 November 2014
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta :
Gosyen Publishing.
Subianto,

Teguh.

2009.

Asuhan

Keperawatan

(http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatanhepatitis.html) Diakses tanggal17 November 2014

Hepatitis.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN HEPATITIS

NI KETUT LILIS AYU NINGSIH


II.1
P07120013032

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR 2014

You might also like