Professional Documents
Culture Documents
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan sebenar-benar
takwa. Dan marilah kita selalu menjalankan dan menjaga kewajiban-Nya yang paling besar
setelah dua kalimat syahadat, yaitu kewajiban shalat. Karena agung serta butuhnya seseorang
terhadap kewajiban ini, Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan untuk mengerjakannya
tidak hanya sekali dalam sehari. Allah Subhanahu wa Taala telah mewajibkan kepada kita
untuk menjalankannya lima waktu dalam sehari semalam, pada waktu-waktu yang tidak
merugikan sedikit pun bagi aktivitas kita. Bahkan, sangat membantu dan menguntungkan
kegiatan kita sehari-hari.
Hadirin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Taala telah menyebutkan ancaman yang sangat keras bagi orang-orang
yang meremehkan kewajiban shalat. Tentu saja ini menunjukkan betapa besarnya kewajiban ini
di sisi Allah Subhanahu wa Taala. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
} 55{
}66{
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui siksa yang sangat keras dan
berlipat-lipat. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan
masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun. (Maryam: 59-60)
Di antara hal yang juga menunjukkan betapa agungnya keutamaan shalat, adalah apa yang
disebutkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam Shahih keduanya,
yaitu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyerupakan shalat lima waktu dengan
sungai yang mengalir di depan pintu seorang muslim dan digunakan untuk mandi sebanyak lima
kali dalam sehari, sehingga akan menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat di badannya.
Begitu pula shalat lima waktu, akan menghapus dosa-dosa seorang muslim yang selalu
menjalankan dan menjaganya. Hanya saja dosa-dosa yang dihapus adalah dosa-dosa kecil.
41 | D i s a l i n d a r i w w w . k h o t b a h j u m a t . c o m
Dan jika mereka mau bertobat dan menegakkan shalat, serta menunaikan zakat, maka mereka
adalah saudara kalian seagama. (At-Taubah: 11)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya (yang membedakan) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah
meninggalkan shalat. (H.R. Muslim)
Bahkan, Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, Sungguh, Al-Kitab dan AsSunnah, serta ijma sahabat telah menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat.
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Oleh karena itu, orang yang sama sekali tidak mau mengerjakan shalat dan tidak mau diingatkan
untuk menjalankannya dihukumi sebagai orang kafir yang keluar dari Islam. Sehingga sebagai
akibat dari hukum tersebut, kita tidak boleh lagi memakan daging hewan sembelihannya. Tidak
boleh pula kita menikahkan anak-anak perempuan kita dengannya, serta tidak berhak baginya
untuk menerima harta warisan, serta konsekuensi-konsekuensi lainnya. Begitu pula, sudah
seharusnya kita membencinya dan meninggalkannya serta menjauhinya, selama dia tidak mau
menerima nasihat dan terus-menerus dalam keadaan demikian. Apabila dia mati dan belum juga
bertobat, maka mayatnya tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalati, serta tidak dikubur di
pemakaman kaum muslimin.
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa Allah Subhanahu wa Taala yang telah memerintahkan kepada kita shalat
lima waktu juga mewajibkan bagi kita untuk menjalankannya secara berjamaah. Hal ini
sebagaimana disebutkan di dalam ayat-ayat-Nya dan hadits-hadits Rasul shallallahu alaihi wa
sallam. Bahkan, dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa meninggalkan kewajiban ini tanpa ada
sebab yang syari adalah dosa besar. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,
42 | D i s a l i n d a r i w w w . k h o t b a h j u m a t . c o m
Dan tegakkanlan shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama-sama orang yang
rukuk. (Al-Baqarah: 43)
Maka, tentu saja merupakan kenyataan yang memprihatinkan, ketika kita dapatkan banyak di
antara kaum muslimin yang meremehkan kewajiban ini. Mereka mendengar azan
dikumandangkan, namun tidak mau memenuhi panggilan azan tersebut untuk segera menuju ke
masjid. Padahal dia dalam keadaan sehat dan kuat. Seakan-akan dia mengatakan, Aku
mendengar panggilan untuk menghadap-Mu ya Allah, namun aku tidak akan memenuhinya.
Bahkan, hal ini terjadi pada sebagian orang yang bertempat tinggal di sekitar masjid. Rumah
mereka di dekat masjid, namun hatinya jauh dari masjid. Wal iyadzubillah (Kita berlindung
kepada Allah Subhanahu wa Taala).
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah
Sebagian yang lain dari kaum muslimin ada yang berangkat ke masjid, namun diiringi rasa
malas. Mereka tidak segera mempersiapkan diri untuk pergi ke masjid, namun menundanya
sampai menjelang atau saat iqamah dikumandangkan. Sehingga, mereka terburu-buru ketika
menuju masjid. Hal ini tentu menyelisihi aturan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam
adab berjalan ke masjid. Yaitu, berjalan dengan tenang tanpa melakukan gerakan yang tidak
diperlukan, ataupun melihat ke kanan dan kiri tanpa ada keperluan, dan menghadirkan hati untuk
menghadap kepada Allah Subhanahu wa Taala. Maka, terluput pula dari mereka keutamaan
yang besar bagi orang-orang yang menunggu shalat di masjid. Yaitu malaikat akan memintakan
ampun dan rahmat kepada Allah Subhanahu wa Taala untuknya selama dia (tidak) terkena
hadats. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim.
Padahal, kami yakin bahwa apabila mereka dipanggil untuk mendapatkan dunia, tentu mereka
akan segera mendatanginya kapan saja tanpa ada rasa malas. Begitu pula, mereka akan mau
menunggunya tanpa rasa bosan, meskipun harus antri dan memakan waktu berjam-jam. Yang
demikian ini tentu menunjukkan lemahnya iman, dan menunjukkan bahwa dunia lebih mereka
utamakan daripada akhirat.
Hadirin rahimakumullah,
Selanjutnya, ketahuilah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di dalam haditshaditsnya telah menjelaskan kepada kita tentang aturan-aturan yang berkaitan dengan shalat
berjamaah. Di antaranya adalah kewajiban meluruskan dan merapatkan shaf. Banyak haditshadits yang menunjukkan kewajiban ini. Di antaranya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
Sungguh luruskanlah shaf-shaf kalian, atau kalau tidak demikian sungguh Allah akan
menjadikan wajah-wajah kalian saling berpaling. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
43 | D i s a l i n d a r i w w w . k h o t b a h j u m a t . c o m
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa dari mengingat Allah, mereka
itulah golongan yang mengikuti setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah
golongan yang merugi. (Al-Mujadilah: 19).
44 | D i s a l i n d a r i w w w . k h o t b a h j u m a t . c o m
Berbekallah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (Al-Baqarah: 197)
Hadirin rahimakumullah
Sesungguhnya, keutamaan yang besar yang telah Allah Subhanahu wa Taala janjikan bagi
orang-orang yang menjalankan kewajiban shalat akan diperoleh apabila shalat tersebut dilakukan
dengan mencontoh tata cara shalat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Yaitu dengan
memerhatikan syarat-syarat, rukun-rukun dan kewajiban yang berkaitan dengan shalat, serta
sunnah-sunnahnya. Begitu pula dilakukan dengan penuh khusyuk yang di antara tandanya adalah
tenangnya anggota badan, hadirnya hati, dan memerhatikan, serta merasa nikmat ketika
membaca ayat-ayat dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Taala. Bahkan, khusyuk adalah ruh
shalat. Sehingga, Allah Subhanahu wa Taala mengaitkan keberuntungan bagi orang-orang yang
shalat apabila dilakukan dengan khusyuk, sehingga orang yang melakukan shalat tanpa khusyuk
tidak termasuk orang-orang yang dijanjikan akan mendapatkan keberuntungan. Allah Subhanahu
wa Taala berfirman,
} 1{
}2{
Sungguh, beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyuk di dalam
shalatnya. (Al-Mu`minun: 1-2)
Hadirin rahimakumullah,
Sungguh, berbahagialah orang-orang yang mencintai shalat. Yaitu orang-orang yang merasakan
shalat itu sebagai penyejuk matanya. Dan menjadikannya seakan-akan kenikmatan surga bagi
hatinya. Sehingga ketika menjalankannya, dia merasa berat untuk keluar darinya. Karena ketika
menjalankannya, dia menjadikan shalat sebagai saat beristirahat dari capainya urusan dunia. Dia
merasa telah keluar dari kesempitan kehidupan dunia yang seakan-akan merupakan penjara bagi
dirinya.
Dan sebaliknya, sungguh celakalah orang-orang yang tidak mencintai dengan sebenar-benarnya
kewajiban yang besar ini. Yaitu orang-orang yang merasa sangat berat untuk menjalankannya.
45 | D i s a l i n d a r i w w w . k h o t b a h j u m a t . c o m
.
.
.
Penulis: Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc.
Disalin dari kumpulan Khutbah Jumat Majalah Asy-Syariah Edisi 33 disertai penyuntingan
bahasa oleh Tim Redaksi KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
46 | D i s a l i n d a r i w w w . k h o t b a h j u m a t . c o m