You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Urine biasanya berada dalam keadaan yang steril. Infeksi berlaku apabila
bakteri atau mikroorganisme patogen yang lain masuk ke dalam urin dan mula
membiak. Lokasi infeksi biasanya bermula pada bukaan uretra, didapat dari
daerah anus dan bergerak naik ke atas melalui traktus urinari dan bisa
menginfeksi kandung kemih. Ini mungkin disebabkan oleh kebersihan diri
yang kurang atau hubungan seksual. (Balentine, 2009).
Infeksi saluran kemih adalah masalah kesehatan yang serius mengenai
jutaan populasi manusia setiap tahunnya. Salah satu infeksi sakuran kemih
adalah disuria. Disuria adalah rasa nyeri atau sakit saat buang air kecil,
biasanya dirasakan di tabung yang membawa urin keluar dari kandung kemih
(uretra) atau daerah sekitar alat kelamin (perineum). Setiap orang pernah
mengalami sakit saat buang air kecil. Sakit saat buang air kecil adalah gejala
yang paling umum dari infeksi saluran kemih, terutama pada wanita. Pada
pria, infeksi saluran kemih kurang umum, sehingga buang air kecil terasa sakit
ini paling sering disebabkan oleh uretritis dan kondisi prostat tertentu. Oleh
karena itu, pada makalah ini kami akan membahas mengenai disuria.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa pengertian dari disuria?
1.2.2
Apa penyebab dari disuria ?
1.2.3
Apa pengertian dari irigasi kateter ?
1.2.4
Apa saja tipe-tipe irigasi kateter ?
1.2.5
Apa saja alat-alat yang digunakan untuk irigasi kateter ?
1.2.6
Bagaimana prosedur irigasi kateter ?
1.2.7
Bagaimana asuhan keperawatan pada disuria ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1Menjelasakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan disuria
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.1.1 Mengetahui cara membuat pengkajian dalam asuhan
keperawatan pada disuria
1.2.1.2 Mengetahui cara membuat

diagnosa

dalam

asuhan

keperawatan pada disuria

1.2.1.3 Mengetahui

cara

membuat

intervensi

dalam

asuhan

keperawatan pada disuria


1.2.1.4 Mengetahui cara membuat

evaluasi

dalam

asuhan

keperawatan pada disuria


1.4 Manfaat
1.2.2 Manfaat Teoritis
1. Makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan di bidang
keperawatan, khususnya yang berkaitan dengan disuria
2. Makalah ini dapat berfungsi sebagai dasar atau pijakan bagi
1.2.3

penelitian di masa yang akan datang.


Manfaat Praktis
1. Makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara
mendalam tentang asuhan keperawatan disuria
2. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan
informasi bagi para pembaca yang mengalami kasus masyarakat
yang memiliki kerabat dengan kasus yang sama agar dapat
menyelesaikan masalah disuria.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Disuria
Disuria adalah perasaan nyeri saat kencing. Hal ini
disebabkan karena adanya iritasi pada buli-buli(Purnomo,

2000). Disuria paling banyak disebabkan kerna infeksi,


yaitu 60% dari seluruh kasus disuria. Hal ini sering ditemukan
pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan struktur uretra. Frekuensi
menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran urin saat siang hari,
sedangkan nokturia menunjukkan peningkatan pengeluaran urin saat
malam hari. Disuria lebih umum dijumpai pada wanita muda,
mungkin karena aktivitas seksual yang lebih tinggi. Pria
yang lebih tua lebih umum menderita disuria karena
meningkatnya insiden benigna prostathyperplasia (BPH)
yang

disertai

kebanyakan

dengan
pasien,

inflamasi
urinalisis

dan

infeksi.

dapat

Pada

membantu

menentukan adanya infeksi dan memastikan diagnosis.


Organisme
pathogen

coliform,terutama
yang

paling

Escherichia

umum

dalam

coli,

adalah

infeksi

traktus

urinarius.
2.2 Penyebab Disuria
Beberapa penyebab terserang dari disuria (Bremnor & Sadovsky, 2002):
1. Infeksi, misalnya pyelonephritis, cystitis, prostatitis, urethritis,
cervicitis, epididymo-orchitis,vulvovaginitis.
2. Kondisi Hormonal, misalnya hypoestrogenism, endometriosis.
3. Malformasi, misalnya obstruksi leher vesica urinaria (misalnya benign
prostatic hyperplasia), urethralstrictures atau diverticula.
4. Neoplasma, misalnya tumor sel renal, vesica urinaria, prostat,
vagina/vulva, dan kanker penis
5. Peradangan, misalnya spondyloarthropathies, efek samping obat,
penyakit autoimun.
6. Trauma, misalnya karena pemasangan kateter, honeymoon cystitis.
7. Kondisi psychogenic, misalnya somatization disorder, major
depression, stress atau anxietas, histeris
2.3 Pengertian Irigasi Kateter
Irigasi kateter adalah tindakan membersihkan atau mencuci bladder
melalui kateter. Tujuannya, Untuk mempertahankan kepatenan kateter dan
membersihkan bladder misalnya darikebekuan darah kecil atau mukus

setelah operasi genitourinaria. Kadang kala irigasi kateterdilakukan untuk


pengobatan infeksi atau iritasi lokal bladder.
2.4 Tipe-tipe Irigasi Kateter
Tipe irigasi kateter, antara lain:
1. Irigasi sistem tertutup
Irigasi sistem tertutup dibagi menjadi dua yaitu irigasi kadangkadang dan terus menerus. Irigasi istem tertutup dilakukan tanpa
membuka kateter dan sistem drainase. Irigasi sistem tertutup lebih
banyak digunakan pada pasien yang di lakukan pembedahan
genitourinaria karenan pada klien ini mempunyai resiko terjadinya
bekuan darah kecil dan mukus/sekret yang masuk kedalam kateter.
Dan juga resiko mengalami infeksi saluran kemihan.
2. Irigasi sistem terbuka
Irigasi sistem terbuka juga digunakan untuk menjaga kepatenan
kateter. Irigasisistem terbuka dilakukan bila irigasi kateter lebih
jarang dilakukan (misalnya setiap8 jam) dan tidak ada bekuan darah
kecil dan mukus di kandung kemih.
2.5 Alat-Alat yang Dibutuhkan untuk Irigasi Kateter
a) Set irigator
b) Cairan irigasi steril (cairan irigasi dianggap tidak steril bila sudah dibuka
lebih dari 24 jam )
c) Baskom pengumpulan steril
d) Spuit 60 ml tipe piston (digunakan untuk memasukkan cairan kedalam
e)
f)
g)
h)
i)

kateter)
Pembalut tahan air
Sarung tangan steril
Kapas antiseptik
Plester
Jas mandi

2.6 Prosedur Irigasi kateter:


1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Menggunakan teknik aseptik, tuangkan cairan irigasi steril ke dalam
wadah steril

4. Bersihakan

sekitar

kateter/

selang

penghubung

drainase

dengan

menggunakan kasa steril yang telah direndam cairan providone-ioine.


5. Buka kateter dari selang drainase. Tutup selang dengan tutup steril atau
kantung adapter selang tabung
6. Letakkan wadah penampung steril di bawah kateter
7. Irigasi kateter menggunakan spuit bervolume besar dan cairan pengirigasi
steril yang telah ditentukan
8. Lepas spuit dan tempatkan ujung kateter di atas wadah drainase, alirkan
cairan ke dalam penampung
9. Ulang prosedur irigasi sampai cairan jernih atau sesuai dengan program
medik
10. Menesinfeksi ujung distal kateter dan ujung selang drainase, sambung lagi
kateter dan selang. Lepas sarung tanagn dan cuci tanagn
11. Mendokumentasikan jenis dan banyaknya cairan irigasi. Warna dan
karakteristik cairan yang keluar, adanya sedimen/ endapan, bekuan darah
dan reaksi klien.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DISURIA
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku, Bangsa, Pekerjaan,
3.1.2

Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk Rumah Sakit.


Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama:
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien
biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing
dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik.
Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien
biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa
tidak enak atau nyeri pinggang.
Riwayat Kesehatan Sekarang:

Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan


pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien
biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing
dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik.
Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien
biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa
tidak enak atau nyeri pinggang.
Riwayat Kesehatan Dulu:
Pada pengkajian biasanya ditemukan kemungkinan penyebab infeksi
saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami
klien. Biasanya klien dengan ISK pada waktu dulu pernah mengalami
penyankit infeksi saluran kemih sebelumnya atau penyakit

ginjal

polikistik atau batu saluran kemih, atau memiliki riwayat penyakit DM


dan pemakaian obat analgetik atau estrogen, atau pernah di rawat di rumah
sakit dengan dipasangkan kateter.
Riwayat Kesehatan Keluarga:
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang

biasanya dapat

meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit


turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena
penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang
dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai
3.1.3

dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.


Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : kesadaran menurun
2. Tanda tanda vital :
a)
b)
c)
d)
3.

Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu

: meningkat
: meningkat
: meningkat
: meningkat

Pemeriksaan fisik head to toe


No.
1.

Bagian Tubuh
Rambut

Pemeriksaan Fisik
keadaan kepala klien ISK biasanya baik
(tergantung klien): distibusi rambut merata,
warna rambut normal (hitam), rambut tidak
bercabang, rambut bersih. pada saat di palpasi
keadaan rambut klien ISK biasanya lembut,
6

2.

Mata

tidak berminyak, rambut halus.


keadaan mata penderita ISK biasanya normal.
Mata simetris, tidak udema di sekita mata,
sklera

tidak

ikterik,

konjugtiva

anemis,

3.

Hidung

pandangan tidak kabur.


normal. Simetris tidak ada pembengkakan

4.

Telinga

,tidak ada secret, hidung bersih


Normal. telinga simetris kiri dan kanan,
bentuk daun teling normal, tidak terdapat

6.

Mulut

7.

Leher

serumenm,keberihan telinga baik.


mukosa bibir kering, keadaan dalam mulut
bersih(lidah,gigi,gusi).
biasanya pada klien ISK Normal
I : leher simetris,tidak ada penonjolan
JVP,terlihat pulsasi
Pa: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak

8.

Thoraks
Paru

ada pembesaran nodus limfa


I : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan
dada sama, pernapasan cepat dan dangkal,
tidak ada penonjolan rusuk.
Pa : Normal.tulang rusuk lengkap, tidak ada
nyeri tekan dan nyeri lepas serta edema atau
massa.tractil fremitus positif kiri dan kanan.
Pe: suara dullness pada daerah payudara, dan
suara resonan pada intercosta.
Au: Normal.tidak terdengar suara tambah pada

9.

Jantung

pernapasan (ronchi,whezing)
biasanya klien dengan ISK Normal. Yaitu
Tidak ada terjadi ganguan pada jantung klien
(kecuali

klien

memilki

riwayat

sakit

jantung).teraba pulsasi pada daerah jantung


klien pada intercosta 2 dan pada intercosta 3-5
tidak teraba, pada garis mid klavikula teraba
vibrasi lembut ketukan jantung.suara jantung
S1 dan s2 terdengar dan seimbang pada
intercosta ke 3 dan pada intercosta ke 5 bunyi

10.

Abdomen

s1 lebih dominan dari pada s2.


I : perut rata, tidak ada pembesaran hepar yang
di tandai dengan perut buncit, tidak ada
pembuluh

darah

yang

menonjol

pada

abdomen, tidak ada selulit.


Pa : ada nyeri tekan pada abdomen bagian

11.

Ekstermitas

bawah akibat penekanan oleh infeksi


Pe : bunyi yang di hasilkan timpani
Au : bising usus terdengar
kekuatan eks.atas dan eks.bawah baik, dapat
melakukan pergerakan sesuai perintah, tidak
ada nyeri tekan atau lepas pada ekstermitas,
tidak ada bunyi krepitus pasa ekstermitas

3.2 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa
atau pengobatan antara lain adalah :
1. Laboratorium
a.

Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH


meningkat.

b. Urine kultur :
a) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran
kemih misalnya : streptococcus, E. Coli, dll
b) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
c.

Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.

2. Blass Nier Ophage Intra Venous Pyelogram ( BNO IVP )


a.

Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri


abdominal, panggul.

b.

Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.

3.3 WOC
Infeksi (urethritis, cercivitis), kondisi hormonal, malvormasi, neoplasma

Obstruksi aliran urine ( urolitiasas, hipertrofi prostate, jaringan parut gi

Masuk ke v.urinaria melalui uretra

Infeksi Saluran Kemih


Penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis dan ureter atau hidronet

Inflasi pada uretra


me akibat bakteri berkembang pada kandung kemih
Gangguan Eliminasi Urine
Nyeri akut
Hipertemi

3.4 Analisis Data


No

Data

Masalah

Etiologi

.
1.

DS:

Nyeri

Inflamasi dan peningkatan

Klien mengatakan rasa

aktivitas penyakit

sakit saat pipis

(berkemih)
Klien mengatakan rasa
tidak enak saat
berkemih pada

punggung bawah
Klien mengeluhkan
nyeri terasa sejak 3hari
lalu

DO:

Wajah meringis
Dari
pemeriksaan
urinalisis akan terdapat
leukouria

positif

dan

terdapat 5 eritrosit pada


lapang pandang besar
(LPB)

sedimen

air

kemih.
Klien

tampak

memenggang

daerah

supra pubik
Klien tampak meringis,
dan terdapat nyeri tekan
dan lepas pada daerah
sekitar kandung kemih

2.

klien
DS:

Gangguan

Nyeri saat BAK dan kurang

Klien mengatakan sering eliminasi

menjaga kebersihan organ


bawah

urine
BAK dimalam hari
Klien mengatakan saat
BAK terasa sakit dan
BAK sedikit

DO:

Klien

tanpak

kurang

memperhatikan

3.

kebersihan organ bawah


Klien tanpak menahan

kencing
Klien tanpak mengalami

nokturia
DS:
- Klien mengatakan demam

Hipertermi

Peningkatan metabolisme

10

saat sulit berkemih


Klien mengatakan badan

akibat bakteri berkembang


pada kandung kemih

terasa panas
- Klien mengatakan sakit
kepala dan menggigil
-

DO:
Klien tanpak pucat
Konjungtiva klien tanpak

pucat
T: 39c

3.5 Diagnosa Keperawatan


1.

Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi dan peningkatan aktivitas


penyakit.
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensi atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the study of

Pain)
2. Gangguan eliminasi urine
Gangguan eliminasi urine adalah disfungsi eliminasi urine.
3. Hipertermi
Hipertermi adalah suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena
kegagalan termoregulasi.
3.6 Intervensi Keperawatan
No.

1.

Diagnosa Keperawatan

Domain 12 : kenyamanan
Class 1 Kenyamanan fisik
Dx : Nyeri akut (00132)
Batasan Karakteristik:
1. Diaforesis
2. Ekspresi wajah nyeri
(misal, mata kurang
bercahaya, tampak

Tujuan dan

Intervensi Aktivitas

Kiteria Hasil

(NIC)

(NOC)
Tujuan : Setelah
dilakukan

Manajemen nyeri:
1. Lakukan

tindakan

pengkajian nyeri

keperawatan

secara

selama 24 jam

komprehensif

diharapkan

dimulai dari

nyerinya teratasi
kacau, gerakan mata Kiteria hasil :
- Skala nyeri 0-3.
berpencar atau tetap

lokasi,
karakteristik,

11

pada satu fokus,

Wajah klien

durasi, frekuensi,

meringis)
3. Keluhan tentang

tidak meringis.
Klien tidak

intensitas dan

intensitas

memegang

menggunakan

daerah nyeri.

standar skala nyeri


(mis., skala WongBaker FACES, skala
analog visual, skala
penilaian numerik).
4. Keluhan tentang
karakteristik nyeri
dengan
menggunakan
standar instrumen
nyeri.
5. Laporan tentang

penyebab.
2. Kurangi faktor
presipitasi
nyeri(faktor
infeksi)
3. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal).
4. Monitor kepuasan
pasien terhadap
manajemen nyeri
dalam interval
yang spesifik.

perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas.
6. Mengekspresikan
perilaku (mis.,
gelisah, merengek,
menangis, waspada)
7. Perilaku distraksi
8. Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri.
9. Perubahan selera
makan.
10. Putus asa
11. Sikap melindungi
area nyeri
12. Sikap tubuh
melindungi

Pemberian analgesic:
1. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik pertama
kali
2. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
3. Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala (efek
samping)

12

2.

Domain 3 : Eliminasi dan

Tujuan: setelah

Katerisasi Urine

Pertukaran
Class 1 Fungsi Urinarius
Dx : Gangguan Eliminasi

di lakukan

1. Monitor keadaan

tindakan

bladder setiap 2 jam


2. Hindari faktor

perawatan

urine (00016)
Batasan Karakteristik:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

selama 24 jam

Ayang-ayangan
Disuria
Dorongan berkemih
Inkontinensia
Intontinensia urine
Nokturia

Retensi urine
Sering berkemih

klien mampu
BAK dengan
normal
Kiteria hasil :
Klien dapat
mengontrol
pengeluaran
urine setiap 4

jam
Tidak ada

pencetus
inkontinensia urine
seperti cemas
3. Kolaborasi dengan
Dokter dalam
pengobatan dan
kateterisasi
4. Jelaskan tentang
pengobatan, Kateter,
penyebab, dan
tindakan lain

tanda-tanda
retensi dan
inkontinensia

urine
Klien berkemih
dalam keadaan
rileks

3.

Domain 11 :

Tujuan: Setelah

Fever treatment

Keamanan/Perlindungan
Class 6 Termoregulasi
Dx : Hipertemi (00007)
Batasan Karakteristik:

di lakukan

1. Monitor suhu sesering

tindakan

mungkin
2. Monitor tekanan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apnea
Gelisah
Hipotensi
Kejang
Koma
Kulit kemerahan
Kulit terasa hangat
Letargi
Postur abnormal

keperawatan
selama 24 jam
diharapkan klien

darah, nadi dan RR


3. Monitor intake dan

T kembali

output
4. Kompres pasien pada

normal
Kiteria hasil :

lipat paha dan aksila


5. Berikan pengobatan

Suhu tubuh

untuk mencegah

dalam rentang

terjadinya menggigil
13

10. Stupor
11. Takikardi
12. Takipnea
13. Vasodilatasi

normal
Nadi dan RR

6. Tingkatkan sirkulasi
udara

dalam rentang
normal

Temperature regulation

Tidak ada

1. Monitor suhu minimal

perubahan warna

tiap 2 jam
2. Rencanakan

kulit dan tidak


ada pusing,
merasa nyaman

monitoring suhu
secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan
RR
4. Monitor warna dan
suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi

3.7 Evaluasi :
1. S = Klien mengatakan bahwa klien sudah tidak mengalami nyeri saat
BAK.
O = BAK klien lancar.
A=Laporan subjektif dan objektif memuaskan, kriteria hasil tercapai,
masalah teratasi keseluruhan.
P = Intervensi diberhentikan.
2. S = Klien mengatakan bahwa klien sudah tidak mengalami gangguan
eliminasi.
O = Pola eliminasi lancar.
A =Laporan subjektif dan objektif memuaskan, kriteria hasil tercapai,
masalah teratasi keseluruhan.
P = Intervensi diberhentikan
3. S = Klien mengatakan bahwa suhu, nadi dan RR klien normal.
O= Suhu, nadi dan RR normal dan klien merasa nyaman.
A= Laporan subjektif dan objektif memuaskan, kriteria hasil tercapai,
masalah teratasi keseluruhan.

14

P= Intervensi

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Disuria adalah perasaan nyeri saat kencing. Hal ini
disebabkan karena adanya iritasi pada buli-buli(Purnomo,
2000). Beberapa penyebab terserang dari disuria antara lain
infeksi,

Kondisi

Hormonal,

Malformasi,

Neoplasma,

Peradangan dan Trauma. Irigasi kateter adalah tindakan membersihkan


atau mencuci bladder melalui kateter. Tujuannya, Untuk mempertahankan
kepatenan kateter dan membersihkan bladder misalnya darikebekuan darah
kecil atau mukus setelah operasi genitourinaria.Tipe-tipe irigasi ada dua yaitu,
irigasi terbuka dan irigasi tertutup. Asuhan keperawatan untuk penyakit
disuria yaitu pengkajian, pemeriksaan penunjang/dianostik, WOC, analisa
data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan Evaluasi.
4.2 Saran
Mahasiswa selaku calon perawat dapat lebih mengenal tentang pembahasan
ini, dan dapat mensosialisasikan kepada masyarakat luas disekitarnya

15

DAFTAR PUSTAKA

Nurachmah,Elly, dkk.2000.Buku saku Prosedur Keperawatan Medikal


Bedah.Jakarta:EGC
https://www.scribd.com/doc/90737710/IRIGASI-KATETER-REVISI
Ardhiyanti,

Yulrina,

dkk.2014.Keterampilan

Dasar

Kebidanan

1.Yogyakarta:Deepublish.
NANDA international Inc. Nursing Diagnoses: Definition 7 Classifications
2015-2017, 10th Edition
Nursing Interventions Classification (NIC), 6 th Indonesia edition, by
Gloria Bulechek, Howard Buthcher, Joanne Dochterman and Cheryl Wagner 2013
Nursing Outcomes Classification (NOC), 6 th Indonesia edition, by Sue
Moorhead, Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson 2013

16

You might also like