Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
1.JOKO ISKANDAR
2.SAIFUL RAHMAN
3.MAYSARI EKA SAPUTRI
PRGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TNGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN)
SAMARINDA
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat dan karunia-Nya maka makalah tentang
Tinjauan filosofis tentang anak-anak didik akhirnya dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Harapan untuk dapat menyelesaikan Makalah
namun disadari kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, yang penulis lakukan hanya berusaha
dengan apa yang diharapkan. Hal ini penulis sadari sebab manusia tidak luput dari keterbatasan
pengetahuan , tenaga dan biaya serta berbagai faktor lainnya yang ada diluar jangkauan manusia
itu sendiri.
Ucapan terima kasih dari penulis kepada :
1.
Orang tua saya yang selalu memberikan doa, motivasi dalam belajar dan semangat .
2.
Bapak Drs. Khairul saleh,M.Ag selaku Dosen filsafat dan metode berfikir
3.
Serta teman-teman yang telah memberikan saran sehngga laporan ini dapat terselesaikan.
Demikianlah kata pengantar yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.
BAB I
A.Pendahuluan
Pendidik dan peserta didik merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan Islam. Kedua
komponen ini saling berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan. Oleh karena itu, pendidik sangat berperan besar sekaligus
menentukan ke mana arah potensi peserta didik yang akan dikembangkan.
Demikian pula peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan, tetapi pada saat-saat
tertentu ia akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa posisi peserta didik pun
tidak hanya sekedar pasif laksana cangkir kosong yang siap menerima air kapan dan dimanapun.
Akan tetapi peserta didik harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya,
sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuannya.
Konsep pendidik dan peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam memiliki karakteristik
tersendiri yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. Karakteristik ini akan
membedakan konsep pendidik dan peserta didik dalam pandangan pendidikan lainnya. Hal itu
juga dapat ditelusuri melalui tugas dan persyaratan ideal yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik dan peserta didik yang dikehendaki oleh Islam. Tentu semua itu tidak terlepas dari
landasan ajaran Islam itu sendiri, yaitu al-Quran dan Sunnah yang menginginkan perkembangan
pendidik dan peserta didik tidak bertentangan dengan ajaran kedua landasan tersebut sesuai
dengan pemahaman maksimal manusia.
Jika karakteristik yang diinginkan oleh pendidikan Islam tersebut dapat dipenuhi, maka
pendidikan yang berkualitas niscaya akan dapat diraih. Untuk itu, kajian dan analisis filosofis
sangat dibutuhkan dalam merumuskan konsep pendidik dan peserta didik dalam perspektif
pendidikan Islam sehingga diperoleh pemahaman yang utuh tentang kedua komponen tersebut.
Makalah yang sederhana ini akan menguraikan tentang analisis filosofis tentang peserta didik
dalam perspektif filsafat pendidikan Islam. Diharapkan makalah ini menjadi bahan diskusi lebih
lanjut agar dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang kedua komponen itu sehingga
berguna dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan secara efektif dan efisien.
BAB II
B. Pembahasan
1. Peserta didik
a) Hakekat peserta didik
Peserta didik menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara dalam, luas,
lengkap,
menyeluruh, tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang peserta didik . Sedangkan
menurut pandangan tradisioiil, anak (peserta didik) adalah miniatur manusia dewasa (Elizabeth
B.Hurlock. 1978:2)
Johan Amos Comenius (abad
ke-17) mempelopori kajian tentang anak bahwa anak harus dipelajari bukan sebagai embrio
orang dewasa melainkan sosok alami anak.
.Pengikut Comenius mengembangkan pendapat
bahwa mengamati anak secara langsung akan memberi manfaat ketimbang mempelajari secara
filosofis
.Pandangan menurut ilmu psikolog tentang peserta didik adalah
individu yang sedang berkembang baik jasmani maupun rohani.Perubahan jasmani biasa disebut
pertumbuhan, ialah terdapatnya perubahan aspek jasmani menuju kearah kematangan fungsi,
missal kaki, tangan sudah mulai berfungsi secarea sempurna. Sedangkan perkembangan adalah
perubahan aspek psikis secara lebih jelas.
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas, peserta didik dalam pengertian yang lebih modern dapat dikatakan
sebagai manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada
jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan
dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain :
a. Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
b. Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan perguruan tinggi.
c. Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) .
d. Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan
formal tingkat menengah maupun tingkat atas.
e. Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.
f. Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal, khususnya pesantren
atau sekolah sekolah yang berbasiskan agama islam.
Golongan ini harus dihadapi dengan sikap memberi nasehat dan petunjuk. Kaum pilihan, yang
akalnya tajam dengan cara berfikir yang mendalam. Kepada kaum pilihan tersebut, harus
dihadapi dengan sikap menjelaskan hikmat-hikmat. Biasanya kaum awam membaca apa yang
tersurat dan kaum khawas, membaca apa yang tersirat.
Adapun hakikat peserta didik dalam pendidikan islam menurut Hery Noer Aly (1999: 113) ialah
setiap manusia yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam perkembangan. Jadi, bukan hanya
anak-anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orangtuanya, bukan pula anak-anak
dalam usia sekolah.
Samsul Nizar dalam Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis
menyebutkan beberapa deskripsi mengenai hakikat peserta didik sebagai berikut :
a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Hal ini perlu
dipahami, agar perlakuan terhadap mereka dalam proses pendidikan tidak disamakan dengan
pendidikan orang dewasa
b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan dan
pertumbuhannya. Pemahaman ini perlu diketahui agar aktivitas pendidikan islam dapat
disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang umumnya dialami peserta
didik
c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani atau rohani
d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan individual (individual
differentiations) baik yang disebabkan karena faktor bawaan maupun lingkungan tempat ia
tinggal
e. Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmani dan ruhaniah.
Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang dapat dkembangkan melalui proses pembiasaan
dan latihan, sementara unsur ruhani berkaitan dengan daya akal dan daya rasa
f. Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi (fitrah) yang perlu
dikembangkan secara terpadu (Toto Suharto. 2006: 124-125).
i. Sesama peserta didik mesti menjalin ukhuwah yang penuh kasih sayang.
j. Bergaul dengan baik terhadap guru-gurunya, seperti terdahulu memberi salam.
k. Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajarannya pada waktu-waktu yang penuh
berkat.
l. Bertekad untuk belajar sepanjang hayat dan menghargai setiap ilmu.
Sementara Imam al-Ghazali, yang juga dikembangkan oleh Said Hawa, berpendapat bahwa
seorang peserta didik memiliki beberapa tugas zhahir (nyata) yang harus ia lakukan, yaitu:
1) Mendahulukan penyucian jiwa dari pada akhlak yang hina dan sifat-sifat tercela karena ilmu
merupakan ibadah hati, shalatnya jiwa, dan pendekatan batin kepada Allah.
2) Mengurangi keterkaitannya dengan kesibukan duniawi karena hal itu dapat menyibukkan dan
memalingkan.
3) Tidak sombong dan sewenang-wenanga terhadap guru.
4) Orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari mendengarkan
perselisihan di antara banyak orang. Artinya, hendaknya di tahap awal ia mempelajari satu jalan
ilmu, setelah ia menguasainya barulah ia mendengarkan beragam mazhab atau pendapat.
5) Seorang penuntut ilmu tidak meninggalkan satu cabang pun dari ilmu-ilmu terpuji.
6) Tidak sekaligus menekuni bermacam-macam cabang ilmu, melainkan memperhatikan urutanurutan dan memulai dari yang paling penting.
7) Hendaknya ia memasuki sebuah cabang ilmu kecuali jika telah menguasai cabang ilmu yang
sebelumnya, karena ilmu itu tersusun rapi secara berurut.
8) Hendaklah seorang penuntut ilmu mengetahui faktor penyebab yang dengan pengetahuan itu
ia dapat mengetahui ilmu yang lebih mulia.
9) Hendaknya tujuan seorang peserta didik dalam menuntut ilmu di dunia untuk menghiasi diri
dan mempercantik batin dengan keutamaan, sedangkan di akhirat nanti untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan meningkatkan diri agar dapat berdekatan dengan makhluk tertinggi dari
kalangan malaikat dan orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran. Dengan
pendekatan ini, peserta didik akan meihat berbagai pertentangan dan perbedaan pendapat sebagai
sebuah dinamika yang bermanfaat untuk menumbuhkan wacara intelektual, bukan sarana saling
menuding dan menganggap diri paling benar.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun agama.
f. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah (konkrit)
menuju pelajaran yang sulit (abstrak); atau dari ilmu yang fardhu ain menuju ilmu yang fardhu
kifayah (Q.S. a;l-Fath/48: 19).
g. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya. Dengan cara
ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi kesematan hidup dunia dan
akhirat, baik untuk dirinya maupun manusia pada umumnya
BAB III
C. PENUTUP
1. Hakekat peserta didik dalam pandangan dimensi Antropologi adalah bahwa peserta didik
sebagai makhluk yang dapat bermasyarakat dan dapat dimasyarakatkan sehingga pendidikan
harus menyentuh upaya sosialisasi dan pembudayaan.
2. Islam memandang peserta didik sebagai individu yang diberi potensi berkecenderungan
berbuat jelek dan baik
3. Dari beberapa pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa seorang peserta didik dalam perspektif
pendidikan Islam tidak hanya menuntut dan menguasai ilmu tertentu secara teoritis, akan tetapi
lebih dari itu ia harus berupaya untuk mensucikan dirinya sehingga ilmu yang akan ia peroleh
memberi manfaat baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, pendidikan Islam sangat
mengutamakan akhlak seorang peserta didik. Akhlak tersebut harus diawali dari niat peserta
didik itu sendiri, dimana niat menuntut ilmu tersebut haruslah semata-mata karena Allah SWT,
bukan karena tujuan-tujuan yang bersifat duniawi dijadikan prioritas utama. Selain itu, peserta
didik harus menuntut ilmu berorientasi kepada duniawi dan ukhrawi. Dengan konsep semacam
ini, maka peserta didik akan menuntut ilmu sesuai dengan dasar dan prinsip-prinsip pendidikan
Islam itu sendiri yang berlandaskan kepada al-Quran dan sunnah serta berorientasi kepada dunia
dan akhirat secara integral dan seimbang.
4. Peserta didik Menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara
dalam,luas,lengkap,menyeluruh,serta mengarah pada pemahaman peserta didik
Sedangkan menurut pandangan tradisionil peserta didik adalah miniatur manusia dewasa
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Yakarta: Bulan Bintang, 1974