You are on page 1of 12

PENYEBAB KERUNTUHAN DINASTI

ABBASIYAH
Sabtu, 28 Maret 2015
MAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Sejarah adalah kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan pedoman bagi setiap
manusia di masa mendatang,dengan artian hal tersebut juga berlaku bagi kita yang harus
mengerti dan paham tentang sejarah,terutama Sejarah Peradaban Islam.Seperti yang kita
ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan Khulafaurrasyidin,tentu berganti pula system
pemerintahannya pada masa itu menjadi masa daulah,dan dalam hal ini akan disajikan
tentang masa daulah Abbasiyah.
Daulah Abbasiyah didirikan secara revolusioner atau dengan menggulingkan
kekuasaan Daulah Umayyah yang pada saat itu daulah umayyah dipimpin oleh khalifah
Marwan II bin Muhammad.
Kekuasaan Daulah Abbasiyah berlangsung cukup lama sejak tahun 132 H 656 H /
750 M 1258 M.Dab dalam pemerintahan itu ada 3 dinasti yang pernah memegang

kekuasaan yaitu Dinasti Bani Abbas,Bani Buwaihi dan Bani Saljuk dengan khalifah sebanyak
37 orang.
Pada masa ini tercapai peradaban yang gemilang dan juga merupakan puncak
kejayaan Negara islam,dan puncak popularitas daulah abbasiyah berada pada zaman
pemerintahan Harun Al Rasyid dan puteranya Al Makmun.
Namun demikian daulah abbasiyah juga mengalami kemunduran dan kehancuran
disaat datangnya penyerangan dari bangsa mongol yang dipimpin oleh Hulagu khan pada
tahun 1258 M.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimana Sejarah didirikannya Dinasti Abbasiyah


Bagaimana Masa kejayaan Dinasti Abbasiyah
Apa Peradaban yang berkembang pada masa itu
Apa Faktor penyebab runtuhnya daulah Abbasiyah
Tujuan penulisan,

1. Mengetahui proses berdirinya daulah abbasiyah


2. Mengetahui masa kejayaannya
3. Mengetahui proses dan factor kemunduran dan kehancuran daulah abbasiyah
A.

Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah


Pemerintahan dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman Rasulullas
SAW, sementara Khalifah Pertama dalam pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah Bin
Muhammad Bin Ali Bin Abdullah Bin Abbas Bin Abdul Muthalib.
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H./750 M, oleh Abul Abbas Ash
shaffah, dan sekaligus sebagai Khalifah pertama.kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang,yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H (750 M1258 M ). Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah
dikumandangkan oleh Bani Hasyim ( alawiyun ) setelah meninggal Rasulullah dengan
mengatakan behwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan rasulullah dan anakanaknya.
Sebelum berdiri Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat
kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan
perananya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar pama Rasulullah SAW, Abbas Bin
Abdul Muthalib. Darimana Al-Abbas paman rasulullah inilah nama ini disandarkan pada tiga
tempat pusat kegiatan, yaitu Humaymah,Khuffah,dan Khurosan. Humaimah merupakan
tempat yang tentram , bermukim dikota itu Bani Hasyim, baik dari kalangan pendukung Ali
maupun pendukung keluarga Abbas. Khufah merupakan wilayah penduduknya menganut
aliran syiah, pendukung Ali Bin Ali Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani
Umayyah. Khurosan memiliki warga yang pemberani, kuat fisik,teguh pendirian,tidak mudah
terpengaruh nafsuh,dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang,
disanalah yang diharapkan dakwa kaun Abbasiyah mendapat dukungan.
Dikota Humaimah bermukim Keluarga Abbasiyah , Salah seorang pimpinannya bernama AlImam Muhammad Bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti
Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga
Rasulullah SAW. Para penerang dakwa Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah papa

pemimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad Bin
Ali.
Propraganda Abbasiyah dilaksamakan dengan strategi yang cukup matang sebagai
gerakan rahasia . akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan
mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh Khalifah Umayyah terakhir,
Marwan Bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan
dipenjarakan diharan sebelum akhirnya eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul
Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan
memerintahkan untuk pindah kekuffah. Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan kepada
Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari Humayyah ke kuffah diiringi oleh para
pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu jafar ,Isa Bin Musa,dan Abdullah Bin Ali.
Pengusa Umayyah diupah ,Yazin Bin Umar Hubairah, ditaklukkan di oleh Abbasiyah dan
diusir diwasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah selanjutnya berkemah dikufah yang telah
ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdullah Bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas
diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir , Marwan bin Muhammad bersama
pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul didaratan rendah dalam
empat periode berikut :
1.
Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H (750 M)
sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq 232 H (847 M )
2.
Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H (847 M )
sampai berdiri daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H ( 946 M )
3.
Masa Abbasiyah IV, yaitu masukannya orang-orang saljuk ke baghadad tahun 447 H
(1055 M) sampai jatuhnya baghdad ke tangan bangsa mongol dibawah pimpinan hulagu
Khan pada tahun 656 H ( 1258 M )
4.
Masa Abbasiyah IV,yaitu masuknya orang-orang saljuk ke Bagdad tahun 477 H
(1055) Sampai jatuhnya Bagdad ke tangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan
pada tahun 656 H (1258 M)1[1]
B.
Faktor Pendukung Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Diantara situasi-situasi yang mendorong berdirinya Dinasti Abbasiyah Dan menjadi
rumah lemah Dinasti adalah
1.
Timbulnya pertentangan politik antara Muawiyah dengan pengikut Ali Bin Abi
Thalib (syiah)
2.
Munculnya golongan Khawarij akibat pertentangan politik antara Muawiyah dan
Syiah, dan kebijakan-kebijakan yang kurang adil.
3.
Timbulnya politik-politik penyelesaian Khalifah dan Konflik dengan cara damai.
4.
Adanya dasar penafsiran bahwa keputusan politik harus didasarkan pada al-quran
dan oleh golongan Khawarij orang islam non arab
5.
Adanya konsep hijrah dimana setiap orang harus bergabung dengan golongan
khawarij yang tidak bergabung dianggap sebagai orang yang berada pada Dar Al-Harb, dan
hannya golongan khawarij lah yang berada pada Dar Al Islam
6.
Bertambah gigihnya perlawanan pengikut syiah terhadap Umayyah setelah
terbunuhnya Husen Bin Ali dalam pertempuran Karbala
7.
Munculnya paham Mawali yaitu paham tentang perbedaan antara orang islam arab
dan Non arab
C.
Alasan Ideologis Dinasti Abbasiyah
1[1] Drs. Samsul munir Amin, MA,sejarah peradaban
islam,Jakarta:Amzah,1992,hlm.138

Secara kronologis, Nama Abbasiyah menunjukkan nenek moyang dari Al-Abbas,Ali


Bin Abi Thalib dan Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan pertalian keluarga antara
Bani Abbas dengan Nabi. Itulah sebabnya kedua keturunan ini sama-sama Klaim bahwa
jabatan khalifah harus berada ditangan mereka. Keluarga Abbas Klaim bahwa setelah
wafatnya Rasulullah merekalah yang merupakan penerus dan penyambung keluarga Rasul.
Secara umum sebenarnya keturunan Ali Bin Abi Thalib lebih kepada Rasulullah
karena Fatimah Sebagai anak perempuan Rasulullah dan Ali adalah Supupu sekaligus
menantu beliau. Akan tetapi, Bani Abbas merasa lebih berhak mewarisi Rasulullah kerena
beranggapan bahwa moyang mereka adalah paman Rasulullah.
Pusaka tidak boleh diperoleh sepupu, jika ada paman. Sedangkan keturunan dari anak
perempuan tidak mewarisi pusaka datuk dengn adanya pihak ashobah.
Dua pandangan yang berbeda inilah yang menimbul Klaim bahwa masing-masing bahwa
memiliki hak jabatan atas Kekhalifaan setelah bapaknya Rasulullah.2[2]
D.
PARA KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH
Para Khalifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah , mereka adalah;
1. Abul Abbas As-Shaffah. ( pendiri )
2. Abu Jafar Al-Mansur
3. Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi
4. Abu Jafar Harun Ar-Rasyid
5. Abu Muhammad Musa Al-Hadi
6. Abu Jafar Abdullah Al-mamun
7. Abu Musa Muhammad Al-Amin
8. Abu Ishaq Muhammad Al-muthasyim
9. Abu Jafar Harun Al-watsiq
10. Abu Fadl Jafar Al-mutawakkil
11. Abu Jafar Muhammad Al-muntashir
12. Abu Abbas Muhammad Al-Mustain
13. Abu Abdullah Muhammad Al-mutaz
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mutamid
16. Abul Abbas Ahmad Al-Mutadid
17. Abul Muhammad Ali Al-Muktafi
18. Abul fadl Jafar Al-Mutadir
19. Abu Mansur Muhammad Al-qahir
20. Abul Abbas Ahmad Ar-Radi
21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi
22. Abul Qasim Abdullah Al-Mustaqfi
23. Abul Qasim Al-Fadl Al-Muti
24. Abul Fadl Abdul karim At-Thai
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir
26. Abu Jafar Abdullah Al-Qaim
27. Adul Qasim Abdullah Al-Muqtadi
28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustadzir
29. Abu Mansur Al-Fadl Al-Mustarsyid
30. Abu Jafar Al-Mansur Ar-Rasyid
31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtadi
32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid
2[2] Ajid Thahir,Perkembangan peradaban di kawasan dunia
Islam,Jakarta,2004,hlm.45

33.
34.
35.
36.
37.

Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi


Abu Al-abbas Ahmad An-Nasir
Abu Nasr Muhammad Az-Zahir
Abu Jafar Al-Mansur Al-Muntansir
Abu Ahmad Abdullah Al-Mutashim Billah
Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada dimesir adalah sebagai berikut;

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Al-Muntashir 1261-1261 M
Al-Hakim I 1261-1302 M
Al-Mustakfi 1302-1340 M
Al-Wasiq 1340-1341 M
Al-Hamkim II 1341-1352 M
Al-Mutadid I 1352-1362 M
Al-Mutawakkil I 1362-1377 M
Al-Mutashim 1377-1377 M
Al-Mutawakkil I 1377-1383 M
Al-Watsiq II 1383-1386 M
Al-Mutashim 1386-1389 M
Al-Mutawakkil I 1389-1406 M
Al-Mustain 1406-1414 M
Al-Mutadid 1414-1441 M
Al-Mustakfi II 1441-1451 M
Al-Qaim 1451-1455 M
Al-Mustanjid 1455-1479 M
Al-Mutawakkil II 1479-1479 M
Al-Mustamsikm 1497-1508 M
Al-Mutawakkil III 1508-1516 M
Al-Mustamsik 1516-1517 M
Al-Mutawakkil III 1517-1517 M

E. MASA KEJAYAAN PERADABAN DINASTI ABBASIYAH


Pada periode pertama pemerintah Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara
politis para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
sekaligus agama.
Peradaban dan kebudayaan islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaan pada
masa Bani Abbasiyah. Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun
Ar-Rasyid (786-809) dan anak Al-Makmum (813-833 M).
Pada masa berkembangnya ilmu pengetahuan agama, seperti Ilmu Al-quran,
Hadist,Fiqh,Ilmu Kalam,Bahasa dan Sastra. Ilmu-ilmu umum masuk kedalam islam melalui
terjemahan dari bahasa yunani dan persia kedalam bahasa arab, pada masa pemerinthan AlMakmum, pengaruh yunani sangat kuat. Diantara penerjemahan yang masyhur saat itu adalah
Hunain Bin Ishaq, seorang Kristen Nestarian yang banyak penerjemahan buku-buku
berbahasa yunani kedalam bahasa arab. Disampng itu, kemajuan tersebut paling tidak, juga
ditentukan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut;
1. Pada masa pemerintahan bani Abbasiyah, bangsa-bangsa non-arab banyak yang masuk islam.
Disamping itu bangsa persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu,Filsafat,dan sastra.
2. Gerakan berlansung dalam tiga fese,. Fase pertama masa Khalifah Al-Manshur hingga Harun
Ar-Rasyid. Fase kedua, berlangsung mulai masa Khalifah Al-Makmum hingga tahun 300 H.
Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H terutama setelah adanya perbuatan kertas.
Dengan demikian, dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagi
pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai
bidang kehidupan dapat disebut sebagai berikut;
a. Bidang Agama

1.
2.
3.
4.
5.

Fiqh
Ilmu Tafsir
Ilmu Hadist
Ilmu Kalam
Ilmu Bahasa

b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
F.

Bidang Umum
Filsafat
Ilmu Kedokteran
Matematika
Farmasi
Ilmu Astronomi
Geografi
Sejarah
Sastra3[3]
KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH

Faktor-faktor penyebab kemunduran


a. Faktor intern
1) Kemewahan hidup di kalangan penguasa
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti
Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah,
bahkan cenderung mencolok. Setiap Khalifah cenderung ingin lebih mewah dari pada
pendahulunya. Kondisi ini member peluang kepada tentara professional asal Turki untuk
mengambil alih kendali pemerintahan.
2) Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah
Perebutan kekuasaan dimulai sejak masa Al-Mamun dengan Al-Amin. Ditambah
dengan masuknya unsur Turki dan Persi. Setelah Al-Mutawakkil wafat, pergantian Khalifah
terjadi secara tidak wajar. Dari kedua belas khalifah pada periode kedua Dinasti Abbasiyah,
3[3] Drs. Samsul munir Amin, MA,sejarah peradaban
islam,Jakarta:Amzah,1992,hlm.141

hanya empat orang khalifah yang wafat dengan wajar. Selebihnya, para khalifah itu wafat
karena dibunuh atau diturunkan secara paksa.
3) Konflik keagamaan
Sejak terjadinya konflik antara Muawiyah dan khalifah Ali yang berakhir dengan
lahirnya tiga kelompok umat: pengikut Muawiyah, Syiah, dan khawarij. Ketiga kelompok ini
senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh pada masa kekhalifahan
Abbasiyah adalah kelompok sunni dan Syiah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara
kelompok sunni dan Syiah saling mendukung, misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi,
antara kedua kelompok tak pernah ada satu kesepakatan.
b. Faktor ekstern
1) Banyaknya pemberontakan
Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih
menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam, secara real, daerah-daerah itu
berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur yang bersangkutan. Akibatnya, provinsiprovinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari genggaman penguasa Bani Abbas.
Adapun cara provinsi-provinsi tersebut melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad adalah:
pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh
kemerdekaan penuh, seperti Daulah Umayah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Kedua,
seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah
kuat, kemudian melepaskan diri, seperti daulat Aglabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di
Kurasan
2) Dominasi Bangsa Turki
Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran.
Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah memperkerjakan orang-orang professional di
bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki, kemudian mengangkatnya menjadi panglimapanglima. Pengangkatan anggota militer inilah, dalam perkembangan selanjutnya, yang
mengancam kekuasaan tersebut. Walaupun khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tangan
mereka, khalifah bagaikan boneka yang tidak bisa berbuar apa-apa. Bahkan, merekalah yang
memilih dan menjatuhkan khalifah yang sesuai dengan politik mereka.
Khalifah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada masa kekuasaan bangsa Turki I,
mulai khalifah ke-10, khalifah Al-Mutawakkil(tahun 232 H) hingga khalifah ke 22, khalifah
Al-Mustaqfi Billah (Abdullah Sunni-Qasim tahun 334 H). pada masa kekuasaan bangsa Turki
II (Banu saljuk), mulai dari khalifah ke-27, khalifah Muqtadie bin Muhammad (tahun 467 H)
hingga khalifah ke-37, khalifah Mustashim bin Mustanshir.
3) Dominasi bangsa Persia

Masa kekuasaan bangsa Persi (banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa
ini, kekuasaan pusat di Baghdad dilucuti dan di berbagai muncul Negara-negara baru yang
berkuasa dan membuat kemajuan dan perkembangan baru.
Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Persi bekerja sama dalam mengelola
pemerintahan dan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai
bidang. Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang mengadakan
pergantian khalifah, yaitu dari khalifah Muttaqi (khalifah ke-22) kepada khalifah Muthie
(khalifah ke-23) tahun 334 H.,Banu Buyah (Parsi) berhasil merebut kekuasaan.
Pada mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari pada khalifah,
sehingga banyak dari mereka yang menjadi panglima tentara, diantaranya menjadi panglima
besar. Setelah mereka memiliki kedudukan yang kuat, para khalifah Abbasiyah berada
dibawah telunjuk mereka dan seluruh pemerintahan berada di tangan mereka. Khalifah
Abbasiyah hanya tinggal namanya saja, hanya disebut dalam doa-doa di atas mimbar,
bertanda tangn di dalam peraturan dan pengumuman resmi dan nama mereka ditulis atas mata
uang dinar dan dirham.
G. SEBAB-SEBAB KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH
1. Faktor intern
a. Lemahnya semangat patriotism Negara, menyebabkan jiwa jihad yang diajarkan Islam tidak
berdaya lagi menahansegala amukan yang datang baik dari dalam maupun dari luar.
b. Hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga kerusakan moral dan
kerendahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mengandung negara selama ini.
c. Tidak percaya pada kekuatan sendiri. Dalam mengatasi berbagai pemberontakan, khalifah
mengundang kekuatan asing. Akibatnya, kekuatan asing tersebut memanfaatkan kelemahan
khalifah.
d. Fanatic madzhab persaingan dan perebutan yang tiada henti antara Abbasiyah dan Alawiyah
menyebabkan kekuatan umat Islam menjadi lemah, bahkan hancur berkeping-keping.perang
ideology antara Syiah dari fatimiah melawan Ahlu Sunnah dari Abbasiyah, banyak
menimbulkan korban. Aliran Qaramithah yang sangat ekstrim dalam tindakan-tindakannya
yang dapat menimbulkan bentrokan di masyarakat. Kelompok Hashshashin yang dipimpin
oleh Hasan bin Shabah yang berasal dari Thus di Persi merupakan aliran Ismiliyah, salah satu
sekte Syiah adlah kelompok yang sangat dikenal kekejamannya, yang sering melakukan
pembunuhan terhadap penguasa Bani Abbasiyah yang beraliran Sunni. Pada saat terakhir dari
hayatnya Abbasiyah, tentara Tartar yang datang dari luar dibantu dari dalam dan dibukakan
jalanya oleh golongan Awaliyin yang dipimpin oleh Alqamy.
e. Kemerosotan ekonomi terjadi karena banyaknya biaya yang digunakan untuk anggaran
tentara, banyaknya pemberontakan dan kebiasaan para penguasa untuk berfoya-foya,
kehidupan para khalifah dan keluarganya serta pejabat-pejabat Negara yang hidup mewah,

jenis pengeluaran yang makin beragam, serta pejabat yang korupsi dan semakin wilayah
kekuasaan khalifah karena telah banyak provinsi yang telah memisahkan dir.
2. Factor ekstern
Disintegrasi, akibat kebijakan untuk mengutamakan pembinaan peradaban dan
kebudayaan islam dari pada politik, provinsi-provinsi tertentu dipinggiran mulai melepaskan
dari genggaman penguasa Abbasiyah. Mereka sekedar memisahkan diri dari kekuasaan
khalifah, tetapi memberontak dan berusaha merebut pusat kekuasaan di Baghdad. Hal ini
dimanfaatkan oleh pihak luar dan banyak mengorbankan umat, tang berarti juga
menghancurkan sumber daya manusia (SDM).(provinsi-provinsi yang melepaskan diri dari
dinasti Abbasiyah, dijelaskan selanjutnya). Yang paling membahayakan adalah pemerintah
yang membahayakan adalah pemerintah tandingan Fatimiyah di Mesir walaupum
pemerintahan lainnya pun cukup menjadi perhitungan para khalifah di Baghdad. Pada
akhirnya, pemerintah-pemerintah tandingan ini dapat di taklukkan atas bantuan Bani Saljuk
atau Buyah

H.

AKHIR KEKUASAAN DINASTI ABBASIYAH


Akhir dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh

pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 M. Hulagu Khan adalah
seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia Tenggara, dan saudara
Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat
dari Cina ke pangkuannya. Baghdad dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah
Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mutashim billah dibunuh, buku-buku
yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah
warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang
ada pada buku-buku itu.
Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting
dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.4[4]

4[4] Dedi supriyadi, M.Ag,Sejarah peradaban Islam,pustaka setia


Bandung,hlm.137

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang
merupakan masa keemasan dan kejayaan dari peradaban ummat Islam
yang pernah ada. Pada masa Bani Abbasiyah kekayaan negara melimpah
ruah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban Islam
mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul
para tokoh ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu pengatuhan
yang bersifat umum seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak dokter
seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada masa ini
telah ada lebih dari 800 dokter yang berada di kota Baghdad. Dalam
bidang matematika melahirkan ilmuan bernama Al-Khawarizmi yang
merupakan penemu angka Nol. Demikian juga dari biang ilmu agama,
adanya perkembangan ilmu tafsir, ilmu kalam, filsafat Islam, dan ilmu
tashauf, yang juga melairkan tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-masing.
Pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid kesejahteraan ummat
sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak dari kejayaan Bani
Abbasiyah, pembangunan dilakukan dimana-mana, baik pembangunan
rumah sakit, irigasi, dan pemandian-pemandian umum.
Namun

diakhir

pemerintahan

Khalifah

Bani

Abbasiyah,

Islam

mengalami keterpurukan yang sangat parah. Hal ini disebabkan dari


serangan tentara Mongol yang telah mengahncurkan pusat peradaban
Ummat Islam di Baghdad dan mengahancurkan Pusat ilmu pengetahuan

yaitu Baitul Hikmah, yang berisi buku-buku karangan pakar ilmu ummat
Islam yang tak ternilai harganya.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Samsul munir Amin, MA,sejarah peradaban islam,Jakarta:Amzah,1992,hlm.138


Ajid Thahir,Perkembangan peradaban di kawasan dunia Islam,Jakarta,2004,hlm.45
Drs. Samsul munir Amin, MA,sejarah peradaban islam,Jakarta:Amzah,1992,hlm.141
Dedi supriyadi, M.Ag,Sejarah peradaban Islam,pustaka setia Bandung,hlm.137

You might also like