You are on page 1of 2

1. a.

Perkawinan adalah:
PERSEKUTUAN HIDUP - ANTARA SEORANG PRIA DAN SEORANG WANITA - YANG TERJADI
KARENA PERSETUJUAN PRIBADI - YANG TAK DAPAT DITARIK KEMBALI - DAN HARUS
DIARAHKAN KEPADA SALING MENCINTAI SEBAGAI SUAMI ISTERI - DAN KEPADA
PEMBANGUNAN KELUARGA - DAN OLEH KARENANYA MENUNTUT KESETIAAN YANG
SEMPURNA - DAN TIDAK MUNGKIN DIBATALKAN LAGI OLEH SIAPAPUN, KECUALI OLEH
KEMATIAN.
Perkawinan menurut Hukum Gereja Katolik adalah sebuah perjanjian antara seorang lakilaki dan seorang perempuan untuk membangun suatu kebersamaan sampai seumur hidup.
b.

c. Gereja mengajarkann tujuan perkawinan sebagai berikut:

- Kesejahteraan Suami Istri (Bonum Coniugum)


Dalam perkawinan suami istri mau dan berupaya untuk salingb menyejahterakan
pasangan (dan anak-anak). Hal ini berarti mengupayakan apa yang terbaik bagi
pasangannya baik jasmani maupun rohani.
Berkaitan dengan kesejahtaraan suami istri ini, gereja tidak mengajarkan
bahwa perkawinan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologis, yang akhirnya
bisa mengizinkan bercerai atau berpoligami manakala tujuan ini tidak tercapai.
Para Bapa Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa persetubuhan dalam perkawinan
merupakan ungkapan cinta yang puncak (masih ada pelbagai ungkapan cinta
lain) dan khas dari suami istri .
- Terarah Pada Prokreasi (Kelahiran) dan Edukasi (Pendidikan) Anak
Kata terarah kepada kelahiran anak berarti mereka yang hendak menikah harus
mau mempunyai anak. Sama sekali tidak dibenarkan perkawinan orang yang
sengaja tidak mau mempunyai keturunan. Perkawinan Katolik mesti terbuka
dengan anak yang di anugerahkan tuhan. Apakah nanti dianugerahi anak oleh
tuhan atau tidak itu hal lain, sebab anak bukanlah hak suami istri yang bisa
dituntut kepada tuhan. Tujuan perkawinan dirumuskan dengan terarah kepada
kelahiran anak, bukan untuk mengadakan keturunan. Sebab bila tujuan ini tidak
tercapai-perkawinan tidak membuahkan keturunan- kemudian orang bisa bercerai
atau berpoligami.
Suatu anugerah tentu sekaligus mengandung tugas. Demikian juga anugerah
anak menuntut tugas dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik secara
Katolik. Dalam pelaksanaanya tentulah mereka akan dibantu oleh gereja dan
masyarakat (sekolah).[14]

d.

2. Arti Keluarga sebagai Gereja Mini


Ensiklik Familiaris Consortio menyebut secara jelas keluarga sebagai
gereja mini (FC 49). Sebutan keluarga sebagai gereja mini merujuk pada
panggilan keluarga yang juga merupakan panggilan gereja. Gereja dipanggil
untuk mewartakan kerajaan Allah demikian pula halnya keluarga sebagai unit
terkecil dari gereja. Dengan kata lain keluarga juga dipanggil untuk membangun
kerajaan Allah dalam sejarah dengan ikut menghayati kehidupan dan misi gereja.
Selanjutnya Paus Yohanes Paulus II secara ringkas mengatakan dalam ensikliknya
Evangelii Nuntiandi: keluarga patut diberi nama yang indah yaitu sebagai gereja
rumah tangga (EN 71).Ungkapan bapa suci ini mau mengatakan bahwa

keluarga merupakan bagian dari jemaat Allah/gereja. Analogi gereja yang


disamakan dengan keluarga kiranya tepat. Jika Paulus mengatakan Kristus
adalah kepala gereja maka keluarga pun dikepalai oleh Kristus. Dalam kehidupan
keluarga terkandung aneka macam segi kehidupan menggereja. Dengan
demikian dalam keluarga, Kristus sang kepala gereja juga hidup. Keluarga
menjalin persekutuan dengan Kristus sang kepala gereja. Maka gagasan gereja
yang disampaikan oleh santo Paulus menjadi nyata manakala setiap anggota
keluarga mengambil bagian dalam kehidupan Kristus sesuai dengan perannya
masing-masing.
3.

You might also like