Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
pasien tertentu dan yang paling cocok dengan jalan penyembuhan seperti
ini adalah golongan wanita muda, yaitu pada usia awitan. Usia awitan
dari miastenia gravis adalah 20-30 tahun untuk wanita dan 40-60 untuk
pria.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Miastenia Gravis?
2. Apa saja klasifikasi penyakit Miastenia Gravis?
3. Bagaimana etiologi dari Miastenia Gravis?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit Miastenia Gravis?
5. Apa saja tanda dan gejala Miastenia Gravis?
6. Bagaimana diagnosis dari penyakit Miastenia Gravis?
7. Apa saja komplikasi yang timbul dari penyakit Miastenia Gravis?
8. Bagaimana pencegahan penyakit Miastenia Gravis?
9. Bagaimana penetalaksanaan penyakit Miastenia Gravis?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Miastenia gravis?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi penyakit Miastenia gravis.
2. Mengetahui Klasifikasi penyakit Miastenia gravis.
3. Mengetahui penyebab/etiologi penyakit Miestenia Gravis.
4. Mengetahui patogenesis/patofisiologi penyakit Miastenia gravis.
5. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Miastenia gravis.
6. Mengetahui Diagnosis dari penyakit Miatenia Gravis.
7. Mengetahui komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh penyakit
Miastenia gravis.
8. Mengetahui pencegahan penyakit Miastenia gravis.
9. Mengetahui penatalaksanaan penyakit Miastenia gravis.
10. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada Miastenia gravis
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah
kekuatan otot akan pulih kembali. Penyakit ini timbul karena adanya
gangguan dari synaptic transmission atau pada neuromuscular junction
(Ngoerah, 1991).
2.1.1 Anatomi, Fisiologis, Dan Biokimia Neuromuscular Junction
Tiap-tiap serat saraf secara normal bercabang beberapa kali dan
merangsang tiga hingga beberapa ratus serat otot rangka. Ujung-ujung
saraf membuat suatu sambungan yang disebut neuromuscular junction
atau sambungan neuromuskular.
Bagian terminal dari saraf motorik melebar pada bagian akhirnya
yang disebut terminal bulb, yang terbentang diantara celah-celah yang
terdapat di sepanjang serat saraf. Membran presinaptik (membran saraf),
membran post sinaptik (membran otot), dan celah sinaps merupakan
bagian-bagian pembentuk neuromuscular junction.
2. Asetilkolin kemudian disatukan ke dalam partikel kecil terikatmembran yang disebut vesikel sinap dan disimpan di dalam vesikel
ini.
3. Pelepasan asetilkolin dari vesikel ke dalam celah sinaps merupakan
tahap berikutnya. Peristiwa ini terjadi melalui eksositosis yang
melibatkan fusi vesikel dengan membran presinaptik. Dalam keadaan
istirahat, kuanta tunggal (sekitar 10.000 molekul transmitter yang
mungkin sesuai dengan isi satu vesikel sinaps) akan dilepaskan secara
spontan sehingga menghasilkan potensial endplate miniature yang
kecil. Kalau sebuah akhir saraf mengalami depolarisasi akibat
transmisi sebuah impuls saraf, proses ini akan membuka saluran Ca 2+
yang sensitive terhadap voltase listrik sehingga memungkinkan aliran
masuk Ca2+ dari ruang sinaps ke terminal saraf. Ion Ca2+ ini
memerankan
peranan
yang
esensial
dalam
eksositosis
yang
akhir).
Apabila
pembukaan
gerbang
natrium
telah
mencukupi, maka akan terjadi suatu potensial aksi pada membran otot
yang selanjutnya menyebabkan kontraksi otot.
Dua molekul asetilkolin harus berikatan untuk membuka saluran ion, yang
memungkinkan aliran baik Na+ maupun K+.
Bisa berikatan dengan erat pada subunit dan dapat digunakan untuk
melabel
reseptor
atau
sebagai
suatu
ligand
berafinitas
untuk
memurnikannya.
lain
yang
berkembang
menjadi
kelumpuhan
otot-otot
subkelas
Gejala
Adanya kelemahan otot-otot okular, kelemahan pada saat
menutup mata, dan kekuatan otot-otot lain normal.
II
IIb
10
IIIb
IV
IVb
akan tampak pada waktu pagi hari. Di waktu sore hari atau dalam cuaca panas,
gejala-gejala itu akan tampak lebih jelas. Pada pemeriksaan, tonus otot tampaknya
agak menurun.Miastenia gravis juga dapat dikelompokkan secara lebih sederhana
seperti dibawah ini :
11
12
bertemu dengan
13
14
15
16
kesukaran untuk bicara. Parese dari palatum molle akan menimbulkan suara
sengau, selain itu bicaranya juga menjadi kurang jelas. Biasanya gejalagejala miastenia gravis seperti ptosis dan strabismus akan tampak dengan
jelas pada sore hari dan pada cuaca panas, pada pemeriksaan tonus otot
tampak agak menurun.
Gejala klinis Myasthenia Gravis antara lain :
17
18
19
Pemeriksaan Laboratorium
Osserman Class
Percent Positive
0.79
24
2.17
55
IIA
49.8
80
IIB
57.9
100
20
III
78.5
100
IV
205.3
89
Antistriational antibodies
Dalam serum beberapa pasien dengan miastenia gravis
menunjukkan adanya antibody yang berikatan dalam pola
cross-striational pada otot rangka dan otot jantung penderita.
Antibodi ini bereaksi dengan epitop pada reseptor protein titin
dan ryanodine (RyR). Antibody ini selalu dikaitkan dengan
pasien thymoma dengan miastenia gravis pada usia muda.
Terdeteksinya
titin/RyR
21
antibody
merupakan
suatu
b. Imaging
Pendekatan Elektrodiagnostik
Pendekatan elektrodiagnostik dapat memperlihatkan defek pada
transmisi neuromuscular melalui 2 teknik :
22
Menggunakan
jarum
single-fiber,
yang
memiliki
Diagnosis Banding
Beberapa
diagnosis
banding
untuk
menegakkan
diagnosis
Adanya ptosis atau strabismus dapat juga disebabkan oleh lesi nervus
III pada beberapa penyakit elain miastenia gravis, antara lain :
23
pernafasan akut.
Komplikasi lainnya adalah kesulitan menelan (dysphagia).
Faktor-faktor yang dapat memicu komplikasi pada pasien
24
pengetahuan
untuk
tidak
mengkonsumsi
Kuinin
ini
merupakan
suatu
obat
yang
25
yang
Myasthenia Gravis :
a. Antibiotik
dapat
memperburuk
(exacerbate)
(aminoglycosides,
gejala
ciprofloxacin,
erythromycin, ampicillin).
b. Agen penghambat reseptor beta-adrenergik atau betac.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
blocking agents.
Phenothiazines.
Quinine.
Timolol.
Trihexyphenidyl (antikolinergik).
Verapamil.
neuromuscular-
26
pemberian
antibiotik
dan
penunjang
ventilasi,
mampu
27
Acetylcholinesterase
inhibitor
efektif
untuk
peningkatan
krisis
28
sampai
dicapai
dosis
yang
diinginkan.
Kerja
29
dengan
menggunakan
Azathioprine,
Cyclosporine,
30
setiap
hari. Albumin
(5%)
dengan
larutan
salin
yang
31
32
respon masih juga tidak ada, maka pemberian dapat diulangi 5 hari
kemudian. Sekitar 10 dari 15 pasien menunjukkan respon terhadap IVMp
pada terapi kedua, sedangkan 2 pasien lainnya menunjukkan respon pada
terapi ketiga. Efek maksimal tercapai dalam waktu sekitar 1 minggu
setelah
terapi.
Penggunaan
IVMp
pada
keadaan
krisis
akan
peran
yang
menguntungkan
dalam
memposisikan
33
2.2 Azathioprine
Azathioprine biasanya digunakan pada pasien miastenia gravis
yang secara relatif terkontrol tetapi menggunakan kortikosteroid dengan
dosis tinggi. Azathioprine dapat dikonversi menjadi merkaptopurin, suatu
analog dari purin yang memiliki efek terhadap penghambatan sintesis
nukleotida pada DNA dan RNA. Azathioprine diberikan secara oral
dengan dosis pemeliharaan 2-3 mg/kgbb/hari. Pasien diberikan dosis
awal sebesar 25-50 mg/hari hingga dosis optimafl tercapai. Azathioprine
merupakan obat yang secara relatif dapat ditoleransi dengan baik oleh
tubuh dan secara umum memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibandingkan dengan obat imunosupresif lainnya. Respon Azathioprine
sangant lambat, dengan respon maksimal didapatkan dalam 12-36 bulan.
Kekambuhan dilaporkan terjadi pada sekitar 50% kasus, kecuali
penggunaannya juga dikombinasikan dengan obat imunomodulasi yang
lain.
2.3 Cyclosporine
Cyclosporine
berpengaruh
pada
produksi
dan
pelepasan
34
kira 80%-90% penderita akan membaik atau akan terjadi remisi yang
sempurna dalam beberapa tahun. Persiapan untuk timektomi yaitu :
1. Terapi antikolinesterase dengan neostigmin atau piridostigmin yang
optimal dilanjutkan sampai saat operasi.
2. Harus dilakukan tes fungsi paru, bila kapasitas vital sangat menurun maka
harus dilakuka trakeotomi pada saat dilakukan timektomi supaya bantuan
respirasi dapat diberikan pada saat pascabedah.
3. Pada pascabedah, terapi antikolinesterase dimulai dengan memberikan
dosis rendah dn disesuaikan dnegan kebutuhan penderita.
35
36
terus
meluas
sampai
pula
mengenai
otot-otot
merupakan
salah
satu
gejala
kelumpuhan
nervus
37
klien
yang
meliputi
nama,alamat,umur,jenis
kelamin(wanita),dan status
Keluhan utama : kelemahan otot
Riwayat kesehatan : diagnosa miastenia gravis didasarkan pada
riwayat dan presentasi klinis. Riwayat kelemahan otot setelah
aktivitas dan pemulihan kekuatan parsial setelah istirahat
sangatlah menunjukkan miastenia gravis, pasien mungkin
mengeluh kelemahan setelah melakukan pekerjaan fisik yang
sederhana. Riwayat adanya jatuhnya kelopak mata pada
pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga bukti tentang
d)
kelemahan otot.
Pemeriksaan fisik :
1) B1 (Breathing)
Inspeksi apakah klien mengalami kemampuan atau penurunan
batuk efektif, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot
bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang
38
VI
(okulomotoris,troklearis,abdusens)Sering
didapatkan adanya ptosis. Adanya oftalmoplegia,
mimic dari pseudointernuklear oftalmoplegia akibat
d.
39
normal.
Pengkajian Sistem Sensorik
Pemeriksaan sensorik pada
penyakit
ini
biasanya
biasanya
berhubungan
dengan
penurunan
perfusi
dan
memberikan
40
f)
g)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan
otot pernafasan
2. Resiko tinggi
cedera
berhubungan
dengan
fungsi
indra
berhubungan
dengan
normal
Bunyi nafas terdengar jelas
Respirator terpasang dengan optimal
Intervensi
Kaji Kemampuan ventilasi
Rasional
untuk
klien
kapasitasventilasi,
dengan
perawat
frekuensipernapasan, kedalaman,
41
interval
yang
sering
dalam
kualitas,
klinik.
kedalaman Dengan
frekuensi,Dan
pernapasan,laporkansetiap
perubahan
mengkaji
yang dankedalaman
terjadi.
kualitas,
pernapasan
kondisiklien.
Baringkan klien dalamposisi yang nyamandalam Penurunan diafragma memperl
posisi duduk
Observasi tanda-tanda vital (nadi,RR)
perubahan
perilaku,
pola
hidup
untuk
Intervensi
Kaji kemampuan
klien
Rasional
dalam Menjadi data dasar dalam melakukan
melakukan aktivitas
intervensi selanjutnya
Atur cara beraktivitas klien sesuai Sasaran klien adalah
kemampuan
kekuatandan
daya
memperbaiki
tahan.
Menjadi
tentangfakta-faakta
dasar
agen-agenantikolinesterase-
42
Dan
yang
penting
padapengguaan
ketegasan.
aktivitas Menilai singkat keberhasilan dari terapi
Kemampuan
motorik
Rasional
dalam Menjadi data dasar dalam melakukan
klien
melakukan aktivitas
intervensi selanjutnya
Atur cara beraktivitas klien sesuai Sasaran klien adalah
kemampuan
kekuatandan
daya
memperbaiki
tahan.
Menjadi
tentangfakta-faakta
mengenai
dasar
agen-agenantikolinesterase-
yang
penting
padapengguaan
Kemampuan
ketegasan.
aktivitas Menilai singkat keberhasilan dari terapi
motorik
43
4. Gangguan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
mampu
mengekspresikan
perasaannya,
mampu
dipenuhi
Klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal
maupun isyarat.
Intervensi
Kaji komunikasi verbal klien
Rasional
Kelemahan otot-otot bicara klien
krisis miastenia gravis dapat berakibat
pada komunikasi
Lakukan metode komunikasi yang Teknik
untuk
meningkatkan
mendengarkan
komunikasimeliputi
dengan
kedipan
mata
klienterhadap
mereka
dan
dengan
individual,sensorik,
serta
fungsi
yang
dan
kognitif
verbal
motorik,
untuk
44
terapi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun kronis dari transmisi
neuromuskular yang menghasilkan kelemahan otot. Istilah Myasthenia
adalah bahasa Latin untuk kelemahan otot, dan Gravis untuk berat atau
serius.
Myasthenia Gravis disebabkan oleh adanya antibodi yang merintangi,
merubah bahkan merusak penerimaan zat asetilkolin, sehingga hal ini
menghalangi terjadinya kerja otot.
Gejala utama pada penyakit ini adalah timbulnya kelemahan otot bila otot
tersebut digunakan terus menerus. Otot mata yang sering terkena sehingga
timbul ptosis dan strabismus. Selain itu juga dapat timbul kelemahan pada
otot masseter, sehingga mulut penderita sukar untuk menutup. Selain itu
juga dapat pula timbul kelemahan faring, lidah, palatum molle dan laring
sehinggatimbulnya kesukaran untuk menelan dan kesukaran untuk bicara.
Parese dari palatum molle akan menimbulkan suara sengau, selain itu
45
3.2 Saran
1. Mahasiswa
setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan mempelajari asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien
dengan Miastenia Gravis.
2. Tenaga kesehatan
Setelah membaca makalah ini diharapkan tenaga kesehatan baik
primer maupum spesialis dapat memberikan asuhan keperawatan yang
tepat untuk pasien dengan Miastenia Gravis.
46
DAFTAR PUSTAKA
47