Professional Documents
Culture Documents
KANKER SERVIKS
Oleh :
EKA SRI INDRA PUTRI
FADLAN TRI RAMADHAN
HERU ARDILA PUTRA
KIKI YULIANA
NUR ISLAH AGUSTI
NYTA HASRA, M
RIYAN MUHAMMAD DARUNDRIO
RIZKI PUTRI AMALIA
VICI LARISA
YULLYA TRI UTARI
Pembimbing :
Dr. Renardy Reza, Sp.OG
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang
menimbulkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. 1 Berdasarkan
data dari World Health Organization (WHO) didapatkan sebesar 7,5% dari semua
kematian diakibatkan oleh kanker serviks. Diperkirakan lebih dari 270.000
kematian diakibatkan oleh kanker serviks setiap tahunnnya, lebih dari 85% terjadi
dinegara berkembang.2 Diperkirakan dijumpai kanker serviks baru sebanyak
500.000 orang diseluruh dunia dan sebagian besar terjadi dinegara berkembang. 1
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 didapatkan 14,0% kasus baru kanker
serviks, dan 6,8 % kematian yang disebabkan oleh kanker Serviks. Jumlah
penderita kanker serviks di Indonesia sampai tahun 2013 adalah sebanyak 98.692
kasus. Kasus tertinggi dijumpai di provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 21.313
kasus. Sementara di Provinsi Riau didapatkan 894 kasus.3
Kanker serviks disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) yang
merangsang perilaku sel epitel serviks, khususnya tipe 16, 18, 31, dan 45. Faktor
resiko lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada
usia muda (<16 tahun), hubungan seksual dengan multipartner, menderita HIV
atau penyakit/penekanan kekebalan (immunosuppressive) yang bersamaan dengan
infeksi HPV, dan merokok.1 Tanda-tanda dini kanker serviks mungkin tidak
menimbulkan gejala. Tanda-tanda yang tidak spesifik seperti sekret vagina yang
agak berlebihan dan kadang-kadang disertai dengan bercak perdarahan. Gejala
umum yang sering terjadi berupa perdarahan pervaginam (pasca senggama,
perdarahan diluar haid) dan keputihan.1
Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang dapat menyebabkan
kematian, namun kesadaran wanita untuk memeriksakan diri masih sangat rendah,
lebih dari 70% penderita datang ke Rumah sakit dengan stadium lanjut.4 Untuk itu
diperlukan deteksi dini pada kanker serviks yaitu dengan melakukan skrining. Tes
pap merupakan alat skrining yang diandalkan untuk saat ini. Lima puluh persen
pasien baru kanker serviks tidak pernah melakukan tes pap. Tes pap
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. S
Nama suami
: Tn. J
Usia
: 46 tahun
Usia
: 48 tahun
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Suku
: Melayu
Agama
Suku
: Islam
: Melayu
Alamat
: Pekanbaru
No MR
: 896439
2.2
Alamat
: Pekanbaru
ANAMNESIS
Pasien datang ke VK IGD RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 14 Februari
Keluhan utama
Keluar darah dari kemaluan
banyak hingga ganti pembalut 5-8 kali sehari. Pasien memiliki riwayat kanker
serviks yang didiagnosa sejak bulan juli tahun 2015, dan dikatakan sudah
mencapai stadium III B. Sejak 2 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat keluar
darah di luar haid dan nyeri saat berhubungan. Pasien memiliki riwayat
radioterapi 4 kali di dalam dan 28 kali di luar.
Sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan batuk-batuk dan ketika di
rontgen diketahui terdapat lesi metastasis di paru dan kelenjar getah bening, dan
stadium Ca serviks naik menjadi stadium IV B, pasien sudah menjalankan
kemoterapi sebanyak 3 kali, 2 kali dosis rendah dan 1 kali dosis tinggi.
c
Anamnesis Tambahan
Tahun 2015 pasien datang ke RSUD AA dengan keluhan keluar darah dari
jalan lahir, sebelumnya pasien telah berobat ke RS Zainab namun
kurangnya fasilitas pasien di rujuk ke RSUD AA. Pasien sudah dilakukan
biopsi di RS Awal Bros dan dinyatakan pasien terkena Ca servix stadium
III. Karena keluhan perdarahan masih tetap berlanjut pasien berobat
kerumah sakit. Di RSUD Arifin Ahmad pasien disarankan untuk
melakukan radioterapi, pasien sempat melakukan radioterapi sebanyak 4
kali namun alat mengalami perbaikan dan pasien dirujuk ke medan. Pasien
mengalami radioterapi disana, kemudian pasien minta kembali ke
pekanbaru dan dilanjutkan kemoterapi sebanyak 3 kali dari bulan oktober,
untuk
mengganti
regimen
chemoterapy
menjadi
Riwayat menstruasi
Pasien pertama kali datang haid saat pasien berusia 13 tahun, siklus haid
teratur yaitu 28 hari, lama haid setiap bulannya 5-6 hari, ganti pembalut 2-3 kali
setiap harinya dan tidak ada keluhan nyeri pada saat haid.
h
Riwayat perkawinan
5
Riwayat persalinan
P3A0H3
I
: Usia 18 tahun, perempuan, bb 3900 gr, normal, aterm, dibantu
bidan
II
: Usia 16 tahun, perempuan, bb 4200 gr, normal, aterm, dibantu
bidan
III
: Usia 10 tahun, perempuan, bb 3500 gr, normal, aterm, dibantu
bidan
Riwayat KB
Riwayat penggunaan KB tidak ada
h.
wiraswasta.
2.3
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Komposmentis kooperatif
TB
: 161 cm
BB
: 44 kg
IMT
: 16,97 (underweight)
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 100x/m
Pernapasan
: 22x/m
Suhu
: 36,40 c
Primary Survey
Airway
: Clear
Breathing
: RR 22x/m, terpasang nasal canul 2-3 L saturasi 99%
Circulation
: Nadi 100x/m, TD 100/60 mmHg, pasien terpasang IV line
1 jalur,abbocath no.20 mikrodrip, Ringer Laktat.
Disability
: Kesadaran komposmentis
Secondary Survey
Status generalis :
Kepala
Jantung
(-), gallop(-)
Paru
: perut datar, distensi (-), nyeri tekan (-), bising usus normal
(+).
Ekstremitas
Status ginekologi:
Inspeksi
Inspekulo
RVT
parametrium kaku.
2.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.5
RESUME PEMERIKSAAN
Ny. S usia 46 tahun datang sendiri ke RSUD AA dengan keluhan keluar
darah dari kemaluan sejak 2 hari SMRS. Pasien memiliki riwayat kanker serviks
yang didiagnosa sejak bulan juli tahun 2015, dan dikatakan sudah mencapai
stadium III B. Dari pemeriksaan generalis didapatkan konjungtiva anemis, dari
hasil pemeriksaan ginekologi didapatkan, dari hasil inspekulo tampak massa
berbenjol sampai 1/3 dinding distal dan dari pemeriksaan rectovaginal toucher
teraba massa pukul 12,
parametrium kaku.
didapatkan Hb : 5,9 g/dl, Ht : 17,3 %, MCV: 88, MCH : 29,9 MCHC : 34,0 dan
ALB
: 2,6 mg/dl.
2.6
DIAGNOSIS KERJA
P3A0H3 dengan Ca Servix IV B dengan Anemia Gravis ec. Perdarahan
dan Hipoalbumin
2.7
PENATALAKSANAAN
Hemodinamik pasien stabil : Perdarahan, Keadaan umum, tanda-tanda vital
Atasi anemia
: Transfusi PRC 4 labu
Atasi perdarahan
: Asam traneksamat 3x500 mg IV
Vit. K 3X1 amp
Koreksi albumin
: Infus albumin 20% 1x/hari hingga albumin
>3mg/dl
2.8
PROGNOSIS
Dubia ad Malam
2.9 Follow Up
Tanggal
Jam
15/2/2016
Perjalanan Penyakit
Keterangan
16/2/2016
17/2/2016
P:
Cek DPL post transfuse
As. Tranexamat 3x1
Vit K 3x1
Observasi KU dan TTV
T: 36,4oC
Status Generalis
Mata: CA (+/+), SI(-/-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Paru: Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)
Jantung: S1-S2 reguler, murmur diastolic (+),
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tidak tampak perdarahan pada introitus vagina,
tampak tampon terpasang pada liang vagina.
Hb : 9,6 gr/dL
Kimia darah (14/2/2016):
GDS/Ur/Cr/SGOT/SGPT/Alb=
190/23,8/1,41/24/17/2,6
Elektrolit (14/2/2016) :
Na/K/Cl = 131,3/3,57/105,7
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
18/2/2016
P:
Rencana transfuse PRC 3
lb
As. Tranexamat 3x1
Vit K 3x1
Observasi KU dan TTV
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tidak tampak perdarahan pada introitus vagina,
tampak tampon terpasang pada liang vagina.
Hb : 7,73 gr/dL
Kimia darah (14/2/2016):
GDS/Ur/Cr/SGOT/SGPT/Alb=
190/23,8/1,41/24/17/2,6
Elektrolit (14/2/2016) :
10
Na/K/Cl = 131,3/3,57/105,7
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
Anemia ec. Perdarahan + Hipoalbumin
S: Tidak ada keluhan
O: KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: CM
TD: 140/60 mmHg
HR: 96 x/menit
RR: 19 x/menit
T: 36,7oC
Status Generalis
Mata: CA (+/+), SI(-/-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Paru: Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)
Jantung: S1-S2 reguler, murmur diastolic (+),
19/2/2016
P:
Rencana transfuse PRC 3
lb
As. Tranexamat 3x1
Vit K 3x1
Observasi KU dan TTV
Cek DPL post transfuse
Rencana kemoterapi
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tidak tampak perdarahan pada introitus vagina,
tampak tampon terpasang pada liang vagina.
Hb : 7,73 gr/dL
Kimia darah (14/2/2016):
GDS/Ur/Cr/SGOT/SGPT/Alb=
190/23,8/1,41/24/17/2,6
Elektrolit (14/2/2016) :
Na/K/Cl = 131,3/3,57/105,7
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
20/2/2016
P:
Rencana transfuse PRC 3
lb
As. Tranexamat 3x1
Vit K 3x1
Observasi KU dan TTV
Rencana kemoterapi
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
11
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tampak perdarahan pada introitus vagina 50 cc
Hb : 8,3 gr/dL
Kimia darah (14/2/2016):
GDS/Ur/Cr/SGOT/SGPT/Alb=
190/23,8/1,41/24/17/2,6
Elektrolit (14/2/2016) :
Na/K/Cl = 131,3/3,57/105,7
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
Anemia ec. Perdarahan + Hipoalbumin
S: Pasien mengatakan keluar darah berwarna
merah kehitaman dari kemaluan
O: KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: CM
TD: 130/60 mmHg
HR: 80 x/menit
RR: 18 x/menit
T: 37,3oC
Status Generalis
Mata: CA (+/+), SI(-/-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Paru: Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)
Jantung: S1-S2 reguler, murmur diastolic (+),
22/2/2016
P:
As. Tranexamat 3x1
Vit K 3x1
Observasi KU dan TTV
Rencana kemoterapi
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tidak tampak perdarahan pada introitus vagina,
tampak tampon terpasang pada liang vagina.
Hb post transfuse PRC 3 lb: 12,2 gr/dL
Kimia darah (14/2/2016):
GDS/Ur/Cr/SGOT/SGPT/Alb=
190/23,8/1,41/24/17/2,6
Elektrolit (14/2/2016) :
Na/K/Cl = 131,3/3,57/105,7
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
23/2/2016
P:
As. Tranexamat 3x1
Vit K 3x1
Observasi KU dan TTV
Kemoterapi siklus ke IV
12
HR: 80 x/menit
dimulai jika Alb > 3
RR: 18 x/menit
mg/dL
T: 36,8oC
Carboplatin 450
Status Generalis
Paxus 150
Mata: CA (+/+), SI(-/-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Paru: Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)
Jantung: S1-S2 reguler, murmur diastolic (+),
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tidak tampak perdarahan pada introitus vagina,
tampak tampon terpasang pada liang vagina.
Hb : 7,73 gr/dL
Kimia darah (14/2/2016):
GDS/Ur/Cr/SGOT/SGPT/Alb=
190/23,8/1,41/24/17/2,6
Elektrolit (14/2/2016) :
Na/K/Cl = 131,3/3,57/105,7
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
24/2/2016
P:
As. Tranexamat 3x1
Vit K 3x1
Observasi KU dan TTV
Cek albumin post koreksi 1
GDS/Ur/Cr/SGOT/SGPT/Alb=
190/23,8/1,41/24/17/2,6
Elektrolit (14/2/2016) :
Na/K/Cl = 131,3/3,57/105,7
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
Anemia ec. Perdarahan + Hipoalbumin
S: Pasien mengeluh keluar darah dari kemaluan
P:
As. Tranexamat 3x1
Observasi KU dan TTV
Kemoterapi siklus ke IV
sudah berkurang
O: KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: CM
TD: 120/60 mmHg
dimulai jika Alb > 3
HR: 84 x/menit
mg/dL
RR: 20 x/menit
o
Cek Hb post Transfusi
T: 37 C
Status Generalis
Ganti tampon/24 jam
Mata: CA (+/+), SI(-/-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Paru: Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)
Jantung: S1-S2 reguler, murmur diastolic (+),
25/2/2016
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tidak tampak perdarahan pada introitus vagina,
tampak tampon terpasang pada liang vagina.
DPL (24/2/2016)
10,7/6.100/30,4/85.000
Kimia darah (24/2/2016):
Alb : 2,57 g/dl
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
26/2/2016
P:
Observasi KU dan TTV
Rencana kemoterapi jika
DPL normal
14
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tidak tampak perdarahan pada introitus vagina,
tampak tampon terpasang pada liang vagina.
DPL (24/2/2016)
10,7/6.100/30,4/85.000
Kimia darah (25/2/2016):
Alb : 2,8 g/dl
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
Anemia ec. Perdarahan + Hipoalbumin
S: Pasien mengeluh masih keluar darah flek-flek
dari kemaluan
O: KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: CM
TD: 130/60 mmHg
HR: 80 x/menit
RR: 20 x/menit
T: 36,5oC
Status Generalis
Mata: CA (+/+), SI(-/-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Paru: Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)
Jantung: S1-S2 reguler, murmur diastolic (+),
27/2/2016
P:
Observasi KU dan TTV
Tunggu hasil DPL
Tunggu ACC penyakit
dalam untuk kemo ke III
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral dingin, CRT > 2 detik
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tidak tampak perdarahan pada introitus vagina,
tampak tampon terpasang pada liang vagina.
DPL (26/2/2016)
8,9/8.300/26,3/91.000
Kimia darah (25/2/2016):
Alb : 2,8 g/dl
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
28/2/2016
demam)
Transfusi WB sisa 2 lb
RR: 20 x/menit
T: 36,4oC
Status Generalis
Mata: CA (-/-), SI(-/-)
ulang 24 jam
As. Tranexamat extra 1
gr
Vit. K extra 1amp
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral dingin, CRT > 2 detik
Status Gynekologi
I genitalia eksterna:
Tidak tampak perdarahan pada introitus vagina,
tampak tampon terpasang pada liang vagina.
DPL (27/2/2016)
10/5400/28,6/86.000
Kimia darah (25/2/2016)
Alb: 2,8 gr/dL
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
29/2/2016
06.15
demam)
Transfusi PRC sisa 1 lb
Terpasang tampon
As. Tranexamat extra 1
gr
Vit. K extra 1amp
Pro kemoterapi bila KU
membaik
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I: v/u tampak tenang, terpasang tampon,
perdarahan aktif (-)
DPL (27/2/2016)
10/5400/28,6/86.000
Kimia darah (25/2/2016)
Alb: 2,8 gr/dL
Radiologi
Foto thorax (20/2/2016)
16
Kesan:
Cor: kardiomegali, atherosclerosis aorta
Pulmo: tidak tampak kelainan
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
Anemia ec. Perdarahan + Hipoalbumin + post
1/3/2016
P:
Aff
tampon,
evaluasi
perdarahan.
Atasi anemia: transfuse
PRC 1 lb (terpasang),
demam)
Inj Metyl Prednisolon
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
3x1 amp
Inj Omeprazol 2x1 amp
Pro kemoterapi bila KU
membaik
aktif (-)
DPL (29/2/2016)
6,3/10.000/18,3/98.000
Kimia darah (25/2/2016)
Alb: 2,8 gr/dL
Radiologi
Foto thorax (20/2/2016)
Kesan:
Cor: kardiomegali, atherosclerosis aorta
Pulmo: tidak tampak kelainan
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
Anemia ec. Perdarahan + Hipoalbumin + post
2/3/2016
Lanjutkan
transfusi
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I: v/u tampak tenang, aff tampon, perdarahan
aktif (-)
DPL (27/2/2016)
10/5400/28,6/86.000
Radiologi
Foto thorax (20/2/2016)
Kesan:
Cor: kardiomegali, atherosclerosis aorta
Pulmo: tidak tampak kelainan
A: P3A0H3 dengan Ca Servix stadium IV B +
Anemia ec. Perdarahan + Hipoalbumin + post
3/3/2016
P:
PCT drip 1000 mg (bila
demam)
Inj Metyl Prednisolon
3x1 amp
Inj Omeprazol 2x1 amp
Boleh pulang setelah
kemoterapi
gallop (-)
Abdomen: supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Gynekologi
I: v/u tampak tenang, terpasang tampon,
perdarahan aktif (-)
DPL (2/3/2016)
10,5/10.500/30/140.000
Radiologi
Foto thorax (20/2/2016)
Kesan:
Cor: kardiomegali, atherosclerosis aorta
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
ketiga paling banyak dari semua keganasan pada wanita. Tahun 2008,
diperkirakan 529.000 kasus baru di dunia dan 275.000 kasus kematian yang
19
tercatat. Secara umum insiden lebih tinggi di negara berkembang yaitu sebanyak
85% kasus. Di negara maju kasus kanker serviks ini lebih rendah dan hanya
sekitar 3.6% kasus. Hal ini dikarenakan program skrining dengan Pap smear yang
dilakukan secara tetap.5
Di Amerika Serikat, kanker serviks adalah kanker diginekologi yang
paling sering ke 3 dan urutan ke 11 paling sering keganasan neoplasma padat
pada wanita. Di Amerika Serikat, wanita mempunyai resiko 1 dari 147 orang
untuk menderika kanker serviks. Tahun 2011, American Cancer Society
memperkirakan 12.710 kasus baru kanker serviks dan 4.290 kasus kematian
akibat kanker ini. Pada wanita U.S, African-Americans dan kelompok wanita
dengan sosial ekonomi yang lebih rendah mempunyai angka kematian paling
tinggi pada kanker ini, sedangkan Wanita Hispanic dan Latino mempunyai insiden
paling tinggi.5
Usia rata-rata wanita penderita kanker serviks adalah 48 tahun, hal ini
menandakan rata-rata usia wanita yang menderita kanker serviks secara umum
lebih cepat dari pada keganasan kasus ginekologi lain. Pada wanita usia 29-39
tahun, kanker serviks adalah penyebab kedua kematian akibat kanker.5
3.3 Faktor Resiko
Beberapa faktor telah diidentifikasi dapat meningkatkan resiko kanker
serviks. Sebuah kejadian yang lebih tinggi dari infeksi HPV dan perkembangan
kanker ini terlihat pada pasien imunosupresi, termasuk mereka yang terinfeksi
HIV serta mereka yang penerima transplantasi organ, yang memiliki gagal ginjal
kronis atau riwayat limfoma Hodgkin, atau telah menjalani terapi imunosupresif
untuk alasan lain. Faktor lainnya adalah merokok. Risiko kanker serviks adalah
3,5 kali lebih besar antara perokok daripada bukan perokok. Karsinogen dari asap
20
rokok telah ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lendir serviks perokok,
menunjukkan penjelasan biologis yang masuk akal untuk hubungan ini. Hubungan
seksual pertama pada usia muda dapat meningkatkan risiko seorang wanita untuk
kanker serviks karena tingginya tingkat metaplasia yang terjadi di zona
transformasi selama masa remaja dan proporsi yang lebih tinggi dari sel-sel leher
rahim baru atau belum matang di wilayah ini.6
Infeksi HPV persisten meningkatkan risiko persistentor displasia serviks
progresif. Infeksi HPV 16 lebih cenderung persisten dari infeksi yang disebabkan
oleh HPV onkogenik tipe lainnya. Individu mungkin memiliki kerentanan genetik
untuk kanker serviks, tetapi risiko relatif kecil.6
Selain risiko demografi, risiko perilaku telah dikaitkan dengan keganasan
serviks. Sebagian besar kanker serviks berasal dari sel yang terinfeksi HPV, yang
ditularkan secara seksual. Seperti neoplasia serviks intraepitel, coitarche awal,
beberapa mitra seksual, dan peningkatan paritas berhubungan dengan kejadian
substansial lebih besar dari kanker serviks. Perokok juga berisiko lebih besar,
meskipun mekanisme yang mendasari risiko ini tidak diketahui. risiko terbesar
untuk kanker serviks adalah kurangnya skrining Pap smear secara teratur.
Sebagian besar masyarakat yang telah mengadopsi skrining tersebut telah
mendokumentasikan penurunan insiden kanker ini.6
1. Infeksi HPV
Virus ini adalah agen infeksi etiologi utama yang terkait dengan kanker
serviks. Wanita yang dites positif untuk subtipe HPV risiko tinggi memiliki risiko
relatif dari 189 mengembangkan karsinoma sel skuamosa dan risiko relatif dari
110 mengembangkan adenokarsinoma serviks dibandingkan dengan wanita yang
menguji negatif untuk HPV. Meskipun faktor menular seksual lainnya, termasuk
virus herpes simpleks 2, mungkin memainkan peran penyebab bersamaan, 99,7
persen kanker serviks berhubungan dengan HPV onkogenik subtipe. Dalam meta
analisis dari 243 penelitian yang melibatkan lebih dari 30.000 wanita di seluruh
dunia, 90 persen dari kanker serviks invasif dikaitkan dengan satu dari 12 subtipe
HPV risiko tinggi. Spesifiknya dalam penelitian ini, 57 persen kasus kanker
serviks invasif yang disebabkan serotipe HPV 16. serotipe 18 dikaitkan dengan 16
persen penyakit invasif. Setiap serotipe ini dapat menyebabkan baik karsinoma sel
21
22
menunjukkan
bahwa
paritas
tinggi
meningkatkan
risiko
23
24
25
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Normal
ASC-US
ASC-H
LSIL
Kelas III
Kelas III
Kelas IV
Kelas V
HSIL
HSIL
HSIL
Karsinoma Invasif
Deskriptif WHO
Seviks)
Normal
Atipik
Normal
Atipik
NIS
termasuk
kondiloma
NIS 2
NIS 3
NIS 3
Karsinoma invasif
koilositosis
Dysplasia sedang
Dysplasia berat
Karsinoma in-situ
Karsinoma invasive
26
ASC-US
ASC-H
LSIL
HSIL
epithelial lesion
: Low-grade Squamous Intraepithelial Lession
: High-grade Squamous Intraepthelial Lesion
Karakteristik
IA1
A2
IB1
IB2
II
II A
proksimal vagina)
Lesi telah meluas ke sepertuga proksimal vagina
II B
27
III
III A
III B
IV
IVA
vesikaurinaria
IV B
Luas meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke organ jauh
3.7 Pencegahan dan pengobatan kanker serviks.
Pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu: pencegahan
primer, sekunder dan tersier.13,14
a. Pencegahan Primer
Pencegahan
primer
merupakan
upaya
dalam
mengurangi
atau
pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta dapat dilakukan
setiap saat, kecuali pada masa haid. Selain itu, Pap Smear juga memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi, sehingga Pap smear mampu untuk
mencegah kejadian kanker serviks hingga mencapai 93 % (WHO, 2005).
c. Pencegahan Tersier
28
Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu
alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah
dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau
pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan
vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan
metabolik yang terjadi di jaringan serviks.7
Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian
rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan
kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik,
tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang
dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu
hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes
Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium
5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah
dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol ).
Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai berikut :
29
Histerektomi radikal
adalah pembedahan untuk mengangkat rahim (uterus), bagian atas
vagina, dan jaringan di kedua sisi leher rahim.
paliatif.Kuratif
penyebabnya
sehingga
dihilangkan.Sedangkan
adalah
tindakan
manifestasi
tindakan
yang
klinik
paliatif
langsung
yang
adalah
menghilangkan
ditimbulkan
tindakan
yang
dapat
berarti
30
Kemoterapi
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. Edisi ke III. Jakarta: PT Bina Pustaka.
2011 Hal 294-296.
2. World Health Organization. Human papillomavirus (HPV) and cervical
cancer. 2015.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela dan data
informasi kesehatan. Situasi penyakit kanker. Pusat data dan informasi
Kementerian kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2015
32
Media
33
34