Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
dr. Raden Setiyadi Sp.A
Disusun oleh :
Meiria Sari
030.11.186
LEMBAR PENGESAHAN
Penyusun:
Meiria Sari
030.11.186
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSU Kardinah Kota Tegal
periode 08 Oktober 2016 05 Desember 2016
BAB I
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL
Nama : Meiria Sari
NIM : 030.11.186
I. IDENTITAS PASIEN
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pasien
An. AA
10 bulan
Perempuan
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Asuransi
No. RM
Tanggal masuk RS
Ayah
Ibu
Tn I
Ny. H
37 tahun
35 tahun
Laki-laki
Perempuan
Bandarsari RW1/RT2 Dukuhturi
Islam
Islam
Islam
Jawa
Jawa
Jawa
S1
S1
Pabrik SAS
Ibu Rumah Tangga
Rp 1.200.000,Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung
Umum
848556
10 November 2016
II. ANAMNESIS
Data anamnesis diperoleh secara alloanamnesis kepada ibu pasien (Ny. H, 37
tahun) pada tanggal 11 November 2016 di kamar 10 B, Bangsal Wijaya Kusuma RSUD
Kardinah pukul 10.00 WIB.
Keluhan Utama
Keluar bintik-bintik merah di wajah dan panas sejak Selasa,8 September 2016
Keluhan Tambahan
Batuk-batuk tidak berdahak 8 September 2016 dan memar di dahi 10 September
2016.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien di bawa datang ke Poli Anak RSUD Kardinah dengan keluhan panas secara
perlahan, naik turun dan keluar bintik-bintik merah pada wajah sejak Selasa, 8 September
2016, 2 hari SMRS. Panas dirasakan naik turun, turun jika diberikan obat. Bintik merah
kecil dan banyak lalu menyebar pada lengan dan seluruh tubuh tapi paling banyak di
wajah. Mengeluh sedikit batuk tidak berdahak. Tidak ada pilek, sesak, kejang, muntah, dan
mual. BAB dan BAK lancar kuning jernih. Dulu pernah bab berwarna hitam, nafsu makan
masih baik selama panas, minum asi dan bubur bayi sedikit berkurang, dan lebih rewel.
Riwayat kejang disangkal, imunisasi baru polio 1 kali bulan Agustus 2016. Disekitar
rumah tidak ada yang sedang mengalami demam berdarah atau campak. Tanggal 10
September 2016 saat pendaftaran dahi pasiennya terkena meja dan menjadi biru.
Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya. Dirawat di RS pada bulan september 2016 di Puspanindra, tidak ada riwayat
operasi, riwayat trauma, riwayat alergi obat maupun makanan tertentu. Riwayat penyakit
lain, seperti asma, penyakit jantung, ginjal dan sebagainya disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami keluhan
yang serupa. Riwayat alergi dalam keluarga disangkal.
Riwayat Lingkungan Rumah
Pasien tinggal bersama dengan ayah, ibu, 1 saudara kandungnya dirumah pribadi.
Rumah berada di kawasan yang padat penduduk dengan luas 15 meter x 15 meter. Tempat
tinggal pasien memiliki 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Rumah memiliki 6
jendela yang selalu dibuka setiap pagi. Penerangan dengan listrik. Air berasal dari air
PAM. Jarak septic tank kurang lebih 10 meter dari sumber air. Air limbah rumah tangga
disalurkan melalui selokan di depan rumah.
Kesan : keadaan rumah dan ventilasi cukup baik, keadaan lingkungan rumah cukup
baik.
: RS Harapan Anda
Masa gestasi
Keadaan bayi
: 2750 gram
: 48 cm
Lingkar kepala
: Ibu lupa
Keadaan lahir : Langsung menangis kuat, tidak pucat, dan tidak biru
Kelainan bawaan
: Tidak ada
Air ketuban
: Jernih
Kesan: neonatus aterm, lahir secara sectio secaria, bayi dalam keadaan bugar.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Pemeliharaan setelah kehamilan dilakukan di Posyandu secara teratur dan anak
dalam keadaan sehat.
Kesan: riwayat pemeliharaan postnatal baik.
Corak Reproduksi Ibu
Ibu P3A1, pasien merupakan anak kedua berjenis kelamin perempuan.
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi baik pil, suntik atau operasi.
Senyum : 4 bulan
Tengkurap
: 5 bulan
Duduk
: 6 bulan
Merangkak
: 6 bulan
Berdiri : 7 bulan
Berjalan : Kesan: Riwayat pertumbuhan dan perkembangan baik dan sesuai usia.
ULANGAN
(umur)
-
DTP/ DT
POLIO
6 bulan
CAMPAK
HEPATITIS B
DASAR (umur)
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
CM,
tampak
sakit
sedang,
Nadi
Laju nafas
Suhu
C. Data Antropometri
Berat badan
: 6,4 kg
Panjang badan
: 68 cm
D. Status Generalis
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
sekret (-/-),
nafas cuping hidung (-), epistaksis (-/-)
Mulut
Tenggorok
Leher
Kulit
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Datar, simetris
Perkusi
Genitalia
Anorektal
Ekstremitas
Akral Dingin
Akral Sianosis
CRT
Oedem
Superior
-/-/<2
-/-
Inferior
-/-/<2
-/-
Tonus Otot
Trofi Otot
Petechie
Normotonus
Normotrofi
+
Normotonus
Normotrofi
+
Hasil
Satuan
Rujukan
11,1
9,5
32,4
0 ()
g/dL
103/uL
%
103/uL
10,7 13,1
6.0 17,5
31 41
229 553
4,6
14,9 ()
70,3 ()
24,1
34,2 ()
106/uL
%
U
Pcg
g/dl
3,6 5,2
11,5 14,5
74 106
23 31
28 32
Hasil
9,0 ()
7,1
27,3 ()
37()
3,8
12,2
71,2 ()
23,4
33,4 ()
Satuan
g/dL
103/uL
%
103/uL
106/uL
%
U
Pcg
g/dl
Rujukan
10,7 13,1
6.0 17,5
31 41
229 553
3,6 5,2
11,5 14,5
74 106
23 31
28 32
30,8 ()
731 ()
4,3
15,2 ()
71,2 ()
23,8
33,4 ()
%
103/uL
106/uL
%
U
Pcg
g/dl
31 41
229 553
3,6 5,2
11,5 14,5
74 106
23 31
28 32
Hasil
Satuan
10,7
8,0
32,8
956()
4,5
12,8
73 ()
23,7
32,3 ()
g/dL
103/uL
%
103/uL
106/uL
%
U
Pcg
g/dl
Rujukan
10,7 13,1
6.0 17,5
31 41
229 553
3,6 5,2
11,5 14,5
74 106
23 31
28 32
V. PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri
Anak perempuan usia 10
bulan
Berat badan 6,4 kg
Tinggi badan 68 cm
Lingkar kepala 25 cm
LK 45 cm
Hasil : Mean 50%
Kesan : Mesocephali
VI.
RESUME
Seorang anak perempuan berusia 10 bulan datang ke Poli Anak RSUD Kardinah
dengan keluhan keluhan panas secara perlahan, naik turun dan keluar bintik-bintik merah
pada wajah sejak Selasa, 8 September 2016, 2 hari SMRS. Panas dirasakan naik turun,
turun jika diberikan obat. Bintik merah kecil dan banyak lalu menyebar pada lengan dan
seluruh tubuh tapi paling banyak di wajah. Mengeluh sedikit batuk tidak berdahak. Nafsu
makan masih baik selama panas, minum asi dan bubur bayi sedikit berkurang, dan lebih
rewel. Riwayat imunisasi baru polio 1 kali bulan Agustus 2016. Tanggal 10 September
2016 saat pendaftaran dahi pasiennya terkena meja dan menjadi biru.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien compos mentis, tampak
sakit sedang, perdarahan spontan, dan aktif. Tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan kepala didapatkan petechie pada wajah dan hematom di dahi tengah. Pada
pemeriksaan kulit bagian ekstremitas atas dan bawah juga didapatkan petechie. Pada
pemeriksaan penunjang laboratorium darah didapatkan penurunan hemoglobin, hematokrit
dan trombosit yang singnifikan. Pada pemeriksaan khusus, disimpulkan bahwa pasien
memiliki gizi kurang.
VII.
MASALAH
Panas naik turun
Batuk tidak berdahak
Makan sedikit, gizi kurang
Petechie, haematom
Anemia
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit autoimun
Keganasan
Anemia, petechie
Trombositopenia
Aplastik
Autoimun (ITP, HIT, Drug-induced
Gizi Kurang
X. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
Vit C 3 x 25 mg
XI.
PROGNOSA
Quo ad vitam
Quo ad sanationam
Quo ad fungsionam
Non-medikamentosa
: Ad bonam
: Dubia ad bonam
: Ad bonam
PERJALANAN PENYAKIT
10 November 2016 pkl. 07.30 WIB
(Wijayakusuma Atas)
Hari Perawatan ke-0
Pasien datang dari poli, panas (+) H+2
dan timbul bintik bintik merah
diwajah, batuk tidak berdahak (+),
dahi memar (+), pilek (-), sesak (-),
kejang (-),muntah (-), mual (-),mimisan
(-), gusi berdarah (-), BAB cair (-), BAB
hitam (-), BAK (+), makan , minum
(+).
KU: TSS, CM, pucat
TTV: HR 136x/m,RR 30x/m, T 37,5 0C
Status generalis:
Kepala: mesosefal, hematom (+)
Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem palpebra
(-/-), cekung (-/-), air mata (+/+)
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
(Wijayakusuma Atas)
Hari Perawatan ke-4
Panas (-) H+6, bintik bintik merah
(+), dahi memar (+), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), kejang (-),muntah (-), mual (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-), BAB (+),
BAK (+), makan (+) , minum (+).
KU: TSS, CM, aktif
TTV: HR 92x/m,RR 36x/m, T 36,8 0C
Status generalis:
Kepala: mesosefal, hematom (+)
Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem palpebra
(-/-), cekung (-/-), air mata (+/+)
Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/+), rh
(-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-), g (-)
Abdomen: Supel, BU (+), distensi (-),
turgor baik, Hepar, lien normal.
Ekstremitas atas: AH (+/+), OE (-/-) CRT
<2 detik, petechie(+)
Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE (-/-)
CRT < 2 detik, petechie(+)
ITP, Anemia
Gizi kurang
IVFD Nacl 5 tpm
Inj. Metil prednisolon 2 x 40mg
Vit B complex 3 x 1/2 tab
Vit C 3 x 25 mg
Darah rutin
16 November 2016 pkl. 07.00 WIB
(Wijayakusuma Atas)
Hari Perawatan ke-6
Panas (-) H+7, bintik bintik merah
(+), dahi memar (+), batuk (+), pilek
(+), sesak (-), kejang (-),muntah (-), mual
(-), mimisan (-), gusi berdarah (-), BAB
(+), BAK (+), makan (+) , minum (+).
KU: TSS, CM, aktif
TTV: HR 92x/m,RR 32x/m, T 36,4 0C
Status generalis:
Kepala: mesosefal, hematom (+)
Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem palpebra
(-/-), cekung (-/-), air mata (+/+)
Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/+), rh
(-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-), g (-)
Abdomen: Supel, BU (+), distensi (-),
turgor baik, Hepar 1/3 BH, lien normal.
Ekstremitas atas: AH (+/+), OE (-/-) CRT
<2 detik, petechie(+)
A
P
(Wijayakusuma Atas)
Hari Perawatan ke-5
Panas (-) H+7, bintik bintik merah
(+), dahi memar (+), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), kejang (-),muntah (-), mual (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-), BAB (+),
BAK (+), makan (+) , minum (+).
KU: TSS, CM, aktif
TTV: HR 112x/m,RR 36x/m, T 37,3 0C
Status generalis:
Kepala: mesosefal, hematom (+)
Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem palpebra
(-/-), cekung (-/-), air mata (+/+)
Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/+), rh
(-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-), g (-)
Abdomen: Supel, BU (+), distensi (-),
turgor baik, Hepar, lien normal.
Ekstremitas atas: AH (+/+), OE (-/-) CRT
<2 detik, petechie(+)
Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE (-/-)
CRT < 2 detik, petechie(+)
ITP, Anemia
Gizi kurang
IVFD Nacl 5 tpm
Inj. Metil prednisolon 2 x 40mg
Vit B complex 3 x 1/2 tab
Vit C 3 x 25 mg
17 November 2016 pkl. 07.00 WIB
(Wijayakusuma Atas)
Hari Perawatan ke-7
Panas (-) H+7, bintik bintik merah
(+), dahi memar (+), batuk (+)
berkurang, pilek (+), sesak (-), kejang
(-),muntah (-), mual (-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), BAB (+), BAK (+), makan
(+) , minum (+).
KU: TSS, CM, aktif
TTV: HR 120x/m,RR 24x/m, T 36,3 0C
Status generalis:
Kepala: mesosefal, hematom (+)
Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem palpebra
(-/-), cekung (-/-), air mata (+/+)
Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/+), rh
(-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-), g (-)
Abdomen: Supel, BU (+), distensi (-),
turgor baik, Hepar 1/3 BH, lien normal.
Ekstremitas atas: AH (+/+), OE (-/-) CRT
<2 detik, petechie(+)
A
P
A
P
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien anak perempuan usia 10 bulan, dengan diagnosis idiopatik trombositopenia
purpura, anemia, dan gizi kurang. Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini didiagnosis idiopatik trombositopenia
purpura dan anemia berdasarkan anamnesis bahwa pasien tiba tiba mengalami panas
naik turun dan muncul bintik bintik merah pada wajah dan seluruh tubuh pasien sejak
tanggal 8 September 2016, 2 hari SMRS. Sebelumnya pasien juga pernah mengalami hal
yang sama dan pasien di rawat di RSUD Kardinah di bangsal Puspanindra bulan
Septermber 2016. Lalu berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tampak petechie pada kulit
seluruh tubuh paling jelas di daerah wajah, ekstremitas atas, dan bawah. Tampak hematom
pada tengah dahi akibat benturan. Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hasil
trombositopenia, berikutnya dijumpai penurunan kadar hemologlobin dan hematokrit,
sedangkan leukosit tampak normal.
Diagnosis gizi kurang dan anemia diperoleh dari anamnesis berupa jumlah makan
pasien yang memang sedikit sebelum sakit. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sedikit
kurus. Dari hasil pemeriksaan khusus BB/TB didapatkan hasil 82% yang diklasifikasikan
sebagai gizi kurang menurut CDC.
Penatalaksanaan untuk pasien adalah dengan pemberian cairan melalui infus
dengan penambahan vitamin C dan Bc. Lalu diberikan tranfusi trombosit 3 pack untuk
sementara karena didaaptkan kadar trombosit pada pasien yang sangat rendah Pemberian
IVIG sesuai dosis 1 X 2,5 gr selama 3 hari dan injeksi metil prednisolon 2 x 40 mg.
Berikan edukasi orangtua untuk menghindari benturan.
Prognosis ad vitam pada pasien adalah ad bonam disebabkan karena 90% akan
sembuh secara spontan dan tidak ada tanda tanda yang mengancam nyawa pada pasien
dan sudah diberikan perawatan. Sedangkan pada ad sanationam dubia ad bonam karena
respon pengobatan sering hanya bersifat sementara dan tidak memberi perlindungan
terhadap komplikasi perdarahan hebat dan sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang
sama. Dan pada ad fungsionam ad bonam karena penatalaksaanaan diberikan sesuai dan
tepat. Terdapat perbaikan klinis yang bermakna dan tidak ada cacat permanen.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Idiopatik Trombositopenia Purpura
Definisi
ITP atau Imun (Idiopatik) Trombositopeni Purpura (Immune Thrombocytopenic
Purpura = Primary Essential Thrombocytopenic Purpura = Purpura Hemmorrhagica =
Werlhofs Diseases) adalah suatu penyakit perdarahan didapat (acquired) sebagai akibat
dari penghancuran trombosit yang berlebihan, ditandai dengan trombositopenia (trombosit
<150.000/mm3). Merupakan kelainan hematologi yang umum terjadi dengan karakteristik
penurunan jumlah platelet dalam darah perifer. Keadaan ini berhubungan dengan kelainan
autoimun yang menyebabkan peningkatan kecepatan destruksi platelet dan tidak
optimalnya produksi platelet, sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi
umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. 2
ITP dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai
adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP.
Akut ITP sering pada anak-anak sedangkan kronik ITP sering pada dewasa. (Imran, 2008)
Tabel 1. Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik
Awal penyakit
Rasio L:P
Trombosit
Lama Penyakit
Perdarahan
Predileksi cuaca
Infeksi
Eosinofilia dan Limfosis
Kadar IgA
Antibodi antiplatelet
GP V
GP IIb/IIIa
Durasi
Prognosis
Epidemiologi
ITP akut
2-6 tahun
1:1
<20.000/mm3
2-6 minggu
Berulang
Musim semi
80% kasus
Biasa
Normal
ITP Kronik
20-40 tahun
1:2-3
40.000 80.000/mm3
Beberapa tahun
Beberapa hari/ minggu
Tidak ada
Jarang
Jarang
Dibawah normal
Sering
Jarang
2-6 minggu
Remisi spontan
Tidak ada
Sering
Bulan hingga tahun
Berfluktuasi
dalam
darah
penderita.
Pada
neonatus
kadang-kadang
ditemukan
dugaan
adanya
perbedaan
mekanisme
patofisiologi
terjadinya
Perlu juga dicari riwayat tentang penggunaan obat atau bahan lain yang dapat
menyebabkan trombositopenia. Riwayat keluarga umumnya tidak didapatkan.10,11
Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya didapatkan bukti adanya perdarahan tipe
trombosit (platelet-type bleeding), yaitu petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, atau
perdarahan mukokutaneus lainnya.10,11 Perlu dipikirkan kemungkinan suatu penyakit lain,
jika ditemukan adanya pembesaran hati dan atau limpa, meskipun ujung limpa sedikit
teraba pada lebih kurang 10% anak dengan ITP.1,10 Selain trombositopenia, pemeriksaan
darah tepi lainnya pada anak dengan ITP umumnya normal sesuai umurnya. Pada 15%
penderita didapatkan anemia ringan karena perdarahan yang dialaminya. Pemeriksaan
hapusan darah tepi diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan pseudotrombositopenia,
sindrom trombosit raksasa yang diturunkan (inherited giant platelet syndrome), dan
kelainan hematologi lainnya. Trombosit yang imatur (megatrombosit) ditemukan pada
sebagian besar penderita. Pada pemeriksaan dengan flow cytometry terlihat trombosit pada
ITP lebih aktif secara metabolik,12 yang menjelaskan mengapa dengan jumlah trombosit
yang sama, perdarahan lebih jarang didapatkan pada ITP dibanding pada kegagalan
sumsum tulang.
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang pada anak dengan dugaan ITP, masih
menimbulkan perbedaan pendapat di antara para ahli.1,10,13 Umumnya pemeriksaan ini
dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan,14,15 namun tidak pada kasus-kasus dengan
manifestasi klinis yang khas.16 Pemeriksaan sumsum tulang dianjurkan pada kasus-kasus
yang tidak Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang tidak umum, misalnya demam,
penurunan berat badan, kelemahan, nyeri tulang, pembesaran hati dan atau limpa.
Kelainan eritrosit dan leukosit pada pemeriksaan darah tepi. Kasus yang akan diobati
dengan steroid, baik sebagai pengobatan awal atau yang gagal diterapi dengan
imunoglobulin intravena. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan pada penderita ITP
adalah mengukur antibodi yang berhubungan dengan trombosit (platelet-associated
antibody) dengan menggunakan direct assay. Namun pemeriksaan ini juga belum dapat
membedakan ITP primer dengan sekunder, atau anak yang akan sembuh dengan sendirinya
dengan yang akan mengalami perjalanan menjadi kronis.17 Diagnosis ITP ditegakkan
dengan menyingkirkan kemungkinan penyebab trombositopenia yang lain.10
Bentuk sekunder kelainan ini didapatkan bersamaan dengan systemic lupus
erythematosus (SLE), sindroma antifosfolipid, leukemia atau limfoma, defisiensi IgA,
hipogamaglobulinemia, infeksi HIV atau hepatitis C, dan pengobatan dengan heparin atau
quinidine.1,10,11
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa :
Penatalaksanaan
Kegawat
daruratan
Nafas
B.
=
Oksigen
NaCl
diperlukan
0.9%;
koloid
bila
Penanganan
antidotum
pada
opiat
dilakukan
pada
intoksikasi
obat
oral
dapat
g
charcoal
diberikan
dalam
240
::1-2
30
ml
cairan.
sampai
Dapat
100
gram
diberikan
kejang
dapat
diberikan
diazepan
5
-10
mg
IV
dengan
dosis
Naloxone
reseptor
afinitas
tinggi
opioid
terhadap
Mu
opioid,
kasus
naloxone
juga
pada
Delta
reseptor
()
meskipun
Kappa
()
lebih
kecil
dextrometorfan
belum
jelas,
laporan
penggunaannya
efek
tsamping
idak
ada
Pemberian
Naloxone
0,4
dosis
awal
diberikan
mg
iv
nalokson
menit,
1-2
diberikan
mg
iv
hingga
perbaikan
timbul
respon
depresi
pernapasan,
dilatasi
mencapai
pupil
dosis
atau
maksimal
telah
10
mg
berkurang
dan
pasien
20-40
dpt
menit
kembali
intoksikasi,
pada
keadaan
kesadaran,
respirasi,
pupil
dalam
dan
24
tanda
jam
vital
urine
dan
foto
thorax
5.
Pertimbangkan
ETT
mencegah
aspirasi
()yang
sebagai
bekerja
antagonis
sehingga
dapat
menjadi
Kegawat
daruratan
Nafas
B.
=
Oksigen
NaCl
diperlukan
0.9%;
koloid
bila
Penanganan
opiat
dilakukan
pada
obat
oral
dapat
g
charcoal
diberikan
dalam
240
30
ml
cairan.
sampai
Dapat
100
gram
diberikan
kejang
dapat
diberikan
diazepan
5
-10
mg
IV
dengan
dosis
Naloxone
afinitas
reseptor
tinggi
opioid
terhadap
Mu
antidotum
intoksikasi
pada
opioid,
kasus
naloxone
juga
pada
Delta
reseptor
()
meskipun
Kappa
()
lebih
kecil
dextrometorfan
belum
jelas,
laporan
penggunaannya
efek
tsamping
idak
ada
Pemberian
Naloxone
0,4
dosis
awal
diberikan
1-2
mg
iv
nalokson
menit,
1-2
diberikan
mg
iv
hingga
perbaikan
timbul
respon
depresi
pernapasan,
dilatasi
mencapai
pupil
dosis
atau
maksimal
telah
10
mg
berkurang
dan
pasien
20-40
dpt
menit
kembali
intoksikasi,
pada
keadaan
kesadaran,
respirasi,
pupil
dalam
dan
24
tanda
jam
vital
urine
dan
foto
thorax
5.
Pertimbangkan
ETT
mencegah
aspirasi
Tata laksana ITP pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi farmakologis.
1. Suportif
Pasien dengan perdarahan bermakna secara klinis tetapi tidak mengancam nyawa
( misalnya epistaksis, hematuri dan hematoschezia) dan pasien dengan jumlah
trombosit < 10.000 / bisa diterapi dengan prednison 2-4 mg/kg/hari per oral dalam
3-5 hari. Dosisnya diturunkan secara perlahan-lahan dan diberhentikan. Prednison
lanjutan tidak diberikan tanpa memperhatikan jumlah trombosit kecuali perdarahan
yang bermakna muncul kembali, pada waktu prednison diberikan pada dosis
terkecil sehingga mencapai resolusi episod perdarahan (biasanya 2,5-5 mg 2 kali
perhari). Follow up dilanjutkan sehingga steroid bisa dihentikan sekali lagi, remisi
spontan muncul atau digunakan ukuran terapi yang lain.
b.
Komplikasi
1. Perdarahan pada organ vital merupakan komplikasi yang ditakuti dari ITP.
Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi yang sangat serius tapi jarang
terjadi, hanya kurang dari 1%. Faktor resiko yang paling penting pada perdarahan
adalah jumlah trombosit kurang dari 10.000/L dan rata-rata jumlah trombosit
kurang dari 8 fL. 24-6
2. Reaksi tranfusi
3.
Relaps.
4.
Prognosis
Pada ITP akut bergantung pada penyakit primernya. Bila penyakit primernya
ringan, 90% akan sembuh secara spontan. Prognosis ITP menahun kurang baik, terutama
stadium praleukemia karena akan berakibat fatal. Pada ITP menahun yang bukan
merupakan stadium preleukemia, bila dilakukan splenektomi pada waktunya akan
didapatkan angka remisi sekitar 90%.1 Proses kesembuhan akan terjadi secara spontan pada
anak dengan ITP, namun mungkin dipercepat dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi
atau IVIG, respon tersebut sering hanya bersifat sementara dan tidak memberi
perlindungan terhadap komplikasi perdarahan hebat yang dapat mengancam jiwa. Juga
tidak didapatkan data yang menunjukkan bahwa pengobatan tersebut menurunkan
kemungkinan menjadi ITP kronis.26
Daftar Pustaka
1. Yu WC, Korb J, Sakamoto KM. Idiopathic trombocytopenic purpura. Pediatr Rev
2000;21:95-103.
2. Aerts Erik, derbyshire L, Dooley F, Kelly M, Struijk willy, Taylor Louise et al.
Immune Thrombocytopenia. 2011:3-28.
3.
15. Calpin C, Dick P, Poon A, Fieldman W. Is bone marrow aspiration needed in acute
childhood idiopathic thrombocytopenic purpura to rule out leukaemia. Arch
Pediatr Adolesc Med 1998;152:345-7.
16. George JN, Woolf SH, Raskob GE, dkk. Idiopathic thrombocytopenic purpura: a
practice guideline developed by explicit methods for the American Society of
Hematology.
17. Taub JW, Warrier I, dkk. Characterization of autoantibodies against the platelet
glycoprotein IIb/IIIa in childhood idiopathic thrombocytopenic purpura. Am J
Hematol 1995;48:104-7
18. Abdoerrachman, Affandi, Agusman, Alatas, Dahlan A, Aminullah A, dkk.
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP). Hassan R, Alatas H (eds) dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid I, Fakultas Kedokteran UI, infomedika
Jakarta,2007; hal 479-482
19. Behrman, Kliegman, Arvin. Perdarahan dan Penyakit Trombosit. Samik AS,
Noerhayati, Soebono H, Sunarto, Sunartini, Juffrie M, dkk (eds) dalam Nelson
Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15 vol.2. 2000; hal 1746-1747.
20. Purwanto, Ibnu. Purpura Trombositopenia Idiopatik. Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds) dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran UI ,jilid II edisi IV, 2006; hal 669-674
21. Lanzkowsky P. Manual of pediatric haematology and oncology, edisi ke 2. New
York: Churchill Livingstone, 1995. h. 196-201.
22. Corrigan JJ. Platelet and vascular disorders. Dalam: Miller DR, Baehner RL,
penyunting. Blood disease of infancy and childhood, edisi ke 6. Philadelphia:
Mosby co 1990. h. 793-5.
23. Lilleyman JS. Intracranial haemorrhage in idiopathic thrombocytopenic purpura.
Pediatric Haematology Forum of the British Society for Haematology. Arch Dis
Child 1994;71:251-3.
24. Imbach P, dkk. Intravenous immunoglobulin versus oral corticosteroids in acute
immune thrombocytopenic purpura in childhood. Lancet 1985;ii:464-8.
25. Chessells J. Chronic idiopathic thrombocytopenic purpura: primum non nocere.
Arch Dis Child 1989;64: 1326-8.
26. Buchanan GR, Holtkamp CA. Prednison therapy for children with newly
diagnosed idiopathic thrombocytopenic purpura: A randomized clinical al trial.
Am J Pediatr Hematol Oncol 1984;6:355-61