You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa merupakan salah satu dari sekian banyak biji tanaman yang dapat

digunakan dalam pembuatan minyak. Minyak yang terbuat dari kelapa banyak
digunakan masyarakat sebagai minyak goreng. Pembuatan minyak kelapa secara
tradisional dilakukan dengan pemanasan pada suhu tinggi. Pembuatan minyak
kelapa secara tradisional ini banyak menimbulkan kerugian. Sebagai contoh,
pemanasan yang tinggi dapat mengubah struktur minyak serta menghasilkan
warna minyak kurang baik. Dewasa ini telah ditemukan suatu metode pembuatan
minyak kelapa yang dapat mengurangi kerugian-kerugian tersebut di atas.
Metode ini didasarkan pada penemuan bioteknologi sederhana, yaitu penggunaan
Saccharomyces sp untuk memisahkan minyak dari karbohidrat dan protein yang
terdapat dalam sel-sel endosperm biji kelapa. Metode ini lebih dikenal dengan
Pembuatan Minyak Kelapa dengan Menggunakan Ragi atau Pembuatan Minyak
Kelapa secara Fermentasi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara memisahkan minyak kelapa dari santan dengan metode
fermentasi dan enzimatis serta mengetahui perbedaaan apa yang didapatkan dari
berbagai variabel yang sudah ditentukan.

1.3 Tujuan Praktikum


1. Memisahkan minyak kelapa dari santan dengan metode fermentasi dan
enzimatis.
2. Membandingkan hasil minyak yang diperoleh dengan berbagai variabel.
1.4 Manfaat Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui proses pemisahan minyak dari santan dengan
metode fermentasi dan enzimatis serta membandingkan setiap variabel.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Minyak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter
(C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak
dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak
dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut (Herlina,
2002).
Minyak kelapa merupakan bagian yang paling berharga dari buah kelapa
dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri atau sebagai minyak goreng.
Minyak kelapa dapat diekstraksi dari daging buah kelapa atau daging kelapa
yang dikeringkan. Kandungan minyak pada kopra umumnya 60 65%,
sedangkan daging buah kelapa sekitar 43%. Minyak kelapa merupakan ester dari
gliserol dan asam lemak (Syafrini, 2009).

2.2 Kandungan Asam Lemak Minyak Kelapa


Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa digolongkan
kedalam asam laurat karena kandung asam lauratnya paling besar jika
dibandingkan dengan asam lemak lainnya, komposisi asam lemak minyak
kelapa dipaparkan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa
Asam Lemak
Asam Lemak Jenuh :
Asam Kaproat
Asam Kaprilat
Asam Koprat
Asam Laurat
Asam Palmitat
Asam Stearat
Asam Arachidat
Asam Lemak Tak Jenuh :
Asam Palmitoleat

Rumus Kimia

Jumlah (%)

C5H11COOH
C7H15COOH
C9H19COOH
C11H23COOH
C13H27COOH
C17H35COOH
C19H39COOH

0 0,8
5,5 9,5
4,5 9,5
44 52
7,5 10,5
13
0 0,4

C15H29COOH

0 1,3
2

Asam Oleat
Asam Linoleat
(Syafrini, 2009)

C17H33COOH
C17H31COOH

58
1,5 2,5

2.3 Cara Pembuatan Minyak Kelapa


a. Cara Pemanasan
Pengolahan minyak kelapa dengan cara ini merupakan metode
pembuatan minyak kelapa yang telah umum dilakukan oleh petani.
Parutan daging buah kelapa ditambah air lalu diaduk-aduk kemudian
diperas untuk menghasilkan santan. Santan selanjutnya diperam selama
12 jam, krim yang berada pada lapisan atas dipisahkan dari skim. Krim
yang diperoleh dipanaskan sampai terbentuk blondo yang berwarna
kecoklatan. Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk menghasilkan
minyak.
Minyak kelapa yang diolah secara tradisional dengan pemanasan
dikenal dengan nama minyak klentik. Minyak klentik umumnya berkadar
air cukup tinggi yakni 0,10-0,11% dan kadar asam lemak bebas 0,080,09%. Minyak tersebut jika disimpan dalam wadah plastik atau botol
tembus cahaya selama dua bulan, maka minyak menjadi tengik karena
terjadi proses oksidasi yang menyebabkan minyak berbau tengik. Hal
tersebut ditandai dengan meningkatnya kadar air dan asam lemak bebas
masing-masing menjadi 0,18-0,20% dan 0,16-0,18%. Minyak klentik
yang dihasilkan dengan cara tradisional sebaiknya tidak disimpan lama
atau segera dikonsumsi (Karouw, 2010).
b. Cara Fermentasi
Tahapan pembuatan VCO dengan cara fermentasi diawali dengan
ekstraksi santan dari daging buah kelapa. Santan didiamkan selama 2-3
jam, sehingga terbentuk 3 lapisan yaitu: krimSteivie Karouw dan Budi
Santosa: Minyak kelapa sebagai sumber asam lemak rantai medium 75
(atas), skim (tengah), dan endapan (bawah). Krim yang diperoleh
ditambah minyak pancing (minyak starter) dengan perbandingan 1 : 3.
Campuran krim dan minyak pancing difermentasi selama 8 - 10 jam.
Pada akhir proses fermentasi akan terbentuk 3 lapisan yaitu: lapisan atas

(minyak), lapisan tengah (blondo), dan lapisan bawah (air). Minyak


dipisahkan secara hati-hati dengan cara disaring menggunakan batu
zeolit. Blondo yang merupakan hasil ikutan masih mengandung minyak
sekitar 10-15%. Blondo yang diperoleh selanjutnya dipanaskan selama
15 menit untuk menghasilkan minyak klentik (Karouw, 2002).
c. Cara Sentrifugasi
Cara sentrifugasi pada prinsipnya sama dengan cara fermentasi
untuk tahap penyiapan krimnya. Krim yang diperoleh diaduk
menggunakan hand mixer selama 30 menit untuk memecah emulsi
santan, kemudian disentrifugasi. Selanjutnya minyak dipisahkan dengan
cara disaring. Blondo yang dihasilkan selanjutnya dipanaskan untuk
mendapatkan minyak goreng (Karouw, 2002).
Dalam penggunaan metode sentrifugasi ini terdapat sebuah alat
yang penting. Alat yang diperlukan dalam metode ini adalah sentrifugase.
Yang dimaksudkan agar segala bentuk proses pemisahan zat dapat
dipercepat. Prinsip kerjanya yaitu dimana objek diputar secara horizontal
pada jarak radial dari titik dimana dititik tersebut dikenekan gaya. Pada
saat objek diputar, partikel-partikel yang ada akan berpisah dan berpencar
sesuai berat jenis masing-masing partikel. Dengan gaya yang paling
berperan adalah gaya sentrifugal. Dengan adanya teknik ini, proses
pengendapan suatu bahan akan lebih cepat dan optimum dibandingkan
dengan teknik biasa (Anonim, 2012). Sehingga nanti akan terbentuk
lapisan dari paling atas minyak, protein dan air berdasarkan perbedaan
densitasnya.
d. Cara Enzimatis
Salah satu terobosan dalam pembuatan minyak kelapa adalah
dengan menggunakan enzim. Salah satu enzim yang dapat digunakan
dalam pembuatan minyak kelapa secara enzimatik adalah enzim
bromelin. Enzim bromelin merupakan enzim proteolitik seperti halnya
renin (renet), papain dan fisin yang mempunyai sifat menghidrolisis
protein dan menggumpalkan susu. Enzim bromelin dapat mempercepat
proses perusakan sistem emulsi santan yang akan di hidrolisis menjadi

asam-asam amino melalui ikatan peptida (Effendi, 2012). Sama halnya


dengan cara fermentasi, zat yang mengandung enzim dimasukkan ke
dalam media lalu didiamkan hingga beberapa waktu. Kemudian lapisan
yang terbentuk bagian atas adalah minyak.
e. Cara Pengasaman
Pada proses pembuatan minyak kelapa dengan metode pengasaman
ini, santan yang merupakan emulsi atau campuran homogen antara
minyak dengan air oleh adanya protein ditambah dengan suatu asam.
Penambahan asam ini bertujuan untuk mengubah pH campuran homogen
atau emulsi tersebut sehingga protein yang ada dalam minyak akan
terpisah karena proses koagulasi atau penggumpalan.
Asam yang biasa dipakai untuk pembuatan minyak ini adalah asam
cuka dengan pertimbangan bahwa asam ini juga biasa dikonsumsi
sebagai makanan.
Proses pembuatan minyak kelapa dengan metode pengasaman
dilakukan tanpa menggunakan pemanas. Dari segi ekonomi, hal ini
berarti akan mengurangi biaya produksi karena tidak memerlukan bahan
bakar minyak ataupun bahan bakar yang lainnya. Apabila ditinjau dari
segi kimia, proses yang tanpa pemanasan ini memungkinkan dapat
mengurangi rusaknya berbagai senyawa kimia dalam daging kelapa.
Hasil minyak kelapa dengan metode pengasaman memakai asam
cuka bersifat jernih agak kekuningan, berbau harum spesifik dan tahan
lama. Oleh karena itu, perlu dicoba membuat dengan memakai jenis
asam yang lain, baik sebagai bahan kimia maupun memakai buah yang
banyak mengandung asam, seperti belimbing, asam, dan sebagainya.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fermentasi
Faktor yang mempengaruhi proses

fermentasi minyak

kelapa

diantaranya adalah jenis mikroba atau starter dan konsentrasi starter. Mikroba
dapat berperan dalam proses fermentasi karena mengandung enzim yang
diperlukan dalam reaksi-reaksi kimia tersebut. Enzim yang terdapat dalam
setiap mikroba mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memecah

emulsi santan. Sehinggaperbedaan mikroba pada ragi tempe dan ragi tape
dapat menyebabkan hasil produksi minyak kelapa yang terbentuk berbeda,
baik dari kualitas maupun rendemen yang dihasilkan. Kecepatan suatu enzim
yang terdapat pada mikroba tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada
suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan
bertambahnya konsentrasi enzim (Fadhli, 2015).
2.5 Kerusakan Minyak Kelapa
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik
yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal
asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Radikal bebas dengan O 2 membentuk
peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat tidak
stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih
pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim.
Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak,
aldehida-aldehida, dan keton yang bersifat volatile dan menimbulkan bau
tengik pada lemak (Patty, 2015).
2.6 Manfaat Minyak Kelapa
Minyak kelapa dengan komponen utamanya asam laurat mempunyai
beberapa manfaat. Manfaat tersebut antara lain:
1) mengurangi resiko aterosklerosis dan penyakit yang terkait,
2) menurunkan resiko kanker dan penyakit degeneratif lainnya,
3) membantu mencegah infeksi virus,
4) mensupport sistem kekebalan tubuh,
5) membantu mencegah osteoporosis,
6) membantu mengontrol diabetes,
7) memulihkan kembali (kehilangan) berat badan,
8) menyediakan sumber energi yang cepat,
9) menyediakan sedikit kalori dibandingkan dengan lemak lain,
10) menyediakan nutrisi penting untuk kesehatan,
11) memperbaiki sistem pencernaan dan penyerapan nutrisi,

12) membantu kulit tetap lembut dan halus,


13) membantu mencegah kanker kulit,
14) tidak mengandung kolestrol,
15) tidak menaikkan kolestrol darah, dan
16) tidak menyebabkan kegemukan (Karouw, 2010).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Praktikum
3.1.1 Pembuatan Santan
Tunggu
2 jam hingga dingin
Memanaskan aquadest sampai
Mencampur
mendidih
kelapa
pada parut
suhu 100oC
dan aquadest
padasampai
suhu 60oC

Terbentuk lapisan Krim dan Skim

3.1.2 Pembuatan Starter


Sterilisasi dalam autoclave
Mencampur skim, air kelapa, danMengaduk
sukrosa hingga homogen

Tutup dengan aluminium foil, inkubasi selama


waktu yang ditentukan
Menambahkan
ragi dan sari buah nanas.

3.1.3 Fermentasi Santan


Inkubasi
dalam inkubator
Campur Krim
Atursantan
pH, cek
dengan
densitas
starter
tiap variabel, dan tutup dengan
aluminium
foil

3.1.4 Analisa Hasil Minyak

Santan yang sudah di fermentasi menjadi 3 lapis


Campuran
(minyak,yang
protein,
bebas
air)
air dimasukkan cuvet dan di sentrifuga

Minyak kelapa didapatkan dari dalam cuvet dan di ukur volumenya

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Bahan
a. Kelapa parut 1,5 kg
b. Gula pasir 9 gr
c. Sari jeruk 6 ml
d. Sari nanas 6 ml
e. Ragi tape 9 gr
f. Air kelapa 200 ml
g. Skim 200 ml
h. Krim 200 ml
3.2.2 Alat
a. Erlenmeyer
b.
c.
d.
e.
f.

Pipet tetes
Gelas ukur
Cuvet
Kompor listrik
Indikator pH

g.
h.
i.
j.
k.
l.

Pengaduk
Beaker glass
Inkubator goyang
Neraca analitik
Aluminium foil
Centrifuge

m.
n.

3.3 Gambar Alat


o.
No

p.

Gambar Alat

q.

Nama Alat

t.

Erlenmeyer

w.

Pipet Tetes

.
s.
r.
1.

v.
u.
2.

y.
x.

z.

3.

Gelas Ukur

ab.
aa.

ac.

4.

Cuvet

ae.
ad.

af.

5.
ag.

ah.

6.
aj.

ak.

7.

al.

Kompor Listrik

ai.
am.

Indikator pH
Pengaduk

ao.
an.

ap.

8.

Beaker Glass

ar.
aq.

as.

9.

Inkubator
Goyang

au.
at.
10.

av.

Neraca Analitik

ay.

Aluminium foil

ax.
aw.
11.
ba.
az.
12.

bc.

bb.

Centrifuge

bd.

3.4 Prosedur Praktikum

be.

3.4.1 Pembuatan Santan


a. Panaskan aquadest sampai mendidih pada suhu 100oC, lalu dinginkan
sampai suhu 60C. Campur dengan kelapa yang sudah diparut dengan
perbandingan 1:1 yaitu 1,5 kg kelapa dalam 1,5 liter aquadest.
b. Dinginkan selama 2 jam pada suhu kamar.
c. Setelah 2 jam terbentuk 2 lapisan (krim dan skim).

bf.

3.4.2 Pembuatan Starter


a. Campur skim dengan air kelapa dalam erlenmeyer dengan perbandingan 50
ml : 50 ml kemudian tambah nutrient sesuai variabel.
b. Aduk campuran hingga homogen dan sterilisasi dalam autoclave.
c. Setelah steril, ke dalam media tersebut diinokulasikan campuran biak murni
dalam erlenmeyer steril pada ruang aseptis.
d. Tutup dengan kapas steril, inkubasi dalam ikubator goyang pada suhu kamar
selama waktu yang ditentukan

bg.

3.4.3 Fermentasi Santan


a. Campur krim santan yang telah bebas air sebanyak volume tertentu dan
starter dengan perbandingan 50 ml : 50 ml dalam erlenmeyer pada ruang
aseptis.
b. Atur pH 7 menggunakan asam asetat dan ditutup dengan aluminium foil.
c. Inkubasikan dalam inkubator selama 3 hari.

bh.

3.4.4 Analisa Hasil Minyak Kelapa


a. Santan yang telah selesai difermentasi akan terlihat menjadi 3 lapisan
(minyak, protein, dan air).
b. Masukan campuran yang telah dibebaskan dari air ke dalam cuvet untuk
disentrifugasi pada kecepatan putaran 3500 rpm selama 15 menit.
c. Minyak kelapa dapat diambil dari cuvet dan diukur volumenya, minyak
kelapa selanjutnya dapat dikenakan analisa yang lain.
bi.

bj.
bk.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

bl.
bm.

4.1 Fenomena pH dari Tiap Variabel


8
6
pH

Variabel 1

Variabel 2

Variabel 3
Variabel 4

Har i 1

Har i 2

Har i 3

Hari

bn.
bo. Gambar 4.1 Grafik Hubungan Hari vs pH
bp. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pH santan setelah fermentasi,
yaitu sekitar pH 3-4. pH fermentasi mengalami penurunan dari pH awal yang
telah diatur untuk setiap variabel yaitu pH 7. Hal ini disebabkan selama
fermentasi terjadi perombakan

kabohidrat yang terkandung dalam santan

menjadi asam-asam organik oleh mikroba yang terdapat pada ragi tape, dan
enzim bromelain yang terkandung dalam sari buah nanas. Dari hasil pengamatan
pH setelah fermentasi titik isoelektrik protein berada pada pH 3-4. Konsep dasar
dari pengolahan minyak secara basah adalah memecahkan lapisan tipis yang
membungkus minyak dengan jalan mengganggu titik isoelektrik. Titik isoelektrik
adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan nol
akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa
(Intan, 2008).
bq.
br.

4.2 Fenomena Densitas Tiap Variabel


1
0.99
0.98

Variabel 1

Densitas (gr/ml) 0.97

Variabel 2

0.96
0.95
Hari 1

Variabel 3
Hari 2

Hari 3

Variabel 4

Hari

bs.
bt. Gambar 4.2 Grafik Hubungan Hari vs Densitas
bu. Berdasarkan grafik di atas menunjukkan perubahan densitas pada
setiap variabel. Perubahan densitas dipengaruhi oleh aktifitas enzim dalam

memecah ikatan protein yang mengikat minyak kelapa tersebut. Berdasarkan


hasil analisa, perubahan densitas pada setiap variabel mengalami penurunan. Hal
ini diakibatkan oleh volume minyak yang dipisahkan dari emulsi santan semakin
banyak dengan massa larutan starter+krim yang lebih sedikit sehingga densitas
yang dihasilkan mengalami penurunan pada setiap variabelnya. (Rosdiana,
2008).
bv.
bw.

4.3 Fenomena Variabel 1 dan 3 pada Perolehan Minyak


bx. Dari hasil praktikum diperoleh volume minyak pada variabel 1
sebanyak 19 ml dan variabel 3 sebanyak 20,5 ml. Minyak diperoleh dari
ekstraksi krim santan. Krim santan adalah emulsi tetap (permanen emulsi) antara
minyak dan air. Molekul minyak terdispersi dalam molekul air dengan kelilingi
oleh lapisan protein. Untuk dapat mengeluarkan minyak dari lapisan proteinnya
maka lapisan protein ini harus dapat diputus atau dibuka. Cara-cara yang dapat
dilakukan untuk memecah emulsi adalah dengan melalui pemanasan atau
penggunaan asam (Destialisma, 2012). Dalam praktikum kali ini jumlah nutrisi
yang diberikan pada variabel 1 lebih sedikit dibandingkan dengan variabel 3.
Sehingga proses pemecahan emulsi menggunakan cara pengasaman lebih cepat
dilakukan pada variabel 3. Sehingga hasil minyak yang diperoleh lebih banyak.
by.

bz.

4.4 Sumber Enzim Dari Sari Buah Selain Nanas (Kelompok Enzim

Protease)
1. Enzim Actinidin Pada Sari Buah Kiwi
ca. Buah kiwi selama ini telah dikenal sebagai salah satu jenis buah yang
tinggi kandungan nutrisi dan vitamin C. Namun lebih dari itu, kiwi
sebenarnya juga menyimpan manfaat tersembunyi yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh manusia.
cb.Di balik kulit coklatnya yang berbulu serta daging buah berwarna
hijau, kiwi ternyata mengandung satu enzim pencernaan yang dapat
membantu penyerapan protein. Enzim itu disebut actinidin. Ini adalah enzim
protease (penghancur protein) yang ada pada buah kiwi hijau, berfungsi
mencerna protein sehingga mudah diserap tubuh (Kompas, 2012).
2. Enzim Urease Pada Sari Kacang Kedelai
cc. Urease adalah sebuah protein yang ditemukan dalam bakteri, kapang,
dan beberapa tanaman tingkat tinggi. Karakteristiknya yaitu pH optimum 7,4
suhu optimum 64 celcius dengan spesifikasi enzimatis : urea dan hidroksi
urea. Beberapa tanaman memanfaatkan ureases untuk keperluan yang sama.

Ureases ditemukan dalam jumlah yang besar pada jack bean, kacang kedelai
dan beberapa biji tanaman lainnya (Ezza, 2012).
3. Enzim Papain Dari Sari Buah Pepaya
cd.Buah pepaya merupakan buah tropis yang enak rasanya dan banyak
mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Buah pepaya umumnya
mengandung air dan karbohidrat, rendah kalori dan kaya akan vitamin dan
mineral khususnya vitamin A dan C serta mineral kalium (K). Selain sebagai
penghasil buah, tanaman pepaya juga memiliki banyak khasiat. Hampir semua
bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, batang, daun,
kuntum bunga, kulit pohon, sampai getahnya.
ce. Batang, daun, dan buah pepaya mengandung getah berwarna putih
yang mengandung enzim pemecah protein atau proteolitik yang biasa disebut
papain. Papain [EC. 3.4.22.2] adalah satu dari enzim proteolitik asal tanaman
yang secara intensif digunakan dalam proses pembuatan roti, pengempukan
daging, pelembutan kulit, defibrinating luka, pelepasan gum pada sutera dan
wool serta untuk pengobatan penyakit edema.
cf. Papain banyak digunakan dalam berbagai proses industri, sehingga
prospek ekonomis papain tampaknya semakin cerah. Oleh karena itu
eksplorasi penelitian dan pemanfaatan papain terus dilakukan. Ada penelitian
tentang pengaruh jenis substrat terhadap aktivitas proteolitik enzim papain
amobil.
cg.Pemanfaatan papain untuk penghilangan lapisan kapur pada teripang
pasir telah dilakukan. Penggunaan enzim papain sebanyak 4% mampu
menghilangkan lapisan kapur pada tubuh teripang dan tidak menyebabkan
lapisan kulit hitam pada punggung teripang rusak.
ch.Sebagai enzim proteolitik, papain diharapkan memiliki aktivitas yang
tinggi dan tahan terhadap lingkungan yang ekstrim seperti suhu yang tinggi
dan pH yang rendah (Malle, 2015).
ci.
cj.

ck.
cl.

BAB V
PENUTUP

cm.
cn.

5.1 Kesimpulan
1. Semakin lama fermentasi maka kadar pH nya semakin turun.
2. Semakin lama fermentasi maka densitasnya semakin menurun.
3. Jumlah minyak yang diperoleh juga dipengaruhi jumlah starter yang
ditambahkan.
co.

cp.

5.2 Saran
1 Mensterilkan bahan sebelum praktikum untuk meminimalisir kontak dengan
kontaminan.
2 Memastikan mengatuh pH dengan teliti sesuai dengan prosedur.
3 Memastikan semua variabel sudah dimasukkan.

cq.
cr.

cs.

DAFTAR PUSTAKA

ct.
cu.

Destialisma. 2012. Pengaruh Penggunaan Starter Air Kelapa Terhadap


Rendemen Produksi Minyak Kelapa. Staf Peneliti Pada Bptp Bali

cv.

Effendi, Arnela Meida, Winarni, Woro Sumarni. 2012. Optimalisasi


Penggunaan Enzim Bromelin dari Sari Bonggol Nanas dalam Pembuatan
Minyak Kelapa. Indonesian Journal of Chemical Science 2012 ISSN NO 22526951.

cw. Fadhli, Haiyul. 2015. Pembuatan Minyak Kelapa. http://www.haiyulfadhli.tk/2015/12/pembuatan-minyak-kelapa.html. Diakses pada tanggal 18
oktober 2016.
cx.

Herlina Netti dan M. Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara

cy.

Intan Deasy Ariwianti, Kristina Ari Cahyani. 2008. Pembuatan Minyak Kelapa
Dari Santan Secara Enzimatis Menggunakan Enzim Papain Dengan
Penambahan Ragi Tempe. Makalah Penelitian. Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang.

cz.

Karouw, Steivie dan Budi Santosa. 2002. Minyak Kelapa Sebagai Sumber
Asam Lemak Rantai Medium. Balai Penelitian Tanaman Palma. Manado.

da.

Malle, Dominggus, Ivonne Telussa, Astrid A. Lasamahu. 2015. Isolation And


Characterization Of Papain From The Latex Of Papaya (Carica Papaya L).
Isolasi Dan Karakterisasi Papain Dari Buah Pepaya (Carica Papaya L) Jenis
Daun Kipas. Ind. J. Chem. Res., 2015, 2, 182 189.

db.

Mardiah, Elida. 2011. Mekanisme Inhibisi Enzim Polifenol Oksidase Pada Sari
Buah Markisa Dengan Sistein Dan Asam Askorbat. Laboratorium Biokimia
Jurusan Kimia Fmipa Unand. J. Ris. Kim Vol. 4, No. 2, Maret 2011 ISSN :
1978-628x.

dc.

Patty, Paulus Valentino. 2015. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap


Ranciditas Minyak Kelapa yang Diproduksi Secara Tradisional. Alumni
Program Studi Pendidikan Biologi. Jurnal Biopendix, Volume 1, Nomor 2,
Maret 2015, hlm. 137-142 Paulus.

dd.

Rosdiana Moeksin, Yuni Rahmawati, Puspa Rini. 2008. Pengaruh Penambahan


Papain Terhadap Kualitas Vco Dengan Metode Enzimatis, Sentrifugasi Dan
Pemanasan. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Jurnal Teknik Kimia, No.1, Vol. 15, Januari 2008.

de.

Syafrini, Elfi. 2009. Proses Pembuatan Minyak Kelapa. Frepository.usu.ac.id.

df.

Anonim. 2012. Sentrifugasi.


http://sentrifugasi2012.blogspot.co.id/2012/09/sentrifugasi.html .
(Diakses pada tanggal 8 November 2016).

dg.

Ezza. 2012. Makalah Enzim Urease.


http://ezzablogs.blogspot.co.id/2012/04/makalah-enzim-urease.html. (Diakses
pada tanggal 8 November 2016).

dh.

Kompas. 2012. Kiwi, si Mungil Sahabat Usus.


http://health.kompas.com/read/2012/05/09/08431116/Kiwi.Si.Mungil.Sahabat.
Usus. (Diakses pada tanggal 8 November 2016).
di.

You might also like