Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Koma miksedema merupakan salah satu penyakit kedaruratan pada
kelenjar tiroid yang membahayakan jiwa akibat hipotiroidisme ekstrim.
Hipotiroidisme adalah gangguan umum disertai gambaran klinis yang luas,
pasien dapat asimptomatik atau dapat mengalami sakit berat disertai koma
miksedema. Hipotiroidisme sering terjadi pada wanita dan insidennya
meningkat sesuai bertambahnya usia. Sekitar 10% sampai 15% pasien lansia
mengalami peningkatan TSH akibat hipotiroidisme dan penapisan rutin
kelompok berisiko tinggi sering dilakukan pada lingkungan keperawatan
primer (Morton, 2011).
Koma miksedema biasanya dijumpai pada lansia yang mengalami
hipotiroidisme dan tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Koma
miksedema lebih sering terjadi pada wanita lansia yang mengalami tiroiditis
otoimun. Koma miksedema juga dapat terjadi setelah penyakit akut tiroiditis
otoimun pada wanita lansia. Pajanan yang lama terhadap cuaca dingin pada
individu lansia dapat menimbulkan gangguan ini (Corwin, 2009).
Menurut data insiden pada umumnya koma miksedema mengenai
individu berusia 30-50 tahun. Hipotiroidisme sering terjadi pada wanita yang
memiliki jumlah prevelensi 1-2% dan meningkat dengan usia (10% dewasa >
65 tahun). Koma miksedema merupakan hipotiroidisme paling serius dan
sering di picu oleh penyakit lain. Koma miksedema juga dapat meningkatkan
mortalitas 100 % jika tidak diobati (Smeltzer, 2002). Angka kematian dapat
diturunkan hingga kurang dari 20% dengan tirotoksikosis yang terkendali dan
penanganan dini krisis tiroid.
Koma miksedema menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling
ekstrim dan berat, di mana pasien mengalami hipotermia dan tidak sadarkan
diri. Pasien dapat mengalami gejala depresi respiratorik sehingga timbul
hipoventilasi alveolar, retensi CO2 progresif, keadaan narcosis dan koma,
disertai dengan kolaps kardiovaskuler dan syok. Pasien dengan koma
miksedema memerlukan terapi yang agresif dan intensif. Namun, terapi yang
tentang
kasus
tersebut
terutama
mengenai
diagnosis
dan
Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah pembelajaran materi ini, mahasiswa diharapkan mampu memberikan
asuhan
keperawatan
pada
pasien
dengan
koma
miksedema
secara
komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid
2) Menjelaskan hormon yang terdapat pada kelenjar tiroid
3) Menjelaskan definisi koma miksedema
4) Menjelaskan etiologi koma miksedema
5) Menjelaskan WOC pada koma miksedema
6) Menjelaskan penatalaksanaan koma miksedema.
a. Pemeriksaan penunjang
b. Medis
7) Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan koma miksedema
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Anatomi
Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus yang terletak di sebelah kanan
dan kiri trakhea, dan diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut
istmus tiroid dan yang melintasi trakhea di sebelah depannya.
Struktur. Kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi
oleh epitelium silinder, mendapat persediaan darah berlimpah-limpah dan
yang disatukan oleh jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang
bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang mengandung zat snyawa yodium; zat
aktif yang utama dari senyawa yodium ini adalah hormon tiroksin. Sekret ini
mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah darah, baik langsung
ataupun melalui saluran limfe (Pearce, 2008).
Hormon tiroid (thyroid hormon, TH) adalah hormon amina yang di sintesis
dan dilepaskan dari kelenjar tiroid. Hormon ini dibentuk ketika satu atau dua
molekul iodin disatukan dengan glikoprotein besar disebut tiroglobulin, yang
disintesis di kelenjar tiroid dan mengandung asam amini tirosin. Kompleks
yang mengandung iodin disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian
menyatu untuk membentuk dua jenis TH yang bersirkulasi disebut T 3 dan T4.
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodin yang dikandungnya.
Sebagian besar (90%) HT yang dilepaskan ke dalam aliran darah adalah T 4
tetapi T3 secara fisiologis lebih poten (Corwin,2009).
2.1.2 Fisiologi
Sekresi tiroid diatur oleh sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar
hipofisis, yaitu oleh hormon tirotropik. Fungsi kelejar tiroid sangat erat
bertalian dnegan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia
dalam
jaringan;
bekerja
sebagairangsang
proses
oksidasi,
mengatur
2.3 Etiologi
Koma tercetus pada pasien hipotiroid kronis karena terpajan dingin,
infeksi, hipoglikemia, agen depresan pernafasan, reaksi alergi, atau stres
metabolik lainnya.(Graber,dkk.2006)
Koma miksedema lebih sering terjadi pada wanita lansia yang
mengalami tiroiditis otoimun, pajanan yang lama terhadap cuaca dingin pada
individu lansia dapat juga menimbulkan gangguan tersebut(Corwin,2009).
a.
b.
c.
d.
2.4 Patofisiologi
Pada hipotiroidisme terjadi penurunan metabolism basal dan pasien
mudah merasa kedinginan. Penggunaan oksigen, ventilasi, dan eritropoiesis
akan berkurang. Berkurangnya lipolisis mendorong peningkatan berat badan
dan hiperlipidemia sedangkan berkurangnya pemecahan kolesterol menjadi
asam empedu dengan segera menyebabkan hiperkolesterolemia sehingga
memudahkan
terjadinya
aterosklerosis.
Gangguan
glikogenolisis
dan
otonom
akan
berkurang
pada
hipotiroidisme.
Eksitabilitas
tulang
menjadi
terlambat
pada
anak-anak.
Retardasi
nodular
Hipoventilasi
Penurunan fungsi mental
Keletihan yang berat
Intoleransi aktivitas
Hiporefleksia
Gagal jantung dan gagal nafas
Menurut Linda (2009), manifestasi klinis koma miksedema adalah
sebagai berikut:
a. Kulit pucat, dengan warna kekuningan yang dihasilkan dari peningkatan
deposito karoten.
b. Penurunan metabolic rate ditandai dengan hipotermia, hypoventilasi,
hypoxemia, hyponatremia, hipoglikemia, bradicardia, hipercolesterol,
hyperlipidemia dan anemia.
c. Output urine menurun
d. Peristaltic usus menurun,anoreksia,kelebihan BB,konstipasi
e. Kelemahan,somnolen,suara parau,depresi,apatis,letargi.
f. Penurunan reabsorpsi tulang
untuk
menjenuhkan
sema
protein
yang
berikatan
dan
awal
komplikasi.
Seiring
penyembuhan
pasien,
fokus
dan
hemodinamik.
agen
vasopresor,
untuk
memperbaiki
stabililitas
e. 500 mikrogram tiroksin (T4) IV yang diikuti dengan tiroksin oral 0,1 mg
setiap hari. T4 IV dapat digantikan dengan 40 mikrogram T3 IV jika
tersedia.
f. Hiponatremia dan hipoglikemia sering terjadi dan harus diobati dengan
benar.
g. Hipotermia atau kehilangan panas harus dihindari.
Nilai T3 dan T4
2.8 WOC
Pasien hipotiroid kronis akibat terpajan
suhu dingin, infeksi, agen depresan
pernafasan, reaksi alergi, tiroiditis otoimun,
trauma, usia, gagal minum obat
Hipotiroidisme
Koma Miksedema
T3 normal
: 80-160 g/dl
T4 normal
: 4-11 g/dl
T3
T4
Ginjal
Defisiensi T3 dan T4
Jantung
Tulang
Penurunan hormon
aldosteron
Penurunan respon
ventilatorik
Hormon calsitonin
MK : Kelebihan
volume cairan
Penurunan
kontraktilitas
atrium
aritmia
Osteoporosis
otot jantung
Sistem pernafasan
MK : Resiko
Cidera
Mipopati otot
saluran nafas
Kelemahan
diafragma
Hipoventilasi
alveolus kronik
HR
MK : Kelemahan
MK :
Gangguan
Laju
metabolisme
basal
produksi panas
stimulasi Na+, K+ ,
ATPase dalam
semua jaringan
MK :
Hipotermia
Gastrointestinal
Motilitas usus
MK :
g. Pengkajian psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri/bahkan mania. Klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. mengkaji bagaimana konsep diri klien mencakup
kelima komponen konsep diri.
h. Pengkajian fungsi seksual
1. Penurunan libido
2. Impotensi, infertilitas
3. Abnormalitas menstruasi (amenorea atau perdarahan menstruasi lama)
2) Pemeriksaan fisik persistem
a. B1 (Breathing)
Terdapat penurunan pernapasan seperti hipoventilasi, penahanan CO2,
dispnea, edema, penahanan air, bisa terjadinya efusi pleura.Selain itu
terdapat juga tanda-tanda adanya gerakan dada, retraksi atau otot bantu
pernafasan, pada saat auskultasi terdengar adanya bunyi nafas
tambahan (Gurgling, Krakels, ronkhi, wheezes).
b. B2 (Blood)
Terdapat penurunan fungsi jantung seperti penurunan kontraktilitas
jantung, penurunan stroke volume, penurunan HR, dan penurunan
cardiac output. Pasien dapat berkembang menjadi efuse pericardial
sehingga adanya perubahan atau penurunan listrik jantung pada EKG.
Terjadinya hipotensi karena stimulasi adrenergic menurun akibat
penurunan tiroid.
Terdapat juga tanda berupa ekstermitas pucat, dingin, nadi lambat dan
lemah, waktu pengisian kapiler >3 detik, tekanan darah turun, dan
sianosis
c. B3 (Brain)
Terdapat tanda
gejala
akibat
penurunan
metabolism
yang
4) Intervensi Keperawatan
NO
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
(NOC)
Hipotermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
terpajan lingkungan yang dingin
lama)
Pengkajian
1. Catat nilai da
2. Lakukan pem
pasien
3. Kaji gejala h
4. Kaji kondisi
menyebabka
5. Regulasi suh
- Pasang a
- Pantau su
Penyuluhan
1.
-
Ajarkan
pasien la
mencega
-
suhu ding
Ajarkan
tindakan
diperluka
2. Anjurkan k
pakaian yan
memungkin
ruangan, ba
bila perlu
Kolaborat
1. Untuk hipo
teknik men
2
PaO2 80-100 mm Hg
PaCo2 35-45 mm Hg
pH 7,35-7,45
Pemantauan
a. Pantau satura
dengan oksim
aktivitas pas
dapat berpen
hiperkapnea
Saturasi O2 95 %
oksigen.
b. Pantau EKG
mengetahui a
mungkin ber
hipoksemia a
asam-basa.
Pengkajian
a. Kaji status p
irama, dan k
Pasien biasan
pasien dipasa
b. Kaji pasien u
perkembanga
Pengkajian
Tinjau GDA
oksigenasi d
basa.
Penatalaksa
a. Berikan oksi
intruksi (untu
pada terapi v
b. Berikan levo
diresepkan
c. Ubah posisi
oksigenasi d
Evaluasi resp
perubahan po
GDA guna m
untuk oksige
d. Jika pasien s
berikan higin
komplikasi
e. Hindari pem
obat tersebut
lambat oleh p
Pemantauan
a. Pantau EK
mengetahu
bradikardia
berpengaru
Internal QT
dengan to
perubahan
menunjukk
miokardium
permulaan
b. Pantau tek
CVP (jika
Dapatkan
PAWP un
jantung da
terapi. Pant
berpengaru
dan perfusi
c. Pantau sta
haluaran ur
keseimbang
bandingkan
perubahan
menunjukk
cairan.
Pengkajian P
a. Kaji
statu
kualitas
pengisian
peningkata
(JVP) dan
dapat
pericardium
frekuensi
untuk meng
jantung. O
dan iskem
penggantia
b. Kaji
pas
perkemban
Pengkajian D
Tinjau pemeri
TSH harus
jam terapi
hari terapi.
Penatalaksan
a. Berikan cai
untuk mem
Hg,
panta
mengetahu
perkemban
b. Agens vaso
hipotensi re
volume ca
tiroid tidak
bekerja. Pa
untuk meng
Risiko
cedera
dengan
kesadaran
berhubungan
perubahan
dan
tingkat
kekurangan
Kriteria Hasil
Pasien sadar dan berorientasi
Tidak ada kejang
Pasien tidak akan mencederai diri
sendiri
Asupan seimbang dengan haluaran
Natrium serum 135-145 mEq/L
Osmolalitas serum 275-295 mOsm/L
Berat jenis urine 1,010-1,030
Pemanta
a. Pantau
asupan
tentukan
8 jam.
serial: p
kg/hari)
ketidaks
Kenaika
mungkin
b. Pantau
menggu
Glasgow
kesadara
dengan i
Pengkajian
a. Kaji ad
keletihan
b. Kaji stat
pada pa
observas
adanya r
c. Kaji p
mengeta
kaji
mengeta
utama g
d. Kaji p
perkemb
Pengkajian
Tinjau
nat
serum,
Hiponat
status tu
Penatalaksa
a. Jika ka
salin iso
air beba
b. Berikan
cermat.
tentang
c. Lakukan
kejang
d. Hidroko
IV setia
sampai
normal.
e. Pertahan
Orientas
kebingu
BAB III
STUDI KASUS
Kasus semu:
Ny. K usia 55 tahun, BB 48 kg, TB 160 cm, klien datang diantar oleh keluarga ke
RSUD dr. Sutomo dalam kondisi letargi. Sebelumnya klien mengeluh kedinginan
dan menggigil walaupun udara di lingkungan panas. Riwayat penyakit: dua tahun
yang lalu pasien pernah melakukan pengobatan hypotiroid, nafsu makan klien
menurun, rambut rontok, dan sering sesak nafas, klien juga sering merasakan dada
sering berdebar-debar meski tidak melakukan aktivitas berat. Dalam 2 bulan ini
berat badannya sudah menurun drastis dari 65kg menjadi 48kg, nafsu makan tetap
menurun, sesak nafas,pembengkakkan atau edema kulit di bawah mata dan pada
pergelangan kaki .
Hasil pemeriksaan fisik jantungnya membesar, nadi <60 x/menit, matanya
exofthalmus, suhu 30,5c, RR 14 x/menit, TD 150/90 x/menit, urin < 500cc/hari.
Pemeriksaan laboratorium TSH <0,004IU/ml, FT4 20g/dl, FT3 15pg/dl .
Kemudian oleh dokter disarankan untuk melakukan pemeriksaan iodium
radioaktif dan fineddle aspiration biopsy (FNAB).
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan kedinginan dan menggigil walau udara di lingkungan
panas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan dalam 2 bulan ini berat badannya sudah menurun drastis
dari 65kg menjadi 48kg, nafsu makan tetap mnenurun, sesak
nafas,pembengkakkan atau edema kulit di bawah mata dan pada
pergelangan kaki.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan dua tahun yang lalu klien pernah melakukan
pengobatan hypotiroid, nafsu makan klien menurun, rambut rontok, dan
sering sesak nafas, klien juga sering merasakan dada sering berdebar-debar
meski tidak melakukan aktivitas berat
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
keturunan
e. Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing)
Dispnea, terdapat suara nafas tambahan wheezing (+), RR 14x/m
B2 (Blood)
Terdapat penurunan curah jantung, terdapat kardiomegali TD 150/90
x/menit,nadi <60 x/menit, suhu 30,5C, pemeriksaan laboratorium TSH
<0,004IU/ml, FT4 20g/dl, FT3 15pg/dl
B3 (Brain)
Klien tampak letargi, suara parau, suhu 30,5oC
B4 (Bladder)
Urin < 500 cc/hari, status hidrasi: dehidrasi ringan
B5 (Bowel)
Klien anoreksia, bising usus lambat, konstipasi (+)
B6 (Bone)
Klien terdapat penurunan refleks otot, kulit kering dan bersisik, rambut
kepala tipis dan rapuh, , kuku menebal, rambut rontok, edema kulit
terutama dibawah mata dan pergelangan kaki
2. Analisa data
N
O
1
DATA
DS:
Klien mengatakan
ETIOLOGI
PROBLEM
Penurunan hormon
Hipotermia
tiroid
kedinginan walau
suhu lingkungan
panas
DO:
Klien tampak
menggigil
Suhu : 30,5o C, TD
150/90 x/menit,nadi
<60 x/menit
2
DS :
Keluarga klien
Sebasea kulit
menjadi kering
Produksi panas
menurun
Terpajan suhu
dingin
Hipotermia
Penurunan hormon
Penurunan curah
tiroid
jantung
mengatakan
klienlemas, dada
berdebar saat
beraktivitas
Penurunan
rangsangan jantung
Penurunan
kontraktilitas
DO:
Klien tampak letargi,
terdapat kardiomegali,
RR 14x/m, TD 150/90
x/menit,nadi <60
x/menit, suhu 30,5C,
pemeriksaan
laboratorium TSH
<0,004IU/ml, FT4
20g/dl, FT3 15pg/dl
3. Diagnosa keperawatan
Penurunan volume
sekuncup
Penurunan curah
jantung
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
Hipotermia
(NOC)
Setelah dilakukan
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
terpajan lingkungan
diharapkan klien
kedinginan (dalam
mampu:
waktu lama)
Menunjukkan
termoregulasi, yang
dibuktikan oleh
indikator:
-
Peningkatan
suhu kulit
Suhu mulai
normal 36,50C
Tidak
menggigil
INTERVENSI
(NIC)
Pengkajian
1. Catat nilai dasar tandatanda vital
2. Lakukan pemantauan
jantung pada pasien
3. Kaji gejala hipotermia
4. Kaji kondisi medis
yang dapat
menyebabkan
hipotermia
5. Regulasi suhu.
- Pasang alat pantau
-
Penyuluhan untuk
pasien/keluarga
1. Regulasi suhu
- Ajarkan kepada
pasien, khususnya
pasien lanjut,
tindakan untuk
mencegah
hipotermia akibat
terpajan suhu
-
dingin
Ajarkan indikasi
hipotermia dan
tindakan
kedaruratan yang
diperlukan, jika
perlu
3. Anjurkan klien untuk
mengenakan pakaian
yang hangat jika tidak
memungkinkan untuk
menaikkan suhu
ruangan, bahkan
gunakan jaket, topi
bila perlu
Kolaboratif
1. Untuk hipotermia
berat bantu dengan
teknik
menghangatkan suhu
inti tubuh
2
Penurunan curah
jantung berhubungan
dan berorientasi
TD 90-140 mm Hg
MAP 70-105 mm
dengan bradikardia
dan penurunan isi
sekuncup (IS)
Hg
FJ 60-100
kali/menit
Haluaran urine 30
Pemantauan Pasien
a. Pantau EKG secara
kontinu
untuk
mengetahui
adanya
disritmia
atau
berpengaruh
buruk
ml/kg/jam
Denyut nadi perifer
jantung. Internal QT
dapat dipalpasi
SAP 15-30 mm Hg
DAP 5-15 mm Hg
IJ 2,5-4 L/menit/m2
yang
pada
curah
memanjang
berkaitan
torsade
Pantau
segmen
dengan
de
pointes.
perubahan
ST-T
menunjukkan
yang
komplikasi
iskemia
miokardium
yang
merugikan
pada
permulaan
terapi
levotiroksin.
b. Pantau tekanan
AP
TD.
Dapatkan
hasil pemeriksaan IJ
dan
PAWP
untuk
mengevaluasi
fungsi
mm
berpengaruh
Hg
buruk
bandingkan
badan
cairan
jam,
berat
serial,
kg/hari)
menunjukkan
ketidakseimbangan
cairan.
Pengkajian Pasien
a. Kaji
status
kardiovaskular:
catat
kualitas
nadi
denyut
Observasi
adanya
peningkatan
dan
pulsus
efusi
pericardium. Auskultasi
bunyi jantung, frekuensi
jantung, dan suara napas
untuk
mengetahui
perkembangan
jantung.
gagal
Observasi
miokardium
untuk
mengetahui
perkembangan sekuele
klinis
Pengkajian Diagnostik
Tinjau pemeriksaan tiroid
jika ada. Kadar TSH
harus menurun dalam
waktu 24 jam terapi dan
harus normal setelah 7
hari terapi.
Penatalaksanaan
Pasien
a. Berikan
cairan
intravena
sesuai
intruksi
untuk
mempertahankan TDS
> 90 mm Hg, pantau
secara
cermat
mengetahui
untuk
kelebihan
cairan
dan
perkembangan
gagal
jantung.
b. Agens vasopresor dapat
digunakan
jika
hipotensi
refraktori
terhadap
pemberian
waktu
mengetahui
disritmia letal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gangguan sekresi hormone tiroid berupa hipotiroid dapat mengakibatkan
keadaan yang dapat mengarah ke kematian jika tidak diberikan manajemen
penatalaksanaan.
Koma
miksedema
merupakan
suatu
kondisi
yang
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Brunner&Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2Edisi
8. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi ed: 3. Jakarta: EGC
Hudak, Carolyn. M. (2012). Keperawatan kritis: Pendekatan Holistik ed: 6 vol. 2.
Jakarta: EGC
Jevon, Philip. (2009). Pemantauan Pasien Kritis: Seri Keterampilan Klinis
Esensial untuk Perawat ed: 2. Jakarta: ERLANGGA
Lang,F (2006). Teks dan atlas berwarna Pathofisisologi. Jakarta: EGC
Linda, dkk. (2009). Critical care nursing diagnosis and management. The
PointSt. Louis :Mosby Elsevier, New York.
Mary, Baradero. (2009). Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC
Morton, Patricia Gonce. (2012). Keperawatan kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.
Jakarta: EGC
Pearce, Evelyn. C. (2008). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
GRAMEDIA
Price, Sylvia A., Wilson, Lorrraine M.(2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses
proses Penyakit.Jakarta:EGC
Saputra, Lyndon. (2012). Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang: BINARUPA
AKSARA
Stillwell, Susan. B. (2011). Pedoman Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC