Professional Documents
Culture Documents
Home
About
Archives
Sallindry Widyasari
A. Definisi Katarak
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
B. Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak
sekunder
yang
disebabkan
oleh
penyakit
lain,
seperti:
penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak
yang
disebabkan
oleh
penggunaan
obat-obatan
jangka
panjang,
seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil
mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
Peka terhadap sinar atau cahaya.
Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Kesulitan melihat pada malam hari
Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
E.
Klasifikasi Katarak
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
1. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus
yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital
adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari
1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti
terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan
histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakitpenyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia,
lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui penyebab katarak
kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan
trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat
kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi
pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak
kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah
sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital
akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
2. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik
ataupun metabolik dan penyakit lainnya
3. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat
selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3).
Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a) Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak
terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan
keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai
dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ).
Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat
c)
d)
4)
5)
anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia
oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap
untuk
waktu
yang
lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
b) Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada
stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata
depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak
terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang
pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena
deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta :
Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini
dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah
bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar
kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma
fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak
dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan
keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi
lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya
biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,)
Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam
penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia
lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta:
Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
(-)
(+)
(-)
+/-
Visus
(+)
<
<<
<<<
Penyulit
(-)
Glaukoma
(-)
Uveitis+glaukoma
3. Indikasi optic
: Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak
3m
didapatkan hasil visus 3/60.
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya
itulah teknik operasi yg tersedia.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:
1.
Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar
sehingga penyembuhan lebih lama.
2.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata
baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi
visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat
ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang
dalam tahap pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya,
tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus
komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa
intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi
keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan
dapat kembali menjadi jelas.
G. Pemeriksaan Fisik
Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan
palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi
bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk mengeluarkan cairan
dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar (jelas terlihat) tingkat tekanan
intraokuler.
Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sitematis, biasanya
dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di evaluasi lebih dahulu, kemudian
diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur
ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera
anterior,
iris,
dan
pupil.
Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, yang dilakukan perawat adalah :
a. Melakukan
obsevasi
keadaan
umum
mata
dari
jauh.
b.
Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak
mata
diinspeksi warna, keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya
bulu
mata.
c. Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya benda
asing.
H. PemeriksaanDiagnostik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kartu
mata
snellen/mesin
telebinokular
sentral penglihatan)
Lapang penglihatan
Pengukuran tonografi
Test provokatif
Pemeriksaanoftalmoskopi
Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
Test toleransi glaukosa/ FBS
(test
ketajaman
penglihatan
dan
I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan strabismus dan bila katarak
dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi penyakit
berupa glukoma dan uveitis.
J. Pencegahan Katarak
a. Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor faktor yang
mempercepat terbentuknya katarak.
b. Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa mengurangi
jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
c. Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
d. Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C, vit A dan vit E
1. Asuhan keperawatan katarak
PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Nama klien
: Tn. B
Umur
: 45 Tahun
Diagnosa Medik : Katarak
DATA FOKUS
Data Subjektif
Data Objektif
1. Klien mengatakan penglihatan kabur seperti1. Hasil pemeriksaan fisik dengan
berawan, padahal sudah menggunakan kaca opthalmoscope bagian kornea ada selaput
mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra putih
dan sinistra.
2. Vital sign :
2. Klien mengatakan sudah 2 tahun ini
a) TD : 140/90 mmHg
mempunyai Diabetes Melitus, dan
b) N: 84x/menit
menjalankan pengobatan secara teratur
c) T
:37,4 0c
3. Klien mengatakan tidak mengerti kenapa d) RR: 24x/menit
sampai mengalami katarak
3. Hasil pemeriksaan : BB : 78 kg dan
4. Kemungkinan klien mengatakan cemas
4. GDS terakhir 210
memikirkan biaya untuk operasinya.
5. Kemungkinan klien terlihat sulit untuk
5. Kemungkinan klien mengatakan kesulitan
beraktivitas.
untuk beraktivitas
6. Kemungkinan klienwajahnya tampak
6. Kemungkinan klien mengatakan
gelisah
penglihatannya tidak jelas
7. Kemungkinan klien terlihat terus
7. Kemungkinan klien mengatakan jika
bertanya-tanya dengan pertanyaan yang
terkena sinar/paparan matahari menyilaukan sama.
mata
8. Kemungkinan klien terlihat bingung.
8. Kemungkinan klien mengatakan jika
9. Kemungkinan klien terlihat cemas.
melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi 10. Kemungkinan klien terlihat takut
dua bayangan.
11. Kemungkinan klien terlihat tegang.
9. Kemungkinan klien mengatakan takut akan12. Kemungkinan klien terlihat memfokuskan
kondisinya.
pada dirinya sendiri.
10. Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu 13. Kemungkinan skla nyeri (6)
sama sekali tentang penyakitnya.
14. Kemungkinan klien terlihat menahan rasa
11. Kemungkinan klien mengatakan cemas
sakit.
takut tidak berhasil menjalankan operasinya.15. Kemungkinan klien terlihat merintih
12. Kemungkinan klien mengatakan gelisah
kesakitan ( nyeri )
13. Kemungkinan klien mengatakan cemas
16. Kemungkinan terlihat pada bagian luka
terhadap penyakit yang dideritanya.
oprasi klien terdapat kemerahan.
14. apakah sembuh/tidak.
17. Kemungkinan terlihat pada bagian luka
15. Kemungkinan klien mengatakan pada
klien mengalami iritasi.
bagian mata nyeri.
18. Kemungkinan klien dan keluarganya
16. Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan tampak masih bingung dengan perawatan
terhadap nyerinya.
luka post operasi.
17. Kemungkinan klien mengatakan badannya
panas sehabis operasi beberapa hari
kemudian.
18. Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu
dengan cara perawatan luka post operasi.
19. Kemungkinan klien mengatakan berasal dari
keluarga kurang mampu.
ANALISA DATA
N Tanggal
o. Ditemuk
an
1
Data Fokus
Masalah
Keperawat
an
PRE OPERASI
DS :
Gangguan
persepsi
Klien mengatakan penglihatan
sensorikabur seperti berawan, padahal
perseptual
Tn.B sudah menggunakan kaca
penglihatan.
mata plus 1 dan minus 2.5 pada
orbita dextra dan sinistra
Kemungkinan klien mengatakan
kesulitan untuk beraktivitas
Kemungkinan klien mengatakan
penglihatannya tidak jelas
Kemungkinan klien mengatakan
jika terkena sinar/paparan
matahari menyilaukan mata
Kemungkinan klien mengatakan
jika melihat sesuatu berbayangbayang/menjadi dua bayangan
DO:
Etiologi
Gangguan
penerimaan
sensori/status
organ
inderaditandai
denganmenuru
nnya
ketajaman
penglihatan.
Par
af
Ansietas.
Perubahan
pada status
kesehatan.
Kurang
kurang
Pengetahuan informasi
.
tentang
penyakit.
Luka pasca
operasi.
:37,4 0c
d) RR: 24x/menit
DS
Klien mengatakan penglihatan
kabur seperti berawan, padahal
sudah menggunakan kaca mata
plus 1 dan minus 2.5 pada orbita
dextra dan sinistra
Kemungkinan klien mengatakan
kesulitan untuk beraktivitas
Kemungkinan klien mengatakan
penglihatannya tidak jelas
Kemungkinan klien mengatakan
jika melihat sesuatu berbayangbayang/menjadi dua bayangan
DS :
Kemungkinan klien mengatakan
Resiko
tinggi
terhadap
cidera.
Keterbatasan
penglihatan.
Risiko
infeksi.
Prosedur
invasif (operasi
katarak).
a)
b)
c)
d)
7
Resiko
ketidak
efektifan
penatalaksan
aan regimen
terapeutik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.
Diagnosa keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kurang
pengetahuan,
kurang sumber
pendukung.
Tanggal
ditemukan
12 05 / 2013
Tanggal
Teratasi
15 05 / 2013
12 05 / 2013
12 05 / 2013
15 05 / 2013
12 05 / 2013
15 05 / 2013
15 05 / 2013
18 05 / 2013
18 05 / 2013
15 05 / 2013
18 05 / 2013
15 05 / 2013
18 05 / 2013
persepsi sensoriperseptual
penglihatan b.dG
angguan
penerimaan
sensori/status
organ
inderaditandai
denganmenurunn
ya ketajaman
penglihatan.
sehat.
2. Ansietas b.dPeru
bahan pada status
kesehatan.
Setelah Pasien
1.
dilakuk mengungkapkan dan
an
mendiskusikan rasa
tindaka cemas/takutnya.
n
keperaw Pasien tampak rileks
tidak tegangdan
atan
melaporkan
selama
kecemasannya
3x24
berkurang sampai
jam
diharap pada tingkat dapat 2.
diatasi.
kan :
tidak
terjadi
kecema
san
pada
klien
dan
tidak
ada
3.
perubah
an
status
kesehat
an.
4.
5.
pasienmelihat
objek lebih
mudah dan
memudahkan
panggilan untuk
pertolongan
biladiperlukan.
Kaji
1. Derajat
tingkat
kecemasan akan
kecemasan dipengaruhi
pasien dan bagaimana
catat
informasi
adanya
tersebut diterima
tandaoleh individu.
tanda
2. Mengungkapkan
verbal dan rasa takut secara
nonverbal. terbuka dimana
Beri
rasa takut dapat
kesempata ditujukan.
n pasien 3. Mengetahui
untuk
respon fisiologis
mengungk yang ditimbulkan
apkan
akibat
isipikiran
kecemasan.
dan
4. Meningkatkan
perasaan
pengetahuan
takutnya.
pasien dalam
Observasi rangka
tanda vital mengurangi
danpening kecemasan dan
katan
kooperatif.
respon
5. Mengurangi
fisik
kecemasan dan
pasien.
meningkatkan
Beri
pengetahuan.
penjelasan 6. Mengurangi
pasien
perasaan
tentang
takutdan cemas.
prosedur
tindakan
operasi,
harapandan
akibatnya.
Lakukan
orientasi
danperkena
lan
pasienterha
dap
ruangan,pe
tugas, dan
peralatanya
ng akan
digunakan.
6. Beri
penjelasan
dansuport
pada
pasien
padasetiap
melakukan
prosedurtin
dakan.
3. Kurang
pengetahuan b.d
Kurang informasi
tentang penyakit.
1. Kaji
1. meningkatkan
informasi
pemahaman dan
tentang
meningkatkan
kondisi
kerja sama
individu,
dengan perawat.
prgnosis, 2. Dapat bereaksi
tipe
silang/campur
prosedur/le dengan obat yang
nsa.
diberikan.
2. Informasik3. pengawasan
an pasien
periodik
untuk
menurunkan
menghinda risiko komplikasi
ri tetes
serius.
mata yang 4. aktivitas yang
dijual
menyebabkan
bebas.
mata
3. Tekankan
lelah/regang,
pentingnya manuver
evaluasi
Valsalva, atau
perawatan meningkatkan
rutin. Beri TIO dapat
tahu untuk mempengaruhi
melaporka hasil bedah dan
n
mencetuskan
penglihata perdarahan.
n berawan.
4. Anjurkan
pasien
menghinda
ri
membaca,
berkedip;
mengangka
t berat,
mengejan
saat
defekasi,
membongk
ok pada
panggul,
meniup
hidung.
4. Nyeri b.d Luka
pasca operasi.
menjadi
dilaporkan.
Kolaboras
i:
5. Berikan
obat sesuai
indikasi
5. Resiko tinggi
terhadap cidera
b.dKeterbatasan
penglihatan.
Setelah Menyatakan
1. Diskusika 1. Membantu
dilakuk pemahaman factor
n apa yang mengurangi rasa
an
terjadi
takut dan
yang terlibat dalam
tindaka kemungkinancedera
pada
meningkatkan
n
pascaopera kerja sama dalam
keperaw Mengubah
si tentang
pembatasan yang
lingkungan
sesuai
atan
nyeri,
diperlukan.
indikasi untuk
selama
pembatasa 2. Istirahat hanya
meningkatkan
3x24
n aktivitas, beberapa menit
keamanan
jam
penampila sampai beberapa
diharap
n, balutan
jam pada bedah
kan
mata.
rawat jalan atau
:cedera
2. Beri
menginap
dapat
pasien
semalam bila
dicegah
posisi
terjadi
bersandar, komplikasi.
kepala
Menurunkan
tinggi atau tekanan pada
miring ke
mata yang sakit,
sisi yang
meminimalkan
tak sakit
risiko perdarahan
sesuai
atau stres pada
keinginan. jahitan/jahitan
3. Batasi
terbuka.
aktivitas 3. Menurunkan
seperti
stres pada area
menggerak operasi/menurun
kan kepala kan TIO.
tiba-tiba, 4. Memerlukan
menggaruk sedikit regangan
mata,
daripada
membongk penggunaan
ok.
pispot, yang
4. Ambulasi
dapat
dengan
meningkatkan
bantuan;
TIO.
berikan
3.
4.
kamar
mandi
khusus bila
sembuh
dari
anastesi.
Diskusika 1. Menurunkan
n
jumlah bakteri
pentingnya pada tangan,
mencuci
mencegah
tangan
kontaminasi area
sebelum
operasi.
menyentuh 2. Tekhnik aseptik
/
menurunkan
mengobati resiko
mata.
penyebaran
Gunakan / bakteri dan
tunjukkan
kontaminasi
tekhnik
silang.
yang tepat 3. Mencegah
untuk
kontaminasi dan
membersih kerusakan sisi
kan bola
operasi.
mata.
4. Digunakan untuk
Tekankan
menurunkan
pentingnya inflamasi.
tidak
5. Sediaan topikal
menyentuh digunakan secara
/
profilaksis,
menggaruk dimana terapi
mata yang lebih diperlukan
dioperasi.
bila terjadi
Berikan
infeksi.
obat sesuai
indikasi.
Kolaboras
i:
5. Berikan
obat sesuai
indikasi.
7. Resiko
ketidakefektifan
penatalaksanaan
regimen
terapeutik b.d
kurang
pengetahuan,
kurang sumber
pendukung. Yang
ditandai
dengan,pertanyan
atau peryataan
salah konsepsi,
tak akurat
mengikuti
instruksi, terjadi
komplikasi yang
dapat dicegah
n
(lanjutan) yang
tentang
kesehatan
keperaw diperlukan
perawatan tentang
atan
paska
perawatan di
Keluarga
selama
hospitalisa rumah.
menyatakan siap
3x24
si.
2. Klien mungkin
untuk mendampingi
jam
2. Terangkan mendapatkan
klien dalam
diharap melakukan
cara
obat tetes atau
kan:
penggunaa salep(topical).
perawatan
perawat
n obat3. Meningkatkan
an
obatan.
rasa percaya, rasa
rumah
3. Berikan
aman, dan
berjalan
kesempata mengeksplorasi
efektif.
n bertanya. pemahaman serta
4. Tanyakan
hal-hal yang
kesiapan
mungkin belum
klien paska dipahami.
hospitalisa 4. Respon verbal
si.
untuk
5. Identifikas meyakinkan
i kesiapan
kesiapan klien
keluarga
dalam perawatan
dalam
hospitalisasi.
perawatan 5. Kesiapan
diri klien
keluarga meliputi
paska
orang yang
hospitalisa bertanggung
si.
jawab dalam
6. Terangkan perawatan,
berbagai pembagian peran
kondisi
dan tugas serta
yang perlu penghubung
dikonsultas klien dan institusi
ikan.
pelayanan
kesehatan.
6. Kondisi yang
harus segera
dilaporkan :
Nyeri pada dan
disekitar mata,
sakit kepala
menetap.
Setiap nyeri yang
tidak berkurang
dengan obat
pengurang nyeri.
Nyeri disertai
mata merah,
bengkak, atau
keluar cairan :
inflamasi dan
cairan dari mata.
Nyeri dahi
mendadak.
Perubahan
ketajaman
penglihatan,
kabur, pandangan
ganda, selaput
pada lapang
penglihatan,
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta
Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). buku saku patofisiologi. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
DUNIA KEPERAWATAN
(PP- PERDAMI,2002:144)
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa dan denaturasi
protein lensa atau akibat ke dua-duanya (Ilyas Sidrata,2002: 207)
Katarak adalah di mana penglihatan tertutup air terjun akibat lensa yang keruh (FKUI,2002: 207)
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus di
perkirakan oleh suatu tabir (layar) yang di turunkan didalam mata, agak seperti melihat air terjun
(Vera H. Darling,1996;42)
Katarak Hipermartur adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut (> 50 tahun) yang mengalami
proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras dan lembek serta mencair, merupakan katarak stadium 4 dari katarak
senil (Ilyas Sidhrata, 2002:212)
Katarak Hipermatur adalah merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan
keluar melalui kapsul lensa
(Mailangkang H.H.B, 2002;151)
2.1.2 ETIOLOGI
Katarak di sebabkan oleh berbagai faktor seperti :
Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi/pencetus
Usia
2.1.3
PATOFISIOLOGI
Mulai presbiopia
c. Serat lensa
Lebih irregular
Brown sklerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nucleus (histidin, triptofan,
metionin, sistein dan tirostin) lensa sedang warna cuklat protein lensa nucleus mengandung sedikit histidin dan
triftopan di banding normal
d. Korteks tidak berwarna karena :
(Menurut, Maliakang.H.H.B,dkk,2002;152)
2.1.4
MANIFESTASI KLINIS
Iris tremulans
2.1.5
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut, Doenges,1999;413
a. Tes ketajaman penglihatan/visus
b. Pengukuran dengan Tonografi
c. Pengukuran gonioskopi
d. Tes provokatif
e. Pemeriksaan oftalmoskopi
f.
2.1.6
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan katarak hipermatur yang utama adalah pembedahan.
Ada beberapa pembedahan yang di kenal;
Pinset kapsul
Zolise
Erisofek
Memakai krio tehnik karbon dioksid, Freon, termoelektrik
Mengeluarkan nucleus lensa dan aspirasi korteks lensa
Fako
Tindakan bedah pada saat ini dianggap lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit, tife pembedahan ada
dua tife
a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana di lakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek
kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
b. Operasi katarak intrakapsular atau Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul
(Menurut, Ilyas Sidarta,2002;217-218)
2.2.1 Pengkajian
Menurut Doengoes, 1999; 412-413
Gejala
Aktivitas/Istirahat
Neurosensorik
Gejala
: Gangguan penglihatan( kabur/tidak jelas), sinar terang mengakibatkan silau,dengan kehilangan bertahap penglitan
perifer, kesulitan memfokoskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap
Penglihatan kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar mata, kehilangan perifer, fotobia
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan
Tanda
Nyeri/Kenyamanan
Gejala
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada sekitar mata, sakit kepala
Gejala
Penyuluhan/Pembelajaran
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
Menurut, Carpenito,1999:484
a. Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh.
b. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh
c. Risiko tinggi terhadap cedera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang asing, keterbatasan mobilitas,
dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata
d. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan rigmen terapeutik b/d kurangnya pengetahuan tentang pembatasan
aktivitas yang di izinkan, obat-obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan
Menurut, Doengoes, 1999; 414-417
a. Resiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan tekanan intra okolar,perdarahan intraokuler dan kehilangan vitreous
b. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasive
c. Gangguan sensorik-perseptual b/d gangguan penerimaan sensorik/status organ indra, lingkungan secara terapeutik
di batasi, di tandai oleh :
d. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang mengingat, dan
keterbatasan kognitif
2.2.3
a. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan tekanan intra okolar, perdarahan intra okoler dan kehilangan vitreous
Observasi hifema(perdarahan pada mata) dengan senter
Rasional :
mengetahui keadaan mata apakah mengalami ada mengalami resiko yang tidak di harapkan dari pembedahan dan
untuk menyusun intervensi selanjutnya
Observasi pembengkakan luka, bilik anteriol kemps, dean pupil berbentuk buah pir.
Rasional :
menunjukan prolaps iris atau rupture luka di sebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan mata
Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri,pembatasan aktivitas dan balutan mata
Rasional :
membantu megurangi rasa takut dan meningkatkan kerjasama dalam pembatasan yang di lakukan
Batasi aktivitas seperti mengerakkan kepala secara tiba-tiba mengaruk mata, membongkok
Rasional :
Rasional :
Rasional :
digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata
b. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasip
Observasi tanda-tanda vital khususnya suhu
Rasional :
tanda-tanda vital sebagai indikasi langsung perubahan metabolisme tubuh baik yang bersifat patologi dan non patologi
Observasi tanda-tanda terjadinya infeksi
Rasional :
infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi lanjut
Berikan lingkungan yang bersih dan senyaman mungkin
Rasional :
Rasional :
c. Gangguan sensorik-perseptual b/d gangguan penerimaan sensorik/status organ indra, lingkungan secara terapeutik
di batasi, di tandai oleh:
berada di dalam limgkungan yang baru di kenal dengan mengalami keterbatasan penglihatan mengakibatkan
binggung. menurunkan resiko jatuh bila pasien binggung
Orientasikan pasien terhadap lingkungan sekitar, dan stap
Rasional :
memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas dan diorientasi pasca operasi
Tentukan katajaman penglihatan,catat apakah satu atau keduanya matanya terlibat
Rasional :
kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata
Rasional :
gangguan penglihatan/iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap
Letakan barang-barang yang di butuhkan dalam jangkauan pasien pada sisi yang tidak dioperasi
Rasional :
d. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang mengingat, dan
keterbatasan kognitif di tandai oleh:
Rasional :
Rasional :
aktivitas yang menyebabkan mata lelah dapat meningkatkan tekanan intra okolar sehingga mempengaruhi hasil bedah
dan mencetus perdarahan
Anjurkan pasien memeriksa mata ke dokter
Rasional :
Rasional :
mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan dan pemulihan segera sel-sel tubuh yang sudah
regenerasi
Indentifikasi tanda/gejala yang memerlukan upaya evaluasi medis, nyeri tajam tiba-tiba,kelopak mata
bengkak,kemerahan, mata berair dan penglihatan menurun
Rasional :
2.3.4
Evaluasi
a. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan tekanan intra okolar, perdarahan intra okoler dan kehilangan vitreous
Menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu,bebas drainase purulen, eritema dan demam
c. Gangguan sensorik-perseptual b/d gangguan penerimaan sensorik/status organ indra,dan lingkungan secara
terapeutik di batasi
d. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang mengingat, dan
keterbatasan kognitif
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Carol Vestal.1999. Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Latihan.EGC. Jakarta
Carpenito, l Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC.Jakarta
Carpenito, l Juall. 1999. Tehnik Dokumentasi dan Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Maliakang H.H. B, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata.PP-PERDAMI. Jakarta
Marly
Pedoman
Perencanaan
dan
Hidayat A.Aziz Alimul.2005. Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia. EGC. Jakarta
Hidayat A.Aziz Alimul.2005. Pengatar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan Proses
Keperawatan.EGC. Jakarta
Ilyas Sidrata. 2002. Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta
Vera H. Dearling dan Margaret R. Thorpe.1996. Perawatan Mata.Yayasan Essential Medika.
Yogyakarta
KAMPOENG ASKEP
JUMAT, 22 MEI 2015
ASKEP KATARAK
1.
DEFINISI
Katarak adalah opasitas lensa atau kekeruhan lensa. Katarak dapat terjadi disatu
atau kedua mata dan pada setiap kelompok usia. (Brunner & Suddarth, Ed. 12)
2. KLASIFIKASI
Berdasarkan pada usia, katarak dapat dibedakan menjadi :
A. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini
sering
ditemukan
pada
bayi
yang
dilahirkan
oleh
ibu
yang
menderita
3. ETIOLOGI
Penyebab
pertama
dari
katarak
adalah
Proses
Penuaan.
Katarak
dapat
Usia : dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa akan menurun
mengakibatkan katarak
d. Penyakit : meliputi trauma mata, seperti Uveitis (Andra 2013, Hal. 64)
4. PATIFISIOLOGI
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dari serabut halus multiple (sunula) yang memanjang dari badan siliar
kesekitar daerah luar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
disorbsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi
sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya masuk
ke retina.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda
dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik (seperti DM), namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Tidak nyeri, pandangan kabur
b. Persepsi bahwa lingkungan lebih redup (seakan-akan kacamata yang perlu
dibersihkan)
c.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi penyakit katarak yaitu Strabismus dan bila katarak
dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi
penyakit glukoma.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Derajat ketajaman penglihatan berbanding lurus dengan densitas katarak
b. Uji ketajaman penglihatan Snellen
c.
Ofthalmoskopi
8. PENATALKSANAAN
a. Medis
Tidak
ada
terapi
non
bedah
(obat,
tetes
mata,
kacamata)
yang
dapat
menyembuhkan katarak atau mencegah katarak yang terkait usia. Studi tidak
menemukan adanya manfaat dari suplement antioksidan, Vit. C dan E, Betakaroten,
dan selenium. Kacamata atau lensa katarak, lensa bifokal, atau lensa pembesar
dapat meningkatkan pandangan. Midriatik dapat digunakan dalam jangka pendek,
tetapi cahaya silau semakin besar.
b. Bedah
Secara umum jika penurunan akibat katarak tidak mengganggu aktivitas normal,
pembedahan mungkin tidak dibutuhkan dalam memutuskan kapan pembedahan
katarak akan dilakukan, status fungsional dalam status visual. Pasien harus menjadi
pertimbangan
utama.
Pilihan
bedah
mencakup
fakoemulsifikasi
(metode
Keperawatan
Tunda pemberian antikoagulan yang diterima pasien jika dibenarkan secara medis,
dalam beberap kasus, tetapi antikoagulan dapat diteruskan
Berikan obat tetes pendilatasi setiap 10 menit untuk 4 dosis, minmal 1 jam sebelum
pembedahan. Obat tetes antibiotik kortikosteroid, dan obat tetes anti inflamasi.
Obat tetes anti inflamasi dapat diberikan secara profilaksis untuk mencegah
inflamasi dan infeksi setelah pembedahan
Berikan intruksi lisan dan tulisan dan bagaimana melindungi mata, memberikan
obat, mengenali tanda-tanda komplikasi, dan mendapatkan perawatan darurat
Jelaskan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakn seharusnya minimal setelah
pembedahan, dan instruksikan untuk menggunakan agens analgesik ringan, seperti
Asetaminofen sesuai kebutuhan
Tetes mata atau saleb antibiotik, anti inflamasi dan kortikosteroid diresepkan pasca
operasi. (Brunner & Suddarth. Ed 12)
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Susanne C. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &
Suddarth) Ed. 12. Jakarta : EGC.
M. Wilkinson, Judith dan Nancy R. Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosis : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Blackwell, wiley. (2014). Nursing Daignoses Definitions and Classification. India : SPi
Publisher Services
Moorhead, sue. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of
Health Outcomes. USA : Elsevier Mosby
Bulechek, Gloria M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). USA : Elsevier
Mosby
1.
PENGKAJIAN
I.
Sumber Informasi
: Data Primer
Tanggal Pengkajian
: 28 April 2015
Asal Pasien
: Poli Mata
No. RM
: 31 63 09
Nama Peserta
Umur
: Tn S
: 45
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Diagnosa Awal
: Katarak
Tgl Masuk RS
: 28 April 2015
II.
Keluhan Utama
IDENTITAS PASIEN
RIWAYAT KESEHATAN
: Pandangan Kabur
Diasnostik masuk
: Katarak
Klien mengatakan mengeluh pandangannya kabur. Pandangan kabur ini sudah dirasakan klien sejak
1 tahun yang lalu
: Tidak ada
2. Riwayat oftalmik
3. Keluhan nyeri
: Tidak ada
: Ada
a.
: Post Operasi
b.
c.
: Mata Kanan
d. S
: 6 (Scale 0 10)
e.
: Kadang-kadang
a.
Koreksi refraksi
: Tidak
b.
: Ya
1.
2.
Kebiasaan
: Merokok
3.
Riwayat Alergi
: Tidak ada
4.
: Tidak
: Hipertensi
Cendo Xitrol
b.
Cendo Tobroson
5.
Riwayat keluarga
klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengidap penyakit seperti yang diderita pasien
sekarang
6.
Kebiasaan
a.
Kebersihan diri
: Klien mengatakan kebersihan diri klien dilakukan oleh keluarga dengan
cara menggunakan waslap dan air hangat selama 2x/hari
b.
Pola nutrisi
: Klien mengatakan klien makan 3x/hari dengan jenis bubur sesuai
dengan anjuran diet dari rumah sakit, sehari klien minum air kurang lebih sebanyak 5 gelas.
c.
Pola AKS
: Klien mengatakan selama sakit aktivitas klien berkurang, klien takut
bergerak lebih banyak karena luka operasinya.
7.
a.
Jenis pekerjaan
: PNS
b.
Aktvitas hiburan
c.
Olahraga
Komunikasi klien
Verbal
: Normal
Non Verbal
: Tulisan
III.
1.
Klien nampak mengkerutkan dahi untuk memperjelas penglihatannya kepada lawan bicaranya
2.
Kesimetrisan mata
Letak mata pasien simetris kiri dan kanan, mata kiri sama besar dengan mata kanan
3.
Letak bulu alis pasien simetris dan tidak ada kelainan pada bulu alis pasien. Tidak ada benjolan atau
kemerhan pada kelopak mata pasien, tidak ada dorping saat pasien membuka mata
4.
Bulu mata
Posisi bulu mata tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada bulu mata pasien
5.
Kelenjar lakrimalis
Saat saccus lacrimalis ditekan, nampak keluar cairan yang menandakan adanya infeksi pada bagian
kelenjar lacrimalis
6.
konjungtiva pasien berwarna merah muda dan sclera pasien berwarna putih
7.
Kornea
Kornea pasien nampak transparan, jernih dan halus. Tidak nampak adanya bercak pada kornea
pasien
8.
Pupil
Warna iris pasien nampak berwarna hitam, bentuk dan ukuran pupil sama kiri dan kanan. Pupil
mengalamai vasokontriksi saat dilakukan penyinaran
2. PATHWAY
3. ANALISA DATA
a. Katarak Pre Operasi
DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS :
- Klien mengeluh pandangan kabur selama 1
tahun yang lalu
DO :
Nampak kekeruhan pada lensa
Hasil pemeriksaan visus
VOD
: 6/12
VOS
: 6/7,5
DS :
- Klien mengatakan apakah penglihatannya
akan kembali seperti semula setelah operasi
DO :
- Klien nampak gelisah
- Klien nampak khawatir
- Klien nampak takut terhadap hasil operasi
yang tidak sesuai keinginannya
DS :
- Klien mengatakan pernah terbentur meja
akibat penglihatannya yang kabur
DO :
- Adanya kekeruhan pada lensa
Hasil pemeriksaan visus
VOD
: 6/12
VOS
: 6/7,5
DIAGNOSA KEPERAWATAN
: Post Operasi
: Nyeri seperti tertusuk
: Mata Kanan
d. S
: 6 (Scale 0 10)
: Kadang-kadang
e.
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada bagian mata
yang telah dioperasi
DO :
4. PRIORITAS MASALAH
a. Pre Operasi
b. Post Operasi
c.
5. RENCANA PERKEMBANGAN
a. Katarak Pre Operasi
Dx. KEPERAWATAN
INTERVENSI TINDAKAN
(NOC)
(NIC)
Setelah
dilakukan
tindakan
Tentukan ketajaman penglihatan, cat
keperawatan selama 1 x 24 jam.
apakah satu atau dua mata terlibat
Gangguan Persepsi
Sensori : Penglihatan
Pasien akan :
b.d Perubahan
Ketajaman Sensori Menunjukkan status neurologis : Fungsi
Setelah
dilakukan
tindakan
Memantau dan memanipulasi
keperawatan selama 1 x 24 jam.
lingkungan fisik untuk memfasilitasi
keamanan
Setelah
dilakukan
tindakan
Meminimalkan kekhawatiran, ketakut
keperawatan selama 1 x 24 jam.
prasangka atau perasaan tidak tena
yang berhubungan dengan sumber
bahaya yang diantisipasi dan tidak
jelas
Pasien akan :
Sediakan informasi factual tentang
Ansietas berkurang, dibuktikan dengan
pembedahan, termasuk sensai yang
Ansietas b.d
ansietas hanya ringan sampai sedang, dan dialami selama dan sesudah
Rencana Operasi
selalu menunjukkan pengendalian diri
pembedahan
terhadap ansietas
Beri dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan secara verbal pikira
perasaan untuk mengeksternalisasik
ansietas
Gunakan pendekatan yang tenang,
tidak buru-buru
Dx. KEPERAWATAN
INTERVENSI
TINDAKAN
(NOC)
(NIC)
RASIONA
L
Setelah
dilakukan
Menggunakan agens- Agenstindakan
keperawatan agens farmakologi
agens
selama 1 x 24 jam.
untuk mengurangi
farmakolo
atau menghilangkan
gi dapat
nyeri
menguran
gi atau
Pasien akan :
menghilan
gkan nyeri
Memeprlihatkan
yang
Pengendalian Nyeri, yang
dialami
dibuktikan dengan nyeri
pasien
skala 2 (Jarang)
Meringankan atau
mengurangi nyeri
sampai pada tingkat
kenyamanan yang
dapat diterima pasien
Menguran
gi nyeri
dapat
meningka
tkan
kenyaman
a pasien
Berikan informasi
Pasein
akan lebih
tahu dari
mana
nyeri
berasal
Mengalihk
an nyeri
dapat
menguran
gi atau
menghilan
gkan nyeri
Setelah
dilakukan
Mecegah dan
tindakan
keperawatan mendeteksi dini
selama 1 x 24 jam.
infeksi pada pasien
yang beresiko
Pasien akan :
Faktor risiko akan hilang,
dibuktikan dengan
pengendalian resiko pada
penyembuhan luka pasca
operasi
Memperlihatkan hegine
personal yang adekuat
Melaporkan tanda atau
gejala infeksi serta
mengikuti prosedur
skrining dan pemantauan
Menguran
gi resiko
infeksi
yang
mungkin
terjadi
Membersihkan,
memantau dan
memfasilitasi proses
penyembuhan luka
setelah pembedahan
Mencegah
terjadinya
infeksi
sejak dini
pada
mata
dan keluarga
mengapa setalah
pembedahan beresiko
terhadap infeksi
Pasein
akan lebih
berhatihati
dalam
melakuka
n kegiatan
yang
dapat
beresiko
terhadap
infeksi
Ajarkan pengunjung
teknik mencuci tangan
sewaktu masuk dan
keluar ruangan
pasien, batasi
pengunjung jika perlu
Mencegah
resiko
infeksi
dari luar
ASKEP KATARAK
Definisi Katarak
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan
di dalam mata, seperti melihat air terjun. Jenis katarak yang paling sering
ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan
proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan
dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan
keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada
umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah
mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit
gangguan penglihatan.
Etiologi Katarak
1.
Ketuaan ( Katarak Senilis )
2.
Trauma
3.
Penyakit mata lain ( Uveitis )
4.
Penyakit sistemik (DM)
5.
Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari
infeksi virus prenatal, seperti German Measles )
Patofisiologi Katarak
Anatomi Mata
optik,
7.
8.
9.
papiledema, perdarahan.
Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
EKG, kolesterol serum, lipid
Tes toleransi glukosa : kotrol DM
Penatalaksanaan Katarak
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila
koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50
atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan
atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu
untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf
optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1.
Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2.
Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan.
Pengkajian Keperawatan Katarak
1.
Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
2.
Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur,
tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata,
pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat,
peningkatan air mata.
3.
Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap
atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Katarak
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus,
perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :
menurunnyaketajaman penglihatan
Daftar Pustaka
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I
Made Kariasa. Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan