You are on page 1of 9

Nama : Kurnia Wardana

NIM

: 1147040036

PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan mempelajari sifat kelarutan pada setiap sampel C, FeSO 4,
PbSO4, Zn, CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3, MgSO4, Cu(CH3COO)2, Silika,
MnO2, NiSO4, K2Cr2O7) serta mengidentifikasi sifat kelarutan dan sifat magnet pada setiap
sampel (C, FeSO4, PbSO4, Zn, CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3, MgSO4,
Cu(CH3COO)2, Silika, MnO2, NiSO4, K2Cr2O7)
Semua sampel berupa padatan dilarutkan terlebih dahulu dilarutkan dengan air dingin, air
panas, larutan HCl encer, HCl pekat, HNO 3 encer, HNO3 pekat dan air raja, pelarutan ini
dilakukan bertujuan agar terdisosiasi dan terbentuk senyawa baru yang diinginkan dengan
pelarut, tingkat pelarut dan kelarutan zat yang dilakukan berbeda-beda, misalnya seperti CaCO 3
yang larut dalam larutan HCl tetapi tidak dalam air ini dikarenakan CaCO 3 adalah garam yang
sukar larut dalam air. Tidak semua sampel larut dalam air, akan tetapi masih ada beberapa sampel
yang larut dengan larutan HCl, HNO3 dan air raja. Sampel padatan yang larut dalam air dingin
diantaranya (FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, MnO2) sampel padatan tersebut larut
karena memiliki kelarutan yang besar sehingga memungkinkan sampel untuk larut serta mudah
terdisosiasi, kemudian sampel padatan yang larut dalam air panas diantaranya (NaH 2PO4,
Cu(CH3COO)2, NiSO4, K2Cr2O7) sampel padatan tersebut larut karena memiliki kelarutan yang
besar pula akan tetapi termodinamika () disini di perlukan untuk melarutkan yang berupa suhu
air yang panas, kemudian sampel padatan CaCO 3 yang memang sudah dijelaskan diatas bahwa
larutan tersebut larut oleh larutan HCl pekat, kemudian sampel padatan yang larut dalam larutan
HNO3 encer yaitu Zn, Zn larut oleh HNO 3 dikarenakan sampel tersebut teroksidasi sehingga
memudahkan Zn untuk larut, hampir pada semua logam transisi mudah teroksidasi oleh HNO 3,
kemudian sampel padatan yang larut dalam air raja diantaranya (C, PbSO 4, Silika) sampe
padatan tersebut tidak larut dikarenakan tidak sama sekali bereaksi, memiliki kelarutan yang
kecil serta sampel memungkinkan hanya bisa larut dengan pelarut non polar atau pelarut organik.

Sampel yang berupa padatan di uji kemagnetan dengan didekatkan pada magnet akan
tetapi didalam percobaan tidak terjadi terjadi tarikan dan dorongan apapun pada semua sampel
padatan tersebut, ini dikarenakan mungkin terjadi kesalahan pada alat magnetnya dikarenakan
patah sehingga dalam pengujian kemagnetan memungkinkan tidak maksimal dalam
penganalisaannya, akan tetapi seharusnya pada setiap atom dan molekul mempunyai sifat
magnetik, yaitu paramagnetik di mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan
magnet karena ada elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya dan diamagnetik di mana
atom, molekul, atau ion dapat ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya
berpasangan. Dalam literatur unsur-unsur transisi (seperti Fe, Ni) bersifat paramagnetik karena
mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital-orbital d-nya. Kekuatan tarikan dan
dorongan pada Al lebih kuat dibandingkan dengan logam transisi lainnya, ini karena sifat
paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya
semakin banyak dan logam Al bersifat paramagnetik, sedangkan Cu, Zn, Na, Mg, Mn, dan
lainnya bersifat diamagnetik. Untuk Fe, dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama
dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat.
Semua sampel padatan akan direaksikan dengan pereaksi yang telah tersedia yaitu
diantaranya (NaOH, NaCl, Na2S, NaH2PO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH, Na2CO3 dan NH4Cl).
Sampel pertama yaitu karbon (C) , karbon setelah di larutkan ternyata tidak bereaksi
sama sekali dengan ke-9 pereaksi yang ada dikarenakan karbon itu berbentuk zat dan bukan
berbentuk senyawa/molekul, serta karbon itu sendiri memang tidak larut di dalam semua
pereaksi dan hanya bisa larut dengan pereaksi organik yang memiliki sifat larutan non polar.
Berdasarkan persamaan reaksi :
C(aq)
Sampel kedua yaitu FeSO4, FeSO4 setelah di larutkan membentuk larutan tak berwarna
serta adanya endapan berwarna hijau kemudian direaksikan dengan ke-9 pereaksi akan tetapi dari
semua pereaksi hanya dengan larutan NaH2PO4 yang tidak beraksi dikarenakan larutan tersebut
memungkinkan untuk larutan tidak membentuk unsur atau senyawa yang lain. Dari pencampuran
dengan pereaksi yang ke-9 ini hampir semua campuran berubah warnanya menjadi warna kuning
ataupun hijau sehingga dapat dikatan dalam FeSO4 banyak terbentuk senyawa baru.

Dalam percobaan FeSO4 yang direaksikan dengan basa tidak terbentuk endapan padahal
menurut literatur seharusnya tatkala direaksikan dengan suatu basa akan membentuk endapan
Fe(OH)2(s), berarti dapat dikatakan larutan tidak terbentuk senyawa baru meskipun hanya berubah
warna nya saja.
Berdasarkan persamaan reaksi ;
FeSO4(aq) + NaOH(aq)
FeSO4(aq) + 2NaCl (aq) FeCl2(aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + Na2S aq) FeS(aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + NaH2PO4 (aq)
FeSO4(aq) + Na2SO4 (aq) FeSO4 (aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + EDTA (aq) Fe-(EDTA)
FeSO4(aq) + NH4OH aq)
FeSO4(aq) + Na2CO3aq) FeCO3(aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) FeCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq)
Sampel ketiga yaitu PbSO4, PbSO4 setelah di larutkan ternyata tidak bereaksi sama sekali
dengan ke-9 pereaksi yang ada dikarenakan karbon itu sendiri berbentuk zat dan bukan
berbentuk senyawa/molekul, serta PbSO4 itu sendiri memang tidak larut di dalam semua pereaksi
dan hanya bisa larut dengan pereaksi organik yang memiliki sifat larutan non polar.
Berdasarkan persamaan reaksi :
PbSO4 (aq)
Sampel keempat yaitu Seng (Zn), seng setelah di larutkan ternyata membentuk larutan
yang tidak berwarna akan tetapi tidak bereaksi sama sekali dengan ke-9 pereaksi dengan
menandakan ketika di tambah pereaksi larutan tidak mengalami perubahan apapun dan tetap tak
berwarna serta tatkalaa ditambah larutan basa sama sekali tidak terbentuk endapan padahal Zn

sendiri itu termasuk logam transisi dimana akan membentuk endapan tatkala di reaksikan dengan
basa, jadi dapat dikatakan Zn tidak bereaksi dengan ke-9 pereaksi yang ada.
Berdasarkan persamaan reaksi :
Zn(aq)
Sampel ke 5,6,7,8,9,10 & 13 yaitu CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3 dan
Silika, (CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3 dan Silika) ke enam sampel setelah di
larutkan ternyata membentuk larutan yang tidak berwarna akan tetapi tidak bereaksi sama sekali
dengan ke-9 pereaksi dengan menandakan ketika di tambah pereaksi larutan tidak mengalami
perubahan apapun dan tetap tak berwarna serta tatkalaa ditambah larutan basa sama sekali tidak
terbentuk endapan padahal Ca & Ba sendiri itu termasuk logam alkali tanah dimana akan
membentuk endapan tatkala di reaksikan dengan basa, Sama seperti Ca & Ba, K & Na jika
direaksikan dengan basa akan membentuk endapan karena kedua zat tersebut termasuk dalam
golongan alkali. Jadi dapat dikatakan CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3 tidak
bereaksi dengan ke-9 pereaksi yang ada.
Berdasarkan persamaan reaksi :
CaCO3 (aq)
CaCl2 (aq)
KCl (aq)
BaCl2 (aq)
NaH2PO4 (aq)
Al2(SO4)3 (aq)
Sampel kesebelas yaitu MgSO4, MgSO4 setelah di larutkan membentuk larutan tak
berwarna serta adanya endapan berwarna hijau kemudian direaksikan dengan ke-9 pereaksi akan
tetapi dari semua pereaksi tidak ada yang bereaksi dengan ke-9 pereaksi serta dengan larutan yg
basa pun tidak terbentuk endapan padahal pada dasarnya Mg itu sendiri termasuk logam transisi.

Berdasarkan persamaan reaksi :


MgSO4 (aq)
Sampel kedua belas yaitu Cu(CH3COO)2, Cu(CH3COO)2 setelah di larutkan membentuk
larutan berwarna serta adanya endapan berwarna hijau kemudian direaksikan dengan ke-9
pereaksi. Dari pencampuran dengan pereaksi yang ke-9 ini hampir semua campuran berubah
warnanya menjadi warna hijau biru ataupun coklat sehingga dapat dikatakan sampel
Cu(CH3COO)2 banyak terbentuk senyawa baru.
Dalam percobaan Cu(CH3COO)2 yang direaksikan dengan basa tidak terbentuk endapan
padahal menurut literatur seharusnya tatkala direaksikan dengan suatu basa akan membentuk
endapan Cu(OH)2(s), berarti dapat dikatakan larutan tidak terbentuk senyawa baru meskipun
hanya berubah warna nya saja.
Berdasarkan persamaan reaksi :
Cu(CH3COO)2 (aq) + NaOH(aq)
Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NaCl (aq) CuCl2(aq) + CH3COONa (aq)
Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2S aq) CuS(aq) + CH3COONa(aq)
Cu(CH3COO)2 (aq) + NaH2PO4 (aq)
Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2SO4 (aq) CuCl(aq) + CH3COONa(aq)
Cu(CH3COO)2 (aq) + EDTA (aq) Cu-(EDTA)
Cu(CH3COO)2 (aq) + NH4OH aq)
Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2CO3aq) CuCO3(aq) + CH3COONa(aq)
Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NH4Cl (aq) CuCl2(aq) + CH3COONH4(aq)
Sampel kelimabelas yaitu NiSO4, NiSO4 setelah di larutkan membentuk larutan berwarna
hijauserta adanya endapan berwarna hijau kemudian direaksikan dengan ke-9 pereaksi Dari
pencampuran dengan pereaksi yang ke-9 ini hampir semua campuran berubah warnanya menjadi

warna hijau biru ataupun hitam sehingga dapat dikatakan sampel NiSO 4 banyak terbentuk
senyawa baru
Dalam percobaan NiSO4 yang direaksikan dengan basa tidak terbentuk endapan padahal
menurut literatur seharusnya tatkala direaksikan dengan suatu basa akan membentuk endapan
Ni(OH)2(s), berarti dapat dikatakan larutan tidak terbentuk senyawa baru meskipun hanya berubah
warna nya saja.
Berdasarkan persamaan reaksi ;
NiSO4(aq) + NaOH(aq)
NiSO4(aq) + 2NaCl (aq) NiCl2(aq) + Na2SO4(aq)
NiSO4(aq) + Na2S aq) NiS(aq) + Na2SO4(aq)
NiSO4(aq) + NaH2PO4 (aq)
NiSO4(aq) + Na2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + Na2SO4(aq)
NiSO4(aq) + EDTA (aq) Ni-(EDTA)
NiSO4(aq) + NH4OH aq)
NiSO4(aq) + Na2CO3aq) NiCO3(aq) + Na2SO4(aq)
NiSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) NiCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq)
Sampel keenambelas yaitu K2Cr2O7, K2Cr2O7 setelah di larutkan membentuk larutan
berwarna jingga kemudian direaksikan dengan ke-9 pereaksi Dari pencampuran dengan pereaksi
yang ke-9 ini hampir semua campuran berubah warnanya menjadi warna kuning sehingga dapat
dikatakan sampel K2Cr2O7 banyak terbentuk senyawa baru
Berdasarkan persamaan reaksi ;
K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq) 2KOH(aq) + Na2Cr2O7(aq)
K2Cr2O7 (aq) + 2NaCl (aq) 2KCl(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2S aq) K2S (aq) + Na2Cr2O7(aq)


K2Cr2O7 (aq) + 2NaH2PO4 (aq) 2KH2PO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)
K2Cr2O7 (aq) + Na2SO4 (aq)K2SO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)
K2Cr2O7 aq) + EDTA (aq) K-(EDTA)
K2Cr2O7 (aq) + NH4OH aq) KOH(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)
K2Cr2O7 (aq) + Na2CO3aq) K2CO3(aq) + Na2Cr2O7(aq)
K2Cr2O7(aq) + 2NH4Cl (aq) KCl(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

Faktor kesalahan yang terjadi dalam praktikum kali ini yaitu :


1. Seharusnya terlalu banyak sampel itu ketika direaksikan jangan di plat tetes sehingga
membuat larutan bereaksi hanya berkutat pada warna semata saja sehingga
mengakibatkan banyak larutan yang tidak berwarna
2. Sesudah pemanasan kemungkinan yang terjadi yaitu kelebihan asam ataupun kelebihan
basa, sehingga untuk menetralkan butuh pH universal yang notabene akan menghabiskan
pH universal itu sendiri seharusnya memakai saja pH meter.
3. Konsentrasi dari setiap larutan baik sampel dan pereaksi yang kecil sehingga larutan
hanya bisa berubah dari warna saja.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam pelarutan semua sampel :
A. sampel (FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, MnO2) larut dalam air dingin
karena memiliki kelarutan yang besar.
B. sampel (NaH2PO4, Cu(CH3COO)2, NiSO4, K2Cr2O7) larut dalam air panas karena
memiliki kelarutan yang besar .
C. sampel (CaCO3) larut dalam larutan HCl pekat karena CaCO 3 karena sukar larut
dalam air dingin maupun air panas.
D. sampel (Zn) larut dalam larutan HNO3encer karena Zn teroksidasi oleh larutan HNO3
tersebut yang bersifat sebagai reduktor.
E. sampel (C, PbSO4, Silika) tidak larut dalam larutan air raja karena sampel padatan
tersebut kelarutan yang kecil serta sampel memungkinkan hanya bisa larut dengan
pelarut non polar atau pelarut organik.
2. Dalam mengidentifikasi kemagnetan pada semua sampel, semua sampel tidak terjadi
dorongan, tidak bergerak serta tidak ada interaksi sama sekali sehingga dapat dikatakan
negatif (-) tidak bersifat magnet.
3. Semua sampel yang direaksikan memilki tingkat kelarutan yang berbeda-beda dari satu
sampel dengan lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Harvey, David.2000. modern analytical of chemistry. Chicago:McGrawHill press


Petrucci, Riaph. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Saito, Taro.1996. Buku Teks Kimia Anorganik Online.Tokyo : iwanami press
Suhendar, Dede. 2013. kimia anorganik III. Bandung: UIN SGD.
Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Media Kalman Pustaka

You might also like