You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengkajian keperawatan dan pemeriksaan diagnostik adalah suatu usaha yang dilakukan
perawat dalam menggali permasalahan sistem pernapasan pada klien. Kegiatan tersebut
meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Tahap ini membantu
perawat melakukan asuhan keperawatan sesuai bagi kebutuhan individu. Oleh karena itu,
pada tahap ini harus dilakukan pengkajian dan pemeriksaan secara akurat, lengkap sesuai
kenyataan, dan kebenaran data agar memudahkan proses pada tahap selanjutnya sesuai
respons individu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Tahap apa saja yang harus dilakukan dalam Pengkajian Keperawatan ?
1.2.2 Apa saja pemeriksaan yang dilakukan dalam Pemeriksaan Diagnostik ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
- Untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen.
- Untuk mengerti dan memahami bagaimana penerapan Pengkajian Keperawatan dan
Pemeriksaan Diagnostik dalam pelayanan kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap penting dari proses pemberian
asuhan keperawatan yang sesuai bagi kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian
yang akurat, lengkap sesuai dengan kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk
langkah selanjutnya dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai respons individu.
Pengkajian keperawatan pada sistem pernapasan adalah suatu komponen proses
keperawatan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali
permasalahan sistem pernapasan klien.
2.1.1 Komponen Pengkajian
Komponen pengkajian keperawatan komprehensif yang dilaksanakan
perawat secara umum meliputi anamnesis klien, keluarga, dan perawat lainnya.
Pemeriksaan fisik keperawatan, meninjau catatan/status klien untuk melihat
pemeriksaan diagnostik, konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain, dan
meninjau literatur yang terkait dengan keadaan klien.
2.1.2 Tujuan Pengkajian
Pengkajian termasuk dalam proses keperawatan. Proses ini menduduki
urutan pertama dari langkah proses keperawatan tersebut. Untuk mendapatkan
pengkajian dengan baik, maka diperlukan pemahaman, latihan dan keterampilan,
mengenal gejala dan tanda dari suatu gangguan nyata (aktual) dan resiko yang
ditampilkan oleh klien. Tujuan pengkajian sistem pernapasan meliputi :
1. mengkaji secara umum status keadaan klien,
2. mengkaji fisiologi dan patofisiologi (gangguan) sistem pernapasan,
3. mengenal secara dini adanya masalah keperawatan klien baik aktual maupun
resiko,
4. mengidentifikasi penyebab masalah keperawatan,
5. merencanakan cara mengatasi permasalahan yang ada serta menghindari
masalah yang mungkin akan terjadi.
2.1.3 Pengumpulan Data
Menurut Nursalam (2002) pengumpulan data secara umum merupakan hal
yang mutlak dilakukan perawat, dalam melakukan pengkajian keperawatan.
Pengumpulan data dapat dilihat dari tipe, dan karakteristik data. Menurut cara
pengumpulannya ada dua tipe data pada pengkajian keperawatan, yaitu data
subjektif dan data objektif.
2

a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian.
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dapat diukur.
2.1.4 Anamnesis
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem
pernapasan merupakan hal yang utama yang dilaksanakan perawat karena 80%
diagnosis masalah klien diperoleh dari anamnesis.
a. Keluhan Utama
Dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan sistem
pernapasan, penting untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan sistem
pernapasan. Termasuk dalam keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu
batuk, batuk darah, produksi sputum yang berlebihan, sesak napas, dan nyeri
dada.
1. Batuk
Batuk merupakan suatu refleks protektif yang timbul akibat iritasi
bercabang trakeobronkial kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme
yang penting untuk memberihkan saluran pernapasan bagian bawah.
2. Batuk Darah
Batuk darah adalah keluarnya darah dari saluran pernapasan akibat
pecahnya pembuluh darah pada saluran pernapasan bagian bawah (dari
glotis ke bawah). Gejala awal biasanya berupa rasa gatal pada tenggorokan
atau adanya keinginan untuk batuk, lalu darah dikeluarkan lewat batuk.
Darah berwarna merah terang, berbuih, dan dapat bercampur sputum.
3. Produksi Sputum Berlebih
Orang dewasa normal membentuk sputum +100/hari. Jika produksi
berlebihan, proses pembersihan mungkin tidak efektif lagi sehingga sputum
akan tertimbun.
4. Sesak napas
Sesak napas

merupakan

gejala

nyata

adanya

gangguan

trakeobronkhial, parenkim paru, dan rongga pleura. Saat terjadi sesak


napas, ada peningkatan kerja pernapasan akibat bertambahnya resistensi
elastis paru, dinding dada (obesitas, kitoskoliosis) atau meningkatnya
resistensi nonelastisitas (emfisema, asma dan bronkitis). Alsagaff (1996)
menyebutkan dalam penelitian Dudley ditemukan bahwa klien yang berada
dibawah pengaruh emosi, depresi dan kecemasan dapat mengalami sensasi
3

sesak napas melalui mekanisme hipoventilasi. Jika kemampuan dinding


thoraks atau paru mengembang mengalami penurunan sedangkan tahanan
saluran pernapsan meningkat, maka otot pernapasan memerlukan tenaga
guna memberikan perubahan volume serta tambahan tenaga yang
diperlukan untuk kerja pernapasan. Hal ini berakibat pada meningkatnya
kebutuhan oksigen jika paru tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen,
akan timbul sesak napas.
5. Nyeri dada
Keluhan utama lainnya yang sering terjadi menjadi alasan klien untuk
minta pertolongan kesehatan adalah nyeri dada. Nyeri dada merupakan
gejala yang timbul akibat radang pada fleura.
b. Riwayat Penyakit
Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan klien dengan cara
anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainnya.
1. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini pada sistem pernapasan seperti
menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga klien
minta pertolongan.
2. Riwayat Penyakit Terdahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien
sebelumnya. Misalnya apakah klien pernah di rawat inap sebelumnya,
dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami penyakit yang berat, dan
sebagainya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem
pernapasan merupakan hal yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari
riwayat keluarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan seperti
adanya riwayat sesak nafas, batuk dalam jangka waktu yang lama, dan
batuk berdahak dari generasi terdahulu.
4. Riwayat Pekerjaan Dan Gaya Hidup
Perawat juga harus menanyakan

situasi

tempat

kerja

dan

lingkungannya. Kebiasaan sosial, kebiasaan pola hidup misalnya minum


alkohol, atau obat tertentu. Kebiasaan merokok seperti sudah beberapa
lama, berapa batang per hari dan jenis rokok yang diisap.
2.1.5 Pengkajian Psiko-Sosial Spiritual
4

Pengkajian

psikologis

klien

meliputi

beberapa

dimensi

yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas tentang status


emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat mengumpulkan hasil pemeriksaan
awal klien termasuk kapasitas fisik dan intelektual saat ini, karena keduanya juga
turut menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang
seksama.
2.1.6 Pengkajian fisik
Pemeriksaan kesehatan pada sistem pernapasan meliputi pemeriksaan fisik
umum per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital,
B1 (Breathing), B2 ( Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6
(Bone) serta pemeriksaan fokus ada di B1 dengan pemeriksaan menyeluruh pada
sistem pernapasan.
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik keadaan umum dimulai dengan pengukuran tandatanda vital meliputi nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan.
Keadaan umum pada klien dengan gangguan sistem pernapasan dapat
dilakukan selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh,
perlu dinilai secara umum kesadaran klien apakah compos mentis, apatis,
somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
Respons Motorik
yang Terbaik

Respons Verbal yang


Terbaik

Membuka Mata

Menurut

Orientasi

Spontan

Terlokalisasi

Bingung

Menghindar

Kata tidak
dimengerti

Terhadap
panggilan

Fleksi
abnormal

Hanya suara

Terhadap nyeri

Ekstensi

Tidak ada

Tidak ada

Tidak dapat

Tingkat Kesadaran Menggunakan GCS


B1 (Breathing)
5

Lakukan pemeriksaan dengan cara melihat keadaan umum sistem


pernapasan dan nilai adanya tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda
sianosis, pucat, kelelahan, sesak napas, sifat batuk, penilaian produksi
sputum, dan lainnya.
a. Sianosis
Sianosis adalah perubahan warna kulit menjadi biru yang disebabkan
oleh adanya deoksihemoglobin dalam pembuluh darah superfisial.
b. Pemeriksaan Trakea
Dari arah depan klien jari telunjuk tangan kanan didorongkan ke atas dan
ke belakang insisura suprastrernalis sampai trakea teraba. Jika trakea
tergeser ke salah satu sisi, maka pinggirnya yang akan teraba bukanya
bagian tengahnya dan ruang yang lebih longgar akan teraba pada satu
sisi daripada sisi lainnya.
c. Inspeksi Toraks
Dengan mengacu pada toraks, lokasi ditetapkan baik secara horizontal
dan vertikal. Rujukan horizontal dibuat dalam istilah iga atau spasium
interkostal di bawah jari-jari pemeriksa. Pada permukaan anterior,
mengidentifikasi iga spesifik dimudahkan dengan mencari letak sudut
(sudut louis) tempat bertemunya sendi manubrium tubuh dengan sternum
pada garis tengah. Sendi iga ke-2 bertemu dengan strenum pada patokan
yang menonjol.
d. Bentuk Dada
Bentuk dada normal pada orang dewsa ditentukan berdasarkan
perbandingan diameter anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter
lateral (1:2). Bentuk dada yang biasa didapatkan seperti :
1. Bentuk dada toraks phtisis (panjang dan gepeng).
2. Bentuk dada toraks en bateau (toraks dada burung).
3. Bentuk dada toraks emfisematous (barrel chest).
4. Bentuk dada toraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam).
e. Gerakan Pernapasan Dan Kesimetrisan Dada
Penilaian yang mendukung pemeriksaan sistem pernapasan adalah
dengan menilai gerakan pernapasan klien. Perhatikan adanya asimetri
gerakan dinding dada anterior dan posterior. Penilaian terhadap ekspansi
lobus atas paling baik dilakukan dengan inspeksi dari belakang klien,
dengan memperhatikan kedua klavikula selama pernapasan sedang.
Gerakan yang berkurang menunjukan penyakit paru yang mendasarinya.
6

Sisi yang terkena akan memperlihatkan gerakan yang terlambat atau


menurun. Untuk penilaian ekspansi lobus bawah diperlukan inspeksi dan
palpasi anterior dan posterior.
f. Palpasi Toraks
Tujuan pemeriksaan palpasi rongga dada bertujuan :
1. Untuk melihat adanya kelainan pada dinding toraks. Kelainan yang
mungkin didapatkan pada pemeriksaan ini seperti emfisema subkutan.
2. Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru dengan memeriksa :
a. Gerakan dinding toraks anterior/ekskrusi pernapasan
b. Ekspansi dada posterior
c. Getaran suara (fremitus vokal) : gerakan yang terasa oleh tangan
pemeriksa yang diletakan pada dada klien saat mengucapkan katakata.
g. Perkusi Toraks
Perkusi menentukan dinding dada dan struktur di bawahnya dalam
gerakan menghasilkan vibrasi taktil dan dapat terdengar. Pemeriksa
menggunakan perkusi untuk menentukan apakah jaringan dibwahnya
terisi oleh udara, cairan, atau bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga
menggunakan perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak strukstur
tertentu didalam toraks misalnya diafragma, jantung dan hepar.
Prosedur. Perkusi biasanya dimulai pada lokasi toraks posterior. Klien
dalam posisi duduk dengan kepala fleksi ke depan dan lengan
disilangkan di atas pangkuan. Posisi ini akan memisahkan skapula
dengan lebar dan memanjang ke area paru lebih luas untuk pengkajian.
Prosedur tersebut adalah sebagai berikut : perkusi kedua bagian atas
bahu, temukan letak seluas 5 cm bunyi resonan di atas kedua apeks paru.
Lanjutkan kebawah dan ke toraks posterior, lalu perkusi area simetrik
pada interval 5-6 cm. Jari tengah diposisikan sejajar dengan iga-iga
dalam spasium interkostal. Jari-jari diletakkan dengan kuat di atas
dinding dada sebelum mengetuknya dengan jari dengan dari tangan
satunya. Perkusi di atas permukaan skapula atau iga akan mengeluarkan
suara pekak dan hanya akan membingungkan temuan. Pada klien wanita,
mungkin ada baiknya untuk menggeser letak payudara sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh.
7

Temuan. Kepekakan di atas paru terjadi ketika jaringan paru yang terisi
oleh udara digantikan oleh cairan atau jaringan padat.

Bunyi

Intensitas

Puncak

Durasi

Contoh
lokasi

Contoh
patologis

Kedataran

Ringan

Tinggi

Singkat

Paha

Efusi pleura
masif

Pekak

Sedang

Sedang

Sedang

Hepar

Pneumonia
Bronkhitis
kronis
sederhana
Emfisema,
pneumothoraks

Resonan

Keras

Rendah

Lama

Paru
normal

Hiperresonan

Sangat
keras

Lebih
rendah

Lebih lama

Normalnya
tidak

Timpani

Keras

Tinggi

Gelembung
Pneumothoraks
gas pada
masif.
lambung

Bunyi perkusi dan karateristiknya


Sumber : Donna Ignatavicius dan Marylin Bayne, 1991
h. Ekskrusi Diafragmatik
Bunyi resonan normal paru berakhir di diafragma. Posisi diafragma
berbeda selama inspirasi dibanding selama ekpsirasi.
Prosedur. Pada pengkajian posisi dan gerakan, klien diinstruksikan
untuk mengambil napas dalam dan menahannya ketika dihasilkan
penurunan maksimal diafragma. Prosedur ini dilakukan sepanjang garis
midskapular di kedua belah sisi. Titik dimana bunyi perkusi berubah dari
resonan menjadi pekak dicatat, jika diinginkan, titik ini dapat ditandai
dengan pena. Klien kemudian diinstruksikan untuk menghembuskan
napas secara penuh dan menahannya sementara pemeriksa kembali
memperkusi arah bawah menuju bunyi pekak diafragma. Lokasi
kemudian ditandai. Jarak antara kedua tanda tersebut menunjukkan
rentang gerakan diafragma.
Temuan. Ekskrusi maksimal diafragma sebesar 8-10 cm pada anak
muda yang sehat dan tinggi + 170 cm. Untuk kebanyakan orang,
ekskrusi maksimal diafragma biasanya 5-7 cm. Normalnya, diafragma 2
8

cm lebih tinggi sebelah kanan dibanding sebelah kiri karena posisi


jantung dan hepar di atas dan di bawah segmen kiri dan kanan diafragma
secara berurutan.
i. Pekak Hati
Batas atas dari pekak hati ditentukan dengan melakukan perkusi kearah
bawah pada dada depan menurut garis midklavikula. Dalam keadaan
normal, batas atas dari pekak hati adalah iga ke-6 pada garis
midklavikula kanan. Jika perkusi di bawah batas sonor, ini merupakan
tanda hiperinflasi yang biasanya terjadi akibat emfisema atau asma.
j. Pekak Jantung
Daerah pekak jantung biasanya terdapt pada sisi kiri dada, tetapi ini
dapat berkurang pada emfisema atau asma.
k. Auskultasi Thoraks
Auskultasi sangat berguna untuk mengkaji aliran udara melalui pohon
bronkhial dan mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam
struktur paru.untuk menentukan kondisi paru, pemeriksa melakukan
auskultasi bunyi napas normal, bunyi napas tambahan dan bunyi suara.
Prosedur. Pemeriksaan yang menyeluruh mwncakup auskultasi thoraks
anterior, posterior dan lateral. Prosedur tersebut dilakukan sebagai
berikut :
1. Bagian diafragma, stetoskop diletakkan dengan kuat menekan dinding
dada ketika klien bernapas melalui mulut secara perlahan dan dalam.
2. Bagian dada yang berhubungan diauskultasi dengan sistematis dari
apeks ke bagian dasar dan sepanjang garis midaksila untuk menilai
segmen-segmen paru.
3. Urutan auskultasi dan posisi klien sama seperti pada pemeriksaan
perkusi.
4. Penting untuk mendengarkan dua kali inspirasi dan ekspirasi penuh
pada kedua lokasi anatomi untuk memasukan interpretasi valid dari
bunyi yang didengar.
5. Napas dalam berulang dapat mengakibatkan gejala hiperventilasi dan
dapat dihindari dengan meminta klien istirahat dan bernapas dengan
normal satu atau dua kali selama pemeriksaan.
l. Bunyi Napas
Bunyi napas normal dibedakan oleh letaknya diatas area spesifik paru
dan diidentifikasi sebagai bunyi napas vesikular, bronkhial (tubular), dan
9

bronkovesikular. Bunyi vesikular terdengar sebagai bunyi yang tenang,


bernada rendah, mempunyai fase inspirasi panjang dan fase ekspirasi
yang singkat. Bunyi ini normalnya terdengar diseluruh bidang paru,
kecuali di atas sternum atas dan di antara skapula. Bunyi bronkhial
biasanya terdengar lebih keras dan dengan nada yang lebih tinggi
dibanding bunyi vesikular.

Bunyi Napas

Durasi Bunyi

Intensitas
Bunyi
Ekspirasi

(Vesikular),
Bunyi
inspirasi lebih lama
dibanding ekspirasi

Halus

(Bronkhovesikular)
Bunyi
inspirasiekspirasi relatif sama

Intermediet

(Bronkhial),
Bunyi
eksperasi berlangsung
lebih
lama
dibandingkan
bunyi
inspirasi
(Trakeal), Bunyi dan
inspirasi dan ekspirasi
kira-kira sama

Puncak Bunyi
Ekspirasi

Lokasi Terdengar
Normal

Relatif rendah

Hampir sama di atas


kedua paru.

Intermediet

Sering
pada
interspasium 1 dan 2
di sebelah anterior
dan di antara skapula.

Keras

Relatif tinggi

Di atas manubrium
jika memang ada
terdengar

Sangat keras

Relatif tinggi

Di atas trakhea pada


leher.

Ketebalan pada garis menunjukan intensitas, semakin meninggi bentuk garisnya maka semakin
tinggi pula puncaknya.

Temuan. Bunyi bronkial dan bronkovesikular yang terdengar di semua


tempat di paru menandakan keadaan patologi.

Bunyi ini biasanya

menunjukan area yang mengalami konsolidasi pada paru (misalnya


pneumonia dan gagal jantung) dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
2.2 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2.2.1 Pemeriksaan Fungsi Paru
10

a. Peak Flow Meter


Peak Flow meter adalah alat sederhana yang dipakai untuk mengukur
kecepatan aliran ekspirasi maksimum. Klien diminta lagi untuk kembali
mengambil napas dalam-dalam, tetapi bukan dengan ekspirasi yang
memanjang, melainkan dengan suatu tiupan ekspirasi maksimal yang kuat dan
cepat melalui mulut.
Nilai yang diperoleh sebagian besarnya bergantung pada diameter jalan
nafas. Nilai normal untuk laki laki dewasa muda dengan berat badan 60 kg
dan tinggi badan 165 cm adalah kurang lebih 600 liter/menit dan untuk wanita
kurang lebih 400 liter/menit. Nilai nilai ini tergantung dari umur, jenis
kelamin, dan tinggi badan sehingga harus disesuaikan dengan tabel nilai
normal.
b. Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)
Spirometer merekam secara grafis atau volume digital ekspirasi kuat dan
kapasitas vital kuat. Pada beberapa rumah sakit besar kelengkapan dari
spirometer sangat menunjang pemeriksaan untuk menentukan derajat sesak
klien dan merupakan alat yang berguna dalam melakukan general check up
pada calon karyawan yang bekerja ditempat yang beresiko tinggi seperti
pabrik semen , batu bara dan asbes.
c. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Jaringan pulmonal normal adalah radiolusen (meneruskan jalannya sinar
X). Oleh karena itu, ketebalan atau densitas yang dihasilkan oleh cairan,
tumor, benda asing, dan kondisi patologi lain dapat dideteksi dengan cara
pemeriksaan Rontgen. Film sinar-X menunjukkan proses patologi ekstensif
dalam paru saat tidak terdapatnya gejala. Rontgen thorak rutin terdiri atas dua
bidang projeksi posteroanterior dan proyeksi lateral. Rontgen thorak biasanya
diambil setelah inspirasi penuh atau napas dalam karena paru akan
tervisualisasi dengan baik saat keduanya terisi penuh oleh udara.
d. Tomografi (flanigrafi)

11

Tomografi memberikan bayangan bagian paru pada bidang yang berbeda


dalam thoraks. Pemeriksaan ini berguna untuk memeriksa klien dengan
tuberkulosis (TB) paru, jaringan paru yang terdesak, dan abses paru.
e. Computed Tomography Scan
Computed scan (CT) scan adalah metode pencitraan dimana paru
dipindai (scanning) dalam lapis-lapis berurutan oleh pancaran-sempit sinar-X.
Bayangan yang dihasilkan memberikan pandangan melintang dari thoraks.
f. Positron Emission Tomography (PET)
Positron emission tomography menggunakan energi fisika yang tinggi
dan tehnik komputer yang canggih untuk meneliti cara sel berfungsi dalam
individu yang hidup.
g. Fluoroskopi
Fluorokopi di gunakan untuk menbantu dalam prosedur invasif seperti
biopsi jarum dada atau biopsi transbronkhial dalam mengidentifikasi lesi.
Pemeriksaan ini mungkin juga digunakan untuk penelitian gerakan dinding
dada, mediastinum jantung, dan diafragma.
h. Broukhografi
Saat

ini,

bronkhografi

jarang

digunakan

sejak

ditemukannya

bronkhoskopi serat optik dan CT scan.


i. Angiografi Pembuluh-Pembuluh Pulmonal
Angiografi pulmonal paling umum digunakan untuk menyelidiki
penyakit tromboembolik paru seperi emboli paru dan abnormalitas kongenital
pohon vaskular pulmonal. Angiografi pulmonal adalah penyuntikan cepat
medium radiopaque kedalam vestikula paru untuk keperluan pemeriksaan
radiografi pulmonal.
j. Pemeriksaan Bronkhoskopi
Pemeriksaan bronkhoskopi dilakukan dengan melewatkan suatu
Bronkhoskopi ke dalam trakhea dan bronkhi. Bronkhoskopi dilakukan untuk
12

mendiagnosis

juga

mengelola

keadaan-keadaan

pada

percabangan

trakeobronkhial. Tujuan pemeriksaan bronkhoskopi adalah:


Memeriksa jaringan atau mengumpulkan sekresi.
Menentukan lokasi dan keluasan proses patologi dan untuk mendapatkan
sampel/ contoh jaringan guna menegakkan diagnosis (dengan forsep
biopsi,kuratase, dan sikap biopsi)
Menentukan apakah suatu tumor dapat di reseksi atau tidak dapat diketahui
melalui tindakan pembedahan.
Mendiagnosis tempat pendarahan (sumber hemoptisis).
k. Intervensi Keperawatan
Perawat harus mempunyai pengetahuan yang baik dan mendapatkan
surat persetujuan sebelum melakukan tindakan. Makanan dan cairan ditunda
pemberiannya selama 6 jam sebelum pemeriksaan untuk mengurangi risiko
aspirasi ketika refleks dihambat.
Pemeriksaan Sputum
Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalammengidentifikasi organisme
patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau
tidak.secara umum pemeriksaan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan
sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan.
l. Thorakosentesis
Lapisan tipis cairan pleural normalnya tetap berada didalam spasium
pleural. Sampel cairan ini bisa didapatkan melalui thoraksentesis atau dengan
selang thoraktomi. Thorakosentesis adalah aspirasi cairan pleural untuk tujuan
diagnosis dan terapeutik.
m. Pemeriksaan Darah
1. Hemoglobin (HB)
Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin. Fungsi
utama hemoglobin adalah transpor oksigen dan karbon dioksida.
Konsentrasi hemoglobin darah diukur berdasarkan intensitas warnanya
dengan menggunakan fotometer dan dinyatakan dalam gram hemoglobin.
2. Laju Endapan Darah (LED)

13

Penilaian laju endap darah untuk menilai sejauh mana tingkat proses
inflamasi yang terjadi pada sistem pernapasan.
3. Leukosit
Peningkatan kadar leukosit memberikan gambaran adanya perlawanan
oleh leukosit untuk melakukan proses fagositosis terhadap invasi kuman
yang masuk ketubuh terutama akibat adanya infeksi disistem pernapasan.
4. Fungsi Hati
Pemeriksaan SGOT dan SGPT diperlukan untuk memantau dampak
pemberian pengobatan yang telah dilakukan terutama pengobatan jangka
panjang obat antituberkulosis terhadap kondisi dan fungsi hati.

5.

Glukosa
Glukosa serum harus sering dipantau karena kebanyakan klien dengan
gangguan sistem pernapasan juga menderita diabetes melitus dan
keduanya sering saling memengaruhi.

6. C-Reactive Protein
C-Reactive

protein

merupakan

anggota

dari

protein

pentraxin.

Pemeriksaan CRP biasanya diperlukan untuk menentukan sejauh mana


proses infeksi telah menginvasi sistem pernapasan.
a. Elektrolit Serum
Elektrolit serum dapat memengaruhi prognosis klien dengan ARDS
yang berdampak pada gangguan potensial aksi jantung sehingga
berakibat gangguan konduksi.
b. Analisa Gas Darah
14

Gangguan asam basa paling mudah dinyatakan dengan teknik Analisa


Gas Darah (AGD) atau dapat disebut dengan Astrup, karena dengan
hanya sedikit darah maka dapat diketahui pH darah secara cepat dan
tepat. Nilai pH darah diukur secara langsung

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap penting dari proses pemberian
asuhan keperawatan yang sesuai bagi kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian
yang akurat, lengkap sesuai dengan kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk
langkah selanjutnya dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai respons individu.
Pengkajian keperawatan pada sistem pernapasan adalah suatu komponen proses
keperawatan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali
permasalahan sistem pernapasan klien.
3.2 SARAN
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

15

You might also like