You are on page 1of 24

ANALISA VOLUMETRI

I.

PENDAHULUAN
Analisa volumetric (titrimetri) adalah analisa kuantitatif dengan cara
mengukur volume pentiter. Sejumlah bahan yang diselidiki direaksikan
dengan larutan baku yang telah diketahui normalitasnya secara teliti. Larutan
baku diteteskan melalui buret sampai jumlah yang direaksikan tepat setara
(ekivalen) satu sama lain. Pekerjaan mereaksikan ini disebut dengan istilah
titrasi. Larutan zat yang diteteskan melalui buret disebut titran, sedang zat
yang dicari kadarnya disebut titrat.
Saat dimana reaksi antara titran dengan titrat telah sempurna disebut
titik ekivalen (stoichiometris). Artinya zat zat yang telah bereaksi sempurna
sebagaimana dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti :
aA + tT

hasil
Dimana a mol zat A bereaksi dengan t mol zat T sampai dicapai

kesetaraan.
Selesainya titrasi harus dapat diamati dengan adanya perubahan yang daoat
dilihat dengan jelas baik berupa warna, endapan yang berasal dari larutannya
sendiri maupun dengan bantuan zat lain yang disebut indikator. Saat
terjadinya perubahan pada indikator menandakan bahwa titrasi harus
dihentikan, disebut titik akhir titrasi (end point), pada saat itulah volume
titran yang keluar dibaca pada buret.
Suatu titrasi yang ideal bila titik akhir yang ditunjukkan indikator
sama dengan titik ekivalen (teoritis). Pada kenyataannya tidak selalu sama
tapi ada perbedaan kecil yang disebut kesalahan titrasi.
Karena itulah pemilihan indikator sangat penting agar perbedaan ini sekecil
mungkin (dalam batas yang diperkenankan).

II.

TITRASI ASIDI ALKALIMETRI


Tujuan
Prinsip

: Menetapkan zat uji yang bersifat asam atau basa.


: reaksi netralisasi

Reaksi umum

Atau

HA
+
BOH
(asam) (basa)

AB + H2O

H+

H2O

OH-

Pembuatan larutan titer :


Larutkan sejumlah asam klorida P dalam air secukupnya hingga dalam 1000,0
ml larutan mengandung 3,65 gram HCl.
Catatan : HCl yang ada di pasaran mempunyai kadar 36%, BJ 1,18 normalitas
= 11,6 N hitung ml HCl pekat untuk 1000,0 ml HCl 0,1 N
L (liter) N

ml

Bj ml P (%)
BM (HCl) 100

BM ( BE ) 100 L N
Bj P(%)

36,5 100 1 0,1


1,18 36
8,96

H2SO4 0,1 N : larutkan asam sulfat P dalam air secukupnya hingga dalam
1000,0 ml mengandung 4,90 gram H2SO4 (BE H2SO4 = BM), kadar 98 %
Bj 1,84.
Dengan perhitungan yang sama dengan diatas maka untuk membuat 1,000,0
ml larutan H2SO4 0,1 N diambil H2SO4 pekat sebanyak 2,7 3,0 ml + aqua ad
1000,0 ml.
NaOH 0,1 N : Larutkan 4,5 gram NaOH P dalam lebih kurang 950 ml air,
tambahkan lartutan jenuh Ba(OH)2 P segar, hingga tidak lagi terbentuk
endapan. Kocok baik- baik biarkan semalam dalam botol bersumbat, endap
tuangkan atau saring.

Persiapan indikator :
Nama indikator
Pembuatan larutan
1. Methyl jingga
0,5 g larutkan dalam
(methyl orange)
1 liter air
2. Methyl merah
1,0 g dalam 1 liter air panas
(methyl red)
atau dalam
600 ml + 50 ml air
3. Phenol phtalin
0,5 g dalam 50 ml etanol +
50 ml air
4. Phenol merah
0,1 g dalam 20 ml etanol +
12,8 ml NaOH 0,1 N + air
ad 100 ml

pH
3,1 4,4

Perub warna
Merah jingga

4,2 6,3

Merah - kuning

8,3 10,0

Tak berwarna
merah

6,8 8,4

Kuning - merah

Pengertian kadar (dalam %) :


1. % b/b persen bobot per bobot = jumlah gr zat dalam 100 gr hasil akhir
2. % b/v persen bobot per volume = jumlah gr zat dalam 100 ml hasil
akhir
3. % v/v persen volume per volume = jumlah ml zat dalam 100 ml hasil
akhir
4. % b/v persen bobot per volume = jumlah gr zat dalam 100 ml hasil
akhir
5. ppm (part per milion) = 1 bagian zat persatu juta bagian hasil akhir
atau 1 mgr zat dalam 1 kg hasil akhir

MENYATAKAN KONSENTRASI DALAM KIMIA


Molaritet (M) : mol dalam 1 liter hasil atau
mmol zat dalam 1 ml hasil akhir
M

bobot zat (gram)


1000

MR zat
V (ml) larutan

Contoh : 4 gram NaOH (MR.NaOH = 40) dilarutkan dalam air hingga 200 ml
MNaOH

4 1000

0,5M
40 200

Normalitet (N atau n) : molekivalen (mol.ek) dalam 1 liter hasil atau


Mmolekivalen (mmol.ek) zat dalam 1 ml hasil
N atau n : M x valensi zat atau

M
BE (bobot ekivalen)

Bobot ekivalen (BE)

1
mol
Valensi zat

1
Contoh :

1
1mol
1
1 1
H 2 SO 4 bervalensi 2 BE H 2 SO 4 mol
2 2
HCl 0,5 M HCl 0,5 1 N 0,5 N
H 2 SO 4 0,5 M H 2 SO 4 0,5 2 1 N
HCl bervalensi 1 BE HCl

Cara langsung :
Atau

Bobot zat(gr) x 1000 x valensi


MR zat x Vol larutan (ml)
Bobot zat(gr) x 1000
N(n)
MR zat x Vol larutan(ml) x BE
N(n)

N(n) MR zat vol.larutan (ml) BE


Atau
1000
N(n) x MR zat vol.larutan (ml)
Bobot zat (gr)
1000 valensi
Molalitet (m) mol zat dalam 1000gr pelarut
bobot zat (gr) 1000
m
MR d (gram pelarut)
Bobot zat (gr)

ALKALIMETRI
Penetapan kadar zat uji (sampel) dengan menggunakan larutan alkali/basa sebagai
pentiter / titran / baku sekunder NaOH atau KOH dengan reaksi yang terjadi adalah :
asam basa garam H 2 O

Pentiter / titran yang dipakai:

baku sekunder NaOH atau KOH dengan bobot


ekivalen (BE) = 1 mol

Baku primwer yang dipakai:

Kal. Biftalat (Khftalat) BE = 1 mol


Asam oxsalat BE = 1 mol

Indikator yang dipakai :

Phenol Phthalein (PP) yang :


Dalam asam tidak berwarna
Dalam basa berwarna merah
Pada titik ekivalen pink atau merah jambu

Pembuatan larutan baku sekunder NaOH atau KOH

Hitung berat NaOH atau KOH yang akan ditimbang


Timbang NaOH atau KOH dengan timbangan gram biasa
Masukkan dalam erlemeyer, larutkan dengan air secukupnya (takar dengan gelas
takar), dinginkan bila perlu, masukkan dalam wadah yang telah disiapkan, bilas
erlemeyer dengan sisa air, terakhir tambahkan sisa airnya.
Tutup dengan menggunakan plastik, polietilen atau tutup dari gabus (jangan
menggunakan tutup dari gelas)

Pembuatan larutan baku primer (untuk semua baku primer)


-

Hitung berat baku primer yang akan digunakan


Siapkan labu takar yang bersih (sesuai dengan volume yang dibuat), dan corong
gelas
Timbang teliti baku primer (yang sudah dikeringkan) dengan analytical balance
(timbangan analyt)
Masukkan kedalam labu takar dengan bantuan corong, semprot hati hati dengan
botol semprot sambil membilas corong, tambahkan air secukupnya
Larutkan hati hati, setelah labu takar ditutup dengan cara dikocok (jangan
sampai mengocok melampaui batas labu takar)
Setelah seluruh baku primer benar benar larut, tambahkan sisa air hingga batas
labu takar. (jangan sampai kurang atau lebih). Gunakan pipet tetes untuk
menambahkan sisa air hingga batas
Tutup labu takar kemudian dikocok dengan cara membolak balik labu takar
tersebut beberapa kali

Hitung normalitet atau molaritet larutan baku primer berdasarkan berat baku
primer hasil timbangan dengan rumus (normalitet atau molaritet harus 4 desimal).
Tulis normalitet atau molaritet di labu takar dengan menggunakan spidol.
Catatan :
Data yang dibutuhkan baik baku sekunder maupun baku primer seperti MR zat, berat
jenis, persentase dan lain lain dilihat pada etiket masing masing zat atau di
Farmakope Indonesia.
Pembakuan baku sekunder NaOH atau KOH dengan baku primer :
-

Bersihkan buret, bilas dengan baku sekunder NaOH atau KOH (buang bekas
bilasan), kemudian isi buret hingga batas
Pipet dengan pipet gondok 10,0 ml atau sesuai ketentuan, larutan baku primer
(sebelumnya pipet gondok yang akan digunakan bersih dan dibilas dengan larutan
baku primer yang akan dipipet)
Masukkan kedalam erlemeyer yang bersih, dengan posisi pipet gondok tegak
lurus
Bilas bagian leher erlemeyer dengan menggunakan botol semprot
Tambahkan 1 atau 2 tetes indikator pp dengan pipet tetes
Titrasi dengan baku sekunder NaOH atau KOH melalui burret hingga warna
pink atau merah jambu
Catat volume baku sekunder sebelum titrasi dan sesudah titrasi (titik ekivalen)
Lakukan titrasi tiga kali, hitung volume rata rata hasil titrasi
Dengan volume rata rata tersebut hitung normalitet baku sekunder (empat
desimal) dengan cara :
N baku sekunder

10 N baku primer
Vrata -rata baku sekunder

Dengan baku sekunder yang sudah dibakukan tadi tetapkan kadar zat uji
Zat uji atau sampel bisa berbentuk cair, larutan, bahan padat, atau salep sehingga
kadar yang diperoleh bisa % b/b atau % b/v
Catatan :
Perhatikan cara persiapan zat uji atau sampel yang ditetapkan kadarnya.
Yang Ditetapkan Kadarnya Secara Alkalimetri
1. Lar. Asam asetat
2. Lar. Acid Boric (lar. Asam borat)
3. Lar. Borax (alakli atau acidi)
4. Acetosal dalam lactose
4.1. titrasi langsung

(BE = 1 mol)
(BE = 1 mol)
(BE = mol)
(BE = 1 mol)

4.2. titrasi kembali (tak langsung)


(BE = mol)
5. Acid Salicyl dalam talkum
(BE = 1 mol)
6. Acid Salicyl dalam salep
(BE = 1 mol)
7. Acid Benzoid dalam talkum
(BE = 1 mol)
Persiapan Sampel Secara Umum (Bila Dinyatakan Lain) :
1. H2O2 , pipet dengan pipet gondok 1,0 ml, pindahkan dalam labu takar 100,0 ml ,
yang sudah berisi air, tambahkan air hingga 100,0 ml kemudian dibolak balik
2. Asam asetat, pipet dengan pipet gondok 10,0 ml, pindahkan dalam labu takar
100,0 ml tambahkan air hingga 100,0 ml, kocok
3. Larutan : pindahkan zat uji atau sampel secara kuantitatif kedalam labu takar
100,0 ml, tambahkan air, larutkan, kemudian tambah sisa air hingga 100,0 ml,
kocok
4. Zat padat : timbang teliti zat padat (gunakan analytcal balance) masukkan dalam
erlemeyer, larutkan dengan pelarut yang sudah ditentukan, kocok hingga larut.
Jumlah zat padat yang ditimbang sesuai dengan yang telah ditentukan. (masing
masing erlemeyer diberi nomor 1, 2, dan 3 karena berat zat padat yang tertimbang
akan berbeda dan akibatnya volume pentiter yang dipakai uga berbeda).
Titrasi Blanko
Tujuan

Pelaksanaan

:mengurangi kesalahan pada titrasi disebabkan adanya pereaksi


yang ditambahkan pada saat pelaksanaan titrasi yang kemungkinan
pereaksi tersebut ikut bereaksi dengan pentiter
:kondisi yang kita lakukan pada titrasi blanko harus sama dengan
kondisi pada titrasi yang ada zat ujinya kecuali pada blanko tidak
dimasukkan zat ujinya.

Dengan dilakukannya titrasi blanko maka volume pentiter yang bereaksi dengan zat uji
harus dikurangi dengan volume pentiter yang digunakan pada
titrasi blanko
Titrasi Langsung
Dimana zat uji atau sampel langsung dititrasi dengan pentiter (hanya menggunakan satu
macam baku sekunder)
Titrasi Tidak Langsung Atau Titrasi Kembali
Pada titrasi ini menggunakan 2(dua) macam larutan baku sekunder.
Zat uji direaksikan dengan baku sekunder I (volumenya tertentu dan berlebihan) setelah
selesai reaksi, kelebihan baku sekunder I dititrasi dengan baku sekunder II (untuk
mengetahui berapa banyak baku sekunder I yang bereaksi dengan zat uji atau sampel)
Catatan : volume larutan baku sekunder I ditakar menggunakan pipet gondok

Larutan baku sekunder :


Larutan tunggal yang sudah diketahui dengan pasti normalitet atau molaritetnya yang
digunakan untuk menetapkan kadar zat uji atau sampel. Normalitet atau molaritet baku
sekunder dipastikan dengan jalan pembakuan atau standardisasi menggunakan baku
primer yang cocok. Normalitet atau molaritet harus empat desimal.
Pembuatan Baku Sekunder
-

Hitung baku sekunder yang akan ditimbang atau ditakar


Timbang dengan timbangan biasa atau takar dengan gelas takar baku sekunder
Larutkan dalam erlemeyer
Tambahkan sisa air dengan gelas takar

Larutan Baku Primer


Larutan tunggal yang digunakan untuk membakukan larutan baku sekunder, dimana baku
primer tidak dibakukan sehingga baku primer mempunyai syarat antara lain :
-

mempunyai kemurnian 100 % atau mendekati 100 %


mempunyai bobot ekuivalen yang tinggi
mudah ditangani (tidak higroscopis atau tidak dipengaruhi udara)

Pembuatan Larutan Baku Primer


-

Keringkan baku primer dalam oven selama 2 jam pada suhu 270 C

Dinginkan dalam dessikator

Timbang menggunakan timbangan analyt

Masukkan dalam labu takar sesuai volume dengan bantuan corong gelas

Bilas corong gelas. Tambahkan air, kocok sampai baku primer larut

Tambahkan sisa air hingga batas

Hitung normalitet atau molaritet baku primer berdasarkan berat baku primer yang
tertimbang

Tulis dengan spidol normalitet atau molaritet baku primer (4 desimal) pada labu
takar

Perhitungan Dalam Analisa Volumetri Atau Titrasi

1. Titrasi langsung
1.1.

tanpa blanko
mmol.ek zat uji = mmol.ek pentiteratau titran
= Vpentiter x Npentiter

1.2.

dengan blanko
mmol.ek zat uji

= mmol.ek pentiter (zat uji) mmol.ek blanko


= (Vp.zat uji x Np.zat uji) (Vp.blanko x Np.blanko)

2. Titrasi tidak langsung atau titrasi kembali


2.1.

tanpa blanko

mmol.ek zat uji = mmol.ek baku sekunder I mmol.ek baku sekunder II


= (VBS I x NBS I) (VBS II x NBS II)
2.2.
dengan blanko
mmol.ek sampel = mmol.ek kembali pentiter blanko mmol.ek pentiter kembali
zat uji
= (Vp.kembali blanko x Np.kembali blanko) (Vp.kembali zat uji x Np.kembali zat uji)

Acidimetri
Penetapan kadar zat uji atau sampel dengan menggunakan baku sekunder asam sebagai
pentiter / titran. Asam yang digunakan sebagai baku sekunder yang umum adalah asam
chlorida atau asam sulfat. Kedua asam tersebut digunakan karena dalam keadaan encer
tidak bersifat oksidator. Pembuatan asam sebagai pentiter dapat dibuat dari asam yang
pekat atau asam sudah encer kemudian diencerkan dan ditakar menggunakan gelas takar.
Apabila dibuat dari asam yang pekat maka kita kerjakan sebagai berikut :
Jumlah asam pekat yang ditakar adalah :
V (liter) x N x factor
Asam pekat yang ditakar (ml) =
% b/b x BJ
V
N

= volume asam yang akan dibuat (liter)


= normalitet asam yang akan dibuat
MR asam x 100

Factor =
Valensi asam
% b/b = persen asam pekat
BJ
= berat jenis asam pekat
-

kerjakan di lemari asam


siapkan erlemeyer yang sudah diisi dengan sebagian air (ditakar)
takar (dengan gelas takar) asam pekat yang dibutuhkan
tuangkan perlahan lahan melalui dinding erlemeyer
dinginkan
tambahkan sisa air dengan menggunakan gelas takar

Tersedia HCl pekat ( % = 36,5, BI = 1,35, MR = 36,5), buatlah dari asam tersebut 500 ml
HCl 0,1 N
V = 0,5 N = 0,1 BJ = 1,35 % = 36,5 Faktor = (36,5 x 100) : 1 = 3650
HCl pekat yang diambil :
= (0,5 x 0,1 x 3650) : (36,5 x 0,1)
= 3,7 ml
Dari HCl yang encer :
Tersedia HCl 2 N, buat 500 ml HCl 0,1 N dari asam yang tersedia tersebut :
HCl 2 N yang diambil = 0.1/2 x 500 ml
= 25 ml (sisa air 475 ml)
Baku primer yang digunakan untuk pembakuan asam adalah :
Natr.Carbonat Anhydrat yang dikeringkan pada suhu 120 C
BE Natr.Carbonat = mol.
10

Indikator : merah metil atau jingga metil


Pembakuan Baku Sekunder HCl atau H2SO4
- Pipet 10,0 ml baku primer
- Masukkan dalam erlemeyer
- Tambahkan 2 tetes merah metil / jingga metil indikator
- Titrasi dengan HCl atau H2SO4 hingga warna jingga, kerjakan 3 kali
- Hitung N baku sekunder (4 desimal)
Zat yang ditetapkan secara acidi :
Natr.Carbonat (BE= mol)
Natr.Hydr.Carbonat (BE = 1 mol)

PERMANGANO METRI
Penetapan kadar zat uji / sampel dengan baku sekunder kalium permanganat
(KMnO4 ) sebagai pentiter. Permangano metri dilakukan dalam suasana asam dan sebagai
asam yang digunakan adalah asam sulfat encer. Tidak bisa dipakai HCl karena akan
menghasilkan gas chlor dan juga tidak bisa digunakan asam nitrat pekat atau encer karena
asam ini bersifat oksidator.
Kalium Permanganat dalam permangonmetri mempunyai BE = 1/5 mol.
Ini dapat dilihat pada reaksi KMnO4 dengan asam yang menghasilkan 2 mol O.(5 e).
MnO4 + 8 H + 5 e Mn + 4 H2O atau dapat juga dengan selisih bilok Mn
sebelum dan sesudah reaksi :
Sebelum reaksi : bilok Mn = 7
Sesudah reaksi : bilok Mn = 2
Selisih bilok = 5, maka BE KMnO4 = 1/5 mol

Pada permanganometri tidak menggunakan indikator seperti titrasi lain, karena


KMnO4 sudah bertindak sebagai indikator (auto indikator). Titrasi mencapai titik
ekivalen bila larutan berubah warnanya menjadi merah jambu atau pink.
Baku primer : asam oksalat (BE = mol)
Pembuatan Baku Sekunder KMnO4

11

Timbang KMnO4 dengan timbangan biasa

Masukkan dalam erlemeyer

Larutkan dengan air panas, dinginkan

Tambahkan sisa air

Saring dengan glass wool atau penyaring asbes

Simpan dalam wadah berwarna

Pembakuan BS KMnO4
-

Pipet 10,0 ml baku primer Asam Oksalat

Masukkan dalam erlemeyer

Tambahkan asam sulfat 10 %

Panaskan hingga temperatur 700 C

Dalam keadaan panas titrasi dengan KMnO4 hingga warna pink

Lakukan 3 kali

Hitung normalitet BS KMnO4 (4 desimal)

Catatan :

pada penetapan kadar tidak dipanaskan, dan gunakan asam sulfat 20 %.

Pembuatan Asam Sulfat 10 % atau 20 % :


% yang akan dibuat
Asam sulfat pekat yang ditakar =

x volume asam yang dibuat


% asam sulfat pekat

12

Sisa air = volume asam yang dibuat volume asam pekat yang ditakar.
Cara pembuatan :
Lihat pembuatan baku sekunder asam pada acidimetri

Zat yang ditetapkan :


H2O2(BE = mol) dan FeSO4(BE = 1 mol)

IODI METRI
Penetapan kadar zat uji / sampel dengan menggunakan baku sekunder
Pentiter

Iodium (I2).

: Larutan Baku sekunder Iodiom (I2) ---- BE = mol

Pembuatan BS Iodiom :
Iodiom sangat sukar larut dalam air, tapi mudah larut dalam larutan pekat garam iodida (I
) KI atau NaI membentuk KI3 atau NaI3 yang bersifat iodium.
-

Timbang iodium dengan menggunakan botol timbang iodiom di neraca biasa

Larutkan dalam erlemeyer bertutup yang sudah ada larutan pekat garam iodida
(KI/NaI) ---- larutan pekat : KI atau NaI larutkan dengan 2 atau 3 kali berat KI
atau NaI

Tambahkan sisa air, masukkan dalam wadah berwarna (coklat)

Baku primer lar.I2 : Arsen Trioksida (As2O3) BE = mol


Dapat juga digunakan Baku Sekunder Natr. Tiosulfat (Na 2S2O3) yang terlebih dahulu
Natr. Tiosulfatnya dibakukan dengan Baku Primer KIO3 (BE = 1/6 mol) atau K2Cr2O7
(BE = 1/6 mol)
Pembuatan baku sekunder Natr.Tiosulfat (BE = 1 mol)
- Timbang Natr.Tiosulfat dengan timbangan biasa
- Masukkan dalam erlemeyer dan larutkan dengan air
- Tambahkan Natr.Carbonat, didihkan
- Dinginkan, saring dengan kertas saring
- Tambahkan sisa air
Indikator : larutan kanji / amylum yang selalu dibuat baru
- Timbang kanji dengan timbangan biasa

13

Masukkan kedalam beaker gelas


Tambahkan sedikit air, aduk dengan tangkai pengaduk gelas
Tuangkan kedalam sisa air yang didihkan sambil diaduk aduk sampai kanji /
amylum larut, dinginkan

Larutan kanji merupakan tempat berkembang biaknya jamur sehingga kalau dibiarkan
lama akan jamuran, karena itu harus dibuat baru / segar.
Pembakuan BS Natr.Tiosulfat dengan BP KIO3 atau K2Cr2O7
- Pipet 10,0 ml lar BP KIO3 atau K2Cr2O7
- Masukkan kedalam erlemeyer
- Tambahkan 10 ml HClp dan 1 gr KI, tutup erlemeyer dengan plastik
- Titrasi dengan BS Natr.Tiosulfat hingga warna kuning muda
- Tambahkan 1 ml indikator kanji ( 1 pipet tetes kecil penuh)
- Lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang
- Lakukan tiga kali
BROMO DAN BROMATO METRI
Titrasi yang dilakukan selalu berbentuk titrasi tidak langsung atau titrasi kembali berarti
ada dua macam baku sekunder (BS-1 dan BS-2). BS-1 atau pereaksi yang berlebihan
direaksikan dengan zat uji atau sampel, sisa dari BS-1 yang tidak bereaksi dengan sampel
atau zat uji di titrasi dengan BS-2 untuk mengetahui sisa dari BS -1 , dengan demikian
dapat dihitung berapa BS-1 yang bereaksi dengan sampel atau zat uji. Penambahan BS-1
sebagai pereaksi harus tepat, maka digunakan pipet gondok dalam penakarannya.
BS-1 yang digunakan adalah Lar. Brom atau Lar. Kalium Bromat berlebihan
dan
sebagai BS-2 (pentiter kembali) adalah Lar. Natr. Tiosulfat. Reaksi sampel atau zat uji
dengan BS-1 adalah reaksi substitusi, addisi atau
oksidasi sehingga untuk mengetahui
berapa BE zat uji kita lihat berapa banyak Br yang diikat oleh zat uji / sampel dengan
ketentuan :
Bila zat uji / sampel mengikat 1 Br, BE zat uji / sampel = mol
Bila zat uji / sampel mengikat 2 Br, BE zat uji / sampel = mol
Bila zat uji / sampel mengikat 3 Br, BE zat uji / sampel = 1/6 mol
Pada bromometri, sebagai BS-1 digunakan lar. Brom (Br2)
Pada bromatometri, sebagai BS-1 digunakan lar. Kalium Bromat (KBrO3)
Pada akhir titrasi baik Bromo maupun bromato-metri adalah reaksi Iodo-metri dengan
reaksi umum sebagai berikut :

14

BROMOMETRI :
Zat uji + Br2 (berlebih) (hasil reaksi) + -----(Br2) sisa
(Br2) sisa + 2 I- + (H+) 2 Br- + I2
I2 + 2 S2O3= S4O6= + 2 IBROMATOMETRI :
KBr + KBrO3 (berlebih) + 6 H+ 2 K+ + Br2 (berlebih) + 3 H2O
Zat uji + Br2 (berlebih) (hasil reaksi) dan -------Br2 (sisa)
(Br2) sisa + 2 I- + (H+) 2 Br - + I2
I2 + 2 S2O3= S4O6 = + 2 I
Indikator yang dipakai : larutan kanji / amylum yang dibuat baru.
Pada bromo atau bromato-metri sebaiknya dilakukan titrasio blanko untuk
menghindari kesalahan atau reaksi antar reagent tambahan dengan zat uji.
Perhitungan mmolek zat uji tanpa blanko :
Pada bromometri :
Mmolek zat uji = mmolek Br2 mmolek tiosulfat
Pada bromatometri :
Mmolek zat uji = mmolek KBrO3 mmolek tiosulfat
Perhitungan mmolek zat uji dengan blanko baik bromo maupun bromatometri:
Mmolek zat ui = mmolek tiosulfat blanko mmolek tiosulfat zat uji
Cara penetapan kadar zat uji :
-

Timbang teliti zat uji, masukkan dalam erlemeyer dan larutkan


Tambahkan (dengan pipet gondok) BS-1 (brom atau kal.bromat)
Tambahkan 1 gr KBr dan HCl (25%)
Tutup dengan plastik, diamkan ditempat gelap 15 menit
15

Tambahkan 1 gr KI, tutup kembali dan titrasi dengan BS-2 (Tiosulfat) hingga
warna kuning muda, tambahkan 1 ml indikator kanji / amylum
Lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang
Lakukan 3 kali
Hitung kadar zat uji / sampel

Zat uji / sampel :


- Fenol

(BE = 1/6 mol)

- INH

(BE = mol)

- Resorcinol

(BE = 1/6 mol)

- Asam salicylat

(BE = 1/6 mol)


ARGENTO METRI
(TITRASI PENGENDAPAN)

Penetapan kadar zat uji / sampel atas dasar reaksi pengendapan dengan pentiter BS
AgNO3 atau KCNS / NaCNS, dan sebagai zat uji adalah
senyawa Halida / halogenida
(Cl - Br - I - ) atau senyawa perak.
Tiga metode pada Argentometri :
1. METODE MOHR : untuk penetapan senyawa chlorida atau bromida.
Pentiter

: lar. BS AgNO3 (BE =1 mol)

Indikator : garam Chromat (CrO4 =)


Suasana

: netral atau agak basa (suasana asam terjadi


endapan AgOH)

Baku primer

: menurut FI pembakuan AgNO3 dengan cara


gravimetri, cara lain dengan BP. Lar. NaCl.

Reaksi yang terjadi :


Ag + + X -

AgX(s)

Ag + + CrO4 = Ag2CrO4 (s) merah coklat


(titrasi ekivalen bila terjadi endapan coklat merah)

16

X simbol umum dari halogenida = mmolek perak nitrat


Catatan :
Hati hati dengan larutan perak nitrat, karena akan meninggalkan noda hitam bila kena
kulit / pakaian.
Larutan perak nitrat disimpan dalam wadah berwarna.
2. METODE VOLHARD : untuk garam perak dan halida / halogenida.
2.1.

penetapan garam perak (titrasi langsung)


Pentiter

: lar.BS.SCN-(NaSCN atau KSCN) BE = 1 mol

Indikator : Fe 3+ (FeNH4SO4)
Reaksi yang terjadi :
Ag + + SCN SCN - + Fe 3+

---- AgSCN (S) putih


---- Fe (SCN) 3 (merah darah)

Mmolek garam perak = mmolek SCN


2.2.

penetapan garam halida / halogenida (titrasi tidak langsung)


BS-1 pereaksi berlebih

: lar. Perak Nitrat

BS-2 pentiter kembali

: lar. KCNS atau NaCNS

Indikator

: Fe 3+ (lar.FeNH4SO4)

Reaksi yang terjadi :


X - + Ag + (berlebih)

--- AgX + Ag + sisa

Ag + sisa + CNS -

--- AgCNS(S)

CNS - + Fe 3+
--- Fe (CNS)3 (merah darah)
Mmolek garam halida = mmolek perak nitrat mmolek tiosianat
3. METODE FAJANS : sama seperti pada metoda Mohr hanya indikator yang
digunakan indikator fluorecin, titrasi dilakukan ditempat yang agak gelap
Mmolek garam halida = mmolek perak nitrat.

CERI METRI
17

Penetapan kadar zat uji / sampel (reduktor) menggunakan Cerium Sulfat


Ce (SO 4) 2
sebagai pentiter (oksidator) dalam suasana asam. Dalam suasana netral akan terjadi
endapan Ce (OH) 4
Pentiter

: larutan Ce (SO4) 2 BE = 1 mol (Ce 4+ + e --- Ce 3+ )

Indikator

: O fenantrolin = ferroin Sulfat


[ (C12H8N2) 3 Fe ] 2+ === [ (C12H8N2)3 Fe ] 3+ + e
merah

biru

Pembuatan indikator :
FeSO4

= 700 mg

Aqua

= 70 ml

O-Fenantrolin = 1500 mg
Aqua

= 30 ml

Baku Primer : As2O3 (BE = mol)


Zat uji : garam garam besi (II)
Reaksi : Oksidasinya : Fe 2+

Fe 3+ + e

Reduksinya : Ce 4+ + e
Redoks
Perhitungan kadar

: Fe 2+ + Ce 4+

Ce 3+
Fe 3+

: mmolek zat uji = mmolek Ce (SO4) 2

NITRI - METRI

18

Penetapan kadar zat uji senyawa amin primer aromatik dengan menggunakan baku
secunder (BS) Natrium Nitrit NaNO2 dalam suasana asam (HCl pekat), dan titrasi
dilaksanakan pada suhu 15 0 ; karena bila suhu 150 maka garam diazonium yang terjadi
akan berubah menjadi fenol.
NH2

<150

N=N-Cl

+ NaNO2 + HCl
(diazonium)
Pada suhu > 150

OH

N=N-Cl

+ H2O
(diazonium)

(fenol)

Untuk mencapai suhu 150 kita gunakan es batu dimana erlemeyer yang berisi zat uji dan
HCl P dimasukkan kedalam wadah lain yang berisi es batu hingga suhu mencapai 15 0
(gunakan termometer) langsung titrasi dengan BS NaNO2
Indikator dapat digunakan :
1. Internal Indikator : Campuran Biru Methylen dengan Tropeolin-OO
2. Eksternal Indikator
: Pasta Kanji KI dibuat dengan mencampurkan pasta
kanji dengan KI, buat lapisan tipis dengan pasta kanji KI
yang selalu dibuat baru keatas porselen putih (siapkan pula
tangkai pengaduk gelas yang ujung tajam)
Reaksi Nitrit metri dengan menggunakan eksternal indikator (Pasta Kanji KI)
N=N-Cl

150

NH2
+ NaNO2

+ HCl

Gugus amina aromatik


(NaNO2 + HCl

(diazonium)
--- NaCl + HNO2 (HONO)

KI

+ HCl

--- KCl + HI

HI

+ HONO --- I2 + 2NO + 2 H2O

I2 + kanji / amylum --- Iodamylum (biru)


Baku primer : Sulfanilamid atau asam sulfanilat

19

Cara penetapan kadar atau pembakuan NaNO2 :


I.

Dengan eksternal indikator


1. Siapkan terlebih dahulu pasta kanji KI yang dioleskan tipis diatas porselen
putih, es batu, tangkai pengaduk gelas, termometer
2. Timbang teliti baku primer / zat uji
3. Masukkan dalam erlemeyer
4. Tambahkan air dan HCl pekat
5. Kocok hingga larut (bila perlu gunakan megneticstirrer)
6. Masukkan kedalam wadah lain yang berisi es batu hingga suhu 15 0
(dengan termometer)
7. Titrasi perlahan lahan dengan BS NaNO2
(titik ekivalen tercapai bila
tangkai pengaduk gelas yang dicelupkan kedalam larutan BP atau zat uji
memberikan segera warna biru pada Pasta Kanji KI yang dibuat diatas
porselen putih dan warna biru ditunjukkan lagi bila gores seperti diatas,
setelah didiamkan selama 1 menit)

II.

Secara Potensiometric atau Dead Stop End Point


Menggunakan alat khusus yaitu elektroda Platina dan Galvamometer tanpa
indikator. Berdasarkan timbul hilangnya arus listrik pada titik ekivalen.
Pada kelebihan 1 tetes NaNO2 akan menghasilkan asam nitrit yang akan
menimbulkan arus listrik dan dapat dilihat defleksinya jarum galvamometer
sampai tidak bergerak (dead). Tercapai titik ekivalen.

Perhitungan kadar zat uji :


Nitri metri menggunakan satuan Molar (M) untuk penetapan kadarnya.
Karena ratio koefisien zat uji / BP dengan NaNO2 selalu 1 : 1 , maka:
m.mol zat uji / BP = m.mol NaNO2
Zat uji / sampel : Sulfadiazin, Sulfanilamid dll.

KOMPLEKSO METRI

20

Penetapan kadar zat uji senyawa logam polyvalent dengan menggunakan dinatrium
EDTA sebagai pentiter (BS) dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
Kompleks yang terjadi harus stabil dan merupakan kompleks dengan ratio 1 : 1, dan
satuan konsentrasi dalam komplekso metri adalah Molaritet (M)
Pentiter : dinatrium EDTA (Ethylen Diamin Tetra Acetat)

NaOOCCH2
CH2--COONa
Untuk memudahkan penulisan reaksinya maka dinatrium EDTA ditulis
Na 2H2Y
=
N

CH2

CH2

N
NaOOCCH
2
(H2Y )
CH2 -- COONa
Reaksi ion logam polyvalen (Mn+) dengan ion EDTA

M n+ + H2Y=

MY (n-1) + 2 H+

Reaksi dalam kompleksometri adalah Reversible (keseimbangan)


Indikator : Erichrome Black T (EBT) dicampur dengan NaCl (1%)
EBT dengan ion logam

warna biru terang

EBT dengan ion EDTA

warna merah anggur

Titik ekivalen bila biru terang ======= Merah anggur


Penambahan Buffer / Dapar dalam titrasi kompleksometri.
Agar senyawa kompleks yang terjadi sempurna dan stabil maka titrasi harus dilakukan
pada pH tertentu yang cocok untuk zat uji dan pH tersebut harus mantap. Agar pH larutan
mantap maka sebelum dilakukan titrasi harus diberi larutan dapar yang cocok. Misalnya
senyawa kompleks terjadi stabil dan sempurna pada pH 11, maka sebelum titrasi larutan
harus diberi pH dapar 11.
Baku primer (FI) Calcium Carbonat.
Cara lain dengan BP Mg(SO4)
Satuan kadar Molaritet (M)
Titrasi yang bisa dilakukan :
1. Titrasi langsung
Zat uji atau sampel langsung dititrasi dengan BS EDTA
m.mol zat uji / sampel = m.mol EDTA
2. Titrasi tidak langsung (kembali)

21

BS I / pereaksi (berlebih) : BS EDTA


BS II pentiter kembali : lar. MgSO4 atau lar. Pb (NO3)2 atau lar. ZnCl2
m.mol zat uji / sampel = m.mol EDTA m.mol BS II
Indikator EBT : 1 bag EBT dicampur homogen dengan 9 bag NaCl (1%).
Pembuatan Buffer Ammoniak atau Dapar Ammoniak (pH 11) :
- Hitung jumlah NH4Cl dan (NH4)OH sesuai kebutuhan
- Larutkan NH4Cl dengan sebagian air dalam erlemeyer bertutup dan masukkan
kertas indiktor
- Tambahkan NH4OH sedikit sedikit hingga tercapai pH yang diinginkan
(NH4OH jangan dimasukkan seluruhnya)
- Tambahkan sisa air
Catatan :
Larutan EDTA harus disimpan dalam wadah gelas yang tidak mengandung ion Ca
2+
atau Mg 2+ , karena ion tersebut akan larut dengan EDTA dan wadah makin
tipis.
Simpanlah lar. EDTA dalam wadah gelas pyrex atau polietylen (plastik)
Buffer atau dapar yang ditambahkan sesuai dengan zat uji / sampel yang akan ditetapkan.

TITRASI BEBAS AIR (TBA)


(NON AQUAOUS TITRATION)
Untuk menetapkan kadar zat uji / sampel yang bereaksi asam sangat lemah atau basa
sangat lemah dengan menggunakan pentiter (BS) basa kuat atau asam kuat. Pada
pelaksanaan titrasi ini untuk pelarut tidak menggunakan air dan alat alat yang
digunakan harus bebas air (keringkan alat alat dalam oven pada suhu 120 0). Pelarut
yang umum dipakai adalah asam asetat galcial; kadar mendekati 100 %
Sebagai pentiter untuk yang bereaksi asam lemah (BS) adalah Natrium atau Kalium
metoksida yang merupakan larutan lygam Na atau K dalam metanol, sedangkan untuk zat
22

yang bereaksi basa sangat lemah adalah larutan asam perchlorat dalam asam asetat
glacial. Reaksi yang terjadi dan cara perhitungan kadar sama dengan pada acidimetri atau
alkali metri.
ACIDI METRI
Pentiter (BS) larutan Asam perchlorat dalam asam asetat glacial
Cara pembuatan : (kerjakan di lemari asam)
-

Hitung asam perchlorat yang harus ditakar (gunakan rumus perhitungan asam)
Takar asam perchlorat dengan gelas takar
Tuangkan perlahan lahan kedalam wadah yang berisi sebagian asam asetat
glacial yang sudah dihitung
Tambahkan anhdrida asam asetat yang sudah dihitung
Kemudian tambahkan sisa asam asetat
Diamkan larutan tersebut selama 1 malam
Bakukan dengan baku primer Kalium Biftalat

Catatan : Kalium Biftalat (BE = 1 mol)


Reaksinya :
COOK

HCLO4
COOK

(Kal Biftalat)

COOH

+ KCLO4
COOH

(Asam ftalat)

Indikator yang seringkali dipakai adalah kristal violet, yang dalam basa warnanya violet
dan dalam asam warna hijau kuning, pada titik ekivalen warnanya biru hijau.
Perhitungan kadar zar uji / sampel :
Tanpa blanco : m.molek sampel = m.molek Asam perchlorat
Dengan blanco
: m.molek sampel = m.molek HClO4 (zat uji) m.molek HClO4
(blanco)

Normalitet dari BS As. Perchlorat tidak stabil (pelarutnya menguap pada saat dibuka),
maka harus sering kita bakukan kembali
ALKALI METRI

23

Sebagai baku sekunder (pentiter) larutan logam Li, Na atau K dalam Metanol (Litium,
Natrium, Kalium-Metoksida)
Pembuatan lar. Na Metoksida :
-

Siapkan metanol yang sudah didinginkan dengan menggunakan es batu


Timbang logam Na hati hati, larutkan dalam metanol dingin
Setelah larut tambahkan benzenat volume yang dibuat
Diamkan 1 malam
Bakukan dengan BP Asam benzoat

Reaksi pembuatan :
2 Na + 2 CH3OH --- 2 CH3 ONa + H2
Pembakuan dengan BP Asam Benzoat :
-

Timbang teliti asam benzoat


Larutkan dalam dimetil formamide
Tambahkan indikator biru timol (1%) dalam dimetil formamide
Titrasi dengan Na.Metoksida hingga warna biru
Hitung normalitet Na.Metoksida

Reaksi pembakuan :
COOH
+ CH3ONa

COONa
+ CH3OH

Catatan : normalitet nat,metoksida tidak stabil, harus sering dibakukan.

24

You might also like