Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
NAVFYANATA MUTIARA A
SINTA AGUSTINA
1515301025
1515301031
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah yang berjudul Memberi Asuhan Pada Bayi Dengan Resiko Tinggi Dan
Penatalaksanaannya dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas. Makalah ini membahas tentang
Memberi Asuhan Pada Bayi Dengan Resiko Tinggi Dan Penatalaksanaannya.
Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan fungsi.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu
atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika
menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan
berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah
1. Apaitu neonatus dengan resiko tinggi?
2. Apa saja kategori neonatus dengan resiko tinggi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu neonatus resiko tinggi
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kategori neonatus resiko
tinggi
BAB II
PEMBAHASAN
pada
neonatus
didefinisikan
kejang
lanjutan
dalam
kehidupan kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi
klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan
neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka
panjang.
Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu:
1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering.
Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2. Pendarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen
atau trauma pada kepala. Pendarahan subdural yang biasanya diakibatkan
oleh trauma dapat menimbulkan kejang.
Penatalaksanaan:
Bayi yang mengalami kejang dapat dilakukan tindakan diantaranya:
1. Memasukkan tong spatel atau sudip lidah yang telah dibungkus dengan
kassa steril pada saat bayi kejang agar jalan napas tidak tertutup oleh lidah
2. Mengurangi
rangsangan
pada
bayi
seperti cahaya
3. Memberikan pengobatan anti kunvulsan
4. Untuk menghindari infeksi dapat
diberikan antibiotik serta perawatan tali
pusat dengan
menggunakan
teknik
septik
C. Hipotermi
1. Pengertian Hipotermi
Hipotermi adalah suatu keadaan
dimana suhu tubuh bayi kurang
dari 36,5 C dari suhu optimal.
Menurut Sarwono (2002), gejala
awal hipotermia apabila suhu <
36oC atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi teraba dingin, maka bayi
sudah
mengalami
hipotermia
sedang (suhu 32oC 36oC). Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh
<32oC. Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5oC, yang terbagi
atas
hipotermia
ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36,5oC, hipotermia sedang yaitu suh
u antara 36oC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh < 32oC.
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penya
kit yang berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan metabolik anerobik,
meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia
berlanjut dengan kematian.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
Radiasi
Evaporasi
dan
Konduksi
melekat di tubuh
Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti
Konveksi
seperti
peningkatan
sejak
dini
secara
terus
menerus
dan
adalah
peningkatan
suhu
Pemberian kompres
bukan
bertujuan
menurunkan
tetapi
suhu
memberi
kenyamanan
penderita
Bila
merasa
saat
demam.
penderita
kedinginan
Hipoglekemia adalah
glukosa
darah
60
yang
IDM
berhubungan dengan
meningkatnya insulin
dalam darah. Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa terapi segera
untuk kadar glukosa serum dibawah 47mg/dl sampai 50 mg/dl.
Dimplementasikan pada bayi.
Kadar glukosa maternal yang tinggi selama kehidupan fetal merangsang
terus-menerus sel tersebut pada bayi untuk memproduksi insulin.Keadaan
kadar hipoglekemia ini berkepanjangan mendorong sekresi insulin fetal
kemudian menimbulkan pertumbuhan berlebihan dan deposisi lemak yang
kemungkinan merupakan penyebab bayi besar makrosomik. Ketika
glukosa nenonatus hilang mendadak saat kelahiran maka, produksi insulin
yang terus-menerus segera memecah glukosa yang beredar dalam
hipoglekemia dalam 1 sampai 4 jam terutama pada bayi yang ibunya
menderita diabetes. Penurunan mendadak kadar glukosa darah dapat
menyebabkan kerusakan neologis serius atau kematian.
IDM memiliki khas bayi yang ibunya menderita diabetes lanjut mungkin
kecil usia gestasi , mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine atau
cukup untuk usia gestasi karena keterlamlambatan vascular maternal.
Terdapat peningkatan abnomali pada IDM. Selaian kepekaan yang tinggi
terhadap hipoglekimia, hiperbilirubenemia, hipogmanesemia (cordero, dkk
1998 ). Meskipun besar bayi ini dapat dilahirkan sebelum akibat
komplikasi maternal atau bertambahnya ukuran fetus.
Pada umur minggu pertama sebagian besar bayi menderita hipoglekimia
neonatus sementara sebagai akibat prematuritas atau retardasi. Melewati
10
(kebutuhan
infus
bila
perlu
25920
11
hipoglikemi.
Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum.
Kadar 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal.
F. Tetanus Neonatorium
1. Pengertian tetanus neonatorium
Tetanus
neonatorium
adalah
neonatorium
kematian
pada
autonomic
12
(takikardia,bradikardia,takipnu,
Tonik-klonik
Spasme tonik-klonik otot; inkontinensia urin dan alvi; menggigit
lidah; fase pascaiktus.
Absence
o Sering salah didiagnosa sebagai melamun
o Menatap kosong, kepala sedikit lunglai, kelopak mata
bergetar, atau berkedip
hilang.
o Berlangsung beberapa detik.
Mioklonik
Kontraksi mirip-syok mendadak yang terbatas dibeberapa otot
Tonik
o difleksi lengan dan ekstensi tungkai.
o Mata dan kepala mungkin berputar kesatu sisi
o Dapat menyebabkan henti napas
2. Tanda-tanda gejala tetanus neonatorium
Tanda klinis dari tetanus neonatorium yaitu :
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Beberapa keadaan neonatus dengan resiko tinggi:
B. Saran
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. ASUHAN NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA,
Salemba Medika
Wahab, Samik. 2012. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, EGC: Jakarta
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar KEPERAWATAN MATERNITAS, EGC: Jakarta
http://marniuliartap.blogspot.co.id/2015/05/konsep-asuhan-neonatus-denganresiko.html
http://materi-bidan.blogspot.co.id/2014/11/hipoglikemia-pada-bayi-barulahir.html
16