You are on page 1of 19

MAKALAH

MEMBERI ASUHAN PADA BAYI DENGAN RESIKO


TINGGI DAN PENATALAKSANAANNYA

Disusun oleh :
NAVFYANATA MUTIARA A
SINTA AGUSTINA

1515301025
1515301031

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN DIV KEBIDANAN
TAHUN 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah yang berjudul Memberi Asuhan Pada Bayi Dengan Resiko Tinggi Dan
Penatalaksanaannya dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas. Makalah ini membahas tentang
Memberi Asuhan Pada Bayi Dengan Resiko Tinggi Dan Penatalaksanaannya.
Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.

Bandar Lampung, September 2016


Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Neonatus dengan resiko tinggi..............................................................2


Kejang...................................................................................................2
Hipotermi..............................................................................................3
Hipertermi.............................................................................................6
Hipoglekemi.........................................................................................9
Tetanus neonatorium.............................................................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada

masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan fungsi.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu
atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika
menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan
berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah
1. Apaitu neonatus dengan resiko tinggi?
2. Apa saja kategori neonatus dengan resiko tinggi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu neonatus resiko tinggi
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kategori neonatus resiko
tinggi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Neonatus dengan resiko tinggi


Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di
bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi.
B. kejang
Kejang

pada

neonatus

didefinisikan

sebagai suatu gangguan terhadap fungsi


neurilogis seperti tingkah laku, motorik,
atau fungsi otonom. Kebanyakan kejang
pada BBL timbul selama beberapa hari.
Sebagian kecil dari bayi tersebut akan
mengalami

kejang

lanjutan

dalam

kehidupan kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi
klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan
neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka
panjang.
Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu:
1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering.
Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2. Pendarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen
atau trauma pada kepala. Pendarahan subdural yang biasanya diakibatkan
oleh trauma dapat menimbulkan kejang.
Penatalaksanaan:
Bayi yang mengalami kejang dapat dilakukan tindakan diantaranya:
1. Memasukkan tong spatel atau sudip lidah yang telah dibungkus dengan
kassa steril pada saat bayi kejang agar jalan napas tidak tertutup oleh lidah

2. Mengurangi

rangsangan

pada

bayi

seperti cahaya
3. Memberikan pengobatan anti kunvulsan
4. Untuk menghindari infeksi dapat
diberikan antibiotik serta perawatan tali
pusat dengan

menggunakan

teknik

septik
C. Hipotermi
1. Pengertian Hipotermi
Hipotermi adalah suatu keadaan
dimana suhu tubuh bayi kurang
dari 36,5 C dari suhu optimal.
Menurut Sarwono (2002), gejala
awal hipotermia apabila suhu <
36oC atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi teraba dingin, maka bayi
sudah

mengalami

hipotermia

sedang (suhu 32oC 36oC). Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh
<32oC. Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5oC, yang terbagi
atas

hipotermia

ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36,5oC, hipotermia sedang yaitu suh
u antara 36oC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh < 32oC.
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penya
kit yang berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan metabolik anerobik,
meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia
berlanjut dengan kematian.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :

Radiasi

dari objek ke panas bayi

Contoh: timbang bayi dingin tanpa alas

Evaporasi

karena menguap cairan yang melekat pada kulit

dan

Contoh: air ketuban bayi baru lahir, tidak cepat dikeringkan

Konduksi

panas tubuh diambil dari suatu permukaan yang

melekat di tubuh
Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti

Konveksi

penguapan dari tubuh ke udara

Contoh: angin disekitar tubuh bayi baru lahir.


Sarwono (2002), mengklasifikasikan tanda dan gejala hipotermia pada
neonatus seperti dibawah ini :
1. Gejala hipotermia bayi baru lahir
a. Bayi tidak mau minum
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat,denyut jantung bayi menurun dan kulit tubu
h bayi mengeras (sklerema)
2. Tanda-tanda hipotermia sedang (Stres dingin)
a. Aktivitas berkurang, letargis
b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin
3. Tanda-tanda hipotermia berat (Cedera dingin)
a. Sama dengan hipotermia sedang
b. Bibir dan kuku kebiruan
c. Pernafasan lambat
d. Pernafasan tidak teratur
e. Bunyi jantung lambat
f. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
4. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia
a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarma merah terang
b. Bagian tubuh lainnya pucat
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema).
2. Komplikasi
Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi,

seperti

peningkatan

konsumsi oksigen, produksi asam laktat, apneu, penurunan kemampuan


pembekuan darah dan yang paling sering terlihat hipoglikemia.

Pada bayi premature, stress dingin dapat menyebabkan penurunan


sekresi dan sintetis surfaktan. Membiarkan bayi dingin meningkatkan
mortalitas dan morbiditas.
3. Penanganan serta Pencegahan Hipotermia Bayi Baru Lahir
Kesempatan untuk bertahan hidup pada BBL ditandai dengan
keberhasilan usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh.
Untuk itu, BBL haruslah dirawat dalam lingkungan suhu netral (Neutral
Thermal Environment/NTE). NTE adalah rentang suhu eksternal, dimana
metabolisme dan konsumsi oksigen berada pada tingkat minimum, dalam
lingkungan tersebut bayi dapat mempertahankan suhu tubuh normal.
Namun, pada bayi-bayi yang mengalami hipotermia maka harus
ditangani secara cepat dan tepat. Penanganan hipotermia pada bayi,
yaitu :
1) Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali
meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera
menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran
lampu. Penyinaran di inkubator menggunakan lampu 60 wat
dengan jarak minimal 60 cm dari bayi dan juga penghangatan
kembali dengan metode yang sesuai (dalam incubator pemanasan
perlahan 0.5-1C /Jam).
2) Metode kangguru kontak kulit antara ibu dan bayi yang
berlangsung

sejak

dini

secara

terus

menerus

dan

berkesinambungan kalau mungkin selama 24 jam. Bayi diletakkan


diantara kedua payudara ibu dengan posisi tegak/vertikal saat ibu
berdiri dan duduk atau tengkurap/miring saat ibu berbaring/tidur.
Bayi mengenakan penutup kepala, baju ibu berfungsi sebagai
penutup badan bayi.
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap
orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi
diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung
ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan

bayi harus berada dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat


guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu
menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
3) Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat
yang disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi
tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi
hangat.
4) Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi
harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak
menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per
hari.
5) Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi
stabil. Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga
dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
D. Hipertermi
1. Pengertian Hipertermi
Hipertermi

adalah

peningkatan

suhu

tubuh dapat disebabkan suhu lingkungan


yang berlebihan, infeksi, dehidrasi atau
perubahan mekanisme penganturan suhu
sentral yang berhubungan dengan trauma
lahir pada otak atau malformasi dan obatobatan (buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal neonatal) .
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini
terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau dalam ruangan yang berudara
panas.
Tanda dan gejalanya yaitu :
1. Pada suhu aksiler didapatkan suhu lebih 37,5C .
2. Terdapat tanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata dan ubunubun besar cekung, lidah dan membrane mukosa kering ).
3. Malas minum/ menyusui.
4. Frekuensi nafas > 60 kali per menit.
5. Denyut jantung > 160 kali per menit.

Penyebabnya yaitu suhu lingkungan yang terlalu panas dapat disebabkan


oleh suhu incubator yang terlalu tinggi. Radiasi sinar matahari pada waktu
bayi berada didalam inkubator, terlalu banyak dan dalam tempat tidur bayi
atau berada didekat radiator panas dan sebagainya.
2. Macam-Macam Hipertermi
1) Hipertermi maligna
Gangguan autosom dengan sifat dominan. Hal ini biasa terjadi saat
terjadi pajanan pada lingkungan yang sangat panas.
2) Sindrom neuroleptik maligna
Terjadi pasca pajanan dapat dibedakan dengan hipertermia maligna.
3) Demam obat
Kenaikan suhu pada demam obat antara 38 C. apabila terjadi demam
obat maka tindakan pertama adalah menghentikan pemberian obat
demam.
3. Intervensi
a. pindahkan bayi pada ruangan/ tempat yang sejuk.
b. kompres bayi dengan kain basah dengan suhu 4 C lebih rendah dari
suhu tubuhnya.
c. apabila terjadi infeksi segera berikan antibiotic.
4. Pelaksanaan

1. Batasi aktifitas penderita yang demam tujuannya untuk menghemat


energi dan menurunkan kebutuhan oksigen. Karena pada saat demam

metabolisme tubuh meningkat meskipun penderita tidak beraktifitas


pasti akan terasa capai sekali karena energi banyak digunakan.
anjurkan penderita banayk istirahat
2. Cegah dehidrasi (kekurangan Cairan) dengan memberikan banyak
minum, berikan minuman kesukaan seperti sari buah, minuman ion,
juz, teh manis, air susu, air limun, dll.
3. Ganti baju yang basah akibat keringat, gunakan baju tipis dan
menyerap keringat ketika demam dan bila klien menggigil atau
merasa kedinginan selimuti klien tetapi bila menggigil telah hilang
gunakan kembali baju tipis dan lepas selimut. Tujuan dari penggunaan
baju tipis adalah agar kulit terpapar oleh udara, karena udara dapat
memindahkan panas. selain itu kulit yang terbuka dapat memindahkan
panas melalui radiasi sehingga membantu memberi rasa nyaman saat
demam
4. Berikan kompres dengan air biasa selama 5 menit di bagian dahi,
leher, ketiak, selangkangan dan dibawah lutut. lakukan berulang bila
suhu kembali panas (kain kompres jangan dibiarkan saja sepanjang
waktu menempel dibagian tubuh penderita.

Pemberian kompres
bukan

bertujuan

menurunkan
tetapi

suhu

memberi

kenyamanan
penderita
Bila
merasa

saat
demam.

penderita
kedinginan

atau menggigil hentikan segera kompres. Menggigil itu merupakan


kondisi yang tidak menyenangkan dan sangat tidak nyaman, sehingga
sebisa mungkin jaga agar tidak menggigil. Jangan gunakan air es
untuk mengkompres karena di khwatirkan klien merasa kedinginan
dan akhirnya menggingil dan jangan gunakan alkohol untuk
mengkompres karena mudah menguap dan bersifat racun bila terhirup.
5. Atur suhu ruangan lebih dingin, tujuannnya agar panas berpindah ke
ruangan. misalnya membuka jendela, menyalakan kipas angin. Karena
panas bisa berpindah leawat udara dan berpindah ke lingkungan yang
lebih dingin
6. Untuk anak kecil bisa lakukan aktifitas bermain di tempat tidur seperti
mewarnai, menonton TV, bercerita atau tidur ditemani orang tua.
7. berikan minuman atau makanan dingin seperti es-krim, buah-buahan
dingin, dll untuk memberikan rasa nyaman.
8. Antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap penderita panas
karena panas merupakan usaha pertahanan tubuh, pemberian
antipiretik juga dapat menutupi kemungkinan komplikasi. Pengobatan
terutama ditujukan terhadap penyakit penyebab panas.
E. Hipoglekemi
1. Pengertian Hipoglekemi

Hipoglekemia adalah
glukosa

darah

60

mg/dl atau kurang.


Hipoglekemia

yang

dapat muncul segera


setelah kelahiran dan
pada

IDM

berhubungan dengan
meningkatnya insulin
dalam darah. Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa terapi segera
untuk kadar glukosa serum dibawah 47mg/dl sampai 50 mg/dl.
Dimplementasikan pada bayi.
Kadar glukosa maternal yang tinggi selama kehidupan fetal merangsang
terus-menerus sel tersebut pada bayi untuk memproduksi insulin.Keadaan
kadar hipoglekemia ini berkepanjangan mendorong sekresi insulin fetal
kemudian menimbulkan pertumbuhan berlebihan dan deposisi lemak yang
kemungkinan merupakan penyebab bayi besar makrosomik. Ketika
glukosa nenonatus hilang mendadak saat kelahiran maka, produksi insulin
yang terus-menerus segera memecah glukosa yang beredar dalam
hipoglekemia dalam 1 sampai 4 jam terutama pada bayi yang ibunya
menderita diabetes. Penurunan mendadak kadar glukosa darah dapat
menyebabkan kerusakan neologis serius atau kematian.
IDM memiliki khas bayi yang ibunya menderita diabetes lanjut mungkin
kecil usia gestasi , mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine atau
cukup untuk usia gestasi karena keterlamlambatan vascular maternal.
Terdapat peningkatan abnomali pada IDM. Selaian kepekaan yang tinggi
terhadap hipoglekimia, hiperbilirubenemia, hipogmanesemia (cordero, dkk
1998 ). Meskipun besar bayi ini dapat dilahirkan sebelum akibat
komplikasi maternal atau bertambahnya ukuran fetus.
Pada umur minggu pertama sebagian besar bayi menderita hipoglekimia
neonatus sementara sebagai akibat prematuritas atau retardasi. Melewati

10

masa bayi baru lahir pegangan untuk penyebab hipoglekimia terus


menerus atau berulang dapat diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium awal.
Pencegahan hipoglekimia nenoatus dan pengaruh pengaruh yang diakibatk
an pada perkembangan sistem saraf sentral adalah sangat penting pada
masa bayi baru lahir.
2. PENATALAKSANAAN
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu
dimonitor dalam 3 hari pertama :
Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam. Ulangi tiap
6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal
dalam 2 kali pemeriksaan.
Kadar glukosa 45 mg/dl atau gejala positif tangani
hipoglikemia.
Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari
penanganan hipoglikemia selesai
b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1
ml/menit.
Pasang jalur iv D10 sesuai
kebutuhan

(kebutuhan

infus

glukosa 6-8 mg/kg/menit).


(Contoh : BB 3 kg, kebutuhan
glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt =
18 mg/mnt = 25920 mg/hari.
Bila dipakai D 10% artinya 10
g/100cc,

bila

perlu

25920

mg/hari atau 25,9 g/hari berarti


perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari)
Atau cara lain dengan GIR
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%,
bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.

11

Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan


dengan GIR.
c. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :
a) ASI teruskan
b) Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
c) Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani

hipoglikemi.
Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum.
Kadar 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal.

F. Tetanus Neonatorium
1. Pengertian tetanus neonatorium
Tetanus

neonatorium

adalah

penyakit tetanus yang diderita oleh


bayi baru lahir yang disebabkan
karena hasil klostarium tetani.
Tetanus
menyebabkan

neonatorium
kematian

pada

bayi yang tinggi di Negara berkembang karena pemotongan tali yang


masih banyak menggunakan alat-alat tradisional. Masuknya kuman tetanus
klostriudium tetani sebagian besar melalui tali pusat.
Masa inkubasinya sekitar 3 hari sampai 10 hari, dan makin pendek masa
inkubasinya penyakit makin fatal. Tetanus neonatorium menyebabkan
kerusakan pada pusat motorik, jaringan otak, pusat pernafasan dan
jantung.
Fase fase kejang tetanus neonatorium :
a. kejang parsial
Kejang parsial adalah kesadaran utuh walaupun mungkin berubah;
focus disatu bagian tetapi dapat menyebar kebagian lain.
Parsial sederhana

Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral),


sensorik (merasakan, membaui, mendengar sesuatu yang
abnormal),

autonomic

12

(takikardia,bradikardia,takipnu,

kemerahan, rasa tidak enak di epigastrium), psikik (disfagia,


gangguan daya ingat).
Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit.
Parsial kompleks
Dimulai sebagai kejang parsial sederhana; berkembang menjadi
perubahan kesadaran yang disertai oleh :
Gejala motorik, sensorik, otomatisme (mengecap-ngecapkan

bibir,mengunyah, menarik-narik baju.


Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang

menjadi kejang generalisata.


Biasanya berlangsung 1-3 menit
b. Kejang generalisata
Hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal, bilateral dan simetrik,
tidak ada aura.

Tonik-klonik
Spasme tonik-klonik otot; inkontinensia urin dan alvi; menggigit
lidah; fase pascaiktus.
Absence
o Sering salah didiagnosa sebagai melamun
o Menatap kosong, kepala sedikit lunglai, kelopak mata
bergetar, atau berkedip

secara cepat; tonus postural tidak

hilang.
o Berlangsung beberapa detik.
Mioklonik
Kontraksi mirip-syok mendadak yang terbatas dibeberapa otot

atau tungkai; cenderung singkat.


Atonik
Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur
tubuh.
Klonik
Gerakan menyentak,repetitive,tajam,dan lambat.

Tonik
o difleksi lengan dan ekstensi tungkai.
o Mata dan kepala mungkin berputar kesatu sisi
o Dapat menyebabkan henti napas
2. Tanda-tanda gejala tetanus neonatorium
Tanda klinis dari tetanus neonatorium yaitu :

13

a) bayi tiba tiba panas dan tidak mau


minum
b) gelisah (kadang-kadang menangis)
dan sering kejang disertai sianosis.
c) ekstermitas terulur dan kaku, dahi
berkerut
d) alis mata terangkat.
e) sudut mulut tertarik ke bawah.
3. Penatalaksanaanya yang dapat diberikan :
a) Membersihkan jalan nafas
b) Melonggarkan pakaian bayi
c) Memasukkan tong spatel yang dibungkus kasa dalam mulut bayi.
d) Menciptakan lingkungan yang tenang.
e) Memberikan asi sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Beberapa keadaan neonatus dengan resiko tinggi:
B. Saran

14

Diharapkan pembaca dapat memperoleh manfaat dari makalah yang kami


sajikan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca unuk
perbaikan makalah kami berikutnya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. ASUHAN NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA,
Salemba Medika
Wahab, Samik. 2012. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, EGC: Jakarta
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar KEPERAWATAN MATERNITAS, EGC: Jakarta
http://marniuliartap.blogspot.co.id/2015/05/konsep-asuhan-neonatus-denganresiko.html
http://materi-bidan.blogspot.co.id/2014/11/hipoglikemia-pada-bayi-barulahir.html

16

You might also like