Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
Agustus 2016
OLEH :
Nur Indah Preatiwi
Indra Rizal Rasyid
Reskiani Ashar
Ahmad Yani
Supardi H.
: 10542 0169 10
: 10542 0210 10
: 10542 0189 10
: 10542 0209 10
: 10542 0180 10
Pembimbing/Suvervisor:
dr. Wiwik, M.Kes.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Keadaan Geografis
Puskesmas Antang Perumnas berdiri pada Tahun 1992 dan merupakan salah
satu dari 4 puskesmas yang ada di Kecamatan Manggala dengan wilayah meliputi
Kelurahan Manggala. Luas wilayah Puskesmas Antang Perumnas sekitar 521 Ha
yang pembagian wilayahnya terdiri dari 12 RW, 66 ORT dan memilki satu Puskesmas
Pembantu (Pustu) dan satu Poskesdes.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas adalah :
1.
2.
3.
4.
B.
Keadaan Demografis
Pada tahun 2015 jumlah penduduk Kelurahan Manggala sebanyak + 20.421
jiwa, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja
Puskesmas Antang Perumnas Tahun 2015
Kelurahan
Jumlah KK
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Manggala
4.638
10.134
Sumber : Data Kantor Kelurahan Manggala
C.
10.287
Jumlah
20.421
Jenis Kelamin
LakiPerempuan
Laki
159
177
205
218
1154
1310
1599
1698
361
420
535
617
1212
1141
818
823
1242
1135
539
572
182
307
153
149
Jumlah
336
423
2464
3297
781
1152
2353
1641
2377
1111
489
302
Tamat S1 / sederajat
Tamat S2 / sederajat
Tamat S3 / sederajat
Tamat SLTB A
Tamat SLTB B
Tamat SLTBC
TOTAL
Sumber : Data Kantor Kelurahan Manggala
1259
401
10
102
119
84
10.134
1045
212
10
151
157
145
10.287
2304
613
20
253
276
229
20.421
Jenis Kelamin
LakiPerempuan
Laki
292
201
1589
1594
35
40
144
146
5
5
55
0
4
4
35
324
198
266
1965
790
55
15
4
5
499
57
40
326
66
132
2299
811
30
5
6
5
550
55
Jumlah
493
3183
75
290
10
55
8
10
75
650
264
398
4264
1601
85
20
10
10
1049
112
Arsitektur
Seniman/artis
Karyawan perusahaan swasta
Karyawan perusahaan pemerintah
TOTAL
Sumber : Data Kantor Kelurahan Manggala
D.
65
105
904
805
45
95
906
880
16.467
110
200
1810
1685
Kesehatan Lingkungan
1. Sarana Air Bersih : Terdapat 116 Keluarga yang menggunakan Sumur Bor
2. Jamban : Dari keseluruahan jumlah Rumah yang ada di lingkungan puskesmas,
rata- rata memiliki jamban keluarga.
3. Pengolahan Limbah Rumah Tangga : Tidak semua jumlah Rumah dilakukan
pemeriksaan, dari 4740 rumah yang ada, hanya 58 rumah yang dilakukan
pemeriksaan dan keseluruhan yang diperiksa memenuhi syarat.
4. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan TPM : Dari semua tempat-tempat umum
dan tempat pengolahan makanan yang diperiksa, didapatkan keseluruhannya
memenuhi syarat. Namun, dari jumlah keseluruhan tidak semuanya dilakukan
pemeriksaan, seperti : pada tempat umum TK SMP hanya di lakukan
pemeriksaan pada setengah dari jumlah yang ada, begitupun pada TPM, hanya
setengah dari jumlah pedagang kaki lima dan pedagang keliling yang dilakukan
pemeriksaan.
E.
Perilaku Masyarakat
1. Sebagian masyarakat masih ada sekitar 37,24 % yang tidak menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat
2. Dari jumlah tersebut, yang paling besar adalah Merokok, dimana terdapat 66,
13% yang masih merokok
3. Untuk konsumsi sayur dan buah keseluruahan masyarakat sudah melakukan,
begitupun dengan kebiasaan cuci tangan.
F.
UGD
Poli Umum
Apotik
Laboratorium
Poli Gigi
PelayananHomecare
Poli Gizi
Konsultasi
H.
Ruang Tunggu
Poli KIA/KB
Toilet
Ambulance/Puskel
2.
Jiwa,
Pelayanan
Kesehatan
Gizi,
Pelayanan
Tradisional
4.
3. Pelayanan Kefarmasian
4. Pelayanan Laboratorium
5. Pelayanan Gawat Darurat
6. Pelayanan Home Care
7. Pelayanan Rawat Inap
8. Pelayanan Persalinan
9. Pelayanan Telemedicine
10. Pelayanan pengaduan
11. Pelayanan Ambulance
12. Pelayanan Kesehatan Haji
c. Upaya Kesehatan di Jaringan Pelayanan Puskesmas
1. Pelayanan Puskesmas Pembantu
2. Pelayanan Puskesmas Keliling
3. Pelayanan Poskeskel (Pos Kesehatan Kelurahan)
d. Pelayanan Administratif
1. Surat Keterangan Sakit
2. Surat Keterangan Berbadan Sehat
3. Surat Keterangan Lahir
4. Surat Rujukan
5. Surat Visum
6. Legalisir berkas
e. Pelayanan bagi Mahassiswa Praktik
1. Pembimbingan selama praktik
2. Rekomendasi selesai penelitian/pengambilan data/magang dll
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
Identitas Pasien
Nama
: Nn. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia
: 24 tahun
Alamat
: Jl. Lasuloro Dalam /Blok IV No. 87
Masuk RS
: 23 agustus 2016
Pulang
: 26 agustus 2016
Anamnesis dilakukan tanggal 23 agustus 2016, pukul 06.05, secara auto dan
alloanamnesis
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD Puskesmas dengan keluhan demam yang dirasakan sejak
empat hari yang lalu. Demam dirasakan terutama sore hari, dan sifat demam naik
turun, kadang disertai menggigil. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala, nyeri
menelan, dan nyeri uluhati yang disertai muntah. Selama demam, pasien hanya BAB
satu kali, BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat menderita tifoid saat umur 12 tahun
Palpasi
D.
E.
F.
G.
menggigil
- Nyeri kepala
- Nyeri menelan
- Nyeri uluhati, disertai muntah
- Lidah tampak kotor
- Rumple Leed (+)
Diagnosis
Diagnosis
: Susp. Demam Berdarah
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 23 Agustus 2016
- Trombosit : 83.000 mm3
- Leukosit
: 2.300 mm3
Penatalaksanaan
- Ivfd RL 20 tpm
- Antasida 2x1
- Amoxicilin 3x1
- Gliseril Guaikolat 3x1
- Paracetamol 3 x 1
- Ranitidin 2 x 1
- Domperidon 3 x 1
Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Follow Up
Tanggal 24 Agustus 2016
S : Demam berkurang, batuk (+), nyeri uluhati (+)
O : KU : Tampak lempas
TD: 120/70 mmHg, nadi 71 x/ menit, RR 28 x/menit, Suhu : 37C.
A : Demam Berdarah
P:
- Infus RL 40 tetes / menit
- Antasida 2x1
- Amoxicilin 3x1
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan Hasil pemeriksaan yang di dapatkan pada pasien yaitu berupa
demam yang dirasakan sejak empat hari yang lalu, Demam dirasakan terutama sore
hari, dan sifat demam naik turun, kadang disertai menggigil. Pasien juga
mengeluhkan nyeri kepala, nyeri menelan, dan nyeri uluhati yang disertai muntah,
selama demam, pasien hanya BAB satu kali, BAK lancar, rumple leed (+), trombosit
83.000 mm3, leukosit 2.300 mm3, hematokrit 41 % .
Maka pasien ini di diagnosis dengan Demam Berdarah Dengue yang mana
sesuai dengan teori bahwa pasien yang menderita DBD menggambarkan gejala
berupa demam tinggi yang mendadak, terus-menerus berlangsung selama 2-7 hari,
naik turun (demam bifasik), perdarahan di bawah kulit seperti petekie, purpura,
ekimosis dan perdarahan konjungtiva yang muncul pada hari pertama demam tetapi
dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Pemeriksaaan laboratorium
didapatkan berupa trombositopenia (< 100.000/ul) dan kadar hemokonsentrasi (kadar
Ht lebih 20% dari normal).
Dan berdasarkan kriteria derajat DBD menurut WHO, dalam kasus ini
merupakan derajat 1. Sehingga diberikan terapi DBD derajat 1 tanpa peningkatan
hematokrit. Dimana pada pasien ini dirawat selam3 hari dan diberi pengobatan sesuai
dengan terapi DBD derajat 1 dan ditambah dengan pengobatan simptomatik.
Adapun masalah yang diangkat dalam kasus ini yaitu mengenai pola perilaku
dari pasien yang menyebabkan terjangkit Demam Berdarah Dengue. Dalam hal ini
dikaitkan dengan faktor lingkungan, vector/penjamu (nyamuk), kebiasaan hidup dari
pasien (host) itu sendiri.
Tinjauan berdasarkan lingkungan didapatkan dari hasil kunjungan ke rumah
pasien didapatkan beberapa hal yang diduga menjadi tempat bersarangnya nyamuk
DBD. Dimana, rumah pasien yang tampak penuh dengan perabot, ventilasi dan
penerangan yang kurang baik, dan banyaknya pakaian-pakaian yang digantung.
Sehingga pada pasien ini dapat disimpulkan bahwa mobilitasnya kurang baik.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa mobilitas penduduk juga
berperan dalam perkembangbiakan nyamuk DBD. Sehingga, kami menduga bahwa
hal ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab berkembangbiaknya nyamuk
DBD di lingkungan pasien sehingga pasien terjangkit DBD.
Sedangkan, sanitasi di rumah pasien dapat disingkirkan sebagai faktor yang
mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk DBD. Karena dari hasil survei di rumah
pasien langsung dilihat bahwa tidak ada bak yang biasa menjadi sarang
perkembangbiakan nyamuk DBD. Dan tempat pasien mencuci juga merupakan
tempat yang kering dan tidak kotor.
Tinjauan berdasarkan host (pasien) dapat dinilai dari gaya hidup pasien itu
sendiri. Menurut pengakuan pasien, pasien sering berkunjung ke rumah temannya
yang banyak nyamuknya dan bahkan sampai menginap di sana. Hal ini bisa saja
menjadi sumber penyebab pasien terkena penyakit DBD. Namun bukan merupakan
hal yang pasti, karena teman pasien tidak terjangkit DBD sedangkan mengenai
lingkungan di sekitarnya tidak diketahui.
Tinjauan berdasarkan vektor/penjamu pasti selalu berpengaruh terhadap
kejadian penyakit DBD. Tersedianya tempat-tempat perkembangbiakan menyebabkan
jumlah vektor semakin bertambah sehingga resiko kejadian penyakit menjadi
meningkat. Awalnya perkembangbiakan vektor hanya meningkat pada musim
penghujan menjadi berbeda ketika lingkungan dan jaga hidup (host) mengalami
perubahan.
Lingkungan yang banyak menyediakan tempat perkembangbiakan nyamuk
DBD seperti bak mandi yang tidak di jaga kebersihannya, saluran pembuangan (got)
yang tidak tertutup, genangan-genangan air di lingkungan rumah yang tersedia secara
alamiah dan tidak ditanggulangi menyebabkan nyamuk tetap muncul bahkan di saat
musim kemarau. Selain itu gaya hidup yang kurang bersih, seperti pakaian yang
digantung berhari-hari, pencahayaan dan ventilasi rumah yang kurang baik
menjadikan rumah menjadi sarang yang baik untuk nyamuk DBD berkembangbiak.
Dimana diketahui bahwa setelah nyamuk betina menghisap darah sebagai
sumber protein untuk telur-telurnya, ia memerlukan waktu 2-3 hari istirahat untuk
menetaskan telur barunya yang diletakkan di air-air bersih. Sehingga lingkungan dan
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus genus Flavivirus famili Flaviviridae, mempunyai
4 jenis serotipe yaitu den-1, den-2, den-3 dan den-4 melalui perantara gigitan nyamuk
Aedes aegypti.
B. Cara Penularan
Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke manusia melalui
gigitan. Kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia pada organ targetnya
seperti makrofag, monosit, dan sel Kuppfer kemudian menginfeksi sel-sel darah putih
dan jaringan limfatik. Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah. Di tubuh
manusia virus memerlukan waktu
menimbulkan penyakit. Nyamuk kedua akan menghisap virus yang ada di darah
manusia. Kemudian virus bereplikasi di usus dan organ lain yang selanjutnya akan
menginfeksi kelenjar ludah nyamuk.
Virus bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk untuk selanjutnya siap-siap
ditularkan kembali kepada manusia lainnya. Periode ini disebut masa tunas ekstrinsik
yaitu 8-10 hari. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk,
nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya.
C. Ciri dan Sifat Nyamuk Aedes Egypty
Sifat-sifat
a. Sifat-sifat Nyamuk Aedes Aegypti
1) Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuhnya
ruas yang jelas, dan ruas terakhir dilengkapi dengan tabung udara (sifon) yang
bentunnya silinder. Pada sifon terdapat satu pasang Subventratuft, dan pada perut
ruas terakhir mempunyai sederet comb (gigi sisir).
Larva berubah menjadi pupa. Pupa nyamuk berbentuk koma, kepala dan
torak menjadi satu membentuk sefalotoraks dengan sepasang trompet respirasi
pada bagian dorsa. Jika ada gangguan pupa akan bergerak ke atas dan kebawah
dengan gerakan yang menyentak-nyentak.
Pupa berubah menjadi nyamuk dewasa. Aedes aegypti dapat di bedakan
dengan nyamuk lain dengan melihat ujung abdomen meruncing dan emmpunyai
sersi yang menonjol. Bagian mesonotum terdapat rambut post spirakel. Corak
putih pada dorsal dada Aedes aegypti berbentuk seperti alat musik harpa putih
(WHO, 1999) sedangkan Aedes albopictus berbentuk lurus. Nyamuk mempunyai
probosis berwarna gelap pada bagian kepala yang panjangnya melibih panjang
kepala. Probosis nyamuk betina digunakan untuk menghisap darah, sedangkan
pada nyamuk jantan hanya untuk bahan-bahan cair seperti cairan tumbuhan dan
buah-buahan. Palpus terdapat dikiri ndan kanan probosis yang terdiri atas 5 ruas
dan sepasang antena yang terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan
berambut lebat (plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sayap nyamuk
panjang dan langsing mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik
sayap yang letaknya mengikuti vena. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki
(heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1
ruas tibia, dan 5 ruas tarsus.
2. Siklus hidup
Tahapan siklus nyamuk Aedes aegypti. meliputi :
a. Telur
Telur nyamuk Aedes aegypti. memiliki dinding bergaris-garis dan
membentuk bangunan seperti kasa. Telur berwarna hitam dan diletakkan satu
persatu pada dinding perindukan. Panjang telur 1 mm dengan bentuk bulat oval
atau memanjang, apabila dillihat dengan mikroskop bentuk seperti cerutu. Telur
o
o
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu - 2 C sampai 42 C dalam keadaan
kering. Telur ini akan menetas jika kelembaban terlalu rendah dalam waktu 4
atau 5 hari . Gambar telur nyamuk Aedes aegypti. dapat dilihat pada
Gambar berikut ini:
di
air
membentuk
sudut
dengan
permukaan
dan
menggantung hampir tegak lurus. Larva akan berenang menuju dasar tempat
atau wadah apabila tersentuh dengan gerakan jungkir balik. Larva mengambil
oksigen di udara dengan berenang menuju permukaan dan menempelkan
siphonnya diatas permukaan air.
Larva Aedes aegypti memiliki empat tahapan perkembangan yang
disebut instar meliputi : instar I, II, III dan IV, dimana setiap pergantian
instar ditandai dengan pergantian kulit yang disebut ekdisis. Larva instar IV
mempunyai ciri siphon pendek, sangat gelap dan kontras dengan warna
tubuhnya. Gerakan larva instar IV lebih lincah dan sensitif terhadap
rangsangan cahaya. Dalam keadaan normal (cukup makan dan suhu air 25
o
27 C) perkembangan larva instar ini sekitar 6-8 hari . Gambar larva Aedes
aegypti. dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:
Pupa
nyamuk
Aedes aegypti.
bersifat
aquatik
dan
tidak
seperti
kebanyakan pupa serangga lain yaitu sangat aktif dan seringkali disebut
akrobat (tumbler). Pupa Aedes aegypti. tidak makan tetapi masih memerlukan
oksigen untuk bernafas melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil
pada thorak . Pupa pada tahap akhir akan membungkus tubuh larva dan
mengalami metamorfosis menjadi nyamuk Aedes aegypti dewasa.
tempat
perindukan
utama
tersebut
dapat
nyamuk ini adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang seperti
kamar mandi, dapur, dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat di
baju-baju yang digantung, kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar rumah
nyamuk ini beristirahat pada tanaman-tanaman yang ada di luar rumah.
d. Penyebaran
Menurut Depkes RI, nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di daerah
tropis dan sub tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik dirumahrumah maupun tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan
berkembang biak sampai ketinggian 1000 m. Nyamuk ini tidak dapat
berkembang biak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah,
sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut.
e. Variasi musim
Menurut Depkes Ri, pada saat musim hujan tiba, tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, akan mulai
terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain
itu, pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang
berisi air hujan dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk
ini. Oleh karena itu, pada musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti akan
meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk in merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathi, Soedjajadi Keman, dan
Chatarina U.W tentang Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Penularan
DBD beberapa faktor penyebab DBD yaitu :
1. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk turut menunjang atau sebagai salah satu faktor resiko
penularan penularan penyakit DBD. Semakin padat penduduk, semakin mudah
nyamuk Aedes menularkan virusnya dari satu orang ke orang yang lainnya.
Pertimbuhan penduduk yang tidak memiliki pola tertentu dan urbanisasi yang
tidak terencana serta tidak terkontrol merupakan salah satu factor yang berperan
dalam munculnya kembali kejadian luar biasa penyakit DBD.
2. Mobilitas Penduduk.
Mobilitas penduduk ikut berperan dalam terjadinya penyakit DBD. Karena
mempengaruhi
kepadatan
penduduk.
Juga
mempengaruhi
ventilasi
dan
terdapat terdapat banyak kontainer penampungan air hujan yang berserakan dan
terlindung dari sinar matahari, apabila berdekatan dengan rumah penduduk.
4. Keberadaan Kontainer.
Terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan container dengan
kejadian penyakit DBD. Disamping itu, letak, macam, bahan, warna, bentuk
volume dan penutup kontainer serta asal air yang tersimpan dalam container
sangat mempengaruhi nyamuk Aedes betina untuk menentukan pilihan tempat
bertelurnya.
Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk
Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan
danakan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin banyak populasi
nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula resiko terinfeksi virus DBD dengan
waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat
meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD.
Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan kesehatan masyarakat
dalam penanggulangan penyakit DBD antara lain dengan cara menguras, dan
mengubur (3M) sangat tepat dan perlu dukungan luas dari masyarakat dalam
pelaksanaannya.
5. Kepadatan Vektor.
Data kepadatan vektor nyamuk Aedes yang diukur dengan parameter
Angka Bebas Jentik (ABJ) yang diperoleh dari kesehatan kota. Tampak kepadatan
vektor memiliki peran dalam dalam terjadinya penyakit DBD. Hal ini
hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada
daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.10
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan
tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini
memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan
plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan
umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat
atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 7, terdapat tanda kegagalan
sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki,
sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai
tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
seringkali yang dipilih adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi
genetik virus melalui pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain reaction
(RT-PCR). Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih
cepat bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif mahal
serta mudah mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif
semu. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi,
yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi berupa IgM
terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah
60-90 hari. Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada
infeksi sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 2.
Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang adalah
pemeriksaan antigen spesifik virus Dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1
(NS1). Antigen NS1 diekspresikan di permukaan sel yang terinfeksi virus Dengue.
Masih terdapat perbedaan dalam berbagai literatur mengenai berapa lama antigen
NS1 dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan mencatat dengan metode
ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi sejak hari pertama sampai
hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai hari ke 5 pada infeksi
sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan metode ELISA juga dikatakan
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88,7% dan 100%). Oleh karena
berbagai keunggulan tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen NS1
sebagai uji dini terbaik untuk pelayanan primer.
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan)
dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks
dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua
hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG. Pemeriksaan
laboratorium yang sering ditemukan pada pasien DHF adalah trombositopenia (<
100.000/ul) dan hemokonsentrasi (kadar Ht lebih 20% dari normal). Trombositopenia
umumnya dijumpai pada hari ke 3-8 sejak timbulnya demam. Hemokonsentrasi dapat
mulai dijumpai mulai hari ke 3 demam.
F. Patofisiologi
1. Sistim vaskuler
Patofisiologi primer
DBD dan
akan berikatan dengan CD4+ (TH-1 dan TH-2) dengan perantaraan TCR ( T Cell
Receptor ) sebagai usaha tubuh untuk bereaksi terhadap infeksi tersebut, maka
limfosit T akan mengeluarkan substansi dari TH-1 yang berfungsi sebagai imuno
modulator yaitu INF gama, Il-2 dan CSF (Colony Stimulating Factor). Dimana
IFN gama akan merangsang makrofag untuk mengeluarkan IL-1 dan TNF alpha.
IL-1 sebagai mayor imunomodulator yang juga mempunyai efek pada endothelial
sel termasuk di dalamnya pembentukan prostaglandin dan merangsang ekspresi
intercellular adhesion molecule 1 (ICAM 1).
Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Organ sasaran dari virus adalah organ RES
meliputi sel kupffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum
tulang serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-sel
monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam
peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus DEN
mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel tersebut. Infeksi
virus dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel
dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponenkomponennya, baik komponen perantara maupun komponen struktural virus.
Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses
perkembangan biakan virus DEN terjadi di sitoplasma sel. Semua flavivirus
memiliki kelompok epitop pada selubung protein yang menimbulkan cross
reaction atau reaksi silang pada uji serologis, hal ini menyebabkan diagnosis
pasti dengan uji serologi sulit ditegakkan. Kesulitan ini dapat terjadi diantara ke
empat serotipe virus DEN. Infeksi oleh satu serotip virus DEN menimbulkan
imunitas protektif terhadap serotip virus tersebut, tetapi tidak ada cross protektif
terhadap serotip virus yang lain. Secara in vitro antibodi terhadap virus DEN
mempunyai 4 fungsi biologis: netralisasi virus; sitolisis komplemen; Antibody
Dependent Cell-mediated Cytotoxity (ADCC) dan Antibody Dependent
Enhancement.
PERSANGKAAN DBD
Tanda
kebocoran
plasma
seperti:
efusi
pleura,
asites,
hipoproteinemia, hiponatremia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu kriteria laboratorium ( atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis DBD.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:
-
perdaran lain.
Derajat 3 : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di
terukur.
H. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan meliputi: atasi segera hipovolemi, lanjutkan penggantian
cairan yang masih terus keluar dari pembuluh darah selama 12-24 jam , atau paling
lama 48 jam, koreksi keseimbangan asam-basa, beri darah segar bila ada perdarahan
hebat.
Klinis membaik
Ht tidak naik
Trombosit baik
Gejala klinis:
Demam 2-7 hari
Uji Torniquet (+) atau perdarahan spontan
Lab:
Ht tak meningkat / Ht < 42 vol%
Trombositopenia (ringan)
Kesadaran menurun
Nadi terasa lembut
Tekanan nadi < 20 mmHg
Distres pernafasan/sianosis
Kulit dingin dan lembab
Ekstremitas dingin,
Diuresis < 1 ml/kgBB/jam
I. Komplikasi
1. Perdarahan gastrointestinal masif,
2. Ensepalopati,
3. Edema paru dan efusi pleura.
Kesadaran membaik
Menutup lobang pada potongan bamboo, pohon dll, misalnya dengan tanah atau
bahan lain.
Belum tentu efektif (lokasi, waktu, dosis, alat, kondisi setempat) dan tdk efisien
(mahal)
Hanya membunuh nyamuk dewasa, bila masih ada jentik / pupa, maka keesokan
hari akan muncul nyamuk baru
yang senang hidup di dalam rumah, juga terdapat nyamuk Aedes albopictus yang
dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk Aedes albopictus
hidup di luar rumah, di kebun yang rindang, sehingga anak usia sekolah dapat
juga terkena gigitan oleh nyamuk kebun tersebut di siang hari tatkala sedang
bermain. Faktor daya tahan anak yang belum sempurna seperti halnya orang
dewasa, agaknya juga merupakan faktor mengapa anak lebih banyak terkena
penyakit demam berdarah dengue dibandingkan orang dewasa.
Di perkotaan, nyamuk sangat mudah terbang dari satu rumah ke rumah
lainnya dari rumah ke kantor, atau tempat umum seperti tempat ibadah, dan lainlain. Oleh karena itu, orang dewasa pun menjadi sasaran berikutnya setelah anakanak. Terutama dewasa muda (18-25 tahun) sesuai dengan kegiatan kelompok ini
pada siang hari di luar rumah. Walaupun demikian, pada umumnya penyakit
demam berdarah dengue dewasa lebih ringan daripada anak.
2. Agent ( penyakit).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), bahasa medisnya disebut
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabakan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system
pembekuan darah, sehingga menyebabkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempattempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
3. Environment (Lingkungan)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berkembangbiak dengan baik
di daerah tropis pada lingkungan yang bisa dijadikan sebagai tempat
berkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti seperti bak air yang tidak tertutup,
barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng, wadahwadah alat rumah tangga yang tidak tepakai lagi, ban bekas, dll. Oleh karena itu
langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu 3M :