You are on page 1of 7

INVESTIGASI

AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT


AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK PERPAJAKAN
INQUIRY METHODS AND FRAUD REPORTS
WAWANCARA DAN INTEROGASI

Dosen:
Jaswadi, SE., M.Si., DBA., Ak., CA., CPA
M. Ichwan, SE., Ak., MM

Reyhan Kusuma 11/391669/PEK/21115

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

BAB 13
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT

Audit investigatif merupakan salah satu jenis penugasan audit. Audit investigatif lebih dalam
dan tidak jarang melebar ke audit atas hal-hal yang tidak disentuh atau tidak tersentuh oleh
opinion audit. Audit investigatif diarahkan kepada pembuktian ada atau tidak adanya fraud
(termasuk korupsi) dan perbuatan melawan hukum lainnya. Karakteristik utama dalam audit
investigatif adalah pengumpulan bukti audit. Dalam mengumpulkan bukti audit adapun
teknik audit yang dapat digunakan yang mana di terjemahan kedalam kertas kerja bahasa
indonesia. Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian
laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit:
1. Memeriksa fisik
Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai perhitungan
uang tunai, kertas berharga, persediaan, barang, aset tetap dan barang berwujud
lainnya
2. Meminta konfirmasi
3. Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee, merupakan prosedur
yang baiasa dilakukan auditor.
4. Memeriksa dokumen
Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen menjadi
lebih luas akibat kemajuan teknologi, meliputi informasi yang diolah, disimpan, dan
dipindahkan secara elektronis. Karena itu, teknik memeriksa dokumen mencakup
komputer forensik.
5. Review analitikal
Dalam review analitikal, yang penting adalah: kuasai gambaran besarnya terlebih
dulu (think analytical first!). ada bermacam-macam variasi dari teknik review
analitikal, namun semuanya didasarkan atas perbandingn antara apa yang dihadapi
dengan apa yang layaknya harus terjadi, dan berusaha menjawab sebabnya terjadi
kesenjangan. Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang membawa auditor
pada gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data individual disimpulkan dari
gambaran yang diperoleh secara global.
6. meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee
7. menghitung kembali
Menghitung kembali atau reperform merupakan prosedur yang lazim dalam audit. Hal
ini tidak lain untuk menghitung kembali kebenaran perhitungan yang telah dilakukan.
Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang
berpengalaman karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif umumnya
sangat kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan kemungkinan terjadi
perubahan dan renegosiasi berkali-kali.
8. Mengamati

BAB 14
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK PERPAJAKAN
Investigatif dengan teknik perpajakan menggunakan dua teknik yang secara luas
dipraktekkan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua tehnik
investigasi ini digunakan untuk menentukan penghasilan kena pajak (PKP) yang belum
dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya. Penerapan teknik-teknik ini terus berkembang,
sehingga menjadi umum digunakan dalam memerangi organized crime. Kedua teknik
investigatif ini adalah Net Worth Method dan Expenditure Method. Keduanya menggunakan
logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana. IRS menggunakannya sebagai bukti tidak

langsung (circumstantial evidence). Teknik ini menggeser beban pembuktian dari


negara/fiskus kepada wajib pajak. Perlindungan hak wajib pajak diperlukan karena
pergeseran beban pembuktian tersebut diatas.
A. NET WORTH METHOD
Net worth method diterapkan oleh kantor pajak Amerika Serikat (IRS).). Net worth method
untuk investigasi pajak ingin membuktikan adanya PKP yang belum dilaporkan oleh wajib
pajak. Untuk organized crime yang ingin dibuktikan adalah terdapatnya penghasilan yang
tidak sah, melawan hukum, atau illegal income.
Net Worth Method untuk Perpajakan
Di Amerika Serikat di mana net worth method diterima sebagai cara pembuktian tidak
langsung, dasar penggunaannya adalah kewajiban wajib pajak untuk melaporkan semua
penghasilannya (sebagaimana didefinisikan oleh undang-undangnya) dalam tax returns
mereka. Pemeriksa pajak menetapkan net worth atau kekayaan bersih pada awal tahun. Ini
diperoleh dari pengurangan seluruh assets seseorang dengan seluruh kewajibannya.
Net Worth Method untuk Organized Crime
Dengan rumus yang hampir sama, kita dapat menentukan illegal income. Seperti disebutkan
tadi, di Amerika Serikat metode ini digunakan dalam memerangi organized crime. Di
Indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk memerangi korupsi.
Beberapa Catatan
Dibawah ini merupakan beberapa catatan yang harus diperhatikan penyidik atau investigator
dalam menerapkan net worth method:
a) Rekaman
Makin banyak transaksi terekam, makin ampuh pula net worth method.
b) Penyimpanan uang tunai
Istilah sehari-hari adalah simpan di bawah bantal, atau cash hoarding.
c) Tambahan penghasilan
Penjelasan yang diberikan oleh pelaku untuk unreported taxable income atau illegal
income, mulai dari warisan, pinjaman, hadiah, atau gratifikasi, dan lain-lain.
d) Pembalikan beban pembuktian
Sebenarnya net worth method membalikkan kewajiban membuktikan dari pemerintah
kepada yang bersangkutan. Kalau pelaku sudah melaporkan semua unsur dalam
rumus net worth method itu maka tidak ada lagi unreported taxable income atau
illegal income
e) Catatan pembukaan
Yang sering kali menjadi tantangan bagi penyidik adalah tidak adanya catatan
pembukuan.
f) Penyidik kurang sabar
Dalam menghadapi pelaku yang tangguh dalam tindak pidana perpajakan, penyidik
mungkin menyerah ketika pelaku bersedia membayar dengan cepat temuan si
penyidik .
g) Pembuktian tidak langsung
Berulang kali dijelaskan di atas bahwa net worth method adalah metode pembuktian
tidak langsung dan membalikkan beban pembuktian kepada pelaku.
h) Kejahatan lain
Sering kali dalam menerapkan net worth method untuk tujuan perpajakan, penyidik
dapat mengungkapkan kejahatan lain, jadi bukan tindakan pidana perpajakan.
B. EXPENDITURE METHOD

Sebagaimana halnya dengan net worth method yang dijelaskan, penerapan expenditure
method juga dipelopori IRS. Expenditure method lebih cocok untuk para wajib pajak yang
tidak mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai pengeluaran-pengeluaran besar
(mewah).
Expenditure method lebih populer dari net worth method, karena expenditure method lebih
mudah dibuat atau dihitung, dan juga lebih mudah dimengerti oleh orang awam. Mahkamah
Agung di Amerika Serikat tidak menetapkan expenditure method secara khusus sebagai alat
pembuktian, karena expenditure method dianggap derivasi atau turunan dari net worth
method. Seorang akuntan harusnya mampu menghitung unreported taxable income
berdasarkan net worth method dan mengkonversikannya ke expenditure method. Expenditure
method harusnya digunakan untuk kasus-kasus perpajakan apabila kondisi-kondisi berikut
sangat kuat atau dominan:
a) Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.
b) Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia, misalnya karena terbakar.
c) Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.
d) Wajib pajak menyembunyikan pembukuan.
e) Wajib pajak tidak mempunyai assets yang terlihat atau dapat diidentifikasi.
Expenditure method harusnya digunakan untuk kasus-kasus organized crime apabila
kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:
a) Tersangka kelihatannya tidak membeli asset seperti rumah, tanah, saham, perhiasan,
mobil atau kapal mewah, dan seterusnya.
b) Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya diluar kemampuannya.
c) Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan, atau semua saksi yang
memberatkan dia adalah para penjahat yang sudah dijatuhi hukuman.
d) Illegal income harus ditentukan untuk menghitung denda (misalnya dalam kejahatan
penebangan hutan ilegal), menghitung kerugian negara (dalam kasus korupsi), dan
pungutan negara lainnya.
Expenditure method adalah derivasi dari net worth method. Namun, perlakuan terhadap aset
dan kewajibannya berbeda. Misalnya, dalam net worth method penyidik akan mencantumkan
saldo akhir kas dan bank. Dalam expenditure method, hanya perubahannya yang diambil
(kenaikan atau penurunan kas dan bank).
BAB 10
INQUIRY METHODS AND FRAUD REPORTS
Interviewing An Overview
Interviewing adalah teknik yang paling umum digunakan untuk menyelidiki dan
menyelesaikan fraud. Interview adalah sesi tanya jawab yang dibuat untuk memperoleh
informasi. Interview digunakan untuk mendapatkan:
1. Informasi yang memperlihatkan elemen penting dari kejahatan.
2. Memberikan arahan untuk mengembangkan kasus dan mengumpulkan bukti-bukit
lainya,
3. Kerjasama dari korban dan saksi,
4. Informasi latar belakang dan motivasi dari kesaksian.
Ada 3 tipe orang yang diinterview:
1. Friendly adalah orang yang diwawancarai melebihi apa yang diharapkan dan sangat
membantu pada saat proses interview.

2. Neutral adalah orang yang tidak ingin mendapatkan keuntungan ataupun kerugian
apapun dari penginterview.
3. Hostile adalah orang yang paling sulit untuk di interview. Mereka biasanya
berhubungan dekat dengan orang yang dicurigai sebagai si pelaku.
Characteristics of a Good Interview
Interview harus mempunyai length dan depth yang tepat untuk mengungkap fakta yang
relevan. dan akan segera meluruskan pembicaraan jika sudah mencapai informasi yang tidak
relevan. Interviewer yang baik mempunyai beberapa karakteristik. Personality yang paling
penting adalah mereka merupakan orang yang berinteraksi dengan baik dengan orang lain.
Mereka nyaman berada didekat orang-orang, dan mereka haruslah orang yang dirasa dapat
membuat keadaan membaik ketika berada didekatnya
Understanding Reaction to Crisis
Fraud yang menyebabkan kematian atau kerusakan serius merupakan sebuah krisis
(kegawatan) . Seorang interviewer harus paham dengan reaksi yang terjadi ketika terjadinya
krisis (kegawatan), hal ini dapat mempermudah dalam proses interview.
Figure 10.1 menujukan model klasik untuk memahami reaksi individu terhadap
krisis(kegawatan). Model ini digunakan ketika mewawancarai seseorang didalam kasus.

Tahap 1. Denial
Tahap pertama, denial berfungsi sebagai penyangga setelah terjadi ketika orang-orang
menerima berita yang mengejutkan (fraud) dimana orang yang terlibat dengan fraud tersebut
akan berusaha keras untuk menenangkan diri dan tidak melakukan pertahanan diri yang
terlalu radikal. marah akan datang.
Tahap 2.Anger
Perasaan marah adalah tahap sangat susah di atasi, karena marah biasanya terjadi
secara langsung dalam arah apapun dan terproyeksikan ke lingkungan pada saat itu atau
bahkan tanpa rencana.
Tahap 3. Rationalization
Orang-orang pada tahap rationalization berusaha untuk membenarkan tindakan tidak
jujur.
Tahap 4. Depression
Pada tahap ini manajer tidak lagi menolak atau merasionalisasikan tindakan tidak
jujur. Kemarahan mereka tergantikan dengan rasa kecewa atau terkadang malu bahwa fraud
telah terjadi dalam lingkungan nya.
Tahap 5. Acceptance
Dimana ketika orang-orang sudah benar-benar mengerti apa yang terjadi. Acceptance
bukanlah perasaaan senang atau sedih, ini merupakan sebuah pengakuan tentang apa yang
terjadi dan berkeinginan untuk menyelesaikan masalah dan melangkah kedepan. Setelah
mencapai tahap acceptance manajer kembali lagi pada pshychological equilibrium.
Interviewers yang menyadari dan mengerti terhadap reaksi ini, dimana menyesuaikan
pertanyaan dan pendekatan mereka dalam interview pada tahapan yang sedang dialami

interviewee, dan mendorong interviewees ke tahap acceptance akan mendapatkan interview


yang sukses.
Planning an Interview
Perencanaan yang bagus membuat interview berjalan dengan baik dan meminimalisasikan
waktu yang digunakan. Untuk mendapatakan informasi mengenai kejahatan dan interviewee
kita harus mereview dokumen yang relevan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin
tentang faktor-faktor berikut:
Question Typology
Pada saat interview dilakukan ada beberapa typologi pertanyaan yang diajukan. Umumnya itu
berupa introductory, informational, assessment, closing and admission-seeking. Jika
interviewee adalah friendly witness maka biasanya menggunakan intriductory, informasioanal
dan closing question. Jika witness tidak dapat dipercaya kita bisa memakai asessment
question.
1. Introductory questions
2. Informational questions
3. Asessment questions
4. Closing questions
5. Admission-seeking question
Elements of Conversation
Wawancara adalah percakapan dasarnya terstruktur, akan sangat membantu untuk
memahami unsur-unsur dasar komunikasi yang efektif. Sekali, dua atau lebih manusia
makhluk berkomunikasi dengan satu sama lain, mereka terlibat dalam beberapa jenis
komunikasi-baik satu per satu atau dalam kombinasi.

BAB 19
WAWANCARA DAN INTEROGASI
PERBEDAAN WAWANCARA DAN INTEROGASI
Seringkali wawancara disinonimkan dengan interogasi, tetapi sebetulnya sangat berbeda
karena interogasi bersifat menuduh, dilakukan dengan persuasi yang aktif, dengan tujuan
untuk mengetahui yang sebenarnya. Tetapi dalam audit investigasf lebih cenderung
menggunakan wawancara dalam mengumpulkan informasi dan meyakinkan bukti-bukti
audit. Tujuan wawancara adalah mengumpulkan informasi. Investigator harus mengumpulkan
informasi yang penting bagi investigasinya (investigative information) dan informasi
mengenai perilaku dari orang yang diwawancarainya (behavioral information). Investigative
information ini sangat diperlukan ketika wawancara akan ditingkatkan menjadi interogasi.
Ciri-Ciri Suatu Wawancara
1) Wawancara bersifat netral, tidak menuduh.
2) Tujuan wawancara adalah mengumpulkan informasi. Investigator harus
mengumpulkan informasi yang penting bagi investigasinya (investigative
information) dan informasi mengenai perilaku dari orang yang diwawancarainya
(behavioral information).
3) Wawancara dapat dilakukan pada awal investigasi
4) Wawancara dapat dilakukan dalam berbagai lingkungan atau suasana.
5) Wawancara seharusnya bersifat cair, tidak terstruktur, dan bisa melompat dari satu
pokok ke pokok pembicaraan lain. Investigator mempunyai gambaran mengenai
informasi apa yang ingin dikumpulkannya (namun tidak boleh kaku) dan ia harus

mengembangkan pertanyaan atas informasi yang diterimanya selama wawancara


berlangsung
6) Investigator harus membuat catatan mengenai wawancara formal yang dilakukannya.
Wawancara formal adalah wawancara yang dilakukan dalam lingkungan terkendali.
Selain sebagai pendokumentasian, wawancara berguna untuk memperlambat proses
bertanya. Ini memungkinkan investigator mengamati perilaku dari orang yang
diwawancarainya. Seseorang akan lebih mudah berbohong ketika diajukan dengan
kecepatan tinggi. Mengatur tanya jawab yang diselingi masa hening yang panjang
memberi peluang bagi yang diwawancarai untuk berfikir mengenai tanggapan yang
bersifat menyesatkan. Pada gilirannya, ini akan menyebabkan kecemasan yang
terlihat dalam gejala tingkah laku menipu.
7) Catatan hasil wawancara tidak boleh dilakukan secara sporadis (kadang-kadang
dicatat, kadang-kadang tidak). Mencatat secara sporadis memberi kesan kepada yang
diwawancarai bahwa jawaban tertentu penting sehingga dicatat oleh investigator.
Ketika ditanyakan pertanyaan lain terkait dengan jawaban dicatat, ia menjadi ekstra
hati-hati sehingga dapat menghambat arus informasi selama wawancara.
Ciri-Ciri Suatu Interogasi
1) Interogasi bersifat menuduh. Seseorang yang bersalah tidak akan memberi keterangan
yang bertentangan dengan kepentingan pribadinya secara sukarela, kecuali apabila ia
yakin bahwa investigator juga mempunyai keyakinan tentang kesalahannya.
2) Interogasi dilakukan dengan persuasi yang aktif. Investigator membuat taktik mebuat
pernyataan dan bukan mengajukan pertanyaan. Sebelum seseorang mengaku
bersalah, ia harus bersedia mendengarkan pernyataan-pernyataan investigator.
3) Tujuan interogasi adalah mengetahui yang sebenarnya, artinya apa yang sebenarnya
terjadi, siapa yang sebenarnya melakukan, berapa jumlah atau nilai fraud sebenarnya,
dan seterusnya.
4) Interogasi terkadang berakhir dengan pengakuan bersalah oleh pelaku. Keberhasilan
dalam interogasi bukan diwujudkan dalam pengakuan bersalah, melainkan dalam
mengetahui siapa yang sebenarnya bersalah.
5) Interogasi dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol atau terkendali, bukan di
sembarang tempat. Taktik persuasi yang digunakan memerlukan lingkungan yang ada
privacy, tidak terganggu orang yang lalu lalang dan bebas dari halangan lain.
6) Interogasi hanya dilakukan sesudah investigator mempunyai keyakinan yang
memadai mengenai salahnya seseorang. Investigator harus mempunyai alasan untuk
percaya bahwa seseorang telah berbohong. Alasan ini mungkin berupa perilakunya
selam wawancara ataupun keterangan yang berubah-ubah.
7) Investigator tidak boleh membuat catatan sampai sesudah tertuduh menceritakan yang
sebenarnya dan berketepatan hati (commited) untuk tidak beringsut dari posisi itu.
Membuat catatan terlalu dini akan mengingatkan tertuduh bahwa keterangannya
merugikan dirinya.

You might also like