Professional Documents
Culture Documents
Dosen:
Jaswadi, SE., M.Si., DBA., Ak., CA., CPA
M. Ichwan, SE., Ak., MM
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB 13
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
Audit investigatif merupakan salah satu jenis penugasan audit. Audit investigatif lebih dalam
dan tidak jarang melebar ke audit atas hal-hal yang tidak disentuh atau tidak tersentuh oleh
opinion audit. Audit investigatif diarahkan kepada pembuktian ada atau tidak adanya fraud
(termasuk korupsi) dan perbuatan melawan hukum lainnya. Karakteristik utama dalam audit
investigatif adalah pengumpulan bukti audit. Dalam mengumpulkan bukti audit adapun
teknik audit yang dapat digunakan yang mana di terjemahan kedalam kertas kerja bahasa
indonesia. Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian
laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit:
1. Memeriksa fisik
Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai perhitungan
uang tunai, kertas berharga, persediaan, barang, aset tetap dan barang berwujud
lainnya
2. Meminta konfirmasi
3. Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee, merupakan prosedur
yang baiasa dilakukan auditor.
4. Memeriksa dokumen
Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen menjadi
lebih luas akibat kemajuan teknologi, meliputi informasi yang diolah, disimpan, dan
dipindahkan secara elektronis. Karena itu, teknik memeriksa dokumen mencakup
komputer forensik.
5. Review analitikal
Dalam review analitikal, yang penting adalah: kuasai gambaran besarnya terlebih
dulu (think analytical first!). ada bermacam-macam variasi dari teknik review
analitikal, namun semuanya didasarkan atas perbandingn antara apa yang dihadapi
dengan apa yang layaknya harus terjadi, dan berusaha menjawab sebabnya terjadi
kesenjangan. Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang membawa auditor
pada gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data individual disimpulkan dari
gambaran yang diperoleh secara global.
6. meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee
7. menghitung kembali
Menghitung kembali atau reperform merupakan prosedur yang lazim dalam audit. Hal
ini tidak lain untuk menghitung kembali kebenaran perhitungan yang telah dilakukan.
Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang
berpengalaman karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif umumnya
sangat kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan kemungkinan terjadi
perubahan dan renegosiasi berkali-kali.
8. Mengamati
BAB 14
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK PERPAJAKAN
Investigatif dengan teknik perpajakan menggunakan dua teknik yang secara luas
dipraktekkan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua tehnik
investigasi ini digunakan untuk menentukan penghasilan kena pajak (PKP) yang belum
dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya. Penerapan teknik-teknik ini terus berkembang,
sehingga menjadi umum digunakan dalam memerangi organized crime. Kedua teknik
investigatif ini adalah Net Worth Method dan Expenditure Method. Keduanya menggunakan
logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana. IRS menggunakannya sebagai bukti tidak
Sebagaimana halnya dengan net worth method yang dijelaskan, penerapan expenditure
method juga dipelopori IRS. Expenditure method lebih cocok untuk para wajib pajak yang
tidak mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai pengeluaran-pengeluaran besar
(mewah).
Expenditure method lebih populer dari net worth method, karena expenditure method lebih
mudah dibuat atau dihitung, dan juga lebih mudah dimengerti oleh orang awam. Mahkamah
Agung di Amerika Serikat tidak menetapkan expenditure method secara khusus sebagai alat
pembuktian, karena expenditure method dianggap derivasi atau turunan dari net worth
method. Seorang akuntan harusnya mampu menghitung unreported taxable income
berdasarkan net worth method dan mengkonversikannya ke expenditure method. Expenditure
method harusnya digunakan untuk kasus-kasus perpajakan apabila kondisi-kondisi berikut
sangat kuat atau dominan:
a) Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.
b) Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia, misalnya karena terbakar.
c) Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.
d) Wajib pajak menyembunyikan pembukuan.
e) Wajib pajak tidak mempunyai assets yang terlihat atau dapat diidentifikasi.
Expenditure method harusnya digunakan untuk kasus-kasus organized crime apabila
kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:
a) Tersangka kelihatannya tidak membeli asset seperti rumah, tanah, saham, perhiasan,
mobil atau kapal mewah, dan seterusnya.
b) Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya diluar kemampuannya.
c) Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan, atau semua saksi yang
memberatkan dia adalah para penjahat yang sudah dijatuhi hukuman.
d) Illegal income harus ditentukan untuk menghitung denda (misalnya dalam kejahatan
penebangan hutan ilegal), menghitung kerugian negara (dalam kasus korupsi), dan
pungutan negara lainnya.
Expenditure method adalah derivasi dari net worth method. Namun, perlakuan terhadap aset
dan kewajibannya berbeda. Misalnya, dalam net worth method penyidik akan mencantumkan
saldo akhir kas dan bank. Dalam expenditure method, hanya perubahannya yang diambil
(kenaikan atau penurunan kas dan bank).
BAB 10
INQUIRY METHODS AND FRAUD REPORTS
Interviewing An Overview
Interviewing adalah teknik yang paling umum digunakan untuk menyelidiki dan
menyelesaikan fraud. Interview adalah sesi tanya jawab yang dibuat untuk memperoleh
informasi. Interview digunakan untuk mendapatkan:
1. Informasi yang memperlihatkan elemen penting dari kejahatan.
2. Memberikan arahan untuk mengembangkan kasus dan mengumpulkan bukti-bukit
lainya,
3. Kerjasama dari korban dan saksi,
4. Informasi latar belakang dan motivasi dari kesaksian.
Ada 3 tipe orang yang diinterview:
1. Friendly adalah orang yang diwawancarai melebihi apa yang diharapkan dan sangat
membantu pada saat proses interview.
2. Neutral adalah orang yang tidak ingin mendapatkan keuntungan ataupun kerugian
apapun dari penginterview.
3. Hostile adalah orang yang paling sulit untuk di interview. Mereka biasanya
berhubungan dekat dengan orang yang dicurigai sebagai si pelaku.
Characteristics of a Good Interview
Interview harus mempunyai length dan depth yang tepat untuk mengungkap fakta yang
relevan. dan akan segera meluruskan pembicaraan jika sudah mencapai informasi yang tidak
relevan. Interviewer yang baik mempunyai beberapa karakteristik. Personality yang paling
penting adalah mereka merupakan orang yang berinteraksi dengan baik dengan orang lain.
Mereka nyaman berada didekat orang-orang, dan mereka haruslah orang yang dirasa dapat
membuat keadaan membaik ketika berada didekatnya
Understanding Reaction to Crisis
Fraud yang menyebabkan kematian atau kerusakan serius merupakan sebuah krisis
(kegawatan) . Seorang interviewer harus paham dengan reaksi yang terjadi ketika terjadinya
krisis (kegawatan), hal ini dapat mempermudah dalam proses interview.
Figure 10.1 menujukan model klasik untuk memahami reaksi individu terhadap
krisis(kegawatan). Model ini digunakan ketika mewawancarai seseorang didalam kasus.
Tahap 1. Denial
Tahap pertama, denial berfungsi sebagai penyangga setelah terjadi ketika orang-orang
menerima berita yang mengejutkan (fraud) dimana orang yang terlibat dengan fraud tersebut
akan berusaha keras untuk menenangkan diri dan tidak melakukan pertahanan diri yang
terlalu radikal. marah akan datang.
Tahap 2.Anger
Perasaan marah adalah tahap sangat susah di atasi, karena marah biasanya terjadi
secara langsung dalam arah apapun dan terproyeksikan ke lingkungan pada saat itu atau
bahkan tanpa rencana.
Tahap 3. Rationalization
Orang-orang pada tahap rationalization berusaha untuk membenarkan tindakan tidak
jujur.
Tahap 4. Depression
Pada tahap ini manajer tidak lagi menolak atau merasionalisasikan tindakan tidak
jujur. Kemarahan mereka tergantikan dengan rasa kecewa atau terkadang malu bahwa fraud
telah terjadi dalam lingkungan nya.
Tahap 5. Acceptance
Dimana ketika orang-orang sudah benar-benar mengerti apa yang terjadi. Acceptance
bukanlah perasaaan senang atau sedih, ini merupakan sebuah pengakuan tentang apa yang
terjadi dan berkeinginan untuk menyelesaikan masalah dan melangkah kedepan. Setelah
mencapai tahap acceptance manajer kembali lagi pada pshychological equilibrium.
Interviewers yang menyadari dan mengerti terhadap reaksi ini, dimana menyesuaikan
pertanyaan dan pendekatan mereka dalam interview pada tahapan yang sedang dialami
BAB 19
WAWANCARA DAN INTEROGASI
PERBEDAAN WAWANCARA DAN INTEROGASI
Seringkali wawancara disinonimkan dengan interogasi, tetapi sebetulnya sangat berbeda
karena interogasi bersifat menuduh, dilakukan dengan persuasi yang aktif, dengan tujuan
untuk mengetahui yang sebenarnya. Tetapi dalam audit investigasf lebih cenderung
menggunakan wawancara dalam mengumpulkan informasi dan meyakinkan bukti-bukti
audit. Tujuan wawancara adalah mengumpulkan informasi. Investigator harus mengumpulkan
informasi yang penting bagi investigasinya (investigative information) dan informasi
mengenai perilaku dari orang yang diwawancarainya (behavioral information). Investigative
information ini sangat diperlukan ketika wawancara akan ditingkatkan menjadi interogasi.
Ciri-Ciri Suatu Wawancara
1) Wawancara bersifat netral, tidak menuduh.
2) Tujuan wawancara adalah mengumpulkan informasi. Investigator harus
mengumpulkan informasi yang penting bagi investigasinya (investigative
information) dan informasi mengenai perilaku dari orang yang diwawancarainya
(behavioral information).
3) Wawancara dapat dilakukan pada awal investigasi
4) Wawancara dapat dilakukan dalam berbagai lingkungan atau suasana.
5) Wawancara seharusnya bersifat cair, tidak terstruktur, dan bisa melompat dari satu
pokok ke pokok pembicaraan lain. Investigator mempunyai gambaran mengenai
informasi apa yang ingin dikumpulkannya (namun tidak boleh kaku) dan ia harus