You are on page 1of 28

Asuhan keperawatan Pada Ank dengan ALL (Akut

Limfoblastik Leukimia)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum tulang
dan sistem limpatik (Wong, 1995). Sedangkan menurut Robbins & Kummar (1995), leukemia
adalah neoplasma ganas sel induk hematopoesis yang ditandai oleh penggantian secara merata
sumsum tulang oleh sel neoplasi.
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah bentuk akut dari leukemia yang
diklasifikasikan menurut cell yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa
lymphoblasts. Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Ngastiyah, 1997).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan penyakit yang paling umum pada anak
(25% dari seluruh kanker yang terjadi). Di Amerika Serikat, kira-kira 2400 anak dan
remaja menderita ALL setiap tahun. Insiden ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anakanak kulit putih daripada kulit hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana
kejadian ALL lebih tinggi pada anak laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per
100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun. P u n c a k insiden pada umur 2-5 tahun dan menurun
pada dewasa (Supriatna, 2002).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) menyebutkan, setiap tahun ada 4.100 anak
terkena kanker. Leukemia bisa menyerang anak dari berbagai golongan umur, mulai dari anak
balita hingga menjelang dewasa muda, bahkan orang dewasa. Pada anak, leukemia bahkan bisa
terjadi sejak anak dilahirkan.
Leukemia menduduki urutan tertinggi dari jumlah kasus kanker pada anak. Data kasus di
RS Kanker Dharmais menunjukkan, sejak tahun 2006-2012, rata-rata ada 75 kasus kanker pada
anak. Dari jumlah itu, kasus yang paling banyak ditemukan adalah leukemia.
Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik mengangkat kasus Akut Limfoblastik
Leukimia (ALL). Di samping itu, Asuhan Keperawatan diangkat karena Akut Limfoblastik
Leukimia (ALL) merupakan salah satu penyakit keganasan yang berkaitan dengan system
imunologi. Adapun system imunologi ini adalah sub pokok bahasan penting dalam Mata Kuliah
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah. Mata kuliah tersebut merupakan mata ajaran
Praktik Profesi, yang saat ini praktikum di RS Kanker Darmais. Oleh karena itu untuk bahasan
lebih lanjut, berikut akan dipaparkan materi mengenai Akut Limfoblastik Leukimia (ALL).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktek klinik ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien anak dengan kasus Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik mahasiswa diharapkan mampu :
a) Dapat menjelaskan definisi Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
b) Dapat menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis dari Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
c) Dapat menjelaskan patofisiologi Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
d) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk sistem hematopoietik yang
mengakibatkan ploriferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah merah
namun sangat jarang (Gale, 2000). Sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas
tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik dan
mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal lainnya (Bakta, 2007).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan
tubuh yang tumbuhnya melebihi dan berubah menjadi ganas tidak normal serta bersifat ganas,
yaitu sel-sel sangat muda yang serharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas.
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam
sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah,
1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada
anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau
lebih. Leukemia limfositik akut dapat berakibat fatal karena sel-sel yang dalam keadaan normal
akan berkembang menjadi limfosit, pada ALL berubah menjadi ganas dan dengan segera akan
menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang. Intinya, leukemia limfositik akut
merupakan proliferasi maligna/ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh
sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik.
B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi ALL adalah 1/60.000 orang per tahun dengan 75 % berusia 15 tahun, insidensi
puncaknya usia 3 5 tahun.

ALL lebih banyak di temukan pada pria dari pada perempuan. Saudara kandung dari
pasien ALL mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk berkembang menjadi, ALL, sedangkan
kembar monozigot dari pasien ALL mempunyai resiko 20% untuk berkembang menjadi ALL.
C. ETIOLOGI
Penyebab Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) sampai saat ini belum jelas, diduga
kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a) Penyakit defisiensi imun tertentu, misalnya agannaglobulinemia; kelainan kromosom, misalnya
sindrom Down (risikonya 20 kali lipat populasi umumnya); sindrom Bloom.
b) Virus
Virus sebagai penyebab sampai sekarang masih terus diteliti. Sel leukemia mempunyai enzim
trankriptase (suatu enzim yang diperkirakan berasal dari virus). Limfoma Burkitt, yang diduga
disebabkan oleh virus EB, dapat berakhir dengan leukemia.
c) Radiasi ionisasi
Terdapat bukti yang menyongkong dugaan bahwa radiasi pada ibu selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko pada janinnya. Baik dilingkungan kerja, maupun pengobatan kanker
sebelumnya. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan
agen anti neoplastik.
d) Herediter
Faktor herediter lebih sering pada saudara sekandung terutama pada kembar monozigot.
e) Obat-obatan
Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
2. Faktor Lain
a) Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat),
infeksi (virus dan bakteri).
b) Faktor endogen seperti ras
c) Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia
pada kakak-adik atau kembar satu telur).
D. ANATOMI FISIOLOGI
Tubuh kita mempunyai suatu sistem khusus untuk memberantas bermacam-macam bahan
yang infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari Leukosit (sel darah putih) dan sel-sel jaringan
yang berasal dari leukosit. Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit
atau sel darah putih. Jumlah normal sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10.000/mm. Lima
jenis sel darah putih yang sudah diidentifikasikan dalam darah perifer adalah: netrofil (62,0%)
dari total); eosinofil (2,3%); basofil(0,4%); monosit (5,3%); limfosit (30,0%). Leukosit ini

1.

2.

3.

4.

sebagian dibentuk dalam sum-sum tulang belakang (granulosit dan monosit dan sebagian
limfosit). Granulosit dan monosit hanya ditemukan dalam sum-sum tulang. Limfosit dan sel
plasma diproduksi dalam berbagai organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus tonsil
dan berbagai kantong jaringan limfoid dimana saja dan dalam tubuh, terutama dalam sum-sum
tulang dan plak Peyer di bawah epitel dinding usus. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam
darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah
putih adalah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus kedaerah yang terinfeksi dan
mengalami peradangan serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap
bahan infeksius yang mungkin ada.
Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sum-sum tulang, normalnya adalah 4-8 jam
dalam darah sirkulasi, dan 4-5 hari berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan
yang berat, masa hidup keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena
granulosit dengan cepat menuju daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses
dimana sel-sel itu sendiri dimusnahkan. Monosit juga mempunya masa edar yang singkat, yaitu
10-20 jam, berada dalamdarah sebelum mengembara melalui membrane kapiler ke dalam
jaringan. Begitu masuk kedalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya menjadi
besar sekali untuk menjadi makrofag jaringan, dan dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, kecuali kalau mereka dimusnahkan karena
melakukan fungsi fagositik. Trombosit dalam darah akan diganti kira-kira setiap 10 hari; atau
dengan kata lain, setiap hari terbentuk kira-kira 30.000 trombosit permikroliter darah (Gayton &
Hall, 1997).
Granulosit
Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya.Granulosit memiliki diameter
10-12 m, dengan demikian lebih besar daripada eritrosit. Dengan bertambah tuanya granulosit,
nukleus terbagi menjadi beberapa lobus: sesuai dengan namanya leukosit polimorfonuklear
(polimorf)
Limfosit
Limfosit memiliki nukleus besar bulat atau agak berindentasi, dengan menempati
sebagian besar sel. Limfosit berkembang di dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7-15
m.
Monosit
Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20 m, dengan nucleus oval atau berbentuk
ginjal. Monosit dibentuk di dalam sum-sum tulang.
Trombosit
Adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sum-sum tulang, dan hidup sekitar 10
hari. Sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa; sisanya bersirkulasi da dalam darah, di dekat
endotel (bagian terdalam lapisan pembuluh darah) John Gibson (2002)

E. KLASIFIKASI
1. Leukemia Lyphoblastic Akut (ALL)
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, lakilaki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun
ALL jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
Secara morfologik menurut FAB ALL dibagi menjadi tiga yaitu:
L1 : ALL dengan sel limfoblas kecil-kecil dan merupakan 84% dari ALL.
L2 : sel lebih besar, inti regular, kromatin bergumpal, nucleoli prominen dan sitoplasma agak
banyak. Merupakan 14% dari ALL
L3 : ALL mirip dengan limfoma Burkitt, yaitu sitoplasma basofil dengan banyak vakuola, hanya
merupakan 1% dari ALL
2. Leukemia Nonlymphoblastik Akut (ANLL)
Secara morfologik yang umum dipakai adalah klasifikasi dari FAB :
M0 - myeloblastic without differentiation
2M1 - myeloblastic without maturation
M2 - myeloblastic with maturation
M3 - acute promyelocytic
M4 - acute myelomonocytic
M5 monocytic
o Subtipe M5a: tanpa matures
o Subtipe M5b: dengan maturasi
M6-erythroleukemia
M7-acute megakaryocytic leukemia
F. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel
darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel
batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam
lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel
yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi
di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal
epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat
pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah

hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk
menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda
limfoblas dan biasanya ada leukositosis (^)%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah
leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil
pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan
limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B
intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem
pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit
matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga
anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga
sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntahmuntah, seizures dan gangguan penglihatan (Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart, 1995).
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan
unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit.
Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati, limpa, limfodenopati,
sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan
anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami
infeksi. Adanya sel kanker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden,
2002).

G. PATOFLOW

H. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) antara lain:
1. Pilek tak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam, anoreksia, mual, muntah
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
6. Nyeri tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
9. Abnormalitas WBC
10. Nyeri kepala

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan Leukemia Limfositik
Akut adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut (BMP / Bone Marrow Punction):
a) Ditemukan sel blast yang berlebihan

b) Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi Leukemia Limfositik Akut
a) Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b) Peningkatan asam urat serum
c) Peningkatan tembaga (Cu) serum
d) Penurunan kadar Zink (Zn)
e) Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 200.000 / l) tetapi dalam bentuk sel blast / sel
primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ
tersebut
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik : 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
b) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c) Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom
normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil

J. PENATALAKSANAAN
1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang
berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda
DIC dapat diberikan heparin.
2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX)
pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin
(daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan
sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison.
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis,

leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhaiti-hati bila jumiah leukosit
kurang dari 2.000/mm3.
4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).
5. Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum tulang yang rusak digantikan
dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis
tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kangker.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Anak
a. Umur : ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian tertinggi adalah
pada umur 3 tahun.
b. Jenis kelamin : leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan.
2. Identitas Orang Tua
a. Pendidikan : Pendidikan yang rendah pada orang tua mengakibatkan kurangnya pengetahuan
terhadapa penyakit anaknya.
b. Pekerjaan : Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan kimia , radiasi sinar X , sinar
radioaktif, berpengaruh kepada anaknya. Selain itu sejauh mana orang tua mempengaruhi
pengobatan penyakit anaknya.
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah , nafsu makan menurun, demam (jika disertai
infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering
ditemukan suatu yang abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan trombositopenia
juga merupakan gejala-gejala umum terjadi
C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap
rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko Saat hamil ibu sering
mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama
kehamilan dapat meningkatkan resiko pada janinnya. Lebih sering pada saudara sekandung,
terutama pada kembar.

D. RIWAYAT KELUARGA
Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada
kembar monozigot (identik).
E. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Usia

Rata-rata Berat Badan (Kg)

3 hari

3,0

10 hari

3,2

3 bulan

5,4

6 bulan

7,3

9 bulan

8,6

1 tahun

9,5

2 tahun

11,8

4 tahun

16,2

6 tahun

20,0

10 tahun

28,0

14 tahun

45,0

18 tahun

54,0

Pada penderita ALL


pertumbuhan dan
perkembangannya
mengalami keterlambatan
akibat nutrisi yang didapat
kurang karena penurunan
nafsu makan, pertumbuhan
fisiknya terganggu, terutama
pada berat badan anak
tersebut. Anak keliatan
kurus, kecil dan tidak sesuai
dengan usia anak.

Table 1.1. Rata- rata normal sesuai usia


(Wong, Donna L, 2004 : 134)

Sedangkan pada keadaan normal anak lingkar kepala mencapai 42,5 pada usia (Betz, Cecily,
2002 : 538)
Pada anak dengan penderita penyakit ALL cenderung berat badan menurun, dan tidak
sesuai usia, lingkar kepala dan panjang badan relatif tetap (normal).
a.

Riwayat Perkembangan
Motorik Kasar
Pada anak normal
Mengangkat kepala saat tengkurap
Dapat duduk sebentar dengan ditopang
Dapat duduk dengan kepala tegak
Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri
Control kepala sempurna
Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang
Berguling dari terlentang ke miring
Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi
Berusaha untuk merangkak
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan aktivitas secara
normal, tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang terlalu berat
(membutuhkan banyak energi).
Motorik Halus
Pada keadaan normal
Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek
Mengikuti objek dari sisi ke sisi
Mencoba memegang benda tapi terlepas
Memasukkan benda ke dalam mulut
Memperhatikan tangan dan kaki
Memegang benda dengan kedua tangan
Menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan aktivitas ringan seperti halnya
anak-anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan anak
tidak mudah lelah

F. DATA PSIKOSOSIO SPIRITUAL


1. Psikologi:

Anak belum tahu tentang penyakitnya, sehingga anak tidak merasa memiliki penyakit.
Orang tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang dialami anak, kondisinya apakah bisa
sembuh atau tidak, serta masalah financial keluarga.
2. Sosial:
Anak jarang bermain dengan teman-temannya, karena kondisi anak lemah sehingga
orangtua tidak mengizinkan anak untuk beraktivitas yang berat. Dirumah anak bermain dengan
orang tua dan saudaranya, tetapi bermain yang ringan.
3. Spiritual:
Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat anak melihat orang
tuanya berdoa anak mengikuti cara orang tuanya berdoa.
G. ADL
1. Nutrisi:
Anak makan 2 kali sehari, pada ALL terjadi penurunan nafsu makan. Anak suka makan
makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan sayur-sayuran, makan
buah kadang-kadang sehingga zat besi yang diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang
suka masak menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan siap saji dirumah.
Gizi merupakan komponen penting lain dalam pencegahan infeksi. Asupan protein-kalori
yang adekuat akan memberikan hospes pertahanan yang lebih baik terhadap infeksi dan
meningkatkan toleransi terhadap kemoterapi dan iradiasi.

2. Aktivitas istirahat dan tidur:


Saat beraktivitas anak cepat kelelahan. Anak kebanyakan istirahat dan tidur karena
kelemahan yang dialaminya. Sebagaian aktivitas biasanya dibantu oleh keluarga. Saat tidur anak
ditemani oleh ibunya. Tidur anak terganggu karena nyeri sendi yang sering dialami oleh
leukemia.
3. Eleminasi:
Anak gangguan ALL pada umumnya mengalami diare, dan penurunan haluran urin. BAB
3-5x sehari, dengan konsistensi cair. Haluan urin sedikit yang disebabkan susahnya masukan
cairan pada anak, warna urine kuning keruh. Saat BAK anak merasa nyeri karena nyeri tekan
diperianal.
4. H.P:
Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x setelah makan dan mau tidur. Sebagaian aktivitas
hygiene personal sebagaian dibantu oleh orang tua.

H. KEADAAN UMUM
Pada anak anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis
I.
-

PEMERIKSAAN TTV
RR: Pada penderita PDA, manifestasi kliniknya pada umumnya anak sesak nafas, tachypnea
(Pernafasan >70x/menit), retraksi dada :
Usia
Bayi baru lahir
1-11 bulan
2 tahun
4 tahun
6 tahun
8 tahun
10-12 tahun
14 tahun
16 tahun
18 tahun

Nadi

Nilai Pernafasan
35
30
25
23
21
20
19
17
17
16-18

Tabel 1.4 Nilai Pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur


(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
: Pada penderita ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba kuat dan cepat (takikardia)
Usia

Waktu bangun
(kali/menit)

Tidur
(kali/menit)

Demam
(kali/menit)

Bayi baru
lahir

100-180

80-160

>200

1 minggu-3
bulan

100-120

80-200

>200

3 bulan-2
tahun

70-120

70-120

>200

2-10 tahun

60-90

60-90

>200

10 tahundewasa

50-90

50-90

>200

Tabel 1.4 Nilai Nadi Normal pada Anak


(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
TD : pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi disebabkan oleh hiperviskositas darah

Usia

Sistolik
(mmHg)

Diastolik
(mmHg)

Neonatus

80

45

6-12 bulan

90

60

1-5 tahun

95

65

5-10 tahun

100

60

10-15 tahun

115

60

Tabel 1.3 Nilai Tekanan Darah Normal pada Bayi dan Anak-anak
(Aziz Alimul, 2005 : 279 )

Suhu

: Pada penderita ALL yang terjadi infeksi l suhu akan naik (hipertermi, >37,50C)
Usia

Nilai Suhu

3 bulan

37,5

6 bulan

37,5

1 tahun

37,7

3 tahun

37,2

5 tahun

37

7 tahun

36,8

9 tahun

36,7

11 tahun

36,7

13 tahun

36,6

Tabel 1.2 Nilai Suhu rata-rata normal anak


(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 5)
J. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1. Kepala dan Leher
a) Rongga mulut :
- apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri). Penyebab yang paling sering
adalah stafilokokus,streptokokus, dan bakteri gram negative usus serta berbagai spesies jamur.
- perdarahan gusi,
- pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap

b)
c)
d)
e)

2.
a)
b)
c)
d)
3.
a)

b)
4.
5.
6.
a)
b)
c)
d)
7.
a)
b)

ada atau tidaknya karies gigi.


Mata:
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP,
sclera: kemerahan, ikterik.
Perdarahan pada retina
Telinga : ketulian
Leher: distensi vena jugularis
Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi intrakranial),
perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan
neurologic fokal.
Pemeriksaan Dada dan Thorax
Inspeksi : bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan otot bantu
pernapasan
Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
Auskultasi : suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi penumpukan secret
akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal, terdapat
bayangan vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan
limpa
Perkusi adanya asites atau tidak.
Pemeriksaan Genetalia
Pembesaran pada testis : hematuria
Pemeriksaan integument
Kulit :
Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie, ekimosis, ruam)
nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah, diaforesis (gejala
hipermetabolisme).
peningkatan suhu tubuh
Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah sianosis, kekuatan otot
Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia

II. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association


(NANDA) adalah suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana
perawat bertanggung gugat (Wong,D.L, 2004 :331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti
muntah, dan penurunan intake
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
12. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

III. Rencana keperawatan


Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai
tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L,2004 ).
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
Pantau suhu
Rasionalnya : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

Tempatkan anak dalam ruangan khusus

Rasionanya : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi


Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pasien

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif


Menggunakan masker setiap kali kontak dengan pasien

Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi


Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler


Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai ketentuan

Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas

sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan

Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi


Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri


3. Resiko terhadap perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :

Pantau tanda-tanda perdarahan

Rasional : Mengetahui tanda-tanda perdarahan


Anjurkan keluarga untuk memberitaukan apabila ada tanda perdarahan
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

Anjurkan keluarga untuk pergerakan pasien


Rasional : Keterlibatan keluarga dapat membantu untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih
lanjut

Kolaborasi dalam monitor trombosit


Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan cairan melalui feses

Pasien tidak mengalami mual dan muntah


Intervensi :

Kaji tanda-tanda dehidrasi

Rasional : Untuk mengetahui tindakan ang akan dilakukan

Berikan cairan oral dan parinteral

Rasional : sebagai upaya untuk mengatasi cairan yang keluar

Pantau intake dan output


Rasional : dapat mengetahui keseimbangan cairan

Kolaborasi Pemberian obat anti diare


Rasional : menghentikan diare
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi :
Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral

Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera


Hindari mengukur suhu oral

Rasional : untuk mencegah trauma


Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa

Rasional : untuk menghindari trauma


Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat.

Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan


Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)

Berikan diet cair, lembut dan lunak

Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak


Inspeksi mulut setiap hari

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi


Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia


Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa

Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan

Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis


Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri

6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, malaise, mual dan muntah,
efek samping kemoterapi dan atau stomatitis Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :

Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan asi


Rasional : Mempertahankan asupan nutrisi

Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering


Rasional : Karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik

Timbang berat badan pasien


Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori.

Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian nutrisi

Rasional : Membantu proses penyembuhan dalam kebutuhan nutrisi


7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
anak.
Intervensi :
Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
intervensi

Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena.
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat

Rasional : sebagai analgetik tambahan

Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur


Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal.
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi

Ubah posisi dengan sering

Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit


Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit


Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker

Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi
Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering

Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit


Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative

Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Intervensi :
Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut
anak sebelum rambut mulai rontok.
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan

rambut.
Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin.

Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut


Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus.

Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial


Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda.
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut

baru.
Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik.
Rasional : untuk meningkatkan penampilan

10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau
terapi.

Intervensi :
Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak

Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu


Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff

Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan


Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani
kehidupan yang normal

Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal


Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum
diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara

realistis.
Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan
dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan.

Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur


Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga

11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.


Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak.

Intervensi :
Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau
reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif

menghadapi kondisinya.
Berikan kontak yang konsisten pada keluarga.
Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi.

Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal

Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan


Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain

Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami
12.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan jumlah leukosit

Intervensi keperawatan
Tujuan : peningkatan suhu tubuh dapat teratasi dengan Sb:36oC

Observasi tanda vital

Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

Anjurkan keluarga untuk memberi pasien minum


Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

Berikan kompres air hangat


Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan
suhu tubuh.

Kolaborasi dalam pemberian obat


Rasional :Mempercepat penurunan suhu tubuh
IV.

Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana
yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).

V.

Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang
diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a.

Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan


peningkatan toleransi aktifitas.
c.

Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e.

Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

f.

Masukan nutrisi adekuat

g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i.

Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak


membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

j.

Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan


pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan
serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.

Medis

k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap
terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama anak
: An.F
Tanggal masuk
: 17-04-2013
No. RM
: 15. 27. 92
Tempat/tgl lahir
: Bekasi /03-10-2011
BB/TB saat lahir
: 10,5 Kg/76 cm
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Anak Ke
: 2 (dua) dalam keluarga
2. Identitas Orang Tua
Nama ayah
: Tn. R
Pekerjaan
: Buruh
Pendidikan
: SMA
Nama ibu
: Ny.
Pekerjaan
: Ibu RT
Pendidikan
:
: Grama Puri Persada 12/46 RT RW 005/10, Sukajaya, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat
: Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL).
3. Keluhan saat masuk
Alasan masuk ke RS : An.F kelihatan lesu, lemas dan pucat disertai flu, batuk dan perut
bengkak.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal:
Ibu mengatakan selama hamil An. F, ia tidak mengalami kelainan dan gizinya cukup.

b. Intranatal:
Ibu mengatakan, An.F lahir dengan normal. Lahir dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan
lahir 2800 gram dan panjang badan 48 cm. Saat lahir, An. F menangis spontan.

c.

Postnatal:
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah melahirkan. Kondisinya
normal.

5. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Penyakit yang diderita sebelumnya :
Ibu mengatakan, An.F tidak pernah menderita penyakit yang serius hanya flu dan batuk
b. Pernah dirawat di RS :
Ibu mengatakan An.F belum pernah di rawat di RS
d. Alergi :
An. F tidak memiliki riwayat alergi.
e. Kecelakaan :
An.F tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya. Kalaupun jatuh, An.F tidak sampai
mengalami luka berat.
f. Riwayat imunisasi :
I

II

III

BCG

1BLN

2BLN

3BLN

DPT

1BLN

2BLN

3BLN

POLIO

9BLN

CAMPAK

1BLN

HEPATITIS B

0BLN

2BLN

6BLN

6. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Tanggal 23 April 2013 kemaren, An.F telah mendapatkan kemo terapi. Saat pengkajian tanggal
30 April 2013, An. F sedang demam, akral panas, suhu 39,9oC, diare 2x, An.F tidak mau makan,
perutnya kembung. Setelah diberi makan, An.F muntah. Anak berada dalam ruangan tertutup
dengan tirai, keluarga harus menggunakan masker apabila mendekati pasien, An.F malas makan
dan minum.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu An.F mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit turunan yang seperti
dialami oleh An. F
8. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Kemandirian dan bergaul :

Sebelum sakit, An. F mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti bermain-main. Tapi
semenjak sakit, An. F sudah tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari dan memiliki
keterbatasan dalam bermain.
b. Motorik :
Umur 3 bulan, An. F sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah bisa duduk, umur 9 bln
berdiri dan umur 10,5 bulan sudah bisa berjalan.
c. Kognitif dan bahasa :
Umur 1 tahun 6 bulan ini, An. F sudah bisa memahami perintah dari orang lain, An.F mengerti
apa yang ditanyakan orang padanya. Perkembangan bahasa normal, anak mulai bisa bicara umur
12 bulan
d. Psikososial :
Saat pengkajian, An.F mau tidak bisa berinteraksi dengan orang lain selain orangtua bila di
dekati anak F langsung menangis.

9. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh klien :
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
b. Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan Ank F dengan anggota keluarganya sangat dekat.
c. Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, An.F berteman dan bermain dengan teman sebayanya.
d. Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah(anak tidak sinroma down)
e. Lingkungan rumah :
- Luas rumah 8 x 10 m
- Ventilasi cukup, penerangan cukup
- Pakai sumur gali- Sampah dibakar
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-kira 10 m
- Lingkungan rumah dekat dengan pembuangan limbah berjarak 20 kg
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
: sadar/compos mentis
b. TB/BB (cm)
: 78 cm/ 10.5 kg
c. Kepala
: 46 cm
1) Rambut :
- Kebersihan = (bersih)
- Warna
= (hitam)

- Tekstur
= (kasar)
- distribusi rambut
= (merata)
- Kuat/mudah tercabut
= ( kuat )
d. Mata :
1) Sklera
: Normal/non ikterik
2) Konjungtiva : anemis
e. Telinga :
1) Simetris
: ya
2) Serumen
: tidak ada
3) Pendengaran
: Baik
f. Hidung
:
1) Simetris :ya
2) Sekret :tidak
g. Mulut:
1) Kebersihan(bersih).
2) Warna(merah)
3) Kelembaban(lembab),
h. Lidah :baik
i. Gigi : baik
j. Jantung : k. Paru-paru : l. Perut : kembung
m. Punggung :bentuk normal
n. Ekstremitas :Kekuatan dan tonus otot baik
o. Genitalia : baik
p. Kulit : baik
1) Tampak pucat
2) Warna :sawo matang
3) Turgor :kering
q. Pemeriksaan Neurologis : an.F dalam kondisi sadar/compos mentis
Aye : 4
Verbal : 5
Motorik : 6

XIII. Pemeriksaan Penunjang

a.
TGL 28/04/2013
HB : 7,2 g/dl
Leukosit :0,630 l
Trombosit : 1000 l
Eritrosit : 2.64 103/l
Hematokrit : 20.7 %

Laboratorium :

You might also like