Professional Documents
Culture Documents
Di susun oleh:
Fitri Ariyanto
3216059
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEPERAWATAN GERONTIK
ANOREKSIA PADA LANSIA DI WISMA ANGGREK PSTW
YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR
Disahkan pada:
Hari:
Tanggal:
Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik
Mahasiswa
(Fitri Wulandari)
LAPORAN PENDAHULUAN
ANOREKSIA PADA LANSIA
A. Konses Dasar Lansia
1. Lansia
a. Definisi lansia dan Batasan lansia
Pengertian lanjut usia (lansia) menurut UU No.13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang
yang telah mencapai 60 tahun keatas. Selanjutnya pasal 5 ayat 1
disebutkan bahwa lanjut usia memiliki hak yang sama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pasal 6 ayat 1
disebutkan bahwa lanjut usia memiliki kewajiban yang sama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua (Nuugroho,
2008). Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat
dihindari, berjalan secara terus menerus dan berkesinanbungan
(Depkes RI, 2003).
b. Klasifikasi Lansia
Menurut Word Health Organization (WHO) lanjut usia terdiri dari
beberapa jenjang usia meliputi; Usia pertengahan (middle age)
yaitu usia antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia antara
60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75-90 tahun dan
Usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun.
Klasifikasi lansia menurut Depkes (2005) dibagi menjadi lima
yaitu:
1) Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia anatara 4559 tahun
2) Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun
atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2005).
4) Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain (Depkes RI, 2005).
penglihatan,
hilangnya
pendengaran,
pemberi
perawatan,
isolasi,
paranoia
dan
penyimpangan fungsional.
d) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon
terhadap sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih
suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan
gangguan
penglihatan,
hilangnya
daya
akomodasi,
Perubahan psikologis
Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali
mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang
mereka hadapi, antara lain penurunan badaniah atau dalam
kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini di kenal apa
yang di sebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan
diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain.
Pemisahan diri hanya dilakukan baru dilaksanakan hanya pada
masa-masa akhir kehidupan lansia saja. Pada lansia yang
realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru.
Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban,
dengan gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan
bertindak dan berfikir yang menurun. Daya ingat mereka
memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan
demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwaperistiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenal halhal yang baru terjadi.
d. Tipe Lansia
Macam-macam tipe lansia antara lain yaitu:
1) Tipe arif bijaksana; lanjut usia ini kaya dengan hikmah
pengalaman, menyesuaikan diri dengan bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
menentang
kehilangan
proses
kecantikan,
penuaan
kehilangan
yang
daya
menyebabkan
tarik
jasmani,
gangguan
psikiatrik
seperti
depresi,
ansietas
mengalami
berbagai
macam
penyakit.
Lansia
akan
nutrisi
yang
adekuat
untuk
mendukung
dan
Pengertian
Anoreksia merupakan penurunan napsu makan yang merupakan gejala
umum pada banyak penyakit dan dapat disebabakan oleh makanan, obat,
emosi, ketakutan, masalah psikologi dan infeksi.
Etiologi
Berbagai faktor psikologi berhubungan dengan perkembangan
perilaku yang khas dari Anorexsia Nervosa. Rasa harga diri yang rendah
sering berperan penting dalam munculnya penyakit ini. Penurunan berat
badan dipandang sebagai suatu pencapaian dan harga diri bergantung pada
ukuran dan berat badannya. Ada pula hubungan antara gangguan makan
dengan gangguan alam perasaan. Dinamika keluarga juga dapat berperan
dalam perkembangan gejala anorexsia nervosa. Orangtua mungkin terlalu
memegang kendali dan terlalu melindungi anak. Faktor lain yang juga
berperan dalam munculnya gangguan ini adalah kelangsingan idealik
masyarakat yang berusaha disamai atau bahkan dilampau oleh para remaja.
Individu yang terkena gangguan ini mempunyai citra tubuh yang
menyimpang menganggap dirinya obesitas atau terobsesi tentang ukuran
dan bentuk bagian tubuh tertentu.
C.
Patofisiologi
Penyebab dari anoreksia hingga saat kini belum diketahui. Akan
tetapi, para ahli kesehatan berpendapat bahwa factor sosial memegang
peranan penting dari anoreksia. Pada beberapa penelitian terdapat faktor-
Faktor Biologi
dan
memberikan
kontribusi
terhadap
gangguan
c.
d.
e.
Pada kondisi fungsi tiroid tertekan, kelainan ini hanya bisa dikoreksi
dengan
kaliminasi.
Kelaparan
juga
menyebabkan
aminore
yang
Faktor sosiokultural
Tidak ada gambaran keluarga yang spesifik untuk anorexsia
nervosa. Walaupun begitu, ditemukan bukti yang menunjukkan pasien
Faktor Psikologis
Anorexsia nervosa adalah suatu reaksi dari tuntunan remaja
untuk kebebasan yang lebih dan peningkatan fungsi sosial dan seksual
mereka. Takut gemuk atau merasa terlalu gemuk ini terutama terjadi
pada wanita sehingga membatasi makan dan terkadang tidak makan
atau puasa, akhirnya tidak mau makan hingga penderita kurus kering.
Dimana pada akhirnya kondisi ini menimbulkan efek berbahaya yaitu
kematian penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada 10%
penderitanya (neumaker, 1997).
Respon pertama dari anorexsia nervosa adalah gangguan
makanan yang memberikan manifestasi ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Kondisi merasa terlalu gemuk
memberikan manifestasi gangguan konsep diri (gambaran diri).
Kondisi anorexsia akut memberikan manifestasi fisik dehidrasi dan
resiko shock hypovolemik akibat kurangnya asupan cairan serta
terjadi ketidakseimbangan elektrolit terutama kalium sehingga
meningkatkan resiko hipokalemia.
D.
Manifestasi Klinis
1.
2.
3.
4.
5.
Amenorea
6.
7.
8.
9.
Gangguan tidur
E.
10.
Konstipasi
11.
Erosi eosopagus
12.
13.
14.
15.
Komplikasi
1. Jantung: bradikardi, tachikardi, aritmia, hipotensi, gagal jantung
2. Gastrointestinal: esofagitis, ulcus peptikum, hepatomegali
3. Ginjal; abnormalitas urea serum dan elektrolit
4. Skelet; osteoporosis, faktor patologik
5. Endokrine; penurunan fertilitas, peningkatan kadar kortisol dan
hormon pertumbuhan, peningkatan glukoneogenesis
6. Metabolik; penurunan BMR, gangguan pengaturan suhu badan,
gangguan tidur
F.
Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan dengan rawat jalan, kecuali muncul masalah
medis yang berat. Pengobatan rawat jalan ini mencakup:
1. Pemantauan medis
2. Rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya
3. Psikoterapi jangka panjang untuk mengatasi penyebab dasarnya
4. Pengobatan psikofarmaka untuk mengatasi gejala depresi, kegelisahan
dan perilaku kompulsif obsesif
Obat-obat yang dapat digunakan :
a. Antidepresan, juga dipakai SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors), terutama bila salah satu komponen penyakitnya
adalah latihan yang dipaksakan (Imipramin, Desipramin,
Fluoksetin, Sertralin).
b. Penggantian estrogen untuk amenore
Pengkajian
1.
Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan
klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita anorexsia
nervosa dengan tanda binge dan purge.
2.
3.
4.
5.
Pemeriksaan fisik
a.
Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat
kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien
anorexsia nervosa dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat
badan, tetapi biasanya mendekati berat badan yang diharapkan sesuai
dengan usia dan ukuran tubuhnya. Penampilan umum klien tidak luar
b.
patologis.
Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi
d.
(TPRS).
Sistem gastrointestinal
Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut, dan abdomen . Biasanya
pada klien anoreksia nervosa dapat terlihat karies gigi, lidah kotor,
membran mukosa mulut kering dan perut agak cekung atau semua ini
e.
f.
Cairan
Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan
berlebih, keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium,
g.
h.
Psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana
hati klien. Klien yang mengalami gangguan makan mempunyai mood
yang labil, biasanya berhubungan dengan perilaku makan atau diet
klien. Menghindari makanan yang buruk atau makanan yang
menggemukkan memberi klien perasaan kuat dan kendali terhadap
tubuhnya, sedangkan makan berlebihan atau pengurasan menimbulkan
B.
tidak
adekuat
pemasukan,
menginduksi
muntah,
Evaluasi
1. Pasien mendapatkan berat badan yang sesuai
2. pasien puas dengan tubuhnya
3. pasien dapat menilai secara positif terhadap tubuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bachrach, L.K., Guido D., Katzman D. 1990. Decreased Bone Density in
Adolescent Girls with Anorexsia Nervosa. Pediatrics. 86 (3):440-7/1990
September. New Jersey.
Departemen Kesehatan RI, (2005). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta.
Dixon, J. 1984. Effect of Nursing Interventions on Nutritional and Performance
Status in Cancer Patients. Nurs Res. 33(6):330-5/1984 NovemberDesember. New York.
Duker, M., dan Slade, R. 2003. Anorexsia Nervosa: How to Help. UK: Open
University Press.