You are on page 1of 17

Trigger

Seorang perempuan berusia 18 tahun datang ke RS karena rujukan


dari puskesmas. G1P0000Ab000, hamil 12 minggu, dengan keluhan
perdarahan pervaginam (flek-flek kecoklatan) sejak satu hari yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan di rumah mual sepanjang hari bahkan saat
saat pemeriksaan ini. Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya
sekarang karena mengalami perdarahan. HPHT 8 Agustus 2016. TD:
120/80 mmHg, N: 82x/mnt, RR: 22X/MNT, suhu: 36,2 C, TFU teraba 3
jari di bawah pusat. Hb 11,6 gr/dl. Hasil USG terdapat gambaran sarang
lebah atau anggur dan tidak terlihat janin. Pasien direncanakan akan
dilakukan tindakan kuretase.
1. Definisi molahidatidosa
menurut prawirohardjo, 2007 yang dimaksud dengan mola
hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami
perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut mola hidatidosa atau
complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin
disebut mola parsialis atau partial mole.
Mola

hidatidosa

adalah

suatu

kehamilan

dimana

setelah

fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi


terjadi poliferasi dari villi korealis disertai dengan degenerasi hidrofik
(Saifuddin, 2000).
2. Klasifikasi molahidatidosa
Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis menurut Myles, 2009 yaitu :
a. Mola hidatidosa komplet
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali
pusat, atau membran. Kematian terjadi sebelum berkembangnya
sirkulasi plasenta. Villi korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang
jernih yang menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, dan
memberi tampilan seperti seikat anggur. Ukuran vesikel bervariasi, dari
yang sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter.
Hiperplasia menyerang lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.Massa

mengisi rongga uterus dan dapat cukup besar untuk menyerupai


kehamilan. Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua
untuk menambatkan hasil konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang
sedang

berkembang

dapat

berpenetrasi

ke

tempat

implantasi.

Miometrium dapat terlibat, begitu pula dengan vena walaupun jarang


terjadi. Ruptur uterus dengan perdarahan massif merupakan salah satu
akibat yang dapat terjadi.

Mola komplet biasanya memiliki 46

kromosom yang hanya berasal dari pihak ayah (paternal). Sperma


haploid memfertilasi telur yang kosong yang tidak mengandung
kromosom

maternal.

Kromosom

paternal

berduplikasi

sendiri.

Korsiokarsioma dapat terjadi dari mola jenis ini.


b. Mola hidatidosa partial
Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion
dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke9. Hiperplasia trofoblas hanya terjadi pada lapisan sinsitotrofoblas
tunggal dan tidak menyebar luas dibandingkan dengan mola komplet.
Analisis kromosom biasanya akan menunjukan adanya triploid dengan
69 kromosom, yaitu tiga set kromosom: satu maternal dan dua
paternal. Secara histologi, membedakan antara mola parsial dan
keguguran laten merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini memiliki
signifikansi

klinis

karena

walaupun

risiko

ibu

untuk

menderita

koriokarsinoma dari mola parsial hanya sedikit, tetapi pemeriksaan


tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat penting.
3. Etiologi molahidatidosa
Menurut Moechtar, 1990. Penyebab mola hidatidosa belum diketahui
secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah :
a. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi
kehamilan mola. Frekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi
pada awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi
b.

kehamilan mola.
Faktor ovum
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau

dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan


atau gangguan dalam pembuahan.
c.

Keadaan sosial ekonomi yang rendah


Dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan

untuk

memenuhi

kebutuhan

pertumbuhan

dan

perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah


maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang
sehingga

mengakibatkan

gangguan

dalam

pertumbuhan

dan

perkembangan janinnya.
d. Parietas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic
yang dapat diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti
klomifen atau menotropiris (pergonal).
e. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan
buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat
meningkat

apabila

kekurangan

protein

dalam

makanan

mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal.


f.

Infeksi virus

Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil.


Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan
menimbulkan penyakit (desease). Hal ini sangat tergantung dari
jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta
daya tahan tubuh.
Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola hidatidosa
adalah pembengkakan pada vili (degenerasi pada hidrofik) dan
poliferasi trofoblas. Faktor yang dapat menyebabkan mola hidatidosa
antara lain:
a. Faktor ovum: spermatozoa mamasuki ovum yang telah kehilangan
nukleusnya atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan
terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan
b. Kekurangan protein

Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh


sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan
buah dada ibu, keperluan zat protein pada waktu hamil sangat
meningkat.
c. Imunoselektif dari trofoblas
yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi
menjadi jarang dan stroma vili menjadi jarang dan stroma villi
menjadi sembab dan akhirnya terjadi hiperplasia.
4. Epidemiologi molahidatidosa
Prevalensi mola hidatidosa berbeda disetiap engara tergantung sosial,
ekonomi, genetik, nutrisi, budaya, dan faktor lainnya. Insidden mola
hidatidosa di China 0,81-2/1000 kehamilan, di Eropa dan Amerika Utara
0,6-1,1/1000 kehamilan, di Jepang 2/1000 kehamilan, di Afrika 2,55/1000 kehamilan (Lentz el Al, 2012). Di Morocco 4,3/1000 kehamilan,
di Iran 7/1000 kehamilan (Alireza et al, 2014). Di indonesia 13//1000
kehamilan.
Menurut Soejoenes dkk (1967 )Biasanya dijumpai lebih sering pada
umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan
meningkatkan paritas kemungkinan menderita mola lebih besar.
Secara etnis wanita Filipina, Asia Tenggara dan Meksiko, lebih sering
menderita mola daripada wanita kulit putih Amerika.
5. Factor resiko molahidatidosa
Berikut faktor resiko untuk kehamilan mola hidatidosa menurut
Fauziyah, 2012 :
a. Etnis Asia
Ada insiden yang lebih tinggi untuk angka kejadian kehamilan mola
hidatidosa di kawasan Asia. Perempuan dari etnis Asia beresiko dua
kali lipat lebih tinggi dari pada wanita non-etnis Asia.
b. Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya
Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki
resiko 2 kali lipat dibandingkan dengan yang belum pernah
mengalami kehamilan mola hidatidosa.
c. Riwayat genetik

Terdapat

penelitian

yang

membuktikan

bahwa

kehamilan

mola

hidatidosa memiliki penyebab genetik terkait dengan mutasi gen


pada kromosom 19.
d. Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan dengan
peningkatan resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk
juga kekurangan vitamin A.
Risiko lainnya yaitu riwayat keguguran 2 kali atau lebih, riwayat
kehamilan mola sebelumnya juga dapat meningkatkan kejadian mola
hingga lebih dari 10 kali lipat. Secara epidemiologi mola komplit dapat
meningkat bila wanita kekurangan carotene dan defisiensi vitamin A.
Sedangkan mola parsialis lebih sering tejadi pada wanita dengan
tingkat pendidikan tinggi, menstruasi yang tidak teratur dan wanita
perokok.
6. Manifestasi klinik molahidatidosa
Tahap

awal

perkembangannya

kehamilan

mola

menunjukkan

karakteristik klinis yang sulit dibedakan dengan gejala kehamilan


normal. Kemudian pada trimester 1 dan terutama selama trimester ke2 sejumlah perubahan terjadi, yang paling umum adalah perdarahan
pervaginam berwarna kecoklatan yang sering disertai dengan jaringanjaringan

menyerupai

buah

anggur,

pembesaran

ukuran

uterus

biasanya lebih besar untuk usia kehamilan terutama pada kasus CMH
(4 minggu lebih tua), dan denyut jantung janin tidak ditemukan.
Anemia terjadi pada kasus-kasus prolonged bleeding yang ditandai
dengan gejala fatique dan sesak nafas, preeklampsi

yang ditandai

dengan hipertensi dapat terjadi sebelum usia kehamilan kurang dari 24


minggu. Tanda lainnya yang dapat ditemukan pada kehamilan mola
adalah hipertiroid dan terbentuknya kista ovarium yang disebabkan
tingginya kadar -hCG.
7. Patofisiologi molahidatidosa

Perdarahan
pervaginam

Resiko
gangguan
hubungan ibu
dan janin

8. Pemeriksaan diagnostic molahidatidosa


Menurut Fauziyah, 2012 tes diagnostic pada mola hidatidosa dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Pemeriksaan kadar beta hCG: pada mola terdapat peningkatan
kadar beta hCG darah atau urin.
b. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan
hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada
tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada
tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta Sison).

c. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada


kehamilan 3-4 bulan).
d. ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake
pattern) dan tidak terlihat janin.
e. Foto thoraks : pada mola ada gambaran emboli udara.
f.

Pemeriksaan trimester 3 dan trimester 4 bila ada gejala


tirotoksikosis. (Sujiyatini, 2009)

g. Pemeriksaan dapat dilakukan untuk penetapan diagnosa apabila


terjadi perlepasan/ pengeluaran jaringan mola. (Myles, 2009)
h. Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat gelembung
molanya. Tetapi bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar
biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung
umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum
pasien menurun. (Prawirohardjo, 2007)
Menurut Fauziyah, 2012
Pemeriksaan

Doppler/

Fenandoscope:

untuk

mendengar

denyut

jantung janin

9. Penatalaksanaan medis molahidatidosa


Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.
- Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
- Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam
kemudian dilakukan kuret.
b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki
keadaan umum penderita.
c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan.

d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari
30 tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu
setinggi pusat atau lebih.
2. Pengawasan Lanjutan
- Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi
oral pil.
- Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

SetiapminggupadaTriwulan pertama
Setiap 2 minggupada Triwulan kedua
Setiapbulanpada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulanpada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3
bulan.
- Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

GejalaKlinis : Keadaan umum, perdarahan


Pemeriksaandalam :
a. KeadaanServiks
b. Uterus bertambahkecilatau tidak 8

c. Laboratorium Reaksi biologis dan imunologis :

1x seminggusampaihasil negatif
1x2 mingguselamaTriwulan selanjutnya
1x sebulandalam 6 bulan selanjutnya
1x3 bulanselamatahun berikutnya
Kalauhasilreaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya
keganasan

3. Sitostatika Profilaksis Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

10.

Komplikasi molahidatidosa

Komplikasi pada mola hidatidosa menurut Nugroho, 2011 meliputi :


a. Perdarahan hebat.
b. Anemia.
c. Syok hipovolemik.

d.

Infeksi sekunder.

e. Perforasi uterus.
f.

Keganasan (PTG).

g. Eklampsia
h.

tirotoksikosis

11.
Asuhan keperawatan molahidatidosa
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : ny.p
Uisia : 18 tahun
Jenis kelamin : perempuan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :
Perdaraha pervaginam (flek-flek kecoklatan) sejak 1 hari yang lalu dan
mual sepanjang hari
2. Riwayat Kesehatan saat ini :
pasien merasa cemas dengan kehamilan sekarang karena mengalami
perdarahan
3. Riwayat kesehatan terdahulu :
c. Pemerikasaan fisik
1. Keadaan umum : klien tampak cemas
Kesadaran : compos mentis
Ttv -TD : 120/180 mmHg
-N : 82x/menit
- RR : 22x/menit
-Suhu : 36,2 C
TFU : Teraba 3 jari dibawah pusat
2. Pemeriksaan Lab
Hb : 11,6 gr/dl
3. Pemerikasaan Diagnostik
USG : terdapat gambaran sarang lebah atau anggur dan tidak
terlihat janin
d. Diagnosa Medis : Mola Hidatidosa
e. Tindakan : direncanakan akan dilakukan tindakan Kuretase
B. Analisa data
Data
Ds:

Etiologi
Factor ovum

Diagnose
keperawatan
Resiko hubungan ibu

Pasien mengeluh
perdarahan melalui
vagina, dan mual
sepanjang hari

dan janin
Mengalami
keterlambatan dalam
pengeluaran

Do:
- Hasil USG terdapat
gambaran sarang

Kematian ovum di
dalam tubuh

lebah atau anggur


dan tidak terlihat

Mengalami

janin

degenerasi

- TFU teraba 3 jari di


bawah pusat

Jangot-jangot korion
yang tumbuh
berganda dan
mengandung cairan
Kista-kista kecil
seperti anggur
Molahidatidosa
Perdarahan
pervaginam
Resiko gangguan
hubungan ibu dan

Ds:

janin
Factor ovum

Pasien mengeluh
mual sepanjang hari
Do:
- Hasil USG terdapat

Mengalami
keterlambatan dalam
pengeluaran

gambaran sarang
lebah atau anggur

Kematian ovum di

dan tidak terlihat

dalam tubuh

mual

janin
- TFU teraba 3 jari di

Mengalami

bawah pusat

degenerasi
Jangot-jangot korion
yang tumbuh
berganda dan
mengandung cairan
Kista-kista kecil
seperti anggur
Molahidatidosa
Peningkatan HCG

Ds:

Mual
Factor ovum

Pasien merasa cemas


dengan kehamilannya
sekarang karena
mengalami

Mengalami
keterlambatan dalam
pengeluaran

perdarahan
Kematian ovum di
Do:

dalam tubuh

- Hasil USG terdapat


gambaran sarang

Mengalami

lebah atau anggur

degenerasi

dan tidak terlihat


janin

Jangot-jangot korion

- TFU teraba 3 jari di

yang tumbuh

bawah pusat

berganda dan
mengandung cairan
Kista-kista kecil

anxietas

seperti anggur
Molahidatidosa
Perdarahan
pervaginam
cemas

C. Prioritas diagnose keperawatan


1. Resiko hubungan ibu dan janin
2. Mual
3. Ansietas
D. Rencana asuhan keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Resiko Gangguan Ibu dan Janin
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam , peradrahan yang dialami klien bisa segera diatasi.
Kriteria Hasil : Sesuai Indikator NOC
NOC : Status Maternal antepartum
No
1

Indikator
TD : 120/80

2
3
4
5

(normal)
Suhu : 36, 2 C (normal)
Hb : 11,6 gr/dl (normal)
Perdarahan di vagina
TFU
teraba
3
jari

mmhg

dibawah pusat

NIC : Pengurangan Pendarahan : Uterus Antepartum


a. Tinjau faktor-faktor resiko yang berhubugan dengan perdarahan
pada kehamilan
b. Periksa perineum untuk mengetahui jumlah dan karakteristik
pendarahan
c. Monitor TTV ibu
d. Palpasi kontraksi uterus atau peigktan tonus uterus
e. lakukan USG

f.

Mulai tindakan-tindakan keamanan ( istirahat/tidur, bedrest yang


ketat dan posisi lateral )

2. Diagnose keperawatan
: mual
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan
pasien dapat mengatasi mual dalam waktu 1x24 jam
Kriteri hasil
: mual dapat teratasi sesuai skala NOC
NOC
Nausea and vomiting control
No
1
2

Indikator
Mengenali onset mual
Menggunakan
medikasi

antimetic
Melaporkan efek samping

dari antiemetic
Mendeskripsikan

factor

penyebab
NIC
nausea management
a.
b.
c.
3.

Evaluasi riwayat nausea karena kehamilan


Identifikasi factor penyebab
Monitor efek manajemen nausea
Diagnosa keperawatan
: ansietas
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu
2x24 jam, ansietas yang dialami pasien berkurang
Kriteria Hasil: Sesuai indikator skala NOC

NOC: Anxiety Level


NO
1
2
3
4

Indikator
Perasaan gelisah
Distress
Kesulitan dalam penyelesaian masalah
Rasa cemas yang disampaikan secara lisan

Keterangan:
1 = berat

2 = cukup berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada

NOC: Anxiety Control


NO
1
2
3

Indikator
Mengurangi penyebab kecemasan
Mencari informasi utuk mengurangi kecemasan
Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi

kecemasan
Mengendalikan respon terhadap kecemasan

Keterangan:
1 = tidak pernah
2 = jarang dilakukan
3 = kadang dilakukan
4 = sering dilakukan
5 = dilakukan secara konsisten
NIC: Anxiey Reduction
4. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
5. Memberikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan
prognosis
6. Mendorong keluarga untuk mendampingi klien
7. Membantu klie mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
8. Menginstruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
NIC: Relaxation Therapy

1. Mendapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi,


misalnya bernafas dalam atau membayangkan hal-hal yang
menenangkan
2. Meminta klien untuk rileks
3. Menunukkan dan mempraktikan secara berkala
4. Evaluasi dan dokumentasi respon terhadap terapi relaksasi

Daftar pustaka
Betel C, Atri M, Arenson AM, Khalifa M, MD, Osborne R, MD, Tomlinson
G. Sonographic
Bulechek, Gloria M dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC)
sixth edition. Amerika: Elsevier Inc.
Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit
TrofoblastikGestasional Obstetri
Diagnosis of Gestational Trophoblastic Disease and Comparison With
Retained Products of Conception. J Ultrasound Med. 2006
Herdman, T. Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2014. Nursing Diagnoses:
Definition & Classification 2015-2017 tenth edition. Amerika:
NANDA International Inc.
Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. KAPITA SELEKTAKEDOKTERAN.
Fakultas Kedokteran
Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan
Plasenta& Selaput Janin. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas.
SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku
Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2.
Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998.
Moorhead, sue dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth
edition. Amerika: Elsevier Inc.
Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMUKANDUNGAN.
Yayasan Bina Pustaka SARWONOPRAWIROHADJO. Jakarta. 1999.
Hal . 262-264
Universitas Indonesia. Jilid I.Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265267 ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka
Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.
SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002 Hal 341-348.
Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit BukuKedokteran. EGG Jakarta. 2006.
Hal 930-938.

You might also like