Professional Documents
Culture Documents
PERKUSI
Lakukan perkusi untuk mendapatkan adanya daerah yang tympani dan pekak pada
seluruh kwadrant. Perkusi bagian bawah antara paru dan arcus aorta. Catatlah adanya
daerah pekak (dullness) pada sebelah kanan (daerah hepar) dan timpani pada sebelah kiri.
PERKUSI HEPAR
Lakukan perkusi pada linea midklavikular kanan mulai dari bawah arcus costa (suara
timpani) kearah cranial sampai terdengar pekak dari pinggir bawah hepar.
Kemudian cobalah untuk menentukan pinggir atas dari hepar dengan cara perkusi
seperti cara diatas, tapi dari cranial kekaudal. Cobalah mengukur area pekak hepar dengan
cm dan juga coba perkusi lobus kiri dari umbilicus ke mid sternum.
PERKUSI LIEN
Perkusilah ruangan interkostal dibawah linea axillaries anterior kiri . Bagaimana
bunyinya ? Kemudian perintahkan pasien menarik nafas dalam dan lakukanlah seperti
yang tadi. Apakah ada perbedaan ?
AUSKULTASI
Letakkan stetoskop anda pada area seperti pada gambar. Lakukanlah auskultasi secara
simetris. Catatlah kalau ditemui bruits dan identifikasi bunyi usus normal .
PEMERIKSAAN ASCITES
Lakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya ascites dengan cara :
Cara Undulasi
Kepustakaan
Lynn. S. Bickley; Bates Guide to Physical Examination and History taking, 8 th
Edition, Lippincott 2003.
Simadibrata MK, 2006. Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Dalam: Sudoyo A.
W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta, hal:51-55.
Penilaian
SKOR
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Palpasi
9.
10.
11.
12.
Palpasi hepar
13.
14
16.
Palpasi ginjal
17.
18.
kedua
tangan
lembut
Rectus
19.
Perkusi
20.
21.
Perkusi hepar
22.
23.
24
25
27
28
29
30
31
Ketok salah satu sisi abdomen dengan ujung jari dan rasakan
penjalaran getaran pada sisi abdomen berseberangan
32
30
Iliopsoas sign
33
34
35
36
37
38
39
40
Mahasiswa
Nama :
NIP :
Nama : .
No. BP.
31
PEMERIKSAAN COLOK
DUBUR (RECTAL TOUCHER)
EDISI 2
REVISI 2011
32
perabaan
prostat
dan
vesikula
33
lutut
ditekukkan(fleksi).
Telunjuk
dengan
melintasi
bimanual
palpasi
4. Lithotomy
Dilakukan
position.
pada
meja
operasi. Bimanual
dengan
tangan
supra pubis.
kiri
pada
b. Palpasi Prostat:
1. Waktu melakukan palpasi prostat, buli-buli harus kosong.
2. Dilakukan pada posisi knee-elbow posisi atau left lateral posisi.
3. Gunakan telunjuk yang telah diberi pelicin dan masukan perlahan ke anus.
4. Perabaan prostat normalnya kenyal dan elastis. Teraba lobus medial yang
dibatasi oleh sulkus medial. Telusuri sulkus kebawah maka akan teraba bagian
yang lunak berarti kita telah sampai pada pool bawah prostat sampai pada uretra
membranous, yang
pada masing-masing
sisinya
kadang
teraba
kelenjer
bulbouretra (Cowper), sedangkan bila kita telusuri keatas teraba pool atas prostat
dan vesikula seminalis.
Keadaan yang akan ditemukan:
-
Dalam keadaan prostatitis kronis, prostat teraba membesar, agak panas dan nyeri
tekan.
Pada keganasan prostat yang asimptomatik yang lokasinya pada lobus lateral
yang dalam dan lobus medius tidak dapat diraba melalui rectal. Bila terletak pada
permukaan kapsul teraba nodul, konsistensi keras, dalam keadaan lanjut
prostat irreguler, sulkus medianus obliterasi dan kadang ukuran prostat membesar.
Kepustakaan :
- Hamilton Bailey : Demonstration of Phisical Signs in Clinical Surgery Ed 17: 1992
rev.2008 : ELBS: Great Britain
3. Jelly
PROSEDUR
1. Operator memakai hand schoen secara baik dan benar.
2. Posisi tergantung kondisi dan yang akan dinilai, standart dilakukan Sims posisi.
3. Lihat keadaan lokal sekeliling anus.
4. Hand schoen yang sudah tersedia diolesi dengan jelly secukupnya lalu
dimasukan kedalam anus.
5. Pelan-pelan telunjuk yang telah pakai hand schoen didorong masuk, nilai
spincter anus ekterna.,dorong kedalam sampai ampula recti.lalu rotasikan
telunjuk.
6. Nilai mukosa rektum dan keadaan sekelilingnya.
7. Kemudian nilai kondisi prostat.
8. Setelah selesai dan dirasa sudah cukup, kemudian keluarkan telunjuk dan lihat
apakah ada berlendir atau berdarah hand schoennya.
Nilai
1
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
2 = Dilakukan / diterangkan tidak secara lengkap atau ada bagian yang
terlupakan. 3 = Dilakukan / diterangkan sistematik tetapi tidak begitu lancar.
4 = Dilakukan / diterangkan sistematik dan lancar.
Mahasiswa
Nama :
NIP :
Nama : .
No. BP.
PEMERIKSAAN FESES 2:
PEMERIKSAAN
PARASITOLOGI
EDISI 2
REVISI 2011
PEMERIKSAAN FESES II
(Pemeriksaan
Parasitologi)
1. PENGANTAR
Pemeriksaan feses yang dilakukan pada modul ini adalah pemeriksaan feses secara
mikroskopis
khusus
untuk
pemeriksaan
parasit,
sedangkan
pemeriksaan
secara
makroskopis dan mikroskopis (eritrosit,leukosit) telah dilakukan pada Blok 1.4 (Sistim
Pencernaan).
Keterampilan ini diberikan pada Blok 2.6 (Gangguan Sistem Pencernaan). Lamanya
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
berlatih
adalah
dua
kali
pertemuan.
Tempat
Latihan pembuatan sediaan feses secara langsung dan interpretasi hasil dibawah
pengawasan instruktur
Responsi
4. PRASYARAT:
Pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:
40
5. TEORI
Pemeriksaan tinja dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Sebelum
melakukan pemeriksaan secara mikroskopis, terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan
secara makroskopis. Pada pemeriksaan secara makroskopis perhatikan adanya darah dan
lendir.
-
Tinja yang mengandung darah dan lendir dapat ditemukan pada kasus
infeksi bakteri (Shigella) dan infeksi parasit (Amuba, telur S.mansoni, S.
japonicum dan kadang-kadang S.haematobium.
Tinja cair tanpa darah atau lendir dapat ditemukan trofozoit (vegetatif)
dan atau kista dari Amoeba dan Flagellata lainnya.
Penderita dengan infeksi cacing dapat ditemukan cacing dewasa, larva dan telur.
Telur dapat diperiksa dengan cara langsung atau dengan cara konsentrasi. Larva dalam
tinja dapat ditemukan pada pemeriksaan langsung dengan cara sediaan tinja basah atau
pada pembiakan. Untuk cacing Oxyuris vermicularis dilakukan pemeriksaan anal swab.
Pada pemeriksaan tinja untuk protozoa usus secara mikroskopik dikenal dalam bentuk
trofozoit dan bentuk kista. Bentuk trofozoit harus diperiksa dalam tinja segar (30
menit setelah dikeluarkan dan bukan setelah 30 menit sampai di laboratorium) karena
pergerakan yang khas dapat dilihat dengan jelas. Di dalam tinja yang sudah tidak segar
lagi bentuk trofozoit akan mati dan tidak dapat dilihat pergerakannya. Sedangkan
bentuk kista tahan lama dalam tinja. Umumnya dalam tinja cair dapat kita jumpai bentuk
vegetatif dan dalam tinja padat umumnya kita temukan bentuk kista. Untuk lebih mudah
menemukan bentuk trofozoit maka periksalah bagian tinja yang ada lendirnya dan ada
darahnya.
Pada tinja disentri ameba terdapat darah dan lendir di dalam tinja. Diagnosis
dibuat dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika yang harus dicari
dalam bagian tinja yang mengandung lendir dan darah. Di Indonesia disentri ameba harus
dibedakan dari disentri basiler.
41
DISENTRI BASILER
FREKWENSI
MAKROSKOPIK
Relatif banyak
Darah dan
dengan tinja
Jumlah
lendir
bercampur
Sifat
Sedikit
Hanya ada darah dan lendir
Tanpa tinja
Warna darah
Konsistensi
Bau
Bau merangsang
Reaksi kimiawi
asam
MIKROSKOPIK
Eksudat
Berkelompok;
kemerahan
berwarna
kuning
jarang
c)makrofag
Sangat sedikit
Badan-badan pik
Amat sering
nihil
banyak
yang berdegenerasi)
ada
Eosinofil
Tidak ada
ada
Kristal Charcot-Leyden
Tidak ada
Parasit
Tidak ada
Coli
dan
e
Bakteri
42
Untuk pemeriksaan cacing usus sebaiknya digunakan eosin/ larutan NaCl fisiologis
- Kelemahan eosin : Warna telur cacing tidak dapat dilihat dengan jelas
Untuk pemeriksaan protozoa sebaiknya digunakan lugol/eosin
Sediaan eosin :
Sediaan lugo l :
Diagnosis kista
6. PROSEDUR KERJA
Bahan dan alat : kaca objek, kaca penutup, larutan : air/garam fisiologis/eosin/lugol, lidi
atau aplikator lainnya, mikroskop,feses
Pemeriksaan t inja sediaan langsung
Teteskan satu tetes larutan ke atas kaca objek
Dengan lidi ambil sedikit feses ( 2 mg) dan campurkan dengan tetesan larutan sampai
homogen, buang bagian-bagian kasar
Tutup dengan kaca penutup ukuran 22 x 22 mm, sedemikian rupa sehingga tidak
terbentuk gelembung gelembung udara
Periksa secara sistematik dengan menggunakan pembesaran rendah (obj 10x). Bila
dicurigai adanya parasit periksalah dengan obj 40x
Untuk memperlambat kekeringan pada sediaan maka tepi sediaan dapat direkatkan
dengan lilin cair/entelan/pewarna kuku (kuteks)
43
Pada pewarnaan dengan eosin, cara pembuatan sediaan sama dengan syarat: sediaan
harus tipis, sehingga warnanya, merah jambu muda. Bila warnanya merah jambu tua
atau jingga maka berarti sediaan terlampau tebal.
Pada pewarnaan dengan lugo l, cara pembuatan sediaan sama dengan eosin ,hanya
sediaan tidak perlu terlalu tipis. Cara ini dipakai untuk pemeriksaan kista .
Bentuk vegetatif dalam larutan iodium ini menjadi bulat karena mati, sehingga
pemeriksaan bentuk vegetatif menjadi sukar sekali.
Kesalahan yang mungkin timbul adalah
:
Sediaan tidak homogen
Sediaan yang terlalu tebal
Banyak rongga udara
Cairan merembes keluar dari kaca
tutup DAFTAR PUSTAKA
1. Hadidjaja P. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit
FKUI.Jakarta.1990
Publisher.Jakarta.2007
Protozoologi
Buku Praktikum
1.PrestasiParasitologi
2.
Pustaka
3. 1.Sandjaja
1.Ismid IS, B.Winita
R, Sutanto Kedokteran
I,dkk Penuntun
Kedokteran.FKUI.Jakarta.2000
4. Natadisastra D, Agoes R. parasitologi Kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang
diserang. EGC. Jakarta.2009
44
45
No
1.
2.
Nilai
5.
6.
7.
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
2 = Dilakukan dengan banyak perbaikan
3 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan
4 = Dilakukan dengan sempurna
Penilaian : Jumlah Skor x 100% = ................................
21
Padang, .2011
Instruktur
Mahasiswa
Nama :
NIP :
Nama : .
No. BP.
46
EDISI 2
REVISI 2011
47
Bekerja kelompok
WAKTU PELAKSANAAN
Keterampilan dilatih dan diuji dalam waktu 2 (dua) minggu (dengan pelaksanaan ujian)
pada minggu 5 dan 6 Blok.
TEMPAT
Ruang Skills Lab Gedung EF Lantai II Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
48
DASAR TEORI
I. PEMASANGAN INFUS (Terapi Intravena)
Pemasangan infus merupakan salah satu alternatif dalam pemberian terapi,yang
dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, darah/produk darah, obat-obatan
ataupun nutrisi langsung melalui pembuluh vena perifer.
Tujuan Utama Terapi Intravena:
1.
2.
3.
4.
aktivitas dari pasien yang sedang dilakukan terapi. Monitoring dan evaluasi sangat
diperlukan untuk memantau dan menyesuaikan terapi sesuai dengan kebutuhan pasien.
Area insersi kanul intravena
Vena-vena superficial yang sering digunakan untuk infus IV pada bayi, anak dan dewasa
-
Vena cephalica
Vena basilica
dll
Persiapan Pasien
- Perkenalan diri dan mengucapkan salam
- Anamnesis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi pasien
- Informed Consent, menerangkan hal-hal yang terkait dengan
Arti dan tujuan terapi intravena (I.V)
Prakiraan lama terapi intravena
Kemungkinan timbulnya rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)
Menyampaikan anjuran kepada pasien untuk melaporkan apabila:
- timbul ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan)
- kecepatan tetesan berkurang atau bertambah
Menyampaikan larangan pada pasien untuk:
- Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur dokter/perawat
- Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set
49
Keterampilan Pemasangan
4. Mempersiapkan alat dan bahan
5. Mencuci tangan (Handwashing) dengan metode 7 langkah
6. Menggunakan sarung tangan (gloves)
7. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
8. Menghitung kebutuhan cairan/nutrisi pasien
50
adalah
untuk
memelihara
kesehatan
pasien
dan
untuk
meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Nutrisi dapat diberikan secara enteral
ataupun parenteral. Nutrisi enteral artinya pemberian nutrisi diberikan melalui jalur
saluran gastrointestinal, bisa per oral ataupun melalui pemasangan NGT (Nasogastric
tube). Namun, apabila jalur enteral tidak adekuat ataupun tidak memungkinkan, maka
pemberian nutrisi pasien dapat dilakukan secara parenteral, salah satu caranya adalah
melalui pemasangan infus.
51
(vitamin,
mineral,
trace
element)
yang
disebut
dengan
kondisi
malnutrisi, akan mengakibatkan penurunan berat (massa) badan, massa organ dan
yang terpenting adalah menyebabkan terjadinya penurunan fungsi organ. Untuk itu,
bantuan nutrisi sangat dibutuhkan agar dapat menghindarkan pasien dari kekurangan
ataupun kelebihan kalori, meminimalkan efek starvasi, dan menyediakan kebutuhan
makronutrien dan mikronutrien dalam jumlah yang tepat.
Penghitungan kalori dan kebutuhan makro/mikronutrien harus berdasarkan
kebutuhan pasien. Pada modul ini fokus utama yang akan dipelajari adalah
penghitungan kalori dan kebutuhan makronutrien dari seseorang.
Adapun pemberian terapi nutrisi dipertimbangkan apabila kondisi pasien sudah
mulai stabil, misalnya perdarahan sudah terkontrol, ataupun sudah teresusitasi dari
keadaan syok. Beberapa literatur menyebutkan pemberian makanan enteral dini 24-72 jam.
Indikasi pemberian cairan parenteral:
-
Sindroma Malabsorbsi.
Cachexia (kelaparan,carcinoma)
Luka bakar & trauma berat, gagal ginjal, gangguan fungsi hati
10%/20%).
52
: Kebutuhan 1 meq/Kg/hr
Kalium
Kalsiu
= 1,3
= 1,2
trauma otot/tulang
= 1,35
Sepsis berat
= 1,6
= 2,1
Atau:
2. Rule of Thumb
Kebutuhan Kalori : 25-30 KCAL/KGBB/HR
53
Jenis cairan
I. Jenis2 cairan enteral & kandungan nutrisi
Nama
kalori
KH
lemak
Protein
1000
436
462
30,6
1000
540
318
35,3
1000
672
162
55,9
1000
672
216
28
1000
521,6
248,4
47,2
1000
500
360
30
1000
528
327,6
50
1000
596
243
31
1000
723,2
207
19,2
Hepatosol(KH 88,7%)
1000
765
97
34,5
II.LIPID
Ivelip : 10%, 20%
Lipofundin
Contoh soal:
Seorang laki-laki dengan berat badan 50 kg, hitunglah berapa kebutuhan kalori
dan makronutriennya!
55
BP
Kelompok
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Nilai
1
Persiapan Pasien
Memperkenalkan diri dan mengucapkan salam
Menjelaskan indikasi dan prosedur pemasangan infus
kepada pasien
Meminta persetujuan pasien (informed consent)
Keterampilan Pemasangan
Mempersiapkan alat dan bahan
Mencuci tangan (Handwashing) dengan metode 7
langkah
Menggunakan sarung tangan (gloves)
Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
Menghitung kebutuhan cairan/nutrisi pasien
Menyambungkan ujung selang infusion set ke cairan
infuse
Menekan ruang tetesan sehingga cairan infus memenuhi
sekitar setengah ruang tetesan, membuka pengatur
tetesan saluran infus, mengalirkannya ke dalam bengkok
dan memastikan tidak ada gelembung udara di sepanjang
selang
Menutup saluran infus dan menggantung cairan infus
pada tiang infus
Palpasi dan Identifikasi area insersi kateter intravena
Memasang tourniquet 10-12 cm di atas daerah insersi,
menganjurkan pasien menggenggam tangannya (jika
pasien sadar)
Melakukan tindakan aseptik dengan kapas alkohol 70%
secara melingkar
Melakukan Insersi kanul intravena dengan posisi 30
sejajar vena, hingga darah tampak pada ujung reservoor
kanul
Menarik jarum kateter dan memasukkan kanul silikon
hingga mencapai ujung secara perlahan
56
17.
Tidak
Dilakukan
dengan
banyak
Dilakukan
dengan
sempurna
Nilai : Jumlah Total x 100% = ..
%
Padang, .2011
Mengetahui
Mahasiswa,
(..)
BP.
Instruktur,
()
NIP.
57