You are on page 1of 41

TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN

TEORI DAN KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATANby Lim Arwin1. VIRGINIA HENDERSON,


1978Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk menolong klien yang sakit atau
sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kemampuan, kekuatan,
pengetahuan dan kemandirian pasien secara rasional, sehingga pasien dapat sembuh atau meninggal
dengan tenang.Definisi ini merupakan awal terpisahnya ilmu keperawatan dan medik dasar. Dari
definisi tersebut adalah asumsi tentang individu yaitu :o Individu perlu untuk mempertahankan
keseimbangan fisiologis dan emosional.o Individu memerlukan bantuan untuk memperoleh kesehatan
dan kemandirian atau meninggal dengan damai.o Individu membutuhkan kekuatan yang diperlukan ,
keinginan atau pengetahuan untuk mencapai atau mempertahankan kesehatan.Henderson berpendapat
peranan perawat membantu individu sehat sakit dengan suatu cara penambah atau pelengkap
(supplementary atau emplementary). Perawat sebagai partner penolong pasien dan kalau perlu sebagai
pengganti bagi pasien.Focus perawat adalah menolong pasien dan keluarga untuk memperoleh
kebebasan dalam hal memenuhi 14 kebutuhan dasar yaitu : Bernapas normal Makan dan minum
adekuat Eliminasi sampah tubuh Bergerak dan mempertahankan posisi yang diinginkan Tidur
dan istirahat Memilih baju yang cocok Mempertahankan temperature tubuh dalam rentang normal
dengan mengatur pakaian dan memodifikasi lingkungan. Menjaga tubuh2. DOROTHEA OREM
1978Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas pelayanan yang diberikan untuk menolong orang
secara keseluruhan ketika mereka atau orang yang bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak
mampu memberikan perawatan kepada mereka.Keperawatan merupakan salah satu daya atau usaha
manusia untuk membantu manusia lain dengan melakukan atau memberikan pelayanan yang
professional dan tindakan untuk membawa manusia pada situasi yang saling menyayangi antara
manusia dengan bentuk pelayanan yang berfokus kepada manusia seutuhnya yang tidak terlepas dari
lingkungannya.Menurut OREM asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal dengan TEORI SELF
CARE (Perawatan Diri )Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan
orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem
mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat :o Syarat universal : fisiologi dan psikososial termasuk
kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, sosial, pencegahan bahaya.o Syarat
pengembangan : untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.o Penyimpangan
kesehatan berhubungan dengan kerusakan atau penyimpangan cara, struktur norma dan integritas yang
dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care.Asuhan keperawatan mandiri
dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan pasien dan kemampuan
pasien. Oleh karena itu ada tiga tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri.o Perawat memberi
keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan
pasien yang tinggi ( system pengganti keseluruhan ).o Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam
tindakan keperawatan ( system pengganti sebagian )o Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan
perawat ( system dukungan/pendidikan ).3. IMOGENE KING 1971Keperawatan adalah suatu profesi
yang memberikan bantuan pada individu dan kelompok untuk mencapai, memelihara dan
mempertahankan derajat kesehatan dengan memperhatikan, memikirkan, menghubungkan, menentukan
dan melakukan tindakan perawatan sehingga individu atau kelompok berprilaku yang sesuai dengan
kondisi keperawatan.Keperawatan berhubungan langsung dengan lingkungan, tempat atau ruang dan
waktu untuk membentuk suatu hubungan menanggulangi status kesehatan dalam proses interpersonal
reaksi interaksi dan transaksi dimana perawat dank lien berbagi informasi mengenai persepsinya dalam
keperawatan.Kerangka ini dikenal dengan system kerangka terbuka. Asumsi yang mendasari kerangka
ini adalah :o Asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi
kesehatan seseorango Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi individu, kelompok dan
masyarakat.o Manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap lingkungan dalam kerangka konsep

ini. Tiga system yang saling berinteraksi : Keperibadian ( personal system ) setiap individu
mempunyai system kepribadian tertentu. System interpersonal terbentuk karena hasil interaksi
manusia, dapat berbentuk interaksi, komunikasi, perjanjian, stress dan peran. System sosial meliputi
keluarga, kelompok, keagamaan, system pendidikan, system pekerjaan dan kelompok sebaya.Menurut
King, tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat dicapai jika perawat dan pasien saling bekerja sama
dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang hendak dicapai.4. BETTY
NEWMAN, 1989Keperawatan adalah suatu profesi yang unik dengan memperhatikan seluruh factorfaktor yang mempengaruhi respon individu terhadap penyebab stress, tekanan intra, inter dan ekstra
personal.Perawatan berfokus kepada mencegah serangan stress dalam melindungi klien untuk
mendapatkan atau meningkatkan derajat kesehatan yang paling baik.Perawatan menolong pasien untuk
menempatkan primary, secondary dan tertiary. Metode pencegahan untuk mencegah stress yang
disebabkan factor lingkungan dan meningkatkan system pertahanan pasien.Menurut Newman, asuhan
keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya stressor. Peran ini
disebut pencegahan penyakit yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier. Primer =
meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stressor, mencegah terjadinya reaksi
tubuh karena adanya stressor. Sekunder = tindakan keperawatan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor. Tersier = meliputi
pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu
penyakit.5. CALISTA ROY 1976Keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa
dan tindakan yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang kurang sehat.Sebagai ilmu
pengetahuan keperawatan Metode yang digunakan adalah terapeutik, scientik dan knowledge dalam
memberikan pelayanan yang esensial untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat kesehatan.Roy
menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan : o Individu adalah makhluk biospikososial
sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan biologis, psikologis dan sosial.o Setiap orang selalu menggunakan koping baik yang bersifat
positif maupun yang negatif untuk dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi
oleh tiga komponen yaitu : Penyebab utama terjadi perubahan Factor kondisi dan situasi yang
berbeda Keyakinan dan pengalaman dalam beradaptasi.o Setiap individu berespon terhadap
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup
mandiri/kemandirian, serta kebutuhan akan kemampuan melalui peran dan fungsi secara optimal untuk
memelihara integritas diri.o Posisi individu pada rentang sehat sakit terus berubah, berhubungan erat
dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.o Roy
berpendapat ada 2 metode koping yaitu : Regulator = memproses input secar sistematis melalui jalur
saraf, kimia dan endokrin Cagnator = memproses input melalui cara kognitif seperti persepsi, proses
informasi, belajar, keputusan dan emosi.o Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu
kesatuan yang utuh yang meiliki mekanisme koping untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau selalu beradaptif terhadap perubahan
lingkungan.o Lingkungan adalah semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh terhadap
perkembangan manusia.o Sehat adalah suatu keadaan proses dalam menjaga integritas dirio Peran
perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan yang ada.Menurut Roy, tindakan
keperawatan ditujukan untuk meningkatkan adaptasi individu terhadap sehat dan penyakit. Keempat
model adaptasi itu adalah :o Model fisiologi : cairan dan elektrolit, sirkulasi dan oksigenasi, nutrisi dan
eliminasi, proteksi, neurology dan endokrin.o Model konsep diri : gambaran diri, ideal diri, moral diri.o
Model fungsi peran : kebutuhan akan integritaso Model interdependen (kemandirian ) : hubungan
seseorang dengan yang lain dan sumber system yang memberikan bantuan, kasih sayang dan
perhatian.6. MARTHA ROGERS, 1970.Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk
mengurangi kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit,
perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.Teori Rogers berfokus pada proses
kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup

manusia dan pola pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Asumsi dasar teori rogers tentang
manusia adalah :o Manusia adalah kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lain.o Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik . tidak ada dua hal didalam kehidupan
ini yang dapat diulang dengan cara yang sama dibawah keadaan yang sama . jalan hidup seseorang
berbeda dengan yang lain.o Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah lakunya.o Manusia
diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri misalnya dalam hal sifat dan emosi.Rogers
menggambarkan individu dan lingkungan sebagai medan energi, terbuka, berpola dan 7. ABDELLAH
FAYEKeperawatan adalah seni ilmu dalam memberikan pelayanan kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Untuk membentuk sikap dalam meningkatkan kemampuandan keterampilan setiap
individu perawat untuk mencapai tujuan membantu manusia yang sakit maupun sehat, menanggulangi
atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatannya, baik dasar maupun 8. PEPLAUKeperawatan
adalah suatu hasil proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap
sehat (hubungan antar manusia)Pendidikan atau pematangan tujuan yang dimaksud untuk
meningkatkan gerakan yang progresif dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun,
menghasilkan pribadi dan cara hidup bermasyarakat.Hubungan interpersonal yang merupakan factor
utama model keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi terhadap 4 konsep utama yaitu :o
Manusia = individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk
mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang
unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses
interpersonal.o Masyarakat/lingkungan = budaya dan adapt istiadat merupakan factor yang perlu
dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan.o Kesehatan = didefinisikan sebagai perkembangan
kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan kea rah kehidupan yang kreatif,
konstruktif dan produktif.o Keperawatan = dipandang sebagai proses interpersonal yang bermakna.
Proses interpersonal merupakan materina force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun klien.
Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami
klien dan mencapai resolusi masalah.Suatu model dapat diuraikan secara rinci kebutuhan
utama/primer ;o Tujuan asuhan keperawatan Kepribadian yang berkembang melalui hubungan
interpersonal mendidik dalam pemenuhan kebutuhan klien.o KlienSystem dari yang berkembang terdiri
dari karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi
kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.o Peran nurseNurse berperan mengatur tujuan
dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien
mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai
orang asing, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase
proses interpersonal.o Sumber kesulitanAnsietas berat yang disebabkan oleh kesulitan
mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila
komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologik dan biologic individu.o Focus
intervensiAnsietas yang disebabkan oleh hubungan interpersonal yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian . 4 komponen sentral yaitu proses interpersonal, perawat, pasien dan ansietas.o Cara
intervensiProses interpersonal terdiri dari 4 fase yaitu : Fase orientasiLebih difokuskan untuk
membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat
untuk berperan serta secara efektif falam pemberian askep pada klien. Fase identifikasiTerjadi ketika
perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan askep yang tanpa penolakan diri
perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi
kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien. Respon pasien pada fase
identifikasi dapat berupa : Pasrtisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat Individu
mandiri terpisah dari perawat Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat. Fase
eksplorasiMemungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai
pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses
interpersonal. Fase resolusiSecara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini

memungkinkan penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi
kea rah realisasi potensi.Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana
perawat membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling
tergantung dalam lingkungan sosial.Perawat mempunyai 6 peran sebagai berikut : Orang asing
( stranger ) berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada pasien. Perawat menghadapi klien seperti
tamu yang dikenalkan pada situasi baru. Nara sumber ( resources person ) memberikan jawaban
yang spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah yang lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area
permasalahan yang memerlukan bantuan. Pendidik ( teacher ) merupakan kombinasi dari semua
peran yang lain Kepemimpinan ( leadership ) mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga
merangsang individu untuk berperan Perngasuh pengganti ( surrogate ) membantu individu belajar
tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal. Konselor
( consellor ) meninhgkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif,
konstruktif dan produktif.9. FLORENCE NIGHTINGALE 1895Keperawatan adalah suatu proses
menempatkan pasien dalam kondisi paling baik untuk beraktivitas yaitu lingkungan yang sehat dan
udara yang bersih.10. LEVINEKeperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide
dan nilai-nilai , dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu rangkaian disiplin
dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang dimiliki individu dalam menjalin hubungan manusia
sekitarnya.Intisari dari keperawatan adalah manusia. Asumsinya bahwa definisi teori tersebut adalah
sebagai berikut :o KondisiKlien memasuki system pelayanan kesehatan dalam bagian penyakit atau
perubahan kesehatan.o Responsibilitas tanggung jawabPerawat bertanggung jawab dalam mengenal
respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi tubuh ) sebagai adaptasi klien atau usaha untuk
beradaptasi terhadap lingkungan. 4 respon antara lain : Rasa takut Stress Inflamasi Sensorio
FungsiFungsi perawat memasukkan intervensi untuk meningkatkan adaptasi terhadap penyakit dan
evaluasi intervensi sebagai support (dorongan) atau terapeutik koping. Intervensi membantu
mempertahankan status kesehatan dan mencegah penyakit lebih lanjut. Intervensi terapeutik
meningkatkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.4 prinsip perlindungan yang mendorong tujuan
perawatan untuk mempertahankan atau memulihkan seseorang ke status kesehatan : Perlindungan
terhadap energiKeseimbangan intake dan output energi untuk mencegah kelelahan Perlindungan
terhadap integritas strukturaMempertahankan atau pemulihan struktur tubuh (penyembuhan )
Perlindungan terhadap integritas personalMempertahankan atau pemulihan rasa identitas dan harga diri
(mengenali kualitas diri) Perlindungan terhadap integritas sosialMemperkenalkan klien sebagai suatu
makhluk sosial khususnya dengan orang lain.Teori Levine berfokus pada satu orang klien, teori ini
mempunyai implikasi utama dalam pengaturan perawatan akut, dimana intervensi dapat bersifat
mendorong atau terapeutik.11. JEAN ORLANDO 1961Keperawatan berlandaskan teori hubungan
interpersonal yang menitikberatkan pada sifat unik individu atau klien dalam ekspresi verbal yang
mengisyaratkan adanya kebutuhan dan cara-cara memenuhi kebutuhan.Teori Jean Orlando
mengandung konsep kerangka kerja untuk perawat professional yang mengandung 3 elemen yaitu :
perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan , mengubah situasi perawat setelah perawat
memperkirakan kebutuhan klien , perawat mengetahui penyebab yang mempengaruhi derajat kesehatan
, lalu bertindak secara spontan atau berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kesehatan.12. JEAN
WATSON 1979Keperawatan adalah filsafat dalam usaha merawat untuk memberi definisi hasil
tindakan keperawatan dengan memperhatikan aspek humanistic dalam kehidupan.Tindakan
keperawatan diarahkan pada pemeliharaan hubungan timbal balik dalam kesehatan. Sakit dan perilaku.
Perawat berkonsentrasi pada peningkatan kesehatan mempertahankan suatu kesehatan dalam
pencegahan penyakit.Model Jean Watson ini bentuk proses perawatannya menolong klien untuk
mencapai atau memelihara kesehatan atau mati dengan tenang. Tindakan berhubungan dengan proses
perawatan manusia, penguasaan ilmu pengetahuan adalah utama dalam memberikan tindakan
perawatan megenai perilaku manusia dan respon menusia untuk menentukan masalah yang nyata atau
potensial kebutuhan klien.NILAI DAN KEYAKINAN NILAIo Perawatan mempunyai faktor yang

uniko Perawatan adalah pelayanan yang diberikan secara langsung terhadap orang sakit atau sehat,
kelompok, keluarga dan masyarakato Perawatan menggunakan proses untuk melakukan rencana
perawatano Perawatan meliputi hubungan interpersonal yang berkelanjutan, hubungan perawat dan
klien merupakan hubungan yang sangat penting. KEYAKINANo Persyaratan dasar pikiran atau
anggapan terhadap konsep mengenai keperawatano Setiap keyakinan model keperawatan merupakan
inti dari keperawatano Keyakinan ditransfer dari teori scientik atau praktek dan salah satu hasil dari
penelitian.o Keyakinan sebagian besar adalah satu model dengan model yang lainnya. Contoh :
keyakinan mengenai manusia atau klien sangat berbeda. Henderson melihat klien mempunyai
kebutuhan dasar sedangkan Roy menjadikan 4 model penyesuaian. TUJUANo Meningkatkan
kemampuan klien untuk berperan aktif dalam mencapai kesehatan yang optimalo Membantu klien
dalam perawatan untuk menuju kesehatan yang optimal atau meninggal dengan tenang.o Menolong
klien untuk mendapatkan primary, secondary dan tertiary prevention.PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILANBerbagai ilmu pengetahuan keperawatan dilakukan dengan melalui proses analisa
dan mengembangkan apa yang mempengaruhi derajat kesehatan . keperawatan adalah bagian dari
budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan nilai-nilai dimana perawat memandang manusia itu
sama.Keterampilan yang dimiliki dalam perawatan adalah suatu yang unik yaitu :
ARWIN LIM
Diposting oleh silyl di 01:13 0 komentar

Link ke posting ini

Rabu, 2008 April 09


AIDS
AIDS
Pengertian
AIDS atauAcquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat
dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS )
amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak
berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang
diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan
infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon
imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi
infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for
Disease Control and Prevention )
Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama
ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal
dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4,
dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut
dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan
gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari
sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah
sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensia AIDS.

Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C) dan
orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty )
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
Angiomatosis Baksilaris
Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
Leukoplakial yang berambut
Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf.
Idiopatik Trombositopenik Purpura
Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
Kanker serviks inpasif
Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
Kriptokokosis ekstrapulmoner
Kriptosporidosis internal kronis
Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
Isoproasis intestinal yang kronis
Sarkoma Kaposi
Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
Pneumonia Pneumocystic Cranii
Pneumonia Rekuren
Leukoenselophaty multifokal progresiva
Septikemia salmonella yang rekuren
Toksoplamosis otak
Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
5. Gejala Dan Tanda
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan sakit
seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,
keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,

limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.


Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari
pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah
Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain
termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah
ditubuh.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh
hasil positif.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah
bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
6. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan
cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel
saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi
social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,
meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi.
Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi,
dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi
scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
7. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan
dengan :
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin
dengan pasangan yang tidak terinfeksi.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah


hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang
tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :
Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis.
Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini
menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT
tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 >
500 mm3
Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus /
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Didanosine
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Ribavirin
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Diedoxycytidine
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Recombinant CD 4 dapat larut
Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus
perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk
menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi
yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien
juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda
karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi
imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan
penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens
pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan
hospes :
- Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi,defisiensi nutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti
limfosit,disfungsi timik congenital.
- Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein liosing enteropati
(peradangan usus)

b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)


- Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi
Jantun dan pernafasan ).
- Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan
pengisian kapiler.
- Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari doagnosa,
putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
- Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul,
rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
- Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
- Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
- Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
- Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
- Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam
berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe,
menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
-Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah
kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
- Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
- Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatan

IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
1. Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan
diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan
supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk
mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
Tes Lainnya
Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
b. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi
dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu
setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi
awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan

mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining
produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human
Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency
Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang
terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya
terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24
antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut
lebih besar dari menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus. Pemeriksaan kultur
Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan
tes tambahan yang mengukur beban virus ( viral burden )
AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit
penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel limfosit T karena kekurangan sel
T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk
orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita,
melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.
HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap virus tersebut dan
terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus
mungkin masuk melalui luka atau lecet pada mulut rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran
darah pria jika pada genitalnya ada luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk
terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah
dengan darah, seperti jarum suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan
ibu hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-hari seperti
berjabat tangan, mencium, gels bekas dipakai penderita, handuk atau melalui closet umum, karena
virus ini sangat rapuh.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 510 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin
bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem
kekebalan tubuh.
Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS
akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.
Diposting oleh silyl di 00:56 0 komentar

Link ke posting ini

hepatitis
2003 Digitized by USU digital library 1
ASUHAN KEPERAWATAN DAN APLIKASI DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN
DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
MULA TARIGAN, SKp
Fakultas Kedokteran
Program Studi Ilmu Keperawatan
Bagian Keperawatan Medikal Bedah
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir
(BBL). Menurut beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50 % pada bayi
cukup bulan dan 75 % pada bayi kurang bulan.
Perawatan Ikterus berbeda diantara negara tertentu, tempat pelayanan
tertentu dan waktu tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pengelolaan pada
BBL, seperti pemberian makanan dini, kondisi ruang perawatan, penggunaan
beberapa propilaksi pada ibu dan bayi, fototherapi dan transfusi pengganti. Asuhan
keperawatan pada klien selama post partum juga terlalu singkat, sehingga klien dan
keluarga harus dibekali pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan,
cara merawat bayi dan dirinya sendiri selama di rumah sakit dan perawatan di
rumah.
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan
dalam memberikan asuhan keperawatan secara paripurna.
Tulisan ilmiah ini bertujuan untuk :
1. Agar perawat memiliki intelektual dan mampu menguasai pengetahuan dan
keterampilan terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada klien
dan keluarga dengan bayi Ikterus (Hiperilirubinemia),
2. Agar Perawat mampu mempersiapkan klien dan keluarga ikut serta dalam proses
perawatan selama di Rumah Sakit dan perewatan lanjutan di rumah.
Atas dasar hal tersebut diatas maka penulis menyusun tulisan ilmiah dengan
judul "Asuhan Keperawatan dan Aplikasi Discharge Planing pada klien dengan Bayi
Hiperbilirubinemia"
KONSEP DASAR
A. Definisi
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
Timbul pada hari kedua-ketiga
Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
Ikterus hilang pada 10 hari pertama
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
2. Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang

patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12


2003 Digitized by USU digital library 2
mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly
menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus,
Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
B. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi
, Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
C. Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah
Bilirubin yang larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam
air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya
hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin
binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah
matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai
sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis.
2003 Digitized by USU digital library 3
Diagram Metabolisme Bilirubin
ERITROSIT
HEMOGLOBIN
HEM
GLOBIN
BESI/FE BILIRUBIN INDIR
EK
( tidak larut dalal air )
Terjadi pada

Limpha, Makofag
BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN ALBUMIN
Terjadi dalam
plasma darah
MELALUI HATI
BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN GLUKORONAT/ GULA
RESIDU BILIRUBIN DIREK
( larut dalam air )
Hati
BILIRUBIN DIREK DIEKSRESI
KE KANDUNG EMPEDU
Melalui
Duktus Billiaris
KANDUNG EMPEDU KE
DEUDENUM
BILIRUBIN DIREK DI
EKSKRESI MELALUI URINE &
FECES
2003 Digitized by USU digital library 4
D. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20
mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan
mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan
Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( Markum, 1991).
E. Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek
dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia

2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi


3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada
cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorencent light bulbs or
bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit.
Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi
Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi
jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah
melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan
Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan
diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk
ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis
dapat menyebabkan Anemia.
2003 Digitized by USU digital library 5
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek
4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram
harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa
ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam
pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar

Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.
Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim
yang meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif
baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.
Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sbb:
Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang
Bakteri)
Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
Kadar Bilirubin Serum berkala.
Darah tepi lengkap.
Golongan darah ibu dan bayi.
2003 Digitized by USU digital library 6
Test Coombs.
Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi Hepar
bila perlu.
2. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.
Biasanya Ikterus fisiologis.
Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau
golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat
misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
Polisetimia.
Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis,
pendarahan Hepar, sub kapsula dll).
Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan
yang perlu dilakukan:
Pemeriksaan darah tepi.
Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
Pemeriksaan lain bila perlu.
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu
pertama.
Sepsis.
Dehidrasi dan Asidosis.
Defisiensi Enzim G6PD.
Pengaruh obat-obat.
Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:
Karena ikterus obstruktif.

Hipotiroidisme
Breast milk Jaundice.
Infeksi.
Hepatitis Neonatal.
Galaktosemia.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan:
Pemeriksaan Bilirubin berkala.
Pemeriksaan darah tepi.
Skrining Enzim G6PD.
Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.
2003 Digitized by USU digital library 7
ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses
keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi.
A. Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia,
Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui
yang lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa
bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal
keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan
mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)
B. DiagnosaKeperawatan , Tujuan , dan Intervensi
Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang
memberi gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun
perencanaan asuhan keperawatan. Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai
diagnosa keperawatan melalui analisa dan interpretasi data yang diperoleh.
1. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake
output, beri air diantara menyusui atau memberi botol.
2. Diagnosa Keperawatan : Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan
dengan efek fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5 - 37
C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
hiperbilirubinemia dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah
posisi setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan

kelembabannya.
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan parenting berhubungan dengan pemisahan
Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku "Attachment" , orang tua
dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk
stimulasi sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya,
libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua
mengekspresikan perasaannya.
2003 Digitized by USU digital library 8
5. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi
yang diberikan pada bayi.
Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejalagejala
untuk menyampaikan pada tim kesehatan
Intervensi :
Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning,
proses terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan bayi dirumah.
6. Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi trauma berhubungan dengan efek
fototherapi
Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat
fototherapi
Intervensi :
Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam
keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan
kain yang dapat memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata tida
menutupi hidung dan bibir; matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji
adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup mata setiap akan disusukan; ajak
bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.
7. Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi trauma berhubungan dengan tranfusi
tukar
Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan
NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam
sebelum tindakan, pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan
Rhesus serta darah yang akan ditranfusikan adalah darah segar; pantau tandatanda
vital; selama dan sesudah tranfusi; siapkan suction bila diperlukan; amati
adanya ganguan cairan dan elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang; monitor
pemeriksaan laboratorium sesuai program.
C. Aplikasi Discharge Planing.
Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan
hiperbilirubin (seperti rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi
tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan
gambaran yang diberikan selama perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan
dirumah.
Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik
dalam perawatan bayi hiperbilirubinimea (Whaley &Wong, 1994):
1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguangangguan
kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui

menurun.
2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk
mempertahankan kelancaran air susu.
3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk
menurunkan kadar bilirubin bayi.
4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal
mencegah peningkatan bilirubin.
5. Mengajarkan tentang perawatan kulit :
Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.
2003 Digitized by USU digital library 9
Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah
sekitar kulit yang rusak.
Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan
kelembaban kulit.
Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.
Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat
mengakibatkan lecet karena gesekan
Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti
penekanan yang lama, garukan .
Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena
bab dan bak.
Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor
kulit, capilari reffil.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah :
1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 celsius)
2. Perawatan tali pusat / umbilikus
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak
dengan sesuatu yang baru
5. Temperatur / suhu
6. Pernapasan
7. Cara menyusui
8. Eliminasi
9. Perawatan sirkumsisi
10. Imunisasi
11. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
letargi ( bayi sulit dibangunkan )
demam ( suhu > 37 celsius)
muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
diare ( lebih dari 3 x)
tidak ada nafsu makan.
12. Keamanan
Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau,
gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.
Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan
mobil atau sarana lainnya.
Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara - saudaranya.
2003 Digitized by USU digital library 10

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, J. (1985). Materity and Gynecologic Care. Precenton.
Cloherty, P. John (1981). Manual of Neonatal Care. USA.
Harper. (1994). Biokimia. EGC, Jakarta.
Hazinki, M.F. (1984). Nursing Care of Critically Ill Child. , The Mosby Compani
CV,
Toronto.
Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.
Mayers, M. et. al. ( 1995). Clinical Care Plans Pediatric Nursing. Mc.Graw-Hill.
Inc.,
New York.
Pritchard, J. A. et. al. (1991). Obstetri Williams. Edisi XVII. Airlangga University
Press,
Surabaya.
Susan, R. J. et. al. (1988). Child Health Nursing. California,
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERBILIRUBIN
I. Definisi
Hiperlirubin adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam darah ( Wong, hal
432 )
Peningkatan kadar serum bilirubin disebabkan oleh deposisi pigmen bilirubin yang
terjadi waktu pemecahan sel darah merah. Phototerapi merupakan terapi untuk
hiperbilirubin . Tranfusi tukar dilakukan pada keadaan masa gestasi yang kurang daan
keadaan bayi secara umum.
II. Patofisiologi
Hemoglobin
Globin Heme
Biliverdir Fe.co
Peningkatan destruksi eritrosit ( Gangguan konjungasi bilirubin / gangguan
transport bilirubin / peningkatan siklus enterohepatik ) Hb dan eritrosit abnormal
Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikan dengan albumin meningkat
Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar
Hepar tidak mampu melakukan konjungasi
Sebagian masuk kembali ke siklus emerohepatik
Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah pengeluaran meronium terlambat /obstruksi
usus tinja berwarna pucat
Ikrerus pada sclera leher dan badan peningkatan bilirubin indirex > 12 mg/dl
Indikasi fototerapi
Sinar dengan Intensitas tinggi
Resti injuri Gangguan temperatur tubuh
Gangguan
Integritas
kulit
III. Pengkajian
1. Identitas pasien dan keluarga
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat obat yang

meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat


mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.
b. Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau Data Obyektifkter.
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin
c. Riwayat Post natl
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak
kuning.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polycythenia, gangguan saluran
cerna dan hati ( hepatitis )
e. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih saying karena perpisahan, perubahan peran orang tua
f. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu bayi yang ikterus
3. Kebutuhan Sehari hari
a. Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum ( reflek menghisap dan menelan lemah )
sehingga BB bayi mengalami penurunan.
b. Eliminasi
Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap dan
tinja berwarna pucat
c. Istirahat
Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun
d. Aktifitas
Bayi biasanya mengalami penurunan aktivitas, letargi, hipototonus dan mudah
terusik.
e. Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum lemah, Ttv tidak stabil terutama suhu tubuh ( hipo / hipertemi ).
Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot ( kejang /
tremor ). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan
mengelupas ( skin resh ) bronze bayi syndrome, sclera mara kuning ( kadang
kadang terjadi kerusakan pada retina ) perubahan warna urine dan feses.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
1) Gangguan Integritas
kulit berhubungan
dengan jounndice
Data penunjang :
Data Subyektif :
Orang tua mengatakan
daya isap anak lemah
sehingga minum
kurang.
DATA OBYEKTIF :
Kulit dan selera

kuning, diare, kulit


kemerahan,
konsentrasi urin pekat,
kulit mengelupas.
Kadar bilirubin
meningkat.
Keadaan kulit bayi
membaik dlam waktu .
Kriteria hasil :
- Kadar bilirubin dalam
batas normal
- Kulit tidak berwarna
kuning
- Daya isap bayi
meningkat
- Pola BAB dan BAK
normal
1. Monitor warna dan
keadaan kulit setiap 4
8 jam
2. Monitor kadaan
bilirubin direks dan
indireks, laporkan
pada Data
Obyektifkter jika ada
kelainan
3. Ubah posisi miring
atau tengkurap.
Perubahan posisi
setiap 2 jam
berbarengan dengan
perubahan posisi,
lakukan massage dan
monitor keadaan kulit.
4. Jaga kebersihan dan
kelembaban kulit
5. Pemeriksaan lab (
Bilirubin )
2) Resiko terjadi Injuri
berhubungan dengan
phototerapi .
Data penunjang :
- Phototerapi
terpasang
- Mata tertutup
- Sklera kuning
- Kadar bilirubin
meningkat
Tidak terjadi Injuri

dalam waktu..
Kriteria hasil :
- Adanya kontak mata
waktu mata dibuka
- Adanya respon ketika
diajak bicara
- Bayi bebas dari
komplikasi
1. Letakkan bayi + 18
inchi dari sumber
cahaya
2. Tutup mata dengan
kain yang dapat
menyerap cahaya dan
dapat memproteksi
mata dari sumber
cahaya.
3. Matikan lampu dan
buka penutup mata
bayi setiap 8 jam
lakukan inspeksi
warna sclera
4. Pada waktu menutup
mata bayi yakinkan
bahwa penutup tidak
menutupi hidung
5. buka penutup mata
waktu memberi makan
bayi.
Ajak bicara bayi selama
perawatan.
3) Gangguan Temperatur
tubuh berhubungan
dengan phototerapi.
Suhu tubuh bayi kembali
normal dan stabil dalam
waktu
1. Pertahankan suhu
lingkungan yang
netral
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Data penunjang :
Data Obyektif : - suhu
> 37 0C
- membran
mukosa kering
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh 360C -

370C
- Membran mukosa
lembab
2. Pertahankan suhu
tubuh 36,50C - 370C
jika demam lakukan
kompres/axilia untuk
mencegah cold/heat
stress
3. Cek tanda Vital setiap
2 4 jam sesuai yang
dibutuhkan
4. Kolaborasi pemberian
antipiretik jika demam
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Diposting oleh silyl di 00:53 0 komentar

Link ke posting ini

Selasa, 2008 April 08


perkemihan
Senin, 2008 Maret 03
Infeksi Saluran Kencing
ASUHAN KEPERAWATANINFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)Oleh : Dafid Arifiyanto, 2008
A. PengertianInfeksi saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya peradangan oleh mikroorganisme
pada system perkemihan.Infeksi traktus urinarius merupakan masalah yang sangat banyak dijumpai
dalam praktek klinis. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi bagian atas (pielonefritis) dan bagian
bawah (sisititis, uretritis, prostatitis) menurut saluran yang terkena.Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu
organisme (Corwin, E.J,2001: 480)Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang
ditunjukkan pada manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, B,1998: 121)Infeksi Saluran Kemih
(ISK) adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal
tidak mengandung bakteri, virus/ mikroorganisme lain (Waspadji, S,1998: 264)ISK bagian atas terjadi
pada uretra atau ginjal, sedangkan ISK bagian bawah terjadi pada uretra dan kandung kemih. Infeksi
dapat berasal dari mana saja dari saluran perkemihan dan menyebar ke area lain. ISK yang tidak diobati
dapat menyebabkan gagal ginjal.Ada tiga sumber utama masuknya bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi. Sumber paling banyak adalah melalui meatus, mengakibatkan infeksi asenden. Infeksi
desenden berasal dari darah dan limfe dan sering mengakibatkan pielonefritis-infeksi pada gagal
ginjal.ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena uretra wanita lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih. Faktor lain adalah kecenderungan
wanita menahan miksi, serta iritasi kulit lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin. Uterus pada
kelamin juga dapat menghambat aliran urine pada keadaan tertentu.B. Klasifikasi ISK Dipandang dari
Segi Penatalaksnaan:1. ISK Uncomplicated (simple)Adalah ISK sederhana yang terjadi pada penderita
dengan saluran kencing baik anatomik maupun fungsional normal. ISK sederhana ini terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih, Penyebab
kuman tersering (90%) adalah E.Coli2. ISK ComplicatedAdalah ISK yang sering menimbulkan
masalah karena kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa
macam antibiotika, sering terjadi bakteriemia, sepsis dan shock. Penyebab kuman ISKJenis-jenis ISK
adalah sebagai berikut:a. PyelonephritisPengertianAdalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim
ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang
dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym
maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal).Penyebab Bakteri E.coli Resisten terhadap obat antibiotik
Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis Infeksi aktif Penurunan fungsi ginjal Urethra
refluk Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistim limfatik.PatofisiologiAkutBakteri masuk
kedalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan pembengkakan di daerah
tersebut, dimulai dari papilla dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cystitis,
prostatitis (ascending) atau karena infeksi streptococcus yang berasal dari darah (descending).
Pyelonefritis acut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna
atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi
selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi
fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal
biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul
ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus
terjadi.KronisPielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain
seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal

secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian
PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro
ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.Tanda dan gejala:Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal.- Pada
pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, nyeri pada pinggang, sakit
kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya
tenderness.- Client biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.- Pada
pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga
adanya peningkatan sel darah putih.Pielonefritis kronisTerjadi akibat infeksi yang berulang-ulang,
sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak.Tanda dan gejala: Adanya serangan pielonefritis
akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik. Adanya keletihan. Sakit
kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia,
anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun. Kesehatan pasien semakin
menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada
daerah korteks. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan yang dilakukan
meliputi : Pemeriksaan IVP, Cystoscopy, cultur urin, biopsi ginjal.Pencegahan Pyelonefritis :1
Kebersihan perineal2 Membuat urin lebih asam3 Intake cairan yang cukup dan deteksi dini terhadap
adanya uretritis: Menyelesaikan program terapi antibiotik Follow-up kultur untuk memastikan jenis
bakteri.
2. UreteritisPengertianAdalah suatu peradangan pada ureter.PenyebabAdanya infeksi pada ginjal
maupun kandung kemih.PatofisiologiInfeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya
sistisis . Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding
ureter menyebabkan striktura dan hydronephrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan mengganggu
peristaltik ureter.3. SistitisPengertianPeradangan pada vesika urinaria, peradangan ini sering
ditemui.Penyebab1. E. coli (banyak ditemukan pada wanita)2. Infeksi ginjal3. Prostat hipertrofi karena
adanya urine sisa4. Infeksi usus(no. 1-4 penyebab sistitis akut) (no. 5-10 penyebab sistitis kronis)5.
Infeksi kronis dari traktus bagian atas6. Adanya sisa urine7. Stenosis dari traktus bagian bawah.8.
Pengobatan sistitis akut yang tidak sempurna9. Adanya faktor predisposisi10. Infeksi yang konstan
(infeksi ulang yang menetap) dan infeksi spesifikPembagian SistitisSistitis akutTanda dan gejala:a.
Peningkatan frekwensi miksi, baik deural maupun noktural.b. Disuria karena epitel yang meradang
tertekan, rasa nyeri pada daerah supra pubis atau perineal.c. Rasa ingin miksid. Hematuria: Pada
wanita biasanya timbul setelah adanya infeksi saluran pernafasan atau setelah diare. Pada pria timbul
prostitis setelah minum alkohol yang berlebihan.Sistitis KronisTanda dan gejala :Sama dengan sistitis
akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol.Pemeriksaan DiagnostikPasien perlu
dilakukan IVP dan cystoscopyTindakan pengobatan Banyak minum untuk melarutkan bakteri
Pemberian antibiotika Kumbah kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan4.
UretritisPengertianAdalah peradangan pada uretraPenyebabKuman gonorrhoe biasanya adalah suatu
infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal. Kadang-kadang
uretritis terjadi tanpa adanya bakteri.PatofisiologiUretra Gonorhoeal disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Pada pria inflamasi orifosium meatal terjadi
disertai rasa terbakar ketika urinasi. Rabas uretral purulen muncul dalam 3-4 hari setelah kontak
seksual. Pada wanita rabas uretral tidak selalu muncul dan penyakit bersifat asimtomatik. Pada pria
melibatkan jaringan disekitar uretra menyebabkan periuretritis, prostitis, epididimis dan striktur
uretra.Uretra gonorhoeal tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh
Klamidia trakomatik atau Ureaplasma urelytikum. Pada pria adalah asimtomatik, pasien akan disuria

tingkat sedang-parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit-sedang.Pembagian UretritisUretritis


AkutBiasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena prostat mengalami infeksi.
Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria.Tanda dan gejala :- Mukosa merah dan edema.- Terdapat
cairan eksudat yang purulent.- Ada ulserasi pada uretra.- Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas
pada uretritis Go yaitu good morning sign.- Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra
tersumbat oleh kelompok nanah.- Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien
menderita gonorhoe.Pemeriksaan DiagnostikDilakukan pemeriksaan terhadap sekret uetra untuk
mengetahui kuman penyebab.Tindakan Pengobatana. Pemberin antibiotikab. Bila terjadi striktura,
dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougie.Komplikasi1. Prostatitis2. Peri uretral abses
yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan striktura atau Fistul uretra.Uretritis KronisPenyebabPengobatan yang tidak sempurna pada masa akut.- Prostatitis kronis.- Striktura uretra.Tanda dan gejalaMukosa terlihat granuler dan merah- Getah uetra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum miksi
pertama.PrognosaBila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter
ginjal.Tindakan pengobatan:- Pemberian kemoterapi dan antibiotik- Banyak minum untuk melarutkan
bakteri (+ 3000 cc/ hari).KomplikasiRadang dapat menjalar ke prostat.ProstatitisProstatitis bakterial
akut terjadi dengan gejala-gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, nyeri di perineum atau obstruksi.
Hasil pemeriksaan menunjukkan prostat yang membengkak dan lunak. Urinalisis biasanya
menunjukkan piuria dan bakteriuria dengan hasil kultur uropatogen yang khas.
C. PATOFISIOLOGIPada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih
melalui uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung kemih saja / dapat merambat ke
atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal atau melalui darah / getah bening,
tetapi ini jarang terjadi. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat
mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai menyerang mukosa.Obstruksi aliran
kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibakan penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis
ginjal dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan atrofi hebat pada parenkim ginjal / hidronefrosis.
Disamping itu obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluk vesiko ureter dan
infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringa parut ginjal dan uretra, batu saluran
kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan kongenital pada leher kandung kemih dan uretra serta
penyempitan uretra.D. PATHWAYMikroorganisme gram (-)UretraVesika Urinaria (KK)Obstruksi
saluran kemihRefluk ke ginjalAliran kemih menurunMikroorganisme menetap di saluran kemih dan
berkembang biakStrikturHidronefrosisUremiaAnoreksia, mual-muntahPeradangan saluran
kemihMengiritasi saluran kemihRetensi urinProsedur invasif pemasangan DCKurang
informasiPerubahan pola eliminasi BAKKurang pengetahuan tentang proses penyakitResti
infeksiNyeriGgn nutrisi< dari kebutuhanE. Manifestasi KlinisGejala yang lazim ditemukan adalah
disuria, polakisuria dan terdesak kencing. Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti
rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing. Gejala lain adalah
strunguria pada sistitis akut, teresmus dan nokturia. Gejala lain yang kurang sering di dapat adalah
enuresis, nokturnal sekunder, kolik ureter / ginjal yang gejalanya khas dan nyeri prostat dapat
menyertai gejala ISK (Waspadji, S, 1998 : 265-266)F. Fokus PengkajianRiwayat atau adanya faktorfaktor risiko:a. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnyab. Obstruksi pada saluran kemihc. Adanya
faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.d. Pemasangan kateter foleye.
Imobilisasi dalam waktu yang lamaf. Inkontinensiag. Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran
kemih.h. Dorongani. Frekuensij. Disuriak. Bau urine yang menyengatl. Nyeri biasanya pada
suprapubik pada isk bawah dan sakit pada panggul pada isk atas (perkusi daerah kostovertebra untuk
mengkaji nyeri tekan panggul)Pemeriksaan diagnostik:- urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah
putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal.- Kultur ( biakan ) urine
mengidentifikasi organisme penyebab- Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi
diindikasikan pada pielonefritis.- Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali
struktur nyata.- Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.m.

Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan. Terutama pada wanita sering
berfokus pada rasa takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas
seksual. Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilah
kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.G. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Perubahan pola eliminasi
BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat
penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.3. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah4.
Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial5. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang
pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.H.
INTERVENSI KEPERAWATAN1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang
pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder
terhadap striktur.Kriteria hasil: Individu akan mengosongkan kandung kemih menggunakan manuver
valsavas dengan residu ( dr 50 cc jika diindikasikan mencapai suatu keadaan kekeringan di mana secara
pribadi puas).Intervensia. Ajarkan individu menegangkan abdomen dan melakukan manuver valsavas,
jika diindikasikan:c. sandarkan ke depan pada kedua pahad. kontrasikan otot abdomen dan regangkan /
tahan nafas sambil meregangkan (manuver valsavas)e. Tahan pegangan / nafas sampai aliran urin
berhenti, tunggu satu menit dan regangkan sepanjang mungkin.f. Lanjutkan sampai tidak ada urin yang
keluar. Catat keluaran urin, selidiki penurunan / penghentian aliran urin. Observasi dan catat warna
urin Ukur residu pasca berkemih setelah usaha mengosongkan kandung kemih, jika vol. residu urin
lebih besar dari 100 cc, jadwalkan program kateterisasi.2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.Kriteria
hasil : tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi daerah panggul.Intervensi1. Pantu haluaran
urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemihRas = untuk mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.2. Berikan analgetik sesuai kebutuhan dan
evaluasi keberhasilannya.Ras = analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri.3.
Berikan antibiotik, buat bervariasi sediaan minum, termasuk air segar di samping tempat tidur dan
pemberian air sampai 2400mL/hari.Ras = akibat dari peningkatan haluaran urine memudahkan
berkemih sering dan membantu membilas saluran perkemihan.4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin
akses ke kamar mandi, pispot tempat tidur. Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada
keinginan.Ras = berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari
pertumbuhan bakteri.3. Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomialKriteria hasil : berkemih
dengan urin jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis dalam batas normal, kultur urin menunjukkan tak
ada bakteri.Intervensi1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien
inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin.Ras = untuk mencegah kontaminasi uretra.2. Jika
dipasang kateter berikan perawatan kateter 2 kali per hari ( merupakan bagian dari waktu mandi pagi
dan pada waktu akan tidur dan setelah buang air besar).Ras = kateter memberikan jalan pada bakteri
untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.3. Ikuti kewaspadaan umum : cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan / kontak dengan cairan tubuh
atau darah.Ras = untuk mencegah kontaminasi silang.4. Kecuali dikontraindikasikan ubah posisi pasien
setiap dua jam dan anjurkan masukan cairan sekurang-kurangnya 2400 mL/hari. Bantu menglakukan
ambulasi sesuai dengan kebutuhan.Ras = untuk mencegah statis urine.5. Lakukan tindakan untuk
memelihara asam urine:a. Tingkatkan masukan sari buah berrib. Berikan obat-obat untuk meningkatkan
asam urine.Ras = asam urine menghalangi tumbuhnya kuman. Karena jumlah sari buah berri
diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari buah
dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.4. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d
kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di
rumah.Kriteria hasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana
pengobatan, tindakan perawatan diri preventif.Intervensi:1. Berikan informasi tentang sumber infeksi,
tindakan untuk mencegah penyebaran atau kekambuhan, penjelasan pemberian antibiotik yang meliputi
nama, tujuan, dosisi, jadwal dan catat efek sampingnya.Ras = pengetahuan apa yang diharapkan dapat

mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.2.
Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi
tertulis untuk tindakan pencegahan.Ras = Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan.3.
Instruksikan pasien untuk menggunakan seluruh antibiotik yang diresepkan, minum sebanyak delapan
gelas per hari, khususnya air dan sari buah berri, dan segera memberitahu dokter bila diduga ada
infeksi.Ras = Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda mereda. Cairan menolong
membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urine.
Lingkungan asam membantu mencegah pertumbuhan bakteri. Deteksi dini memungkinkan pemberian
terapi antibiotik sebelum infeksi menyebar.5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah.Kriteria hasil : pasien akan menunjukkan
BB stabil / peningkatan mencapai tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda
malnutrisi.Intervensi:a. Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari, perhatikan
tingkat energi: kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan / anoreksiaRas =
memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/ dasar pasien dan
mempengaruhi pilihan intervensi.b. Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan BB saat
penerimaanRas = membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan
menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan/ penambahan BB.c.
Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.Ras =
mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual.
Diposting oleh Dafid.Stikes-Muhammadiyah-Pekajangan di 18:04 0 komentar
Askep Urolithiasis
ASUHAN KEPERAWATANPADA KLIEN DENGAN UROLITHIASISOleh : Dafid Arifiyanto, 2008
A. DEFINISIUrolithiasis adalah suatu kedaruratan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)
pada ureter atau pada daerah ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah,
demam, hematuria. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanging wanita dengan perbandingan 3:1
dalam usia 30-60 tahun. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.Vesikolithiasis (batu kandung
kemih) adalah terdapatnya batu di kandung kemih.Vesikolithiasis mengacu pada adanya batu/kalkuli
dalam vesika urinaria. Batu dibentuk dalam saluran perkemihan (vesika urinaria) ketika kepekatan
urine terhadap substansi, yaitu kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat mengalami peningkatan.Batu
perkemihan (urolithiasis) dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter,
kandung kemih), tapi yang paling sering ditemukan di dalam ginjal (nephrollihiasis). Kira-kira satu
pertiga dari individu yang menderita pada saluran kemih atas akan mengalami pengangkatan ginjal
yang dijangkiti.B. ETIOLOGITeori pembentukan batu:1). Teori inti (nukleus): kristal dan benda asing
merupakan tempat pengendapan kristal pada urin yang sudah mengalami supersaturasi.2) Teori
matrikMatrik organik yang berasal dari serum atau protein-protein urin memberikan kemungkinan
pengendapan kristal.3) Teori inhibitor kristalisasi: Beberapa substansi dalam urin menghambat
terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang atau absennya ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.Hampir
dari setengahnya kasus batu pada perkemihan adalah idiopatik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap kalkuligenesis atau proses pembentukan batu si dalam vesika urinaria, antara lain: Gangguan
aliran air kemih/obstruksi dan statis urin Gangguan metabolisme Infeksi saluran kemih oleh
mikroorganisme berdaya membuat urease( Proteus Mirabilis). Infeksi saluran kemih dapat
menyebabkan nekrosis jaringan ginjal atau saluran kemih lain (vesika urinaria) dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kemih. Benda asing Jaringan mati ( nekrosis papil) Jenis kelaminData
menunjukkan bahwa batu saluran kemih lebih banyak ditemukan pada pria. KeturunanTernyata
anggota keluarga dengan batu saluran kemih lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita
batu saluran kemih daripada yang lain. Air minumMemperbanyak diuresis dengan cara banyak minum
akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan bila kurang air minum menyebabkan
kadar semua substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu.
Kejenuhan air sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi

terbentuknya batu saluran kencing. PekerjaanPekerja-pekerja keras yang banyak bergerak seperti buruh
dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya batu saluran kemih bila dibandingkan dengan
pekerja yang banyak duduk. MakananMasyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditas batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi
rendah lebih sering terjadi. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur sering menderita batu
saluran kemih (vesika urinaria dab uretra). SuhuTempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan batu saluran
kemih.C. PATOFISIOLOGIBatu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, obstruksi
mungkin terjadi hanya parsial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang
disertai tanda-tanda dan gejala-gejalanya.Proses patofisiologisnya sifatnya mekanis. Urolithiasis
merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah, jaringan yang tidak vital,
tumor atau urat. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat intake cairan rendah dan juga peningkatan
bahan-bahan organik akibat ISK atau urin statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu. Di
tambah adanya infeksi meningkatkan ke basahan urin (oleh produksi amonium), yang berakibat
presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat.Komposisi kalkulus Renalis dan faktorfaktor yang mendorong adalah:NoKomposisi/macam batuFaktor-faktor pendukung/penyebab1Calcium
(oksalat dan fosfat)HiperkalsemiaHiperkasiuriDampak dari HiperparatiroidismeIntoksikasi Vitamin
DPenyakit Tulang yang parahAsidosis Tubulus RenalisIntake steroid purinePh urin tinggi dan volume
urine rendah2Asam urin (Gout)Diet tinggi purine dan ph urin rendahVolume urin rendah3Cystine dan
xanthineCystinuria dampak dari gangguan genetika dari metabolisme asam amino dan
xanthineuriaMekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
:a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi
pengendapan.b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.c.
Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan
terjadinya pengendapan.Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada
buli-buli lebih cepat tumbuhnya disbanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga tergantung dari
reaksi air seni, yaitu batu asam akan cepat tumbuhnya dalam urin dengan pH yang rendah. Komposisi
urin juga akan mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat zat-zat penyusun air seni yang relatif
tidak dapat larut. Hal lain yang akan mempercepat pertumbuhan batu adalah karena adanya
infeksi.Batu ginjal dalam jumlah tertentu tumbuh melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam
kaliks, yang sampai ke pyelum yang kemudian dapat berpindah ke areal distal, tetap tinggal atau
menetap di tempat dimana saja dan berkembang menjadi batu yang besar.D. PATHWAYPenurunan
intake cairanStatis urinInfeksi saluran kemihRenal/ginjalKonsentrasi larutan urinKristalisasi mineral
dari matriks seputarObstruksi sal kemih prsial/totalBatu
ginjal/urolithiasisUreter/ureterolithiasisVesikolithiasisauaretrolithiasisPerubahan pola eliminasi BAK
Operasi terbukaResti infeksiPort de entre mikroorganismeKurang informasiKurang pengetahuan ttg
kondisi penyakitnyaGgn rasa nyaman: nyerihipotalamusMerangsang nociseptorE. KOMPLIKASIJika
batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih,
pylonetritis, yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya
yang jauh lebih parah.F. MANIFESTASI KLINISa. Disamping adanya serangan sakit hebat yang
timbul secara mendadak yang berlangsung sebentar dan kemudian hilang tiba-tiba untuk kemudian,
timbul lagi, disertai nadi cepat, muka pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun atau yang
disebut kolik, dapat pula disertai rasa nyeri yang kabur berulang-ulang di daerah ginjal dan rasa panas
atau terbakar di pinggang yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Hematuri
dapat juga terjadi apabila terdapat luka pada saluran kemih akibat pergeseran batu.b. Bila terjadi
hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal. Urin yang keruh dan demam akan juga dialami penderita
batu ginjal. Demam menandakan infeksi penyerta. Jika terjadi penyumbatan saluran kemih

menyeluruh, suhu tubuh bisas mendadak tinggi berulang-ulang.c. Anuria akan terjadi jika ada batu
bilateral atau jika hanya ada satu ginjal penderita.G. PENGKAJIAN FOKUS1) Data SubjektifRasa
nyeri (kolik renal) merupakan gejala utama pada episode akut dari calculus renal. Lokasi rasa nyeri
tergantung kepada lokasi dari batu. Bila baru berada dalam piala ginjal, rasa nyeri adalah akibat dari
hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan, terutama timbul pada sudut
costovertebral. Bila batu berjalan di sepanjang ureter rasa nyeri menjadi menghebat dan sifatnya
intermiten. Disebabkan oleh spasme ureter akibat tekanan batu. Rasa nyeri menyelusuri jalur anterior
dari ureter turun ke daerah supra pubis dan menjalar ke eksternal genetalia. Seringkali batu diam-diam
dan tidak menimbulkan gejala-gejala selama beberapa tahun, dan ini sungguh-sungguh terjadi pada
batu ginjal yang sangat besar. Batu yang sangat kecil dan halus bisa berlalu tanpa disadari oleh
orangnya. Mual dan muntah sering menyertai kolik renal.2) Data ObjektifUrin dipantau tentang
terdapatnya darah. Gross hematuria/perdarahan segar bisa tejadi bila batu pinggir-pinggirnya runcing
dan juga bisa terjadi mikrohematuri. Bila diduga terdapat batu, semua urin bisa disaring untuk
menentukan terdapatnya batu yang bisa keluar waktu berkemih. Pola berkemih di catat, karena
berkemih sering tapi sedikit-sedikit sekali. Asiditas atau kalkalisan urin diperiksa dengan kertas
PH/kertas lakmus.H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI1. Gangguan rasa nyaman:
adanya rasa nyeri yang berlebihan pada daerah pinggang b.d adanya batu pada daerah yang sempit pada
ureter atau pada ginjal.Data penunjang: Letih yang berlebihan Lemas, mual, muntah, keringat dingin
Pasien gelisahTujuan:Rasa sakit dapat diatasi/hilang.Kriteria: Kolik berkurang/hilang Pasien tidak
mengeluh sakit Pasien dapat beristirahat dengan tenang.Rencana Tindakan Kaji intensitas, lokasi dan
area serta penjalaran dari rasa sakit Observasi adanya abdominal pain Jelaskan kepada pasien penyebab
dari rasa sakit Anjurkan pasien banyak minum Berikan posisi serta lingkungan yang nyaman Ajarkan
tehnik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine untuk menghilangkan rasa sakit tanpa obat-obatan.
Kerjasama dengan tim kesehatan: Pemberian obat-obatan narkotika Pemberian anti spasmotika2.
Perubaha pola eliminasi b.d adanya obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra.Data Penunjang:
Urine out put <> 120 x permenit Pernapasan > 28 x permenit Pengisian kapiler > 3
detikTujuan:Gangguan perfusi dapat diatasiKriteria: Produksi urine 30-50 cc perjam Perifer hangat
Tanda-tanda vital dalam batas normal Pengisian kapiler < 3 detikRencana Tindakan- Observasi tandatanda vital- Observasi produksi urine setiap jam- Observasi perubahan tingkat kesadaran- Kerjasama
dengan tim kesehatan:- Pemeriksaan laboratorium: kadae ureum/kreatinin, Hb, Urine HCT3. Kurang
pengetahuan tentang kondisi penyakitnya b.d kurang informasi Data penunjang:Pasien menyatakan
belum memahami tentang penyakitnyaPasien kurang kooperatif dalam program pengobatanTujuan
:Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkatKriteria : Pasien memahami tentang proses
penyakitnya Diskusikan tentang proses penyakitnyaRencana Tindakan :- Kaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga- Beri kesempatan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannyaDiskusikan pentingnya pemasukan cairan- Anjurkan pasien minum air putih 6-8 liter perhari selama
tidak ada kontra indikasi- Batasi aktifitas fisik yang berat- Diskusikan pentingnya diet rendah kalsiumKerjasama dengan tim kesehatan: Diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat Pemberian
ammonium chlorida dan mandelamine4. Resti infeksi berhubungan dengan port de entre
mikroorganisme melalui luka operasi.Tujuan :Tidak terjadi infeksiKriteria hasil : Meningkatkan waktu
penyembuhan dengan tepat, bebas dari drainase purulen/eritema, dan tidak demam Menyatakan
pemahaman penyebab faktor resiko Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk menurunkan
resikoIntervensi:- Catat karakteristik urine, dan perhatikan apakah perubahan berhubungan dengan
keluhan nyeri pinggul.- Tes pH urine dengan kertas Nitrazin- Laporkan penghentian aliran urin tibatiba.- Observasi dan catat drainase luka, tanda inflamasi insisi, indikator sistemik sepsis.- Ganti balutan
sesuai indikasi, bila memakai.- Kaji area lipatan kulit di paha, perineum- Awasi tanda vital
Diposting oleh Dafid.Stikes-Muhammadiyah-Pekajangan di 18:00 0 komentar
Label: Batu Saluran Kemih
Askep Klien BPH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAHBENIGNA HIPERTROPI PROSTAT


(BPH)Oleh : Dafid Arifiyanto, 2008
A. DEFINISIBPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang
ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan
hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena
kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang
mengalami hiperplasia(sel-selnya bertambah banyak.Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak
menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat
gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.B. ETIOLOGIPenyebab
terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang
bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part). Oleh karena itu yang
dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin.Namun menurut Syamsu Hidayat
dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH adalah:o Adanya hiperplasia periuretral yang
disebabkan karena perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen.o Ketidakseimbangan endokrin.o
Faktor umur / usia lanjut.o Unknown / tidak diketahui secara pasti.C. PATOLOGI ANATOMIKelenjar
prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal
uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:- Panjang
3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cmSecara embriologis terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buahLobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2 buahSelama perkembangannya lobus
medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang
lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen
berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada
potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:- Kapsul anatomis- Jaringan
stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3
kelompok bagian: Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya Bagian tengah disebut kelenjar sub
mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus zone Di sekitar uretra disebut periuretral
glandSaluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu
membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat
belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua
biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan
prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi
lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat.
Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah
tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan
ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga
penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur
mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.D.
PATOFISIOLOGIMenurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya gangguan
ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar
dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak
jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini
menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi
pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih.
Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung
kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih
menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi
urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat
menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema
hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada

pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air,
elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang
progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan
natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan
hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada
traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian
detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih
tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang
tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos
keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan
sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang
apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas.E. PATHWAYObstruksi uretraPenumpukan urin dlm
VUPembedahan/prostatektomiKompensasi otot destrusorSpasme otot spincterMerangsang
nociseptorHipotalamusDekompensasi otot destrusorPotensi urinTek intravesikalRefluk urin ke
ginjalTek ureter & ginjal meningkatGagal ginjalRetensi urinPort de entre
mikroorganismekateterisasiLuka insisiResiko disfungsi seksualNyeriResti infeksiResiko kekurangan
vol cairanResiko perdarahan: resiko syok hipovolemikHilangnya fungsi tbhPerub pola eliminasiKurang
informasi ttg penyakitnyaKurang pengetahuanHyperplasia periuretralUsia lanjutKetidakseimbangan
endokrinBPHF. MANIFESTASI KLINISWalaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada
orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1.
Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih
menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda
yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau
lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah terutama malam
hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi
(disuria)g. Massa pada abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan
mendadak untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat
badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat
berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih,
maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.G. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIKPada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan:1.
LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin2.
RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos
abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat
dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk
mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa
urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong,
1997).3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula
prostat.4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui
perineum.H. KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi
kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu
terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan PielonefritisI.
FOKUS PENGKAJIANDari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post
Prostatektomi dapat penulis kelompokkan menjadi:a) Data subyektif:- Pasien mengeluh sakit pada luka

insisi.- Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.- Pasien selalu menanyakan
tindakan yang dilakukan- Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.b) Data Obyektif:- Terdapat
luka insisi- Takikardi- Gelisah- Tekanan darah meningkat- Ekspresi w ajah ketakutan- Terpasang
kateterJ. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme
otot spincter2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder3.
Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh4. Potensial terjadinya infeksi
berhubungan dengan port de entre mikroorganisme melalui kateterisasi5. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.K. RENCANA
KEPERAWATAN1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincterTujuan:
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan
secara adekuat.Kriteria hasil:- Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang Pasien dapat beristirahat dengan tenang.Intervensi:a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi
dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening
mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)c. Beri ompres hangat pada abdomen terutama
perut bagian bawahd. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan perawatan aseptik
terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin
berhubungan dengan obstruksi sekunder.Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien
tidak mengalami retensi urinKriteria: Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung
kemih.Intervensi:a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik sterilb.
Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutupc. Observasi adanya
tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea)d. Mempertahankan
kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran
urin serta adanya bekuan darah atau jaringane. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan
setiap 2 jam (mulai hari kedua post operasi)f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan
asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal
(kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.3.
Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi, hilangnya fungsi
tubuhTujuan: Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi
seksualnyaKriteria hasil: Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan
aktivitas secara optimal.Intervensi:a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang
berhubungan dengan perubahannyab. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepatc. Beri
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek prostatektomi dalam fungsi
seksuald. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksuale. Beri penjelasan
penting tentang:i. Impoten terjadi pada prosedur radikalj. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali
normalk. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan seksual selama
1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre
ikroorganisme melalui kateterisasiTujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas
dari infeksiKriteria hasil:a. Tanda-tanda vital dalam batas normalb. Tidak ada bengkak, aritema, nyeric.
Luka insisi semakin sembuh dengan baikIntervensi:a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan
steril.b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)c.
Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainaged. Monitor balutan
luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressinge. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi
lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang penyakit, perawatannyaTujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hariKriteria
: Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan
perawatanIntervensi:a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang
penyakit, perawatb. Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:a. Perawatan luka, pemberian
nutrisi, cairan irigasi, kateterb. Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi, infeksi

Diposting oleh Dafid.Stikes-Muhammadiyah-Pekajangan di 17:57 0 komentar


Label: Turun Berook
Askep Trauma Saluran Kemih
ASUHAN KEPERAWATANPADA KLIEN DENGAN TRAUMA SALURAN KEMIHOleh : Dafid
Arifiyanto, 2008
A. Konsep TraumaTrauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena
perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini
dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu
pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.Trauma
saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran
kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda
vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.B.
Klasifikasi1. Trauma ginjal2. Trauma ureter3. Ruptur buli-buli4. Kontusio buli-buli5. Trauma bulibuli6. Trauma uretra7. Trauma TestisC. Etiologi1. Trauma ginjalDapat disebabkan oleh trauma
langsung baik tajam atau tumpul, di daerah perut bagian depan, samping maupun daerah lumbal. Dapat
pula di akibatkan trauma tidak langsung seperti jatuh terduduk, jatuh berdiri dan kkontraksi otot perut
yang berlebihan pada hidronefrosis.a. Cedera dari luarb. Rudapaksa tumpulc. Fraktur /patah tulang
panggul2. Trauma uretera. Luka tembak atau tusuk.b. Ruda paksa ureter disebabkan oleh ruda paksa
tajam atau tumpul dari luar maupun iatrogenik terutama pada pembedahan rektum, uterus, pembuluh
darah panggul atau tindakan endoskopik3. Ruptur buli-bulia. Cedera pada abdomen bagian bawah
sewaktu kandung kemih penuhb. Patah tulang panggul mengakibatkan ruptur buli-buli ekstra
peritonealc. Cedera dinding perutd. Cedera panggul yang menyebabkan patah tulang sehingga terjadi
ruptur buli-buli retro atau intra peritoneal4. Trauma buli-bulia. Cedera dari luarb. Rudapaksa tumpulc.
Fraktur /patah tulang panggul5. Trauma uretraa. Fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars
membranasea karena prostat dengan uretra prostatika tertarik ke kranial bersama fragmen fraktur,
sedangkan uretra membranasea terikat diafragma urogenital.b. Cedera menyebabkan memar dinding
dengan atau tanpa robekan mukosa baik parsial maupun total.c. Jatuh terduduk atau terkangkang
sehingga uretra terjepit antara obyek yang keras dengan tulang simfisis.d. Instrumentasi urologik
seperti pemasangan kateter, brusinasi dan bedah endoskopi.6. Trauma PenisPada luka tembak terjadi
kerusakan ekstensif pada korpus kavernosum dengan banyak jaringan nekrotik dan perdarahan. Luka
akibat benda tajam ditemukan baik karena percobaan bunuh diri, dipotong lawan jenis, digigit binatang
atau iatrogenik pada sirkumsisi.Pada avulsi biasanya kulit penis atau skrotum terlepas. Sedangkan pada
strangulasi akan terjadi iskemia dan nekrosis penis pada bagian distal.7. Trauma TestisTestis terletak di
dalam skrotum dan berada pada tempat yang cukup mobil (bergerak) sehingga relatif jarang terjadi
ruptur walaupun sering mengalami kekerasan. Bila ruptur terjadi pada tunika albuginia di belakang
tunika vaginali, tidak dijumpai ekimosis dan pembengkakan testis minimal. Bila arteriol di bawah
tunika albuginia robek, hematokel bisa besar. Bila ruptur terjadi pada pertemuan tunika albuginia dan
tunika vaginalis di dekat epididimis, perdarahan meluas dan timbul hematom skrotum.D. Manifestasi
Klinik1. Trauma ginjal Pada rudapaksa tumpul dapat ditemukan jejas di daerah lumbal, sedangkan
pada rudapksa tajam tampak luka. Pada palpasi di dapat nyeri tekan, ketegangan otot pinggang,
sedangkan massa jarang teraba. Massa yang cepat meluas sering ditandai tanda kehilangan darah yang
banyak merupakan tanda cedera vaskuler. Nyeri abdomen pada daerah pinggang atau perut bagian
atas. Fraktur tulang iga terbawah sering menyertai cedera ginjal. Hematuria makroskopik atau
mikroskopik merupakan tanda utama cedera saluran kemih.2. Trauma ureter- Pada umumnya tanda dan
gejala klinik umumnya tidak spesifik.- Hematuria menunjukkan cedera pada saluran kemih.- Bila
terjadi ekstravasasi urin dapat timbul urinom pada pinggang atau abdomen, fistel uretero-kutan melalui
luka atau tanda rangsang peritoneum bils urin masuk ke rongga intraperitoneal.- Pada cedera ureter
bilateral ditemukan anuria.3. Trauma buli-buli- Umumnya fraktur tulang pelvis disertai perdarahan
hebat.- Nyeri suprapubik- Ketegangan otot dinding perut bawah- Hematuria- Ekstravasasi kontras pada

sistogram.4. Ruptur buli-buli- Ruptur kandung kemih intraperitoneal dapt menimbulkan gejala dan
tanda rangsang peritoneum termasuk defans muskuler dan sindrome ileus paralitik.- Ruptur
ekstraperitoneal saluran kemih dapat menimbulkan gejala dan tanda infiltrasi urin retroperitoneal yang
mudah menimbulkan septisemia.5. Trauma uretra- Pada ruptur uretra posterior, terdapat tanda patah
tulang pelvis.- Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas, hematom dan nyeri
tekan.- Terdapat tetes darah segar di meatus uretra- Bila terjadi ruptur uretra total, penderita mengeluh
tidak bisa buang air kecil.- Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena
edema atau bekuan darah.- Abses periuretral atau sepsis mengakibatkan demam.6. Trauma Penis- Pada
luka tembak tampak luka compang-camping, cedera daerah sekitarnya, jaringan nekrotik, perdarahan
serta amputasi penis.- Luka oleh benda tajam biasanya disertai perdarahan yang banyak, renjatan,
pinggir luka tajam, atau amputasi penis.- Pada luka avulsi akibat mesin, kulit penis dan skrotum
terlepas.- Pada strangulasi tampak bekas jepitan pada penis akibat kateter kondom atau balutan yang
terlalu ketat.- Pada cedera setelah aktivitas seksual tampak penis bengkok dan hemaotom pada penis
dan skrotum.7. Trauma testis- Pada luka tembak, cedera ekstensif, luka compang-camping dan terdapat
jaringan nekrosis serta cedera ikutan pada daerah sekitarnya.- Pada rudapaksa tumpul, besarnya
pembengkakan skrotum dan ekimosis bisa berbeda.- Cedera akibat rudapaksa tajam segera setelah
trauma biasanya penderita mengeluh sakit, mual, muntah, kadang sinkop.- Terdapat tanda cairan atau
darah di dalam skrotum.- Ditemukan testis yang membesar dan nyeriE. Penatalaksanaana. Trauma
ginjal Istirahat baring, sekurang-kurangnya sampai seminggu setelah hematuri berhenti, mobilisasi
dilakukan bertahap, bila kemudian hematuri timbul lagi, penderita diistirahatkan lagi. Perhatikan
tanda vital dengan ketat. Amati pembesaran tumor di daerah pinggang dan nilai Ht untuk menduga
pendarahan. Hematom di pinggang dapat mencapai 1-2 liter. Awasi hematuri dengan menampung urin
tiap 3 jam dan dideretkan pada rak, bila perdarahan berhenti maka tabung-tabung akhir berwarna makin
coklat, bila tetap/makin rendah, perdarahan tetap berlangsung. Antibiotik spektrum luas selama 2
minggu, karena bekuan darah sekitar ginjal dapat merupakan tempat berkembangnya bakteri. Bila
telah diyakini dapat ditangani secara konservatif, penderita dapat diberi minum banyak untuk
meningkatkan diuresis sehingga bekuan darah dalam ginjal cepat keluar. Bila perdarahan terus
berlangsung dan keadaan umum memburuk, pikirkan tindakan bedah. Tergantung pada kelainan yang
dijumpai dapat dilakukan penjahitan, nefrektomi parsiil atu total.b. Trauma buli-buli- Istirahat baring
sampai hematuri makriskopik hilang.- Minum banyak untuk meningkatkan diuresis. Bila penderita
dapat miksi dengan lancar berarti tidak ada ruptur buli-buli ataupun uretra.- Bila hematuria berat dan
menetap sampai 5-6 hari pasca trauma, buat sistrogram untuk mencari penyebab lain.- Obat- obatan :
Antibiotik: Ampisilin 4x 250-500 mg/ hari per oral. Hemostatik: Adona AC- 17 per oralc. Ruptur bulibuliPada jenis ekstraperitoneal akan timbul benjolan yang nyeri dan pekak pada perkusi di daerah
suprapubik akibat masuknya urin ke kavum Retzii. Benjolan ini sukar dibedakan dari hematom akibat
patah tulang pelvis yang sering menyertai. Patah tulang pelvis dapat diketahui bila terasa nyeri waktu
diadakan penekanan pada kedua krista iliaka.Bila dalam 24 jam nyeri di daerah suprapubik makin
meningkat di samping adanya anuri, diagnnosa ruptura buli-buli ekstraperitoneal dapat dibuat. Pada
jenis intraperitoneal, urin masuk ke rongga perut sehingga perut makin kembung dan timbul tanda
rangsang peritoneum. Mungkin juga terdapat nyeri suprapubik, tetapi tak terdapat benjolan dan perkusi
pekak.Pemeriksaan Pembantu:1. Tes Buli- buli Buli- buli dikosongkan dengan kateter, lalu
dimsukkan 300 ml larutan garam faal yang sedikit melebihi kapasitas buli- buli. Kateter di klem
sebentar, lalu dibuka kembali, cairan yang keluar diukur kembali. Bila selisihnya cukup besar mungkin
terdapat ruptur buli- buli.Kekurangan dari tes ini adalah: Hasil negatif palsu bil daerah ruptura
tertutup bekuan darah, usus atau omentum. Hasil positif palsu bila muara kateter terlalu tinggi atau
kateter tersumbat bekuan darah sehingga selisih cairan tak bisa keluar. Sukar membedakan jenis
ekstraperitoneal dengan intraperitoneal Bahaya infeksi dan peritonitis bila ada ruptur jenis
intraperitoneal.F. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI1. Gangguan rasa nyaman:
adanya rasa nyeri yang berlebihan pada daerah pinggang b.d adanya trauma pada ureter atau pada

ginjal.Data penunjang: Letih yang berlebihan Lemas, mual, muntah, keringat dingin Hematoma,
hematuri makroskopis/mikroskopisTujuan:Rasa sakit dapat diatasi/hilang.Kriteria: Kolik
berkurang/hilang Pasien tidak mengeluh sakit Pasien dapat beristirahat dengan tenang.Rencana
Tindakan Kaji intensitas, lokasi dan area serta penjalaran dari rasa sakit Observasi adanya abdominal
pain Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit Anjurkan pasien banyak minum Berikan posisi
serta lingkungan yang nyaman Ajarkan tehnik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine untuk
menghilangkan rasa sakit tanpa obat-obatan. Kerjasama dengan tim kesehatan: Pemberian obat-obatan
narkotika Pemberian anti spasmotika2. Resiko deficit volume cairan b.d perdarahan saluran
kemihTujuan :cairan tubuh tetap seimbangKriteria :- Vital signs dalam batas normal- Tidak terdapat
hematuri- Pemeriksaan laboratorium hematologis dalam batas normal (Hb, ht)Intervensi :- Atur posisi
tidur klien (pre Syok)- Monitor TTV- Monitor urin output- Berikan cairan oral untuk meningkatkan
deuresis- Kerjasama dengan tim kesehatan :- Antibiotik- Hemostatik- PembedahanTRAUMA
UROGENITALSecara anatomic organ uro-genital (Kauai genetalia eksterna) terletak di rongga
ekstraperitoneal, sehingga terlindung oleh organ-organ lain jika mendapat benturan dari luar. Oleh
karena itu jika didapatkan cedera organ urogenital, harus dipertimbangkan pula kemungkinan adanya
kerusakan organ lain yang mengelilinginya.Kaidah di dalam trauma urogenital : Pada trauma tajam
(Tusuk/tembak) harus difikirkan untuk kemungkinan melakukan eksplorasi, tetapi Trauma tumpul
sebagian besar hampir tidak diperlukan tindakan operasi. Gejala penting trauma urogenital adalah
didapatkannya hematuri setelah trauma ginjal.A. Trauma GinjalGinjal terletak di rongga peritoneum
dan terlindung oleh otot-otot punggung di sebelah posterior dan oleh organ-organ intraperitoneal di
sebelah anteriornya, oleh Karena itu cedara ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ-organ yang
mengitarinya.Cedera ginjal dapat terjadi secara:1. Langsung akibat benturan yang langsung ,mengenai
daerah pinggang atau2. Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal
secara tiba-tiba di dalam rongga peritoneum. Sedangkan jenis perlukaan yang mengenai ginjal dapat
merupakan luka tumpul, luka tusuk atau luka tembak.3. Goncangan ginjal di dalam rongga
retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika inima
arteri renalis. Robekan ini akan terus memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya
dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya.Cedera ginjal dapat dipermudah
jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal antara lain hidronefrosis, kista ginjal atau tumor
ginjal.Klasifikasi Trauma GinjalMenurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal
dibedakan dalam 3 jenis seperti pada gambar () yaitu:1. Cedera minor yang terdiri atas kontusio ginjal
dan laserasi minor perenkim ginjal.2. Cedera major yang terdiri atas laserasi major (yaitu terjadinya
kerusakan pada sistem kaliks) dan fragmentasi parenkim ginjal.3. Cedera pedikel ginjal yaitu cedera
pembuluh darah yang merawat ginjal.Penentuan berat ringannya trauma ginjal ditentukan melalui
pemeriksaan yang berurutan dan sistematik yang dikenal sebagai staging trauma ginjal. Pemeriksaan
ini meliputi pemeriksaan klinik, laboratorium dan pencitraan.DiagnosisPatut dicurigai adanya cedera
pada ginjal jika didapatkan:a. Trauma didaerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut
bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu.b. Hematuric. Fraktur
kosta sebelah bawah atau fraktur prosesus spinosus vertebrae.Gambaran klinik yang ditunjukkan oleh
pasien trauma ginjal sangat bervariasi tergantung pada deraJat trauma dan ada atau tidaknya trauma
pada organ lain yang menyertainya. Perlu ditanyakan mekanisme cedera untuk memperkirakan luas
kerusakan yang terjadi.Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah
pinggang, terlihat jelas berupa ekimosis dan terdapat hematuri makroskopik ataupun mikroskopik.
Sedangkan pada trauma major atau ruptur pedekel seringkali pasien datang dalam keadaan syock berat
dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini
mungkin pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan PIV karena usaha untuk memperbaiki
hemodinamik seringkali tidak membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup
deras. Untuk itu harus segera dilakukan ekplorasi laparotomi untuk menghentikan
perdarahan.TRAUMA PADA SALURAN KEMIH BAGIAN BAWAHTrauma pada saluran kemih

bagian bawah yang tersendiri adalah jarang. Kebanyakan pasien mengalami cidera lainya seperti cedera
pelvis atau abdominal. Pada pasien yang menunjukkan cidera saluran kemih bagian masalah berikut
sering dihadapi.Urethra pria dibagi menjadi dua bagian yg utama, uretra anterior adalah bagian distal
dari diafragma urogenitalis, dan uretra posterior adalah proximal terhadap diafragma urogenitalis dan
termasuk bagian membranosa dan prostatik. Trauma tumpul adalah penyebab utama cedera uretra
posterior. Fraktur pelvis ada pasda lebih dari 95% kasus, tumbukan akibat trauma menimbulkan
kekuatan yang merobek uretra yang menyebabkan ruptur pada tingkat diafragma urogenitalis. Straddle
injury, penyebab ruptur uretra anterior yg paling sering, terjadi ketika jatuh atau ketika objek tumpul
menumbuk daerah perineum dan scrotal, merusakkan uretra. Urethra wanita hampir jarang terkena
trauma yg signifikan karena ukurannya yg pendek.Tanda diagnostik cedera uretra adalah darah pada
meatus uretra. Kesalahan diagnosis yg paling sering adalah tidak melihat meatus selama pemeriksaan
awal pada tiap pasien yg terkena trauma. 80-90 persen pasien dengan cedera uretra tampak dengan
adanya darah di meatus. Hematoma scrotal dan perineum juga terlihat. Pemeriksaan rectal dapat
menolong untuk menentukan apak prostat terfiksasi secara normal atau terpisah dan mengambang
(floating).Jika darah terlihat pada meatus uretra atau jika kateter tidak dapat dimasukkan dengan
mudah, uretrogram harus dilakukan. Adanya ekstravasasi pada tingkat cedera mengharuskan konsultasi
urology dan bedah. Kateter uretra tidak boleh dimasukkan pada pasien yang diketahui mempunyai
cedera uretra, karena dapat menyebabkan laserasi yang inkomplit menjadi sobekan yang komplit dan
menyebabkan inefeksi ke dalam hematoma.Pengobatan awal cedera uretra adalah drainase sistotomi
suprapubik, sebaiknya dilakukan dalam ruang operasi dengan pemasangan kateter sistotomi secara
bedah. Semua pasien ini harus dirawat di rumah sakit untuk stabilisasi dan observasi.Cedera besar yang
paling sering terjadi pada penis adalah penile fracture. Hal ini hanya dapat terjadi pada penis yang
ereksi dan berhubungan dengan sexual intercourse atau foreplay. Regangan yang tidak biasanya pada
batang penis bisa meuyebabkan laserasi tranversal dari tunica albiginea, biasanya pada dasar penis.
Ruptur uretra dapat terjadi pada 20 % kasus. Pemeriksaan menemukan hematoma yang besar pada
penis, biasanya mengenai keseluruhan batang penis. Pasien dengan ruptur uretra menunjukkan
discharge yang berdarah pada meatusnya.Uretrogram harus dilakukan pada semua pasien untuk
menyingkirkan ruptur uretra dan melakukan konsultasi urologis yang tepat, karena perbaikan secara
bedah harus dilakukan secara tepat.Kejadian traumatic (penyerangan, kontak dalam olahraga,
kecelakaan sepeda dan sepeda motor) adalah mekanisme yang utama untuk terjadinya cedera pada
testes.Pasien-pasien tersebut mungkin memperlihatkan hematoma yang massif pada skrotumnya yang
menyebabkan palpasi testes menjadi sulit. Rasa nyeri yang nyata pada testes yang terkena, bahkan pada
keadaan tidak terdapatnya hematoma harus menyebabkan dokter mencurigai ruptur testis.Sonografi
adalah tes diagnostik yang terpilih. Karakteristik pola sonografi adalah perubahan ekogenisitas
diseluruh parenkim terstis yang terkena Karena pengumpulan hematoma dan parenkim yang
keluar.Perbaikan bedah yang cocok diindikasikan pada tiap kasus ruptur testes. Pada kasus dimana
hematoma tidak berhubungan dengan ruptur testis, drainase dapat menurunkan angka keseakitan.Pasien
dengan hematoma yang kecil tanpa ruptur testes dapat dipulangkan dan dinasehatkan untuk tetap
beristirahat di tempat tidur dengan meninggikan skrotum. Jika pasien dirawat jalan, dukungan pada
skrotum dan follow-up urologis harus dilanjutkan untuk menyakinkan perbaikan trauma
Diposting oleh Dafid.Stikes-Muhammadiyah-Pekajangan di 17:46 0 komentar
Air Susu Ibu Vs Susu Bayi Sapi
Pilih !!! Air Susu Ibu (ASI) apa Susu Bayi SapiDafid Arifiyanto, 2008
Pada Pekan ASI Sedunia ke-25 tanggal 1-7 Agustus 2006 dengan tema Code Watch, 25 Years of
Protecting Breastfeeding atau Peringatan Kode Internasional, 25 Tahun Melindungi ASI. Menurut
Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K), Sasaran Pembangunan Kesehatan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) 2005-2009 adalah menurunkan prevalensi gizi
kurang pada balita dari 25,8% pada tahun 2005 menjadi setinggi-tingginya 20% pada tahun 2009.
Karena itu dalam rangka pencepatan penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk diperlukan upaya

terobosan yang bersifat nasional untuk menggerakkan seluruh masyarakat Indonesia terutama ibu-ibu
dengan dukungan suami dan keluarga dalam memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan kepada
bayinya.Kegiatan ini di Indonesia diwujudkan menjadi Bulan ASI Nasional berupa Kampanye Satu
Bulan meningkatkan kesehatan dan gizi anak yang juga dirangkaikan dengan peringatan satu tahun
penandatanganan nota kesepakatan damai (MoU) antara Pemerintah RI-GAM di Helsinki, 15 Agustus
2005. Kegiatan ini diharapkan menyemangati pembuat keputusan di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota, dalam membuat kebijakan yang mendukung ASI serta melakukan pengawasan
terhadap promosi susu formula.Secara nasional, diketahui bahwa hanya 40 persen ibu memberi ASI
kepada bayi mereka, sementara menurut penelitian Kesehatan Indonesia tahun 2002 disebutkan bahwa
balita Indonesia hanya diberi ASI selama kurang dari dua bulan.ASI merupakanan makanan terbaik
bagi bayi, tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satu pun ma
a
http://silylpion.blogspot.com/2008_04_01_archive.html

You might also like