Professional Documents
Culture Documents
ini. Tiga system yang saling berinteraksi : Keperibadian ( personal system ) setiap individu
mempunyai system kepribadian tertentu. System interpersonal terbentuk karena hasil interaksi
manusia, dapat berbentuk interaksi, komunikasi, perjanjian, stress dan peran. System sosial meliputi
keluarga, kelompok, keagamaan, system pendidikan, system pekerjaan dan kelompok sebaya.Menurut
King, tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat dicapai jika perawat dan pasien saling bekerja sama
dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang hendak dicapai.4. BETTY
NEWMAN, 1989Keperawatan adalah suatu profesi yang unik dengan memperhatikan seluruh factorfaktor yang mempengaruhi respon individu terhadap penyebab stress, tekanan intra, inter dan ekstra
personal.Perawatan berfokus kepada mencegah serangan stress dalam melindungi klien untuk
mendapatkan atau meningkatkan derajat kesehatan yang paling baik.Perawatan menolong pasien untuk
menempatkan primary, secondary dan tertiary. Metode pencegahan untuk mencegah stress yang
disebabkan factor lingkungan dan meningkatkan system pertahanan pasien.Menurut Newman, asuhan
keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya stressor. Peran ini
disebut pencegahan penyakit yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier. Primer =
meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stressor, mencegah terjadinya reaksi
tubuh karena adanya stressor. Sekunder = tindakan keperawatan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor. Tersier = meliputi
pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu
penyakit.5. CALISTA ROY 1976Keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa
dan tindakan yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang kurang sehat.Sebagai ilmu
pengetahuan keperawatan Metode yang digunakan adalah terapeutik, scientik dan knowledge dalam
memberikan pelayanan yang esensial untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat kesehatan.Roy
menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan : o Individu adalah makhluk biospikososial
sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan biologis, psikologis dan sosial.o Setiap orang selalu menggunakan koping baik yang bersifat
positif maupun yang negatif untuk dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi
oleh tiga komponen yaitu : Penyebab utama terjadi perubahan Factor kondisi dan situasi yang
berbeda Keyakinan dan pengalaman dalam beradaptasi.o Setiap individu berespon terhadap
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup
mandiri/kemandirian, serta kebutuhan akan kemampuan melalui peran dan fungsi secara optimal untuk
memelihara integritas diri.o Posisi individu pada rentang sehat sakit terus berubah, berhubungan erat
dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.o Roy
berpendapat ada 2 metode koping yaitu : Regulator = memproses input secar sistematis melalui jalur
saraf, kimia dan endokrin Cagnator = memproses input melalui cara kognitif seperti persepsi, proses
informasi, belajar, keputusan dan emosi.o Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu
kesatuan yang utuh yang meiliki mekanisme koping untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau selalu beradaptif terhadap perubahan
lingkungan.o Lingkungan adalah semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh terhadap
perkembangan manusia.o Sehat adalah suatu keadaan proses dalam menjaga integritas dirio Peran
perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan yang ada.Menurut Roy, tindakan
keperawatan ditujukan untuk meningkatkan adaptasi individu terhadap sehat dan penyakit. Keempat
model adaptasi itu adalah :o Model fisiologi : cairan dan elektrolit, sirkulasi dan oksigenasi, nutrisi dan
eliminasi, proteksi, neurology dan endokrin.o Model konsep diri : gambaran diri, ideal diri, moral diri.o
Model fungsi peran : kebutuhan akan integritaso Model interdependen (kemandirian ) : hubungan
seseorang dengan yang lain dan sumber system yang memberikan bantuan, kasih sayang dan
perhatian.6. MARTHA ROGERS, 1970.Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk
mengurangi kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit,
perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.Teori Rogers berfokus pada proses
kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup
manusia dan pola pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Asumsi dasar teori rogers tentang
manusia adalah :o Manusia adalah kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lain.o Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik . tidak ada dua hal didalam kehidupan
ini yang dapat diulang dengan cara yang sama dibawah keadaan yang sama . jalan hidup seseorang
berbeda dengan yang lain.o Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah lakunya.o Manusia
diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri misalnya dalam hal sifat dan emosi.Rogers
menggambarkan individu dan lingkungan sebagai medan energi, terbuka, berpola dan 7. ABDELLAH
FAYEKeperawatan adalah seni ilmu dalam memberikan pelayanan kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Untuk membentuk sikap dalam meningkatkan kemampuandan keterampilan setiap
individu perawat untuk mencapai tujuan membantu manusia yang sakit maupun sehat, menanggulangi
atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatannya, baik dasar maupun 8. PEPLAUKeperawatan
adalah suatu hasil proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap
sehat (hubungan antar manusia)Pendidikan atau pematangan tujuan yang dimaksud untuk
meningkatkan gerakan yang progresif dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun,
menghasilkan pribadi dan cara hidup bermasyarakat.Hubungan interpersonal yang merupakan factor
utama model keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi terhadap 4 konsep utama yaitu :o
Manusia = individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk
mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang
unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses
interpersonal.o Masyarakat/lingkungan = budaya dan adapt istiadat merupakan factor yang perlu
dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan.o Kesehatan = didefinisikan sebagai perkembangan
kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan kea rah kehidupan yang kreatif,
konstruktif dan produktif.o Keperawatan = dipandang sebagai proses interpersonal yang bermakna.
Proses interpersonal merupakan materina force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun klien.
Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami
klien dan mencapai resolusi masalah.Suatu model dapat diuraikan secara rinci kebutuhan
utama/primer ;o Tujuan asuhan keperawatan Kepribadian yang berkembang melalui hubungan
interpersonal mendidik dalam pemenuhan kebutuhan klien.o KlienSystem dari yang berkembang terdiri
dari karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi
kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.o Peran nurseNurse berperan mengatur tujuan
dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien
mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai
orang asing, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase
proses interpersonal.o Sumber kesulitanAnsietas berat yang disebabkan oleh kesulitan
mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila
komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologik dan biologic individu.o Focus
intervensiAnsietas yang disebabkan oleh hubungan interpersonal yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian . 4 komponen sentral yaitu proses interpersonal, perawat, pasien dan ansietas.o Cara
intervensiProses interpersonal terdiri dari 4 fase yaitu : Fase orientasiLebih difokuskan untuk
membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat
untuk berperan serta secara efektif falam pemberian askep pada klien. Fase identifikasiTerjadi ketika
perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan askep yang tanpa penolakan diri
perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi
kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien. Respon pasien pada fase
identifikasi dapat berupa : Pasrtisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat Individu
mandiri terpisah dari perawat Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat. Fase
eksplorasiMemungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai
pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses
interpersonal. Fase resolusiSecara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini
memungkinkan penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi
kea rah realisasi potensi.Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana
perawat membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling
tergantung dalam lingkungan sosial.Perawat mempunyai 6 peran sebagai berikut : Orang asing
( stranger ) berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada pasien. Perawat menghadapi klien seperti
tamu yang dikenalkan pada situasi baru. Nara sumber ( resources person ) memberikan jawaban
yang spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah yang lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area
permasalahan yang memerlukan bantuan. Pendidik ( teacher ) merupakan kombinasi dari semua
peran yang lain Kepemimpinan ( leadership ) mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga
merangsang individu untuk berperan Perngasuh pengganti ( surrogate ) membantu individu belajar
tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal. Konselor
( consellor ) meninhgkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif,
konstruktif dan produktif.9. FLORENCE NIGHTINGALE 1895Keperawatan adalah suatu proses
menempatkan pasien dalam kondisi paling baik untuk beraktivitas yaitu lingkungan yang sehat dan
udara yang bersih.10. LEVINEKeperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide
dan nilai-nilai , dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu rangkaian disiplin
dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang dimiliki individu dalam menjalin hubungan manusia
sekitarnya.Intisari dari keperawatan adalah manusia. Asumsinya bahwa definisi teori tersebut adalah
sebagai berikut :o KondisiKlien memasuki system pelayanan kesehatan dalam bagian penyakit atau
perubahan kesehatan.o Responsibilitas tanggung jawabPerawat bertanggung jawab dalam mengenal
respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi tubuh ) sebagai adaptasi klien atau usaha untuk
beradaptasi terhadap lingkungan. 4 respon antara lain : Rasa takut Stress Inflamasi Sensorio
FungsiFungsi perawat memasukkan intervensi untuk meningkatkan adaptasi terhadap penyakit dan
evaluasi intervensi sebagai support (dorongan) atau terapeutik koping. Intervensi membantu
mempertahankan status kesehatan dan mencegah penyakit lebih lanjut. Intervensi terapeutik
meningkatkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.4 prinsip perlindungan yang mendorong tujuan
perawatan untuk mempertahankan atau memulihkan seseorang ke status kesehatan : Perlindungan
terhadap energiKeseimbangan intake dan output energi untuk mencegah kelelahan Perlindungan
terhadap integritas strukturaMempertahankan atau pemulihan struktur tubuh (penyembuhan )
Perlindungan terhadap integritas personalMempertahankan atau pemulihan rasa identitas dan harga diri
(mengenali kualitas diri) Perlindungan terhadap integritas sosialMemperkenalkan klien sebagai suatu
makhluk sosial khususnya dengan orang lain.Teori Levine berfokus pada satu orang klien, teori ini
mempunyai implikasi utama dalam pengaturan perawatan akut, dimana intervensi dapat bersifat
mendorong atau terapeutik.11. JEAN ORLANDO 1961Keperawatan berlandaskan teori hubungan
interpersonal yang menitikberatkan pada sifat unik individu atau klien dalam ekspresi verbal yang
mengisyaratkan adanya kebutuhan dan cara-cara memenuhi kebutuhan.Teori Jean Orlando
mengandung konsep kerangka kerja untuk perawat professional yang mengandung 3 elemen yaitu :
perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan , mengubah situasi perawat setelah perawat
memperkirakan kebutuhan klien , perawat mengetahui penyebab yang mempengaruhi derajat kesehatan
, lalu bertindak secara spontan atau berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kesehatan.12. JEAN
WATSON 1979Keperawatan adalah filsafat dalam usaha merawat untuk memberi definisi hasil
tindakan keperawatan dengan memperhatikan aspek humanistic dalam kehidupan.Tindakan
keperawatan diarahkan pada pemeliharaan hubungan timbal balik dalam kesehatan. Sakit dan perilaku.
Perawat berkonsentrasi pada peningkatan kesehatan mempertahankan suatu kesehatan dalam
pencegahan penyakit.Model Jean Watson ini bentuk proses perawatannya menolong klien untuk
mencapai atau memelihara kesehatan atau mati dengan tenang. Tindakan berhubungan dengan proses
perawatan manusia, penguasaan ilmu pengetahuan adalah utama dalam memberikan tindakan
perawatan megenai perilaku manusia dan respon menusia untuk menentukan masalah yang nyata atau
potensial kebutuhan klien.NILAI DAN KEYAKINAN NILAIo Perawatan mempunyai faktor yang
uniko Perawatan adalah pelayanan yang diberikan secara langsung terhadap orang sakit atau sehat,
kelompok, keluarga dan masyarakato Perawatan menggunakan proses untuk melakukan rencana
perawatano Perawatan meliputi hubungan interpersonal yang berkelanjutan, hubungan perawat dan
klien merupakan hubungan yang sangat penting. KEYAKINANo Persyaratan dasar pikiran atau
anggapan terhadap konsep mengenai keperawatano Setiap keyakinan model keperawatan merupakan
inti dari keperawatano Keyakinan ditransfer dari teori scientik atau praktek dan salah satu hasil dari
penelitian.o Keyakinan sebagian besar adalah satu model dengan model yang lainnya. Contoh :
keyakinan mengenai manusia atau klien sangat berbeda. Henderson melihat klien mempunyai
kebutuhan dasar sedangkan Roy menjadikan 4 model penyesuaian. TUJUANo Meningkatkan
kemampuan klien untuk berperan aktif dalam mencapai kesehatan yang optimalo Membantu klien
dalam perawatan untuk menuju kesehatan yang optimal atau meninggal dengan tenang.o Menolong
klien untuk mendapatkan primary, secondary dan tertiary prevention.PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILANBerbagai ilmu pengetahuan keperawatan dilakukan dengan melalui proses analisa
dan mengembangkan apa yang mempengaruhi derajat kesehatan . keperawatan adalah bagian dari
budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan nilai-nilai dimana perawat memandang manusia itu
sama.Keterampilan yang dimiliki dalam perawatan adalah suatu yang unik yaitu :
ARWIN LIM
Diposting oleh silyl di 01:13 0 komentar
Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C) dan
orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty )
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
Angiomatosis Baksilaris
Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
Leukoplakial yang berambut
Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf.
Idiopatik Trombositopenik Purpura
Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
Kanker serviks inpasif
Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
Kriptokokosis ekstrapulmoner
Kriptosporidosis internal kronis
Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
Isoproasis intestinal yang kronis
Sarkoma Kaposi
Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
Pneumonia Pneumocystic Cranii
Pneumonia Rekuren
Leukoenselophaty multifokal progresiva
Septikemia salmonella yang rekuren
Toksoplamosis otak
Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
5. Gejala Dan Tanda
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan sakit
seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,
keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
1. Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan
diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan
supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk
mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
Tes Lainnya
Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
b. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi
dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu
setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi
awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan
mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining
produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human
Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency
Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang
terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya
terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24
antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut
lebih besar dari menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus. Pemeriksaan kultur
Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan
tes tambahan yang mengukur beban virus ( viral burden )
AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit
penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel limfosit T karena kekurangan sel
T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk
orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita,
melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.
HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap virus tersebut dan
terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus
mungkin masuk melalui luka atau lecet pada mulut rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran
darah pria jika pada genitalnya ada luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk
terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah
dengan darah, seperti jarum suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan
ibu hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-hari seperti
berjabat tangan, mencium, gels bekas dipakai penderita, handuk atau melalui closet umum, karena
virus ini sangat rapuh.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 510 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin
bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem
kekebalan tubuh.
Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS
akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.
Diposting oleh silyl di 00:56 0 komentar
hepatitis
2003 Digitized by USU digital library 1
ASUHAN KEPERAWATAN DAN APLIKASI DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN
DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
MULA TARIGAN, SKp
Fakultas Kedokteran
Program Studi Ilmu Keperawatan
Bagian Keperawatan Medikal Bedah
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir
(BBL). Menurut beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50 % pada bayi
cukup bulan dan 75 % pada bayi kurang bulan.
Perawatan Ikterus berbeda diantara negara tertentu, tempat pelayanan
tertentu dan waktu tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pengelolaan pada
BBL, seperti pemberian makanan dini, kondisi ruang perawatan, penggunaan
beberapa propilaksi pada ibu dan bayi, fototherapi dan transfusi pengganti. Asuhan
keperawatan pada klien selama post partum juga terlalu singkat, sehingga klien dan
keluarga harus dibekali pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan,
cara merawat bayi dan dirinya sendiri selama di rumah sakit dan perawatan di
rumah.
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan
dalam memberikan asuhan keperawatan secara paripurna.
Tulisan ilmiah ini bertujuan untuk :
1. Agar perawat memiliki intelektual dan mampu menguasai pengetahuan dan
keterampilan terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada klien
dan keluarga dengan bayi Ikterus (Hiperilirubinemia),
2. Agar Perawat mampu mempersiapkan klien dan keluarga ikut serta dalam proses
perawatan selama di Rumah Sakit dan perewatan lanjutan di rumah.
Atas dasar hal tersebut diatas maka penulis menyusun tulisan ilmiah dengan
judul "Asuhan Keperawatan dan Aplikasi Discharge Planing pada klien dengan Bayi
Hiperbilirubinemia"
KONSEP DASAR
A. Definisi
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
Timbul pada hari kedua-ketiga
Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
Ikterus hilang pada 10 hari pertama
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
2. Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
Limpha, Makofag
BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN ALBUMIN
Terjadi dalam
plasma darah
MELALUI HATI
BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN GLUKORONAT/ GULA
RESIDU BILIRUBIN DIREK
( larut dalam air )
Hati
BILIRUBIN DIREK DIEKSRESI
KE KANDUNG EMPEDU
Melalui
Duktus Billiaris
KANDUNG EMPEDU KE
DEUDENUM
BILIRUBIN DIREK DI
EKSKRESI MELALUI URINE &
FECES
2003 Digitized by USU digital library 4
D. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20
mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan
mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan
Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( Markum, 1991).
E. Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek
dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.
Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim
yang meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif
baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.
Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sbb:
Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang
Bakteri)
Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
Kadar Bilirubin Serum berkala.
Darah tepi lengkap.
Golongan darah ibu dan bayi.
2003 Digitized by USU digital library 6
Test Coombs.
Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi Hepar
bila perlu.
2. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.
Biasanya Ikterus fisiologis.
Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau
golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat
misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
Polisetimia.
Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis,
pendarahan Hepar, sub kapsula dll).
Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan
yang perlu dilakukan:
Pemeriksaan darah tepi.
Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
Pemeriksaan lain bila perlu.
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu
pertama.
Sepsis.
Dehidrasi dan Asidosis.
Defisiensi Enzim G6PD.
Pengaruh obat-obat.
Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:
Karena ikterus obstruktif.
Hipotiroidisme
Breast milk Jaundice.
Infeksi.
Hepatitis Neonatal.
Galaktosemia.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan:
Pemeriksaan Bilirubin berkala.
Pemeriksaan darah tepi.
Skrining Enzim G6PD.
Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.
2003 Digitized by USU digital library 7
ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses
keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi.
A. Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia,
Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui
yang lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa
bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal
keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan
mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)
B. DiagnosaKeperawatan , Tujuan , dan Intervensi
Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang
memberi gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun
perencanaan asuhan keperawatan. Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai
diagnosa keperawatan melalui analisa dan interpretasi data yang diperoleh.
1. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake
output, beri air diantara menyusui atau memberi botol.
2. Diagnosa Keperawatan : Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan
dengan efek fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5 - 37
C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
hiperbilirubinemia dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah
posisi setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan
kelembabannya.
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan parenting berhubungan dengan pemisahan
Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku "Attachment" , orang tua
dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk
stimulasi sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya,
libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua
mengekspresikan perasaannya.
2003 Digitized by USU digital library 8
5. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi
yang diberikan pada bayi.
Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejalagejala
untuk menyampaikan pada tim kesehatan
Intervensi :
Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning,
proses terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan bayi dirumah.
6. Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi trauma berhubungan dengan efek
fototherapi
Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat
fototherapi
Intervensi :
Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam
keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan
kain yang dapat memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata tida
menutupi hidung dan bibir; matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji
adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup mata setiap akan disusukan; ajak
bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.
7. Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi trauma berhubungan dengan tranfusi
tukar
Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan
NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam
sebelum tindakan, pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan
Rhesus serta darah yang akan ditranfusikan adalah darah segar; pantau tandatanda
vital; selama dan sesudah tranfusi; siapkan suction bila diperlukan; amati
adanya ganguan cairan dan elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang; monitor
pemeriksaan laboratorium sesuai program.
C. Aplikasi Discharge Planing.
Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan
hiperbilirubin (seperti rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi
tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan
gambaran yang diberikan selama perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan
dirumah.
Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik
dalam perawatan bayi hiperbilirubinimea (Whaley &Wong, 1994):
1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguangangguan
kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui
menurun.
2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk
mempertahankan kelancaran air susu.
3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk
menurunkan kadar bilirubin bayi.
4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal
mencegah peningkatan bilirubin.
5. Mengajarkan tentang perawatan kulit :
Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.
2003 Digitized by USU digital library 9
Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah
sekitar kulit yang rusak.
Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan
kelembaban kulit.
Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.
Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat
mengakibatkan lecet karena gesekan
Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti
penekanan yang lama, garukan .
Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena
bab dan bak.
Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor
kulit, capilari reffil.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah :
1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 celsius)
2. Perawatan tali pusat / umbilikus
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak
dengan sesuatu yang baru
5. Temperatur / suhu
6. Pernapasan
7. Cara menyusui
8. Eliminasi
9. Perawatan sirkumsisi
10. Imunisasi
11. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
letargi ( bayi sulit dibangunkan )
demam ( suhu > 37 celsius)
muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
diare ( lebih dari 3 x)
tidak ada nafsu makan.
12. Keamanan
Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau,
gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.
Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan
mobil atau sarana lainnya.
Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara - saudaranya.
2003 Digitized by USU digital library 10
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, J. (1985). Materity and Gynecologic Care. Precenton.
Cloherty, P. John (1981). Manual of Neonatal Care. USA.
Harper. (1994). Biokimia. EGC, Jakarta.
Hazinki, M.F. (1984). Nursing Care of Critically Ill Child. , The Mosby Compani
CV,
Toronto.
Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.
Mayers, M. et. al. ( 1995). Clinical Care Plans Pediatric Nursing. Mc.Graw-Hill.
Inc.,
New York.
Pritchard, J. A. et. al. (1991). Obstetri Williams. Edisi XVII. Airlangga University
Press,
Surabaya.
Susan, R. J. et. al. (1988). Child Health Nursing. California,
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERBILIRUBIN
I. Definisi
Hiperlirubin adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam darah ( Wong, hal
432 )
Peningkatan kadar serum bilirubin disebabkan oleh deposisi pigmen bilirubin yang
terjadi waktu pemecahan sel darah merah. Phototerapi merupakan terapi untuk
hiperbilirubin . Tranfusi tukar dilakukan pada keadaan masa gestasi yang kurang daan
keadaan bayi secara umum.
II. Patofisiologi
Hemoglobin
Globin Heme
Biliverdir Fe.co
Peningkatan destruksi eritrosit ( Gangguan konjungasi bilirubin / gangguan
transport bilirubin / peningkatan siklus enterohepatik ) Hb dan eritrosit abnormal
Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikan dengan albumin meningkat
Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar
Hepar tidak mampu melakukan konjungasi
Sebagian masuk kembali ke siklus emerohepatik
Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah pengeluaran meronium terlambat /obstruksi
usus tinja berwarna pucat
Ikrerus pada sclera leher dan badan peningkatan bilirubin indirex > 12 mg/dl
Indikasi fototerapi
Sinar dengan Intensitas tinggi
Resti injuri Gangguan temperatur tubuh
Gangguan
Integritas
kulit
III. Pengkajian
1. Identitas pasien dan keluarga
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat obat yang
dalam waktu..
Kriteria hasil :
- Adanya kontak mata
waktu mata dibuka
- Adanya respon ketika
diajak bicara
- Bayi bebas dari
komplikasi
1. Letakkan bayi + 18
inchi dari sumber
cahaya
2. Tutup mata dengan
kain yang dapat
menyerap cahaya dan
dapat memproteksi
mata dari sumber
cahaya.
3. Matikan lampu dan
buka penutup mata
bayi setiap 8 jam
lakukan inspeksi
warna sclera
4. Pada waktu menutup
mata bayi yakinkan
bahwa penutup tidak
menutupi hidung
5. buka penutup mata
waktu memberi makan
bayi.
Ajak bicara bayi selama
perawatan.
3) Gangguan Temperatur
tubuh berhubungan
dengan phototerapi.
Suhu tubuh bayi kembali
normal dan stabil dalam
waktu
1. Pertahankan suhu
lingkungan yang
netral
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Data penunjang :
Data Obyektif : - suhu
> 37 0C
- membran
mukosa kering
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh 360C -
370C
- Membran mukosa
lembab
2. Pertahankan suhu
tubuh 36,50C - 370C
jika demam lakukan
kompres/axilia untuk
mencegah cold/heat
stress
3. Cek tanda Vital setiap
2 4 jam sesuai yang
dibutuhkan
4. Kolaborasi pemberian
antipiretik jika demam
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Diposting oleh silyl di 00:53 0 komentar
secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian
PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro
ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.Tanda dan gejala:Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal.- Pada
pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, nyeri pada pinggang, sakit
kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya
tenderness.- Client biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.- Pada
pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga
adanya peningkatan sel darah putih.Pielonefritis kronisTerjadi akibat infeksi yang berulang-ulang,
sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak.Tanda dan gejala: Adanya serangan pielonefritis
akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik. Adanya keletihan. Sakit
kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia,
anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun. Kesehatan pasien semakin
menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada
daerah korteks. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan yang dilakukan
meliputi : Pemeriksaan IVP, Cystoscopy, cultur urin, biopsi ginjal.Pencegahan Pyelonefritis :1
Kebersihan perineal2 Membuat urin lebih asam3 Intake cairan yang cukup dan deteksi dini terhadap
adanya uretritis: Menyelesaikan program terapi antibiotik Follow-up kultur untuk memastikan jenis
bakteri.
2. UreteritisPengertianAdalah suatu peradangan pada ureter.PenyebabAdanya infeksi pada ginjal
maupun kandung kemih.PatofisiologiInfeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya
sistisis . Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding
ureter menyebabkan striktura dan hydronephrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan mengganggu
peristaltik ureter.3. SistitisPengertianPeradangan pada vesika urinaria, peradangan ini sering
ditemui.Penyebab1. E. coli (banyak ditemukan pada wanita)2. Infeksi ginjal3. Prostat hipertrofi karena
adanya urine sisa4. Infeksi usus(no. 1-4 penyebab sistitis akut) (no. 5-10 penyebab sistitis kronis)5.
Infeksi kronis dari traktus bagian atas6. Adanya sisa urine7. Stenosis dari traktus bagian bawah.8.
Pengobatan sistitis akut yang tidak sempurna9. Adanya faktor predisposisi10. Infeksi yang konstan
(infeksi ulang yang menetap) dan infeksi spesifikPembagian SistitisSistitis akutTanda dan gejala:a.
Peningkatan frekwensi miksi, baik deural maupun noktural.b. Disuria karena epitel yang meradang
tertekan, rasa nyeri pada daerah supra pubis atau perineal.c. Rasa ingin miksid. Hematuria: Pada
wanita biasanya timbul setelah adanya infeksi saluran pernafasan atau setelah diare. Pada pria timbul
prostitis setelah minum alkohol yang berlebihan.Sistitis KronisTanda dan gejala :Sama dengan sistitis
akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol.Pemeriksaan DiagnostikPasien perlu
dilakukan IVP dan cystoscopyTindakan pengobatan Banyak minum untuk melarutkan bakteri
Pemberian antibiotika Kumbah kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan4.
UretritisPengertianAdalah peradangan pada uretraPenyebabKuman gonorrhoe biasanya adalah suatu
infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal. Kadang-kadang
uretritis terjadi tanpa adanya bakteri.PatofisiologiUretra Gonorhoeal disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Pada pria inflamasi orifosium meatal terjadi
disertai rasa terbakar ketika urinasi. Rabas uretral purulen muncul dalam 3-4 hari setelah kontak
seksual. Pada wanita rabas uretral tidak selalu muncul dan penyakit bersifat asimtomatik. Pada pria
melibatkan jaringan disekitar uretra menyebabkan periuretritis, prostitis, epididimis dan striktur
uretra.Uretra gonorhoeal tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh
Klamidia trakomatik atau Ureaplasma urelytikum. Pada pria adalah asimtomatik, pasien akan disuria
Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan. Terutama pada wanita sering
berfokus pada rasa takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas
seksual. Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilah
kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.G. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Perubahan pola eliminasi
BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat
penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.3. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah4.
Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial5. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang
pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.H.
INTERVENSI KEPERAWATAN1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang
pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder
terhadap striktur.Kriteria hasil: Individu akan mengosongkan kandung kemih menggunakan manuver
valsavas dengan residu ( dr 50 cc jika diindikasikan mencapai suatu keadaan kekeringan di mana secara
pribadi puas).Intervensia. Ajarkan individu menegangkan abdomen dan melakukan manuver valsavas,
jika diindikasikan:c. sandarkan ke depan pada kedua pahad. kontrasikan otot abdomen dan regangkan /
tahan nafas sambil meregangkan (manuver valsavas)e. Tahan pegangan / nafas sampai aliran urin
berhenti, tunggu satu menit dan regangkan sepanjang mungkin.f. Lanjutkan sampai tidak ada urin yang
keluar. Catat keluaran urin, selidiki penurunan / penghentian aliran urin. Observasi dan catat warna
urin Ukur residu pasca berkemih setelah usaha mengosongkan kandung kemih, jika vol. residu urin
lebih besar dari 100 cc, jadwalkan program kateterisasi.2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.Kriteria
hasil : tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi daerah panggul.Intervensi1. Pantu haluaran
urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemihRas = untuk mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.2. Berikan analgetik sesuai kebutuhan dan
evaluasi keberhasilannya.Ras = analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri.3.
Berikan antibiotik, buat bervariasi sediaan minum, termasuk air segar di samping tempat tidur dan
pemberian air sampai 2400mL/hari.Ras = akibat dari peningkatan haluaran urine memudahkan
berkemih sering dan membantu membilas saluran perkemihan.4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin
akses ke kamar mandi, pispot tempat tidur. Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada
keinginan.Ras = berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari
pertumbuhan bakteri.3. Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomialKriteria hasil : berkemih
dengan urin jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis dalam batas normal, kultur urin menunjukkan tak
ada bakteri.Intervensi1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien
inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin.Ras = untuk mencegah kontaminasi uretra.2. Jika
dipasang kateter berikan perawatan kateter 2 kali per hari ( merupakan bagian dari waktu mandi pagi
dan pada waktu akan tidur dan setelah buang air besar).Ras = kateter memberikan jalan pada bakteri
untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.3. Ikuti kewaspadaan umum : cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan / kontak dengan cairan tubuh
atau darah.Ras = untuk mencegah kontaminasi silang.4. Kecuali dikontraindikasikan ubah posisi pasien
setiap dua jam dan anjurkan masukan cairan sekurang-kurangnya 2400 mL/hari. Bantu menglakukan
ambulasi sesuai dengan kebutuhan.Ras = untuk mencegah statis urine.5. Lakukan tindakan untuk
memelihara asam urine:a. Tingkatkan masukan sari buah berrib. Berikan obat-obat untuk meningkatkan
asam urine.Ras = asam urine menghalangi tumbuhnya kuman. Karena jumlah sari buah berri
diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari buah
dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.4. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d
kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di
rumah.Kriteria hasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana
pengobatan, tindakan perawatan diri preventif.Intervensi:1. Berikan informasi tentang sumber infeksi,
tindakan untuk mencegah penyebaran atau kekambuhan, penjelasan pemberian antibiotik yang meliputi
nama, tujuan, dosisi, jadwal dan catat efek sampingnya.Ras = pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.2.
Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi
tertulis untuk tindakan pencegahan.Ras = Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan.3.
Instruksikan pasien untuk menggunakan seluruh antibiotik yang diresepkan, minum sebanyak delapan
gelas per hari, khususnya air dan sari buah berri, dan segera memberitahu dokter bila diduga ada
infeksi.Ras = Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda mereda. Cairan menolong
membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urine.
Lingkungan asam membantu mencegah pertumbuhan bakteri. Deteksi dini memungkinkan pemberian
terapi antibiotik sebelum infeksi menyebar.5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah.Kriteria hasil : pasien akan menunjukkan
BB stabil / peningkatan mencapai tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda
malnutrisi.Intervensi:a. Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari, perhatikan
tingkat energi: kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan / anoreksiaRas =
memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/ dasar pasien dan
mempengaruhi pilihan intervensi.b. Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan BB saat
penerimaanRas = membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan
menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan/ penambahan BB.c.
Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.Ras =
mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual.
Diposting oleh Dafid.Stikes-Muhammadiyah-Pekajangan di 18:04 0 komentar
Askep Urolithiasis
ASUHAN KEPERAWATANPADA KLIEN DENGAN UROLITHIASISOleh : Dafid Arifiyanto, 2008
A. DEFINISIUrolithiasis adalah suatu kedaruratan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)
pada ureter atau pada daerah ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah,
demam, hematuria. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanging wanita dengan perbandingan 3:1
dalam usia 30-60 tahun. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.Vesikolithiasis (batu kandung
kemih) adalah terdapatnya batu di kandung kemih.Vesikolithiasis mengacu pada adanya batu/kalkuli
dalam vesika urinaria. Batu dibentuk dalam saluran perkemihan (vesika urinaria) ketika kepekatan
urine terhadap substansi, yaitu kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat mengalami peningkatan.Batu
perkemihan (urolithiasis) dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter,
kandung kemih), tapi yang paling sering ditemukan di dalam ginjal (nephrollihiasis). Kira-kira satu
pertiga dari individu yang menderita pada saluran kemih atas akan mengalami pengangkatan ginjal
yang dijangkiti.B. ETIOLOGITeori pembentukan batu:1). Teori inti (nukleus): kristal dan benda asing
merupakan tempat pengendapan kristal pada urin yang sudah mengalami supersaturasi.2) Teori
matrikMatrik organik yang berasal dari serum atau protein-protein urin memberikan kemungkinan
pengendapan kristal.3) Teori inhibitor kristalisasi: Beberapa substansi dalam urin menghambat
terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang atau absennya ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.Hampir
dari setengahnya kasus batu pada perkemihan adalah idiopatik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap kalkuligenesis atau proses pembentukan batu si dalam vesika urinaria, antara lain: Gangguan
aliran air kemih/obstruksi dan statis urin Gangguan metabolisme Infeksi saluran kemih oleh
mikroorganisme berdaya membuat urease( Proteus Mirabilis). Infeksi saluran kemih dapat
menyebabkan nekrosis jaringan ginjal atau saluran kemih lain (vesika urinaria) dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kemih. Benda asing Jaringan mati ( nekrosis papil) Jenis kelaminData
menunjukkan bahwa batu saluran kemih lebih banyak ditemukan pada pria. KeturunanTernyata
anggota keluarga dengan batu saluran kemih lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita
batu saluran kemih daripada yang lain. Air minumMemperbanyak diuresis dengan cara banyak minum
akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan bila kurang air minum menyebabkan
kadar semua substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu.
Kejenuhan air sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi
terbentuknya batu saluran kencing. PekerjaanPekerja-pekerja keras yang banyak bergerak seperti buruh
dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya batu saluran kemih bila dibandingkan dengan
pekerja yang banyak duduk. MakananMasyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditas batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi
rendah lebih sering terjadi. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur sering menderita batu
saluran kemih (vesika urinaria dab uretra). SuhuTempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan batu saluran
kemih.C. PATOFISIOLOGIBatu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, obstruksi
mungkin terjadi hanya parsial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang
disertai tanda-tanda dan gejala-gejalanya.Proses patofisiologisnya sifatnya mekanis. Urolithiasis
merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah, jaringan yang tidak vital,
tumor atau urat. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat intake cairan rendah dan juga peningkatan
bahan-bahan organik akibat ISK atau urin statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu. Di
tambah adanya infeksi meningkatkan ke basahan urin (oleh produksi amonium), yang berakibat
presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat.Komposisi kalkulus Renalis dan faktorfaktor yang mendorong adalah:NoKomposisi/macam batuFaktor-faktor pendukung/penyebab1Calcium
(oksalat dan fosfat)HiperkalsemiaHiperkasiuriDampak dari HiperparatiroidismeIntoksikasi Vitamin
DPenyakit Tulang yang parahAsidosis Tubulus RenalisIntake steroid purinePh urin tinggi dan volume
urine rendah2Asam urin (Gout)Diet tinggi purine dan ph urin rendahVolume urin rendah3Cystine dan
xanthineCystinuria dampak dari gangguan genetika dari metabolisme asam amino dan
xanthineuriaMekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
:a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi
pengendapan.b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.c.
Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan
terjadinya pengendapan.Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada
buli-buli lebih cepat tumbuhnya disbanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga tergantung dari
reaksi air seni, yaitu batu asam akan cepat tumbuhnya dalam urin dengan pH yang rendah. Komposisi
urin juga akan mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat zat-zat penyusun air seni yang relatif
tidak dapat larut. Hal lain yang akan mempercepat pertumbuhan batu adalah karena adanya
infeksi.Batu ginjal dalam jumlah tertentu tumbuh melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam
kaliks, yang sampai ke pyelum yang kemudian dapat berpindah ke areal distal, tetap tinggal atau
menetap di tempat dimana saja dan berkembang menjadi batu yang besar.D. PATHWAYPenurunan
intake cairanStatis urinInfeksi saluran kemihRenal/ginjalKonsentrasi larutan urinKristalisasi mineral
dari matriks seputarObstruksi sal kemih prsial/totalBatu
ginjal/urolithiasisUreter/ureterolithiasisVesikolithiasisauaretrolithiasisPerubahan pola eliminasi BAK
Operasi terbukaResti infeksiPort de entre mikroorganismeKurang informasiKurang pengetahuan ttg
kondisi penyakitnyaGgn rasa nyaman: nyerihipotalamusMerangsang nociseptorE. KOMPLIKASIJika
batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih,
pylonetritis, yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya
yang jauh lebih parah.F. MANIFESTASI KLINISa. Disamping adanya serangan sakit hebat yang
timbul secara mendadak yang berlangsung sebentar dan kemudian hilang tiba-tiba untuk kemudian,
timbul lagi, disertai nadi cepat, muka pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun atau yang
disebut kolik, dapat pula disertai rasa nyeri yang kabur berulang-ulang di daerah ginjal dan rasa panas
atau terbakar di pinggang yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Hematuri
dapat juga terjadi apabila terdapat luka pada saluran kemih akibat pergeseran batu.b. Bila terjadi
hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal. Urin yang keruh dan demam akan juga dialami penderita
batu ginjal. Demam menandakan infeksi penyerta. Jika terjadi penyumbatan saluran kemih
menyeluruh, suhu tubuh bisas mendadak tinggi berulang-ulang.c. Anuria akan terjadi jika ada batu
bilateral atau jika hanya ada satu ginjal penderita.G. PENGKAJIAN FOKUS1) Data SubjektifRasa
nyeri (kolik renal) merupakan gejala utama pada episode akut dari calculus renal. Lokasi rasa nyeri
tergantung kepada lokasi dari batu. Bila baru berada dalam piala ginjal, rasa nyeri adalah akibat dari
hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan, terutama timbul pada sudut
costovertebral. Bila batu berjalan di sepanjang ureter rasa nyeri menjadi menghebat dan sifatnya
intermiten. Disebabkan oleh spasme ureter akibat tekanan batu. Rasa nyeri menyelusuri jalur anterior
dari ureter turun ke daerah supra pubis dan menjalar ke eksternal genetalia. Seringkali batu diam-diam
dan tidak menimbulkan gejala-gejala selama beberapa tahun, dan ini sungguh-sungguh terjadi pada
batu ginjal yang sangat besar. Batu yang sangat kecil dan halus bisa berlalu tanpa disadari oleh
orangnya. Mual dan muntah sering menyertai kolik renal.2) Data ObjektifUrin dipantau tentang
terdapatnya darah. Gross hematuria/perdarahan segar bisa tejadi bila batu pinggir-pinggirnya runcing
dan juga bisa terjadi mikrohematuri. Bila diduga terdapat batu, semua urin bisa disaring untuk
menentukan terdapatnya batu yang bisa keluar waktu berkemih. Pola berkemih di catat, karena
berkemih sering tapi sedikit-sedikit sekali. Asiditas atau kalkalisan urin diperiksa dengan kertas
PH/kertas lakmus.H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI1. Gangguan rasa nyaman:
adanya rasa nyeri yang berlebihan pada daerah pinggang b.d adanya batu pada daerah yang sempit pada
ureter atau pada ginjal.Data penunjang: Letih yang berlebihan Lemas, mual, muntah, keringat dingin
Pasien gelisahTujuan:Rasa sakit dapat diatasi/hilang.Kriteria: Kolik berkurang/hilang Pasien tidak
mengeluh sakit Pasien dapat beristirahat dengan tenang.Rencana Tindakan Kaji intensitas, lokasi dan
area serta penjalaran dari rasa sakit Observasi adanya abdominal pain Jelaskan kepada pasien penyebab
dari rasa sakit Anjurkan pasien banyak minum Berikan posisi serta lingkungan yang nyaman Ajarkan
tehnik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine untuk menghilangkan rasa sakit tanpa obat-obatan.
Kerjasama dengan tim kesehatan: Pemberian obat-obatan narkotika Pemberian anti spasmotika2.
Perubaha pola eliminasi b.d adanya obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra.Data Penunjang:
Urine out put <> 120 x permenit Pernapasan > 28 x permenit Pengisian kapiler > 3
detikTujuan:Gangguan perfusi dapat diatasiKriteria: Produksi urine 30-50 cc perjam Perifer hangat
Tanda-tanda vital dalam batas normal Pengisian kapiler < 3 detikRencana Tindakan- Observasi tandatanda vital- Observasi produksi urine setiap jam- Observasi perubahan tingkat kesadaran- Kerjasama
dengan tim kesehatan:- Pemeriksaan laboratorium: kadae ureum/kreatinin, Hb, Urine HCT3. Kurang
pengetahuan tentang kondisi penyakitnya b.d kurang informasi Data penunjang:Pasien menyatakan
belum memahami tentang penyakitnyaPasien kurang kooperatif dalam program pengobatanTujuan
:Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkatKriteria : Pasien memahami tentang proses
penyakitnya Diskusikan tentang proses penyakitnyaRencana Tindakan :- Kaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga- Beri kesempatan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannyaDiskusikan pentingnya pemasukan cairan- Anjurkan pasien minum air putih 6-8 liter perhari selama
tidak ada kontra indikasi- Batasi aktifitas fisik yang berat- Diskusikan pentingnya diet rendah kalsiumKerjasama dengan tim kesehatan: Diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat Pemberian
ammonium chlorida dan mandelamine4. Resti infeksi berhubungan dengan port de entre
mikroorganisme melalui luka operasi.Tujuan :Tidak terjadi infeksiKriteria hasil : Meningkatkan waktu
penyembuhan dengan tepat, bebas dari drainase purulen/eritema, dan tidak demam Menyatakan
pemahaman penyebab faktor resiko Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk menurunkan
resikoIntervensi:- Catat karakteristik urine, dan perhatikan apakah perubahan berhubungan dengan
keluhan nyeri pinggul.- Tes pH urine dengan kertas Nitrazin- Laporkan penghentian aliran urin tibatiba.- Observasi dan catat drainase luka, tanda inflamasi insisi, indikator sistemik sepsis.- Ganti balutan
sesuai indikasi, bila memakai.- Kaji area lipatan kulit di paha, perineum- Awasi tanda vital
Diposting oleh Dafid.Stikes-Muhammadiyah-Pekajangan di 18:00 0 komentar
Label: Batu Saluran Kemih
Askep Klien BPH
pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air,
elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang
progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan
natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan
hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada
traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian
detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih
tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang
tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos
keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan
sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang
apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas.E. PATHWAYObstruksi uretraPenumpukan urin dlm
VUPembedahan/prostatektomiKompensasi otot destrusorSpasme otot spincterMerangsang
nociseptorHipotalamusDekompensasi otot destrusorPotensi urinTek intravesikalRefluk urin ke
ginjalTek ureter & ginjal meningkatGagal ginjalRetensi urinPort de entre
mikroorganismekateterisasiLuka insisiResiko disfungsi seksualNyeriResti infeksiResiko kekurangan
vol cairanResiko perdarahan: resiko syok hipovolemikHilangnya fungsi tbhPerub pola eliminasiKurang
informasi ttg penyakitnyaKurang pengetahuanHyperplasia periuretralUsia lanjutKetidakseimbangan
endokrinBPHF. MANIFESTASI KLINISWalaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada
orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1.
Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih
menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda
yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau
lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah terutama malam
hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi
(disuria)g. Massa pada abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan
mendadak untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat
badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat
berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih,
maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.G. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIKPada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan:1.
LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin2.
RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos
abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat
dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk
mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa
urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong,
1997).3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula
prostat.4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui
perineum.H. KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi
kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu
terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan PielonefritisI.
FOKUS PENGKAJIANDari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post
Prostatektomi dapat penulis kelompokkan menjadi:a) Data subyektif:- Pasien mengeluh sakit pada luka
insisi.- Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.- Pasien selalu menanyakan
tindakan yang dilakukan- Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.b) Data Obyektif:- Terdapat
luka insisi- Takikardi- Gelisah- Tekanan darah meningkat- Ekspresi w ajah ketakutan- Terpasang
kateterJ. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme
otot spincter2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder3.
Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh4. Potensial terjadinya infeksi
berhubungan dengan port de entre mikroorganisme melalui kateterisasi5. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.K. RENCANA
KEPERAWATAN1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincterTujuan:
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan
secara adekuat.Kriteria hasil:- Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang Pasien dapat beristirahat dengan tenang.Intervensi:a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi
dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening
mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)c. Beri ompres hangat pada abdomen terutama
perut bagian bawahd. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan perawatan aseptik
terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin
berhubungan dengan obstruksi sekunder.Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien
tidak mengalami retensi urinKriteria: Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung
kemih.Intervensi:a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik sterilb.
Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutupc. Observasi adanya
tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea)d. Mempertahankan
kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran
urin serta adanya bekuan darah atau jaringane. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan
setiap 2 jam (mulai hari kedua post operasi)f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan
asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal
(kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.3.
Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi, hilangnya fungsi
tubuhTujuan: Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi
seksualnyaKriteria hasil: Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan
aktivitas secara optimal.Intervensi:a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang
berhubungan dengan perubahannyab. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepatc. Beri
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek prostatektomi dalam fungsi
seksuald. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksuale. Beri penjelasan
penting tentang:i. Impoten terjadi pada prosedur radikalj. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali
normalk. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan seksual selama
1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre
ikroorganisme melalui kateterisasiTujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas
dari infeksiKriteria hasil:a. Tanda-tanda vital dalam batas normalb. Tidak ada bengkak, aritema, nyeric.
Luka insisi semakin sembuh dengan baikIntervensi:a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan
steril.b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)c.
Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainaged. Monitor balutan
luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressinge. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi
lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang penyakit, perawatannyaTujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hariKriteria
: Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan
perawatanIntervensi:a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang
penyakit, perawatb. Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:a. Perawatan luka, pemberian
nutrisi, cairan irigasi, kateterb. Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi, infeksi
sistogram.4. Ruptur buli-buli- Ruptur kandung kemih intraperitoneal dapt menimbulkan gejala dan
tanda rangsang peritoneum termasuk defans muskuler dan sindrome ileus paralitik.- Ruptur
ekstraperitoneal saluran kemih dapat menimbulkan gejala dan tanda infiltrasi urin retroperitoneal yang
mudah menimbulkan septisemia.5. Trauma uretra- Pada ruptur uretra posterior, terdapat tanda patah
tulang pelvis.- Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas, hematom dan nyeri
tekan.- Terdapat tetes darah segar di meatus uretra- Bila terjadi ruptur uretra total, penderita mengeluh
tidak bisa buang air kecil.- Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena
edema atau bekuan darah.- Abses periuretral atau sepsis mengakibatkan demam.6. Trauma Penis- Pada
luka tembak tampak luka compang-camping, cedera daerah sekitarnya, jaringan nekrotik, perdarahan
serta amputasi penis.- Luka oleh benda tajam biasanya disertai perdarahan yang banyak, renjatan,
pinggir luka tajam, atau amputasi penis.- Pada luka avulsi akibat mesin, kulit penis dan skrotum
terlepas.- Pada strangulasi tampak bekas jepitan pada penis akibat kateter kondom atau balutan yang
terlalu ketat.- Pada cedera setelah aktivitas seksual tampak penis bengkok dan hemaotom pada penis
dan skrotum.7. Trauma testis- Pada luka tembak, cedera ekstensif, luka compang-camping dan terdapat
jaringan nekrosis serta cedera ikutan pada daerah sekitarnya.- Pada rudapaksa tumpul, besarnya
pembengkakan skrotum dan ekimosis bisa berbeda.- Cedera akibat rudapaksa tajam segera setelah
trauma biasanya penderita mengeluh sakit, mual, muntah, kadang sinkop.- Terdapat tanda cairan atau
darah di dalam skrotum.- Ditemukan testis yang membesar dan nyeriE. Penatalaksanaana. Trauma
ginjal Istirahat baring, sekurang-kurangnya sampai seminggu setelah hematuri berhenti, mobilisasi
dilakukan bertahap, bila kemudian hematuri timbul lagi, penderita diistirahatkan lagi. Perhatikan
tanda vital dengan ketat. Amati pembesaran tumor di daerah pinggang dan nilai Ht untuk menduga
pendarahan. Hematom di pinggang dapat mencapai 1-2 liter. Awasi hematuri dengan menampung urin
tiap 3 jam dan dideretkan pada rak, bila perdarahan berhenti maka tabung-tabung akhir berwarna makin
coklat, bila tetap/makin rendah, perdarahan tetap berlangsung. Antibiotik spektrum luas selama 2
minggu, karena bekuan darah sekitar ginjal dapat merupakan tempat berkembangnya bakteri. Bila
telah diyakini dapat ditangani secara konservatif, penderita dapat diberi minum banyak untuk
meningkatkan diuresis sehingga bekuan darah dalam ginjal cepat keluar. Bila perdarahan terus
berlangsung dan keadaan umum memburuk, pikirkan tindakan bedah. Tergantung pada kelainan yang
dijumpai dapat dilakukan penjahitan, nefrektomi parsiil atu total.b. Trauma buli-buli- Istirahat baring
sampai hematuri makriskopik hilang.- Minum banyak untuk meningkatkan diuresis. Bila penderita
dapat miksi dengan lancar berarti tidak ada ruptur buli-buli ataupun uretra.- Bila hematuria berat dan
menetap sampai 5-6 hari pasca trauma, buat sistrogram untuk mencari penyebab lain.- Obat- obatan :
Antibiotik: Ampisilin 4x 250-500 mg/ hari per oral. Hemostatik: Adona AC- 17 per oralc. Ruptur bulibuliPada jenis ekstraperitoneal akan timbul benjolan yang nyeri dan pekak pada perkusi di daerah
suprapubik akibat masuknya urin ke kavum Retzii. Benjolan ini sukar dibedakan dari hematom akibat
patah tulang pelvis yang sering menyertai. Patah tulang pelvis dapat diketahui bila terasa nyeri waktu
diadakan penekanan pada kedua krista iliaka.Bila dalam 24 jam nyeri di daerah suprapubik makin
meningkat di samping adanya anuri, diagnnosa ruptura buli-buli ekstraperitoneal dapat dibuat. Pada
jenis intraperitoneal, urin masuk ke rongga perut sehingga perut makin kembung dan timbul tanda
rangsang peritoneum. Mungkin juga terdapat nyeri suprapubik, tetapi tak terdapat benjolan dan perkusi
pekak.Pemeriksaan Pembantu:1. Tes Buli- buli Buli- buli dikosongkan dengan kateter, lalu
dimsukkan 300 ml larutan garam faal yang sedikit melebihi kapasitas buli- buli. Kateter di klem
sebentar, lalu dibuka kembali, cairan yang keluar diukur kembali. Bila selisihnya cukup besar mungkin
terdapat ruptur buli- buli.Kekurangan dari tes ini adalah: Hasil negatif palsu bil daerah ruptura
tertutup bekuan darah, usus atau omentum. Hasil positif palsu bila muara kateter terlalu tinggi atau
kateter tersumbat bekuan darah sehingga selisih cairan tak bisa keluar. Sukar membedakan jenis
ekstraperitoneal dengan intraperitoneal Bahaya infeksi dan peritonitis bila ada ruptur jenis
intraperitoneal.F. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI1. Gangguan rasa nyaman:
adanya rasa nyeri yang berlebihan pada daerah pinggang b.d adanya trauma pada ureter atau pada
ginjal.Data penunjang: Letih yang berlebihan Lemas, mual, muntah, keringat dingin Hematoma,
hematuri makroskopis/mikroskopisTujuan:Rasa sakit dapat diatasi/hilang.Kriteria: Kolik
berkurang/hilang Pasien tidak mengeluh sakit Pasien dapat beristirahat dengan tenang.Rencana
Tindakan Kaji intensitas, lokasi dan area serta penjalaran dari rasa sakit Observasi adanya abdominal
pain Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit Anjurkan pasien banyak minum Berikan posisi
serta lingkungan yang nyaman Ajarkan tehnik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine untuk
menghilangkan rasa sakit tanpa obat-obatan. Kerjasama dengan tim kesehatan: Pemberian obat-obatan
narkotika Pemberian anti spasmotika2. Resiko deficit volume cairan b.d perdarahan saluran
kemihTujuan :cairan tubuh tetap seimbangKriteria :- Vital signs dalam batas normal- Tidak terdapat
hematuri- Pemeriksaan laboratorium hematologis dalam batas normal (Hb, ht)Intervensi :- Atur posisi
tidur klien (pre Syok)- Monitor TTV- Monitor urin output- Berikan cairan oral untuk meningkatkan
deuresis- Kerjasama dengan tim kesehatan :- Antibiotik- Hemostatik- PembedahanTRAUMA
UROGENITALSecara anatomic organ uro-genital (Kauai genetalia eksterna) terletak di rongga
ekstraperitoneal, sehingga terlindung oleh organ-organ lain jika mendapat benturan dari luar. Oleh
karena itu jika didapatkan cedera organ urogenital, harus dipertimbangkan pula kemungkinan adanya
kerusakan organ lain yang mengelilinginya.Kaidah di dalam trauma urogenital : Pada trauma tajam
(Tusuk/tembak) harus difikirkan untuk kemungkinan melakukan eksplorasi, tetapi Trauma tumpul
sebagian besar hampir tidak diperlukan tindakan operasi. Gejala penting trauma urogenital adalah
didapatkannya hematuri setelah trauma ginjal.A. Trauma GinjalGinjal terletak di rongga peritoneum
dan terlindung oleh otot-otot punggung di sebelah posterior dan oleh organ-organ intraperitoneal di
sebelah anteriornya, oleh Karena itu cedara ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ-organ yang
mengitarinya.Cedera ginjal dapat terjadi secara:1. Langsung akibat benturan yang langsung ,mengenai
daerah pinggang atau2. Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal
secara tiba-tiba di dalam rongga peritoneum. Sedangkan jenis perlukaan yang mengenai ginjal dapat
merupakan luka tumpul, luka tusuk atau luka tembak.3. Goncangan ginjal di dalam rongga
retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika inima
arteri renalis. Robekan ini akan terus memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya
dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya.Cedera ginjal dapat dipermudah
jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal antara lain hidronefrosis, kista ginjal atau tumor
ginjal.Klasifikasi Trauma GinjalMenurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal
dibedakan dalam 3 jenis seperti pada gambar () yaitu:1. Cedera minor yang terdiri atas kontusio ginjal
dan laserasi minor perenkim ginjal.2. Cedera major yang terdiri atas laserasi major (yaitu terjadinya
kerusakan pada sistem kaliks) dan fragmentasi parenkim ginjal.3. Cedera pedikel ginjal yaitu cedera
pembuluh darah yang merawat ginjal.Penentuan berat ringannya trauma ginjal ditentukan melalui
pemeriksaan yang berurutan dan sistematik yang dikenal sebagai staging trauma ginjal. Pemeriksaan
ini meliputi pemeriksaan klinik, laboratorium dan pencitraan.DiagnosisPatut dicurigai adanya cedera
pada ginjal jika didapatkan:a. Trauma didaerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut
bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu.b. Hematuric. Fraktur
kosta sebelah bawah atau fraktur prosesus spinosus vertebrae.Gambaran klinik yang ditunjukkan oleh
pasien trauma ginjal sangat bervariasi tergantung pada deraJat trauma dan ada atau tidaknya trauma
pada organ lain yang menyertainya. Perlu ditanyakan mekanisme cedera untuk memperkirakan luas
kerusakan yang terjadi.Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah
pinggang, terlihat jelas berupa ekimosis dan terdapat hematuri makroskopik ataupun mikroskopik.
Sedangkan pada trauma major atau ruptur pedekel seringkali pasien datang dalam keadaan syock berat
dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini
mungkin pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan PIV karena usaha untuk memperbaiki
hemodinamik seringkali tidak membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup
deras. Untuk itu harus segera dilakukan ekplorasi laparotomi untuk menghentikan
perdarahan.TRAUMA PADA SALURAN KEMIH BAGIAN BAWAHTrauma pada saluran kemih
bagian bawah yang tersendiri adalah jarang. Kebanyakan pasien mengalami cidera lainya seperti cedera
pelvis atau abdominal. Pada pasien yang menunjukkan cidera saluran kemih bagian masalah berikut
sering dihadapi.Urethra pria dibagi menjadi dua bagian yg utama, uretra anterior adalah bagian distal
dari diafragma urogenitalis, dan uretra posterior adalah proximal terhadap diafragma urogenitalis dan
termasuk bagian membranosa dan prostatik. Trauma tumpul adalah penyebab utama cedera uretra
posterior. Fraktur pelvis ada pasda lebih dari 95% kasus, tumbukan akibat trauma menimbulkan
kekuatan yang merobek uretra yang menyebabkan ruptur pada tingkat diafragma urogenitalis. Straddle
injury, penyebab ruptur uretra anterior yg paling sering, terjadi ketika jatuh atau ketika objek tumpul
menumbuk daerah perineum dan scrotal, merusakkan uretra. Urethra wanita hampir jarang terkena
trauma yg signifikan karena ukurannya yg pendek.Tanda diagnostik cedera uretra adalah darah pada
meatus uretra. Kesalahan diagnosis yg paling sering adalah tidak melihat meatus selama pemeriksaan
awal pada tiap pasien yg terkena trauma. 80-90 persen pasien dengan cedera uretra tampak dengan
adanya darah di meatus. Hematoma scrotal dan perineum juga terlihat. Pemeriksaan rectal dapat
menolong untuk menentukan apak prostat terfiksasi secara normal atau terpisah dan mengambang
(floating).Jika darah terlihat pada meatus uretra atau jika kateter tidak dapat dimasukkan dengan
mudah, uretrogram harus dilakukan. Adanya ekstravasasi pada tingkat cedera mengharuskan konsultasi
urology dan bedah. Kateter uretra tidak boleh dimasukkan pada pasien yang diketahui mempunyai
cedera uretra, karena dapat menyebabkan laserasi yang inkomplit menjadi sobekan yang komplit dan
menyebabkan inefeksi ke dalam hematoma.Pengobatan awal cedera uretra adalah drainase sistotomi
suprapubik, sebaiknya dilakukan dalam ruang operasi dengan pemasangan kateter sistotomi secara
bedah. Semua pasien ini harus dirawat di rumah sakit untuk stabilisasi dan observasi.Cedera besar yang
paling sering terjadi pada penis adalah penile fracture. Hal ini hanya dapat terjadi pada penis yang
ereksi dan berhubungan dengan sexual intercourse atau foreplay. Regangan yang tidak biasanya pada
batang penis bisa meuyebabkan laserasi tranversal dari tunica albiginea, biasanya pada dasar penis.
Ruptur uretra dapat terjadi pada 20 % kasus. Pemeriksaan menemukan hematoma yang besar pada
penis, biasanya mengenai keseluruhan batang penis. Pasien dengan ruptur uretra menunjukkan
discharge yang berdarah pada meatusnya.Uretrogram harus dilakukan pada semua pasien untuk
menyingkirkan ruptur uretra dan melakukan konsultasi urologis yang tepat, karena perbaikan secara
bedah harus dilakukan secara tepat.Kejadian traumatic (penyerangan, kontak dalam olahraga,
kecelakaan sepeda dan sepeda motor) adalah mekanisme yang utama untuk terjadinya cedera pada
testes.Pasien-pasien tersebut mungkin memperlihatkan hematoma yang massif pada skrotumnya yang
menyebabkan palpasi testes menjadi sulit. Rasa nyeri yang nyata pada testes yang terkena, bahkan pada
keadaan tidak terdapatnya hematoma harus menyebabkan dokter mencurigai ruptur testis.Sonografi
adalah tes diagnostik yang terpilih. Karakteristik pola sonografi adalah perubahan ekogenisitas
diseluruh parenkim terstis yang terkena Karena pengumpulan hematoma dan parenkim yang
keluar.Perbaikan bedah yang cocok diindikasikan pada tiap kasus ruptur testes. Pada kasus dimana
hematoma tidak berhubungan dengan ruptur testis, drainase dapat menurunkan angka keseakitan.Pasien
dengan hematoma yang kecil tanpa ruptur testes dapat dipulangkan dan dinasehatkan untuk tetap
beristirahat di tempat tidur dengan meninggikan skrotum. Jika pasien dirawat jalan, dukungan pada
skrotum dan follow-up urologis harus dilanjutkan untuk menyakinkan perbaikan trauma
Diposting oleh Dafid.Stikes-Muhammadiyah-Pekajangan di 17:46 0 komentar
Air Susu Ibu Vs Susu Bayi Sapi
Pilih !!! Air Susu Ibu (ASI) apa Susu Bayi SapiDafid Arifiyanto, 2008
Pada Pekan ASI Sedunia ke-25 tanggal 1-7 Agustus 2006 dengan tema Code Watch, 25 Years of
Protecting Breastfeeding atau Peringatan Kode Internasional, 25 Tahun Melindungi ASI. Menurut
Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K), Sasaran Pembangunan Kesehatan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) 2005-2009 adalah menurunkan prevalensi gizi
kurang pada balita dari 25,8% pada tahun 2005 menjadi setinggi-tingginya 20% pada tahun 2009.
Karena itu dalam rangka pencepatan penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk diperlukan upaya
terobosan yang bersifat nasional untuk menggerakkan seluruh masyarakat Indonesia terutama ibu-ibu
dengan dukungan suami dan keluarga dalam memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan kepada
bayinya.Kegiatan ini di Indonesia diwujudkan menjadi Bulan ASI Nasional berupa Kampanye Satu
Bulan meningkatkan kesehatan dan gizi anak yang juga dirangkaikan dengan peringatan satu tahun
penandatanganan nota kesepakatan damai (MoU) antara Pemerintah RI-GAM di Helsinki, 15 Agustus
2005. Kegiatan ini diharapkan menyemangati pembuat keputusan di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota, dalam membuat kebijakan yang mendukung ASI serta melakukan pengawasan
terhadap promosi susu formula.Secara nasional, diketahui bahwa hanya 40 persen ibu memberi ASI
kepada bayi mereka, sementara menurut penelitian Kesehatan Indonesia tahun 2002 disebutkan bahwa
balita Indonesia hanya diberi ASI selama kurang dari dua bulan.ASI merupakanan makanan terbaik
bagi bayi, tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satu pun ma
a
http://silylpion.blogspot.com/2008_04_01_archive.html