Professional Documents
Culture Documents
2. Etiologi
Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernapasan atas, otitis medis, pneumonia, gastroenteritis, ISK.
Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang
tidak begitu terlalu tinggi dapat menyebabkan kejang.
C. Manifestasi Klinik
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi sperti
mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan
berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Hipertermi
Resiko cidera
Kejang
D. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Memonitor demam
b. Menurunkan demam : kompres hangat
c. Segera memberikan oksigen bila terjadi kejang
d. Mengelola antipiretik, antikonvulsan
e. Suctioning
2. Medik
a. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang klien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan nafas harus
bebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,
tekanan darah, suhu, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi
diturunkan dengan kompres dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5
mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu
sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam
intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit, gunakan diazepam intra
rectal 5 mg (BB < 10 kg) atau 10 mg (BB> 10 kg). Bila kejang tidak berhenti
dapoat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan
fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1
mg/KgBB/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan
dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi
vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital
diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan 1
tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat
jam kemudian berikan feobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan
dosis 8-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya
dengan dosis 4-5 mg/kg BB/hari di bagi 2 dosis. Selama keadaan belum
membaik, obat diberikan secara suntikan
Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200 mg/hari. Efek sampingnya
adalah hipotensi, penurunan kesadaran, dan depresi pernafasan.
Profilaksis intermiten
Diberikan diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5
waktu anak demam dengan diazepam oral atau rtektal tiap 8 jam di samping
antipiretik.
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur, alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian) :
demam, iritabel, menggigil, kejang)
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita klien saat
masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh klien) : pernah kejang dengan atau tanpa
demam ?
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak) : orang tua, saudara kandung pernah kejang ?
5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?
6) Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan,
panjang badan, usia)
2) Pemeriksaan persistem
a)
b)
c)
d)
e)
Sistem gastrointestinal :
Mulut : membran mukosa lembab / kering
Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi
Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau,
konsistensi, darah, melena
f)
g)
F. Rencana Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Hipertermi
b.d, Setelah
dilakukan
pening-katan
tindak-an
perawatan
metabolik, viremia
selama X 24 jam
suhu badan pasien
Batasan karakteristik normal,
dengan
:
kriteria :
- Suhu tubuh >
nor-mal
Termoregulasi (0800)
Intervensi
Mengatur Demam (3900)
1. Monitor
suhu
sesuai
kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi
dan respirasi
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan tanda
dan gejala hipertermi
Kejang
Takikardi
Respirasi
meningkat
Diraba hangat
Kulit memerah
2. Gunakan
sabun
untuk
mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah me-lakukan kegiatan
perawatan klien
4. Ganti tempat infuse dan
bersihkan
sesuai
dengan
SOP
5. Berikan perawatan kulit di
area yang odem
6. Dorong klien untuk cukup
istirahat
7. Lakukan pemasangan infus
dengan teknik aseptik
8. Anjurkan
klien
minum
antibiotik sesuai advis dokter
2.
...x
perawat
mengatasi
mengurangi
kejang
24
jam
akan
ya,
dan
beri-tahu
pengamanan
episode
tindakan
untuk
diambil
Bila
aktivitas
terjadi,
kejang
observasi
dan
b. Jenis
gerakan,
bagian
ukuran pupil
dan posisi
d. Inkontinensia
urine
atau
feses
e. Durasi
f.
Ketidaksadaran
(durasi)
paralisis
kejang,
kejang
pasca-taktile)
aktivitas
membantu
kejang
tidur
(periode
(progresi
dapat
dalam
mengidentifikasi
fokus
4.
tindakan
untuk
menjamin
ventilasi
adekuat
(misal-nya
dengan
klonik
kuat
dapat
Pemasukan
paksa
jalan
dapat
menyebabkan cidera)
5.
mencegah
Jangan
coba
cidera.
membatasi
du-duk,
bantu
kejang
letakkan
klien
telah
pada
teratasi
posisi
mengalami
amnesia,
orient-tasi
ulang
akan
membantu
klien
untuk
kejang
umum,
jika
diperlukan
c. Berikan
oksigen
melalui
kanul nasal
d. Awali
untuk
pemberian
infus
10.
kain
(sebagai
tindakan
hati-hati
un-tuk
3.
kebu-tuhan
tehnik
Ngt
Penurunan
kesadaran
Gangguan
menelan
Produksi secret
me-ningkat
Dispneu
Respirasi
dalam
rentang normal
Ritme dalam batas
normal
Ekspansi
dada
simetris
Tidak ada sputum
Tidak
ada
penggunaan otototot tambahan
Tidak ada retraksi
dada
Tidak
ditemukan
dispneu
Dispneu
saat
aktivitas
ti-dak
ditemukan
Napas
pendekpendek
ti-dak
ditemukan
Tidak
ditemukan
taktil fremitus
Tidak
ditemukan
suara
napas
tambahan
apnoe
5. Dengarkan suara napas : catat
area
yang
ventilasinya
menurun / tidak ada dan catat
adanya suara tambahan
6. K/p
suction
dengan
mendengarkan suara ronkhi
atau krakles
7. Monitor peningkatan gelisah,
cemas, air hunger
8. Monitor kemampuan klien
untuk batuk efektif
9. Catat karakteristik dan durasi
batuk
10. Monitor secret di saluran
napas
11. Monitor adanya krepitasi
12. Monitor hasil roentgen thorak
13. Bebaskan jalan napas dengan
chin lift atau jaw thrust bila
perlu
14. Resusitasi bila perlu
15. Berikan terapi pengobatan
sesuai advis (oral, injeksi, atau
terapi inhalasi)
Respiratory status :
gas ekchange (0402)
- Status
mental
dalam batas normal
- Bernapas dengan
mudah
- Gelisah
tidak
ditemukan
- Tida ada sianosis
- Tidak
ada
somnolent
4
5
6
7
8
9
Pencegahan kejang
1. Sediakan tempat tidur yang
bisa diatur rendah-tinggi, bila
perlu.
2. Temani klien selama melakukan
aktivitas diluar rumah sakit, bila
perlu
3. Monitor regimen terapi
4. Monitor pemenuhan medikasi
antiepilepsi.
5. Instruksikan keluarga / orang
terdekat untuk melaporkan
medikasi dan aktivitas kejang
yang terjadi.
6. Ajarkan pada klien tentang
medikasi dan efek sampingnya.
7. Monitor
tingkat
obat
antiepilepsi, bila perlu
8. Sediakan suction, ambubag,
nasopharyngeal
airway
disamping tempat tidur.
9. Pasang side rail tempat tidur.
10.Ajarkan orang tua untuk
mengenali faktor pemicu.
5
Perfusi
jaringan
serebral tak efektif
b.d.
hipovolemia,
gangguan
aliran
vena dan arteri.
Setelah
dilakukan Peningkatan perfusi cerebral :
tindakan keperawatan 1. Mengkonsultasikan
dengan
selama X 24 jam
dokter
untuk menentukan
perfusi
jaringan
parameter
hemodinamik
serebral
efektif,
(volume perfusi darah, nadi,
dengan criteria :
respirasi,
kesadaran,
perdarahan), dan mengelola
Perfusi jaringan
parameter tersebut dalam
cerebral
batas normal
2.
Kelola / kolaborasi obat
- Fungsi neurology
vasoaktif, untuk mengatur
- Tekanan
hemodinamik
intrakranial da-lam
3. Monitor prothrombin, partial
batas normal
thromboplastin.
- Tak
ada
sakit
4.
Atur serum glukosa dalam
kepala
batas normal
- Tak ada bunyi bruit
5.
Jaga hematokrit pada rentang
carotis
33% untuk terapi hemodilusi
- Tak gelisah
hipervolemia.
- Tak ada agitasi
6.
Monitor tanda perdarahan,
- Tak ada muntah
status neurologi-kesadaran
- Tak ada sinkope
7. Monitor
tanda
overload
cairan.
Status neurology :
8. Monitor intake dan out put
kesadaran
- Membuka
mata
terhadap stimulasi Monitoring Neurologik :
1. Monitor ukuran pupil, bentuk,
eksternal
kesimetrisan, dan reaktivitas.
- Orientasi cognitif
6.
Kecemasan (orang
tua,
anak)
b.d.
ancaman perubahan
status kese-hatan,
krisis situasional
Komunikasi sesuai
situasi
Mematuhi perintah
Berespon (gerak)
terhadap stimulus
yang
berbahaya
(nyeri).
Mengikuti terhadap
stimulus
dari
lingkungan
Tak ada kejang
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama X 24 jam
kecemasan orang tua
berkurang / hilang,
dengan criteria :
Mengotrol cemas
Klien/keluarga
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas.
Mengidentifikasi
, mengungkapkan,
dan menunjukkan
teknik
untuk
mengontrol cemas
Vital sign (TD,
nadi,
respirasi)
dalam
batas
2.
3.
4.
5.
normal
Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
bahasa tubuh, dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
Menunjukkan
peningkatan
konsentrasi
dan
akurasi
dalam
berpikir
keperawatan
8.
Lakukan massage pada
leher dan punggung, bila
lperlu
9.
Bantu pasien mengenal
penyebab kecemasan
10.
Dorong
pasien/keluarga
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
tentang penyakit
Instruksikan pasien/keluarga
menggunakan teknik relaksasi
(sepert tarik napas dalam,
distraksi, dll)
Kolaborasi pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
-
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI
Jakarta,
Helen Lewer (1996), Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC
Jakarta,
Judith M. Wilkinson (2005), Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey,
Tempat praktek
Tanggal pengkajian
: 30 September 2008
Tanggal praktek
I. IDENTITAS DATA
Nama
: An P
No. RM
: 356814
Usia
: 2 tahun 4 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku bangsa
: Jawa/ Indonesia
II.
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Tn Yuli S.
Pekerjaan
: Buruh
Pendidikan
: SMP
Alamat
Diagnosa medis
: KDS
KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengeluh anaknya panas tidak turun-turun, susah makan dan minum
karena terdapat luka bekas gigitan di lidah, serta ibu sangat kawatir jika terjadi apaapa dengan anaknya
Saat persalinan
: matur
: Pervagina normal
Tempat melahirkan
: Rumah Sakit
Postnatal
Usaha nafas
: tanpa bantuan
Tangis bayi
: tidak ada
: Tidak pernah
: Disangkal
BCG
Polio
DPT
Campak
h. Pengobatan
V.
RIWAYAT PERTUMBUHAN:
- Memegang benda pada umur 2 bln
- Memindah benda pada umur 4 bulan
- Mengoceh pada umur 2 bulan
- Telungkup padaumur 2 bulan
- Miring pada umur 3 bulan
- Duduk pada umur 5 bulan
- Merangkak padaumur 9 bulan
- Berjalan pada umur 13 bulan
: Baik
c. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik, anak paling dekat dengan ibu.
d. hubungan dengan teman sebaya
: Baik
Keterangan:
: Laki-laki / Perempuan
: Pasien
: Garis keturunan
: Garis pernikahan
: Tinggal 1 rumah
IX. POLA KESEHATAN
a. pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Jika anggota keluarga sakit berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
ke puskesmas terdekat, orang tua pasien mengatakan bingung harus berbuat apa
ketika pasien kejang
b. Nutrisi (makanan dan cairan)
Sebelum sakit pasien makan bubur roti/nasi/SGM 3 x 1 porsi, minum susu dan air
putih kurang lebih 1500cc/hari. Sesudah sakit pasien sulit makan dan minum.
c. Aktifitas
Sebelum sakit pasien bermain seperti biasanya, selama sakit pasien tidur
terlentang ditempat tidur.
d. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit anak istirahat dan tidur selama 9 jam. Selama sakit tidur pasien
sering terbangun.
e. Eleminasi
Sebelum sakit BAB 1-2 hari sekali, konsistensi padat, warna kuning, bau khas.
BAK 6-7 x/hari warna kuning jernih, bau khas. Selama sakit pasien belum BAB
dan sudah BAK 1x selama di rmah sakit dengan warna kuning jernih, bau khas.
f.
Pola hubungan
Kurang kooperatif dengan dokter dan perawat terkesan takut. Hubungan dengan
pasien lain baik.
g. Koping
Anak sering menangis jika didekati perawat dan selalu minta digendong ibunya
sambil menyembunyikan wajah.
i.
j.
Konsep diri
Ibu menyatakansaya ingin anaknya cepat sembuh dari penyakitnya.
k. Seksual
perempuan
l. Nilai : Orang tua menganut agama islam.
X. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum :sedang, Kesedaran : compos mentis, N : 100x/ mnt, RR :
26x/mnt, Suhu : 38,40C, BB: 9,7 kg, TB: 83 cm
b. Kepala
c. Rambut
d. Mata
e. Hidung
f. Mulut
g. Telinga
h. Leher
i. Dada
j. Abdomen
m. Ekstremitas : Akral hangat, nadi perifer kuat, terpasang infus D5% 5tpm di
tangan kiri sejak 06.00 tanggal 30-09-2008, kondisi baik, phlebitis (-), edema (-)
n. Neurologi
Masalah
Hipertermi
DS:
Kejang
- Orang tua mengatakan 1 HSMRS
pasien panas dan kejang 3 kali
DO:
- Suhu badan 38,40C
- Nadi 100x/menit
- Respirasi 26x/menit
- Teraba hangat daerah kepala
DS:
Cemas orang tua
- ibu sangat kawatir jika terjadi apaapa dengan anaknya
- orang tua pasien mengatakan
bingung harus berbuat apa ketika
pasien kejang
DO:
- Ibu pasien selalu menanyakan
kondisi anaknya
- Ekpresi wajah ibu cemas/kawatir
Nilai normal
P; 12-16
Anak: 9-12
2-4
0-1
2-5
51-67
20-35
4-8
P : 4,0-5,0
140-150
36-46
Etiologi
peningkatan
metabolik
Hipertermi
Krisis situasi
(perubahan status
kesehatan anak)
Intervensi
NIC
Mengatur Demam
1. Monitor
suhu
sesuai
kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi
dan respirasi
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan tanda
dan gejala hipertermi
5. Anjurkan intake cairan dan
nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan
klien
bagaimana
mencegah panas yang tinggi
7. Berikan
antipiretik sesuai
advis dokter
Mengobati Demam
1. Monitor
suhu
sesuai
kebutuhan
2. Monitor IWL
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi
dan respirasi
5. Monitor derajat penurunan
kesadaran
6. Monitor kemampuan aktivitas
7. Monitor leukosit, hematokrit,
Hb
8. Monitor intake dan output
9. Monitor
adanya
aritmia
jantung
10. Dorong peningkatan intake
cairan
11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan sirkulasi udara
dengan kipas angin
13. Berikan obat antipiretik untuk
mencegah klien menggigil /
kejang
14. Berikan obat antibiotic untuk
mengobati penyebab demam
15. Berikan oksigen
16. Kompres
hangat
diselangkangan, dahi dan
aksila.
2.
PK kejang
Mengontrol Infeksi
1. Anjurkan klien untuk mencuci
tangan sebelum makan
2. Gunakan
sabun
untuk
mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah me-lakukan kegiatan
perawatan klien
4. Ganti tempat infuse dan
bersihkan
sesuai
dengan
SOP
5. Dorong klien untuk cukup
istirahat
6. Lakukan pemasangan infus
dengan teknik aseptik
7. Anjurkan
klien
minum
antibiotik sesuai advis dokter
dilakukan 1.
Tentukan
apa
klien
Setelah
tindakan
keperawatan
merasakan
aura
sebe-lum
selama 3 x 24 jam
perawat
ya,
mengatasi
mengurangi
kejang
akan
dan
beri-tahu
pengamanan
episode
tindakan
untuk
diambil
dan
urine
atau
e. Durasi
f. Ketidaksadaran
(durasi)
pasca-taktile)
(progresi
dapat
aktivitas
kejang
membantu
dalam
mengidentifikasi
fokus
4.
tindakan
untuk
menjamin
ventilasi
adekuat
(misal-nya
dengan
klonik
kuat
dapat
Pemasukan
paksa
jalan
dapat
menyebabkan cidera)
5.
mencegah
coba
cidera.
membatasi
klien
pada
posisi
Biarkan
setelah
individu
periode
tidur
kejang,
orient-tasi
ulang
Jika
berlanjut
orang
tersebut
mengalami
kejang
Penghisapan
jika
diperlukan
g. Berikan
oksigen
melalui
kanul nasal
h. Awali
untuk
pemberian
infus
10.
kain
(sebagai
tindakan
hati-hati
un-tuk
kebu-tuhan
penyuluhan
6.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam
kecemasan orang tua
berkurang / hilang,
dengan criteria :
keluarga mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas.
Mengidentifikasi,
mengungkapkan,
dan menunjukkan
teknik
untuk
mengontrol cemasl
Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
bahasa tubuh, dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
tehnik
Hari,Tgl,Jam
Diagnosa
Selasa,
Hipertermi b/d peningkatan
30/09/08
metabolik
08.15
Jam
08.15
08.30
09.00
12.30
Selasa,
30/09/08
08.30
08.30
12.30
Implementasi
- mengukur suhu, respirasi
dan nadi
- memberikan kompres
hangat pada pasen
- memberikan paracetamol
syirup sdt
- menganjurkan banyak
minum
- mengevaluasi suhu tubuh
- menganjurkan keluarga
untuk lapor jika suhu anak
naik
- menyarankan untuk
menggunakan baju yang
tipis.
- menemani keluarga
mengatasi demam dengan
kompres
- menjawab pertanyaan
pasien
- menjelaskan tentang
proses terjadinya kejang
- memberikan motivasi untuk
tetap tenang menghadapi
kondisi anak
Paraf
Evaluasi
13.30
S: keluarga mengatakan anak
sudah tidak panas dan belum
bisa minum banyak
O: S: 36,8 0C, R: 24x/mnt, pasien
tampak tidur nyenyak,
berkeringat
A: tujuan tercapai sebagian
P: - observasi kenaikan suhu dan
atasi
13.30
S: keluarga mengatakan akan
berusaha tenang mengadapi
kondisi anak
O: keluarga tampak
mendengarkan saat diberikan
penjelasan, ekpresi wajah
keluarga rileks, keluarga masih
banyak bertanya tentang
kondisi anak dan pengbatan
kejang
A: tujuan tercapai sebagian
P: - berikan penjelasan tentang
pertanyaan pasien
Berikan motivasi dan
pendampingan
Paraf