You are on page 1of 29

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN KEJANG DEMAM


A. Pengertian
Kejang Demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu di
atas 38,4C per rectal) tanpa adanya infeksi susunan syaraf pusat atau gangguan
elektrolit akut, terjadi pada anak berusia di atas 1 bulan, dan tidak ada riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. (Kapita selekta Kedokteran, 2000)
Kejang Demam Sederhana adalah kejang yang bersifat umum, singkat, dan
hanya terjadi sekali dalam 24 jam.
Kejang Demam Komplek adalah adalah kejang yang bersifat fokal, lamanya
lebih dari 10-15 menit atau berulang dalam 24 jam. (IDAI, 2004)
B. Faktor Resiko dan Etiologi
1. Faktor Resiko
a. Demam
b. Riwayat kejang demam orang tua atau audara kandung
c. Perkembangan terlambat
d. Problem pada neonatus
e. Anak dalam pertawatan khusus
f.

Kadar Natrium rendah

2. Etiologi
Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernapasan atas, otitis medis, pneumonia, gastroenteritis, ISK.
Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang
tidak begitu terlalu tinggi dapat menyebabkan kejang.
C. Manifestasi Klinik
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi sperti
mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan
berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

Sebagian kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 %


berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenaj, tetapi setelah beberapa
detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa deficit neurologist.
Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis
yang menetap. Bangkitan kejang yang bverlangsung lama lebih sering terjadi pada
kejang demam yang pertama. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Pathway
Penyakit Infeksi
Demam

Hipertermi

Metabolisme basal meningkat


Kebutuhan Oksigen meningkat 20 %
Perubahan keseimbangan membran
Difusi K+ dan Na+ melalui membran
Pelepasan listrik serebral meningkat
Aktivitas neuron abnormal
Neurotransmitter
Meluas ke membran/sel
Resiko cidera
Kontrol lendir menurun
Resiko aspirasi

Resiko cidera

Kejang

Kekakuan otot pernafasan

Cemas orang tua

Suplai oksigen ke otak <


Hipoksia

Perfusi jaringan serebral tak efektif

D. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Memonitor demam
b. Menurunkan demam : kompres hangat
c. Segera memberikan oksigen bila terjadi kejang
d. Mengelola antipiretik, antikonvulsan
e. Suctioning
2. Medik
a. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang klien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan nafas harus
bebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,
tekanan darah, suhu, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi
diturunkan dengan kompres dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5
mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu
sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam
intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit, gunakan diazepam intra
rectal 5 mg (BB < 10 kg) atau 10 mg (BB> 10 kg). Bila kejang tidak berhenti
dapoat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan
fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1
mg/KgBB/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan
dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi
vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital
diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan 1
tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat
jam kemudian berikan feobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan
dosis 8-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya
dengan dosis 4-5 mg/kg BB/hari di bagi 2 dosis. Selama keadaan belum
membaik, obat diberikan secara suntikan

dan setelah membaik per oral.

Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200 mg/hari. Efek sampingnya
adalah hipotensi, penurunan kesadaran, dan depresi pernafasan.

Bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin dengan dosis


4-8 mg/kgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis
atau bila kejang demam berlangsung lama.
c. Pengobatan profilaksis
1)

Profilaksis intermiten
Diberikan diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5

mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diasepam dapat


pula diberikan secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB < 10 kg) dan
10 mg (BB> 10 kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5C. Efek
samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.
2) Profilaksis terus menerus.
Diberikan untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang
dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya
epilepsy di kemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan
fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat
digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari.
Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah
kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria
(termasuk poin 1 dan 2) :
a) Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist
atau perkembangan (missal serebral palsy atau mikrosefal)
b) Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan
neurologist sementara atau menetap.
c) Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara
kandung
d) Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya memenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan
pengobatan jangka panjang, maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada

waktu anak demam dengan diazepam oral atau rtektal tiap 8 jam di samping
antipiretik.
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur, alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian) :
demam, iritabel, menggigil, kejang)
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita klien saat
masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh klien) : pernah kejang dengan atau tanpa
demam ?
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak) : orang tua, saudara kandung pernah kejang ?
5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?
6) Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan,
panjang badan, usia)
2) Pemeriksaan persistem
a)

Sistem persepsi sensori :

Penglihatan : air mata ada / tidak, cekung / normal

Pengecapan : rasa haus meningkat / tidak, lidah


lembab / kering

b)

Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing

c)

Sistem pernafasan : dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung,

d)

Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak


teraba, kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, sianosis perifer

e)

Sistem gastrointestinal :
Mulut : membran mukosa lembab / kering
Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi
Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau,
konsistensi, darah, melena

f)

Sistem integumen : kulit kering / lembab

g)

Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria

d. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?,
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah
3) Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi, bau,
darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
4) Pola aktifitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola percaya diri dan konsep diri
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi b.d viremia, peningkatan metabolik
2) PK : Kejang b.d hipertermi
3) Resiko aspirasi b.d akumulasi secret, muntah, penurunan kesadaran
4) Risiko injuri / cedera b.d. adanya kejang, hipoksia jaringan
5) Perfusi jaringan serebral tak efektif b.d. hipovolemia, gangguan aliran vena
dan arteri
6) Kecemasan (orang tua, anak) b.d. ancaman perubahan status kese-hatan,
krisis situasional

F. Rencana Keperawatan
No
1.

Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Hipertermi
b.d, Setelah
dilakukan
pening-katan
tindak-an
perawatan
metabolik, viremia
selama X 24 jam
suhu badan pasien
Batasan karakteristik normal,
dengan
:
kriteria :
- Suhu tubuh >
nor-mal
Termoregulasi (0800)

Intervensi
Mengatur Demam (3900)
1. Monitor
suhu
sesuai
kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi
dan respirasi
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan tanda
dan gejala hipertermi

Kejang
Takikardi
Respirasi
meningkat
Diraba hangat
Kulit memerah

Suhu kulit normal


Suhu
badan
35,9C- 37,3C
Tidak ada sakit
kepa-la / pusing
Tidak ada nyeri otot
Tidak
ada
perubahan warna
kulit
Nadi,
respirasi
dalam
batas
normal
Hidrasi adequate
Pasien menyatakan
nyaman
Tidak menggigil
Tidak iritabel / gragapan / kejang

5. Anjurkan intake cairan dan


nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan
klien
bagaimana
mencegah panas yang tinggi
7. Berikan
antipiretik sesuai
advis dokter
Mengobati Demam (3740)
1. Monitor
suhu
sesuai
kebutuhan
2. Monitor IWL
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi
dan respirasi
5. Monitor derajat penurunan
kesadaran
6. Monitor kemampuan aktivitas
7. Monitor leukosit, hematokrit,
Hb
8. Monitor intake dan output
9. Monitor
adanya
aritmia
jantung
10. Dorong peningkatan intake
cairan
11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan sirkulasi udara
dengan kipas angin
13. Dorong atau lakukan oral
hygiene
14. Berikan obat antipiretik untuk
mencegah klien menggigil /
kejang
15. Berikan obat antibiotic untuk
mengobati penyebab demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres
hangat
diselangkangan, dahi dan
aksila.
18. Anjurkan klien untuk tidak
memakai selimut
19. Anjurkan klien memakai baju
berbahan dingin, tipis dan
menyerap keringat
Manajemen Lingkungan (6480)
1. Berikan
ruangan
sendiri
sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan kain /
linen yang bersih dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi (6540)
1. Anjurkan klien untuk mencuci
tangan sebelum makan

2. Gunakan
sabun
untuk
mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah me-lakukan kegiatan
perawatan klien
4. Ganti tempat infuse dan
bersihkan
sesuai
dengan
SOP
5. Berikan perawatan kulit di
area yang odem
6. Dorong klien untuk cukup
istirahat
7. Lakukan pemasangan infus
dengan teknik aseptik
8. Anjurkan
klien
minum
antibiotik sesuai advis dokter
2.

Potensial komplikasi Setelah


dilakukan 1.
Tentukan
apa
klien
: kejang
tindakan keperawatan
merasakan aura sebe-lum
selama

...x

perawat
mengatasi
mengurangi
kejang

24

jam

awitan aktivitas kejang. Jika

akan

ya,

dan

beri-tahu

pengamanan

episode

tindakan

untuk

diambil

jika aura tersebut dirasakan


2.

Bila

aktivitas

terjadi,

kejang

observasi

dan

dokumentasikan hal berikut :


a.

Bila kejang mulai

b. Jenis

gerakan,

bagian

tubuh yang terlihat


c. Perubahan

ukuran pupil

dan posisi
d. Inkontinensia

urine

atau

feses
e. Durasi
f.

Ketidaksadaran

(durasi)

perilaku setelah kejang ,


kelemahan,
setelah
setelah

paralisis

kejang,
kejang

pasca-taktile)
aktivitas
membantu

kejang

tidur
(periode

(progresi
dapat
dalam

mengidentifikasi

fokus

anatomik dari kejang)


3.

Berikan privasi selama


dan sesudah aktivitas kejang

4.

Selama aktivitas kejang,


lakukan

tindakan

untuk

menjamin

ventilasi

adekuat

(misal-nya

dengan

melepaskan pakaian). Jangan


coba memaksa jalan napas
atau spatel li-dah masuk pada
gigi yang mengatup. (ge-rakan
tonik

klonik

kuat

dapat

menye-babkan sumbatan jalan


napas.
napas

Pemasukan
paksa

jalan
dapat

menyebabkan cidera)
5.

Selama aktivitas kejang,


bantu gerakan secara hati-hati
untuk

mencegah

Jangan

coba

cidera.

membatasi

gerakan. (restrain fisik dapat


mengakibatkan trauma pada
muskuloskeletal)
6. Bila kejang terjadi saat klien
sedang

du-duk,

bantu

turunkan klien ke lantai dan


tempatkan sesuatu yang lunak
dibawah kepalanya. (tindakan
ini akan membantu mencegah
trauma)
7. Jika

kejang

letakkan

klien

telah
pada

teratasi
posisi

miring. (posisi ini membantu


mencegah aspirasi sekret)
8. Biarkan individu tidur setelah

periode ke-jang, orientasi lagi


setelah bangun. (indi-vidu ini
akan

mengalami

amnesia,

orient-tasi

ulang

akan

membantu

klien

untuk

memperoleh rasa kontrol dan


dapat menu-runkan ansietas)
9. Jika orang tersebut berlanjut
mengalami

kejang

umum,

lapor dokter dan awali tindakan :


a. Pertahankan jalan napas
b. Penghisapan

jika

diperlukan
c. Berikan

oksigen

melalui

kanul nasal
d. Awali

untuk

pemberian

infus
10.

Pertahankan tempat tidur


pada posisi rendah dengan
pagar tempat tidur terpa-sang
serta lapisi pagar tempat tidur
de-ngan

kain

(sebagai

tindakan

hati-hati

un-tuk

mencegah bahaya jatuh atau


trauma)
11.

Jika kondisi klien kronis,


evaluasi
penyuluhan

3.

kebu-tuhan
tehnik

penatalaksanaan diri sendiri


Setelah
dilakukan Memonitor Respirasi (3350)
tindakan keperawatan 1. Monitor
rata-rata,
ritme,
selama x 24 jam
kedalaman, dan usaha napas
klien tidak mengalami 2. Catat gerakan dada apakah
aspirasi, dengan kriteria
simetris, ada penggunaan otot
Faktor Resiko :
:
tambahan, dan retraksi
- Penurunan reflek
3. Monitor crowing, suara ngorok
pola
napas
:
ba-tuk dan gag Respiratory status : 4. Monitor
reflek
ventilation (0403)
bradipneu, takipneu, kusmaull,
Resiko aspirasi b.d
aku-mulasi
sekret,
muntah, penurunan
kesadaran

Ngt
Penurunan
kesadaran
Gangguan
menelan
Produksi secret
me-ningkat
Dispneu

Respirasi
dalam
rentang normal
Ritme dalam batas
normal
Ekspansi
dada
simetris
Tidak ada sputum
Tidak
ada
penggunaan otototot tambahan
Tidak ada retraksi
dada
Tidak
ditemukan
dispneu
Dispneu
saat
aktivitas
ti-dak
ditemukan
Napas
pendekpendek
ti-dak
ditemukan
Tidak
ditemukan
taktil fremitus
Tidak
ditemukan
suara
napas
tambahan

apnoe
5. Dengarkan suara napas : catat
area
yang
ventilasinya
menurun / tidak ada dan catat
adanya suara tambahan
6. K/p
suction
dengan
mendengarkan suara ronkhi
atau krakles
7. Monitor peningkatan gelisah,
cemas, air hunger
8. Monitor kemampuan klien
untuk batuk efektif
9. Catat karakteristik dan durasi
batuk
10. Monitor secret di saluran
napas
11. Monitor adanya krepitasi
12. Monitor hasil roentgen thorak
13. Bebaskan jalan napas dengan
chin lift atau jaw thrust bila
perlu
14. Resusitasi bila perlu
15. Berikan terapi pengobatan
sesuai advis (oral, injeksi, atau
terapi inhalasi)

Respiratory status :
gas ekchange (0402)
- Status
mental
dalam batas normal
- Bernapas dengan
mudah
- Gelisah
tidak
ditemukan
- Tida ada sianosis
- Tidak
ada
somnolent

Membersihkan Jalan Nafas (3160)


1 Pastikan kebutuhan suctioning
2 Auskultasi
suara
napas
sebelum
dan
sesudah
suctioning
3 Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
4 Meminta klien napas dalam
sebelum suctioning
5 Berikan oksigen dengan kanul
nasal
untuk
memfasilitasi
suctioning na-sotrakheal
6 Gunakan alat yang steril
setiap melakukan tindakan
7 Anjurkan klien napas dalam
dan istirahat setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakheal
8 Monitor status oksigen pasien
9 Hentikan suction apabila klien
me-nunjukkan bradikardi

Manajemen Jalan Nafas ( 3140)


1 Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
2 Posisikan
klien
untuk
memaksi-malkan ventilasi
3 Identifikasi pasien perlunya

4
5
6
7
8
9

pema-sangan jalan napas


buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
Keluarkan
secret
dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara napas , catat
adanya suara nafas tambahan
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator bila perlu
Monitor respirasi dan status
oksigen

Mencegah Aspirasi (3200)


1. Monitor tingkat kesadaran,
reflek batuk, gag reflek dan
kemampuan menelan.
2. Monitor status paru-paru
3. Pertahankan airway
4. Alat suction siap pakai,
tempatkan disamping bed, dan
suction sebelum makan
5. Beri makanan dalam jumlah
kecil
6. Pasang NGT bila perlu
7. Cek posisi NGT sebelum
membe-rikan makan
8. Cek
residu
sebelum
memberikan makan
9. Hindari pemberian makanan
jika residu banyak
10. Libatkan keluarga selama
pemberian makan
11. Potong makanan menjadi
kecil-kecil
12. Mintakan obat dalam bentuk
sirup
13. Puyer pil sebelum diberikan
14. Jaga posisi kepala klien
elevasi 30-40 selama dan
setelah pemberian makan
15. Anjurkan / atur posisi klien
semi fowler atau fowler ketika
makan
16. K/p per sonde atau drip
feeding
17. Cek apakah makanan mudah
di telan
Mengatur posisi (0840)
1. Miringkan kepala bila kejang
untuk
mencegah
aspirasi
ludah atau muntahan.

Risiko injuri / cedera Setelah


dilakukan Manajemen Lingkungan
b.d. adanya kejang, tindakan keperawatan 1. Diskusikan tentang upayahipoksia jaringan
selama X 24 jam
upaya
mencegah
cedera,
tidak terjadi cidera,
seperti lingkungan yang aman
dengan criteria :
untuk klien, menghindarkan
lingkungan yang berbahaya
Status neurologist
(misalnya
memindahkan
- Fungsi neurologi:
perabotan)
sadar,
kontrol 2. Memasang pengaman tempat
gerakan
pusat,
tidur
fungsi motorik atau 3. Memberikan penerangan yang
sensorik
otak
cukup
dalam batas yang 4. Menganjurkan keluarga untuk
diharapkan.
menemani klien
5. Memindahkan barang-barang
- Dapat
yang dapat membahayakan
berkomunikasi
- Ukuran pupil dalam 6. Bersama tim kesehatan lain,
berikan penjelasan pada klien
batas normal
dan
keluarga
adanya
- Pupil reaktif
perubahan status kesehatan
- Pola gerakan mata
- Tak ada kejang
- Tak
ada
sakit Manajemen kejang
1. Tunjukkan
gerakan
yang
kepala
dapat mencegah injury /
- Pola nafas dalam
cidera.
batas normal.
Monitor hubungan antara
- Pola istirahat tidur 2.
kepala dan mata selama
ter-cukupi
kejang.
Kontrol Resiko
3. Longgarkan pakaian klien
- Mengakui adanya 4. Temani klien selama kejang
risiko
- Monitor faktor risiko Mengatur airway
1. Berikan oksigen bila perlu
lingkungan.
2. Berikan terapi iv line bila perlu
- Mengembangkan
strategi
kontrol 3. Monitor status neurology
4. Monitor vital sign
risiko yang efektif.
5.
Orientasikan kembali klien
- Menghindari
setelah
kejang
eksposur
yang
6.
Laporkan
lamanya kejang
mengancam kese7.
Laporkan
karakteristik kejang:
hatan.
bagian tubuh yang terlibat,
- Mengenali
aktivitas motorik, dan peningperubahan sta-tus
katan kejang.
kesehatan
8.
Dokumentasikan informasi
tentang kejang
9. Kelola medikasi (kolaborasi)
10. Kelola anti kejang (kolaborasi)
bila diperlukan.
11. Monitor
tingkat
obat
antiepilepsi, bila perlu
12.
Monitor lama periode
postictal dan karak-teristiknya

Pencegahan kejang
1. Sediakan tempat tidur yang
bisa diatur rendah-tinggi, bila
perlu.
2. Temani klien selama melakukan
aktivitas diluar rumah sakit, bila
perlu
3. Monitor regimen terapi
4. Monitor pemenuhan medikasi
antiepilepsi.
5. Instruksikan keluarga / orang
terdekat untuk melaporkan
medikasi dan aktivitas kejang
yang terjadi.
6. Ajarkan pada klien tentang
medikasi dan efek sampingnya.
7. Monitor
tingkat
obat
antiepilepsi, bila perlu
8. Sediakan suction, ambubag,
nasopharyngeal
airway
disamping tempat tidur.
9. Pasang side rail tempat tidur.
10.Ajarkan orang tua untuk
mengenali faktor pemicu.
5

Perfusi
jaringan
serebral tak efektif
b.d.
hipovolemia,
gangguan
aliran
vena dan arteri.

Setelah
dilakukan Peningkatan perfusi cerebral :
tindakan keperawatan 1. Mengkonsultasikan
dengan
selama X 24 jam
dokter
untuk menentukan
perfusi
jaringan
parameter
hemodinamik
serebral
efektif,
(volume perfusi darah, nadi,
dengan criteria :
respirasi,
kesadaran,
perdarahan), dan mengelola
Perfusi jaringan
parameter tersebut dalam
cerebral
batas normal
2.
Kelola / kolaborasi obat
- Fungsi neurology
vasoaktif, untuk mengatur
- Tekanan
hemodinamik
intrakranial da-lam
3. Monitor prothrombin, partial
batas normal
thromboplastin.
- Tak
ada
sakit
4.
Atur serum glukosa dalam
kepala
batas normal
- Tak ada bunyi bruit
5.
Jaga hematokrit pada rentang
carotis
33% untuk terapi hemodilusi
- Tak gelisah
hipervolemia.
- Tak ada agitasi
6.
Monitor tanda perdarahan,
- Tak ada muntah
status neurologi-kesadaran
- Tak ada sinkope
7. Monitor
tanda
overload
cairan.
Status neurology :
8. Monitor intake dan out put
kesadaran
- Membuka
mata
terhadap stimulasi Monitoring Neurologik :
1. Monitor ukuran pupil, bentuk,
eksternal
kesimetrisan, dan reaktivitas.
- Orientasi cognitif

6.

Kecemasan (orang
tua,
anak)
b.d.
ancaman perubahan
status kese-hatan,
krisis situasional

Komunikasi sesuai
situasi
Mematuhi perintah
Berespon (gerak)
terhadap stimulus
yang
berbahaya
(nyeri).
Mengikuti terhadap
stimulus
dari
lingkungan
Tak ada kejang

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama X 24 jam
kecemasan orang tua
berkurang / hilang,
dengan criteria :
Mengotrol cemas
Klien/keluarga
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas.
Mengidentifikasi
, mengungkapkan,
dan menunjukkan
teknik
untuk
mengontrol cemas
Vital sign (TD,
nadi,
respirasi)
dalam
batas

2.
3.
4.
5.

Monitor tingkat kesadaran


Monitor tingkat orientasi
Monitor PCS
Monitor memori saat ini,
rentang perhatian, memori
masa
lalu,
mood,
perasaan/emosi, tingkah laku.
6. Monitor vital sign suhu,
tekanan darah, nadi, respirasi.
7. Monitor
status
respirasi
(kedalaman, pola, usaha untuk
bernafas)
8. Monitor refleks kornea
9. Monitor refleks batuk dan
refleks muntah
10. Monitor tonus otot, gerakan
motorik.
11. Monitor adanya tremor
12. Monitor
gangguan
visual:
diplopia,
nistagmus,
pemendekan lapang pandang,
aktivitas visual
13. Monitor karakteristik bicara:
lancar, aphasia,
kesulitan
menemukan kata-kata.
14. Monitor
respon
terhadap
stimulus:
verbal,
taktil,
stimulus berbahaya.
15. Monitor adanya parestesia
16. Monitor
refleks
babinski,
respon cushing
Menurunkan Cemas
1.
Gunakan
pendekatan
dengan konsep atraumatik
care
2.
Jangan
memberikan
jaminan tentang prognosis
penyakit
3.
Jelaskan semua prosedur
dan
dengarkan
keluhan
klien/keluarga
4.
Pahami
harapan
pasien/keluarga dalam situasi
stres
5.
Temani
pasien/keluarga
untuk memberikan keamanan
dan mengurangi takut
6.
Bersama tim kesehatan,
berikan informasi mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
7.
Anjurkan keluarga untuk
menemani
anak
dalam
pelaksanaan
tindakan

normal
Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
bahasa tubuh, dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
Menunjukkan
peningkatan
konsentrasi
dan
akurasi
dalam
berpikir

keperawatan
8.
Lakukan massage pada
leher dan punggung, bila
lperlu
9.
Bantu pasien mengenal
penyebab kecemasan
10.
Dorong
pasien/keluarga
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
tentang penyakit
Instruksikan pasien/keluarga
menggunakan teknik relaksasi
(sepert tarik napas dalam,
distraksi, dll)
Kolaborasi pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
-

Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI
Jakarta,

Budi Santosa (2005-2006), Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA, Prima


Medika

Dina Kartika S (2005), Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta,

Hardiono D. Pusponegoro dkk (2004), Standar Pelayanan Medis Kesehatan


Anak, IDAI,

Helen Lewer (1996), Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC
Jakarta,

Joanne C. McCloskey (1996), Nursing Intervention Classification (NIC), MosbyYear Book,

Judith M. Wilkinson (2005), Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey,

Marion Johnson (2000), Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby-Year


Book,

Tri Atmadja DS (2001),


Wates,

Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS)
Nama mahasiswa

: Dwi Sunarti dan Febrika Agri Amsirta

Tempat praktek

: Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul

Tanggal pengkajian

: 30 September 2008

Tanggal praktek

: 22 September-04 Oktober 2008

I. IDENTITAS DATA
Nama

: An P

No. RM

: 356814

Tempat, tgl lahir

: Bantul , 8 Mei 2005

Usia

: 2 tahun 4 bulan

Jenis kelamin

: Perempuan

Suku bangsa

: Jawa/ Indonesia

Bahasa yang dimengerti : Bahasa Jawa dan Indonesia

II.

Agama

: Islam

Nama Ayah

: Tn Yuli S.

Pekerjaan

: Buruh

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Surobayan, Gedangsari, Sanden, Bantul.

Diagnosa medis

: KDS

KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengeluh anaknya panas tidak turun-turun, susah makan dan minum
karena terdapat luka bekas gigitan di lidah, serta ibu sangat kawatir jika terjadi apaapa dengan anaknya

III. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI


1 hari SMRS pasien panas tinggi sampai terjadi kejang sebanyak 3 kali. Selama
kejang pasien tidak sadar. Kemudian pada hari selasa 30 September 2008 jam 06.00
WIB dibawa ke UGD RSUD Panembahan Senopati dengan keluhan panas tinggi tidak
turun-turun. Sampai di UGD disarankan untuk mondok.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU.


a. Prenatal

: Saat hamil ibu tidak merokok maupun minum minuman keras

b. Intra dan postnatal :


Intranatal

: lama persalinan 12 jam

Saat persalinan

: matur

Komplikasi persalinan : tidak ada


Terapi yang diberikan : Ibu tidak tau
Cara melahirkan

: Pervagina normal

Tempat melahirkan

: Rumah Sakit

Postnatal
Usaha nafas

: tanpa bantuan

Kebutuhan resusitasi : tanpa


Apgar skor

: ibu tidak tau

Tangis bayi

: langsung menangis dengan kuat

Obat yang diberikan : Ibu tidak tahu jenisnya


Trauma lahir

: tidak ada

Respon fisiologis atau prilaku bermakna : tidak ada


c. Penyakit yang pernah diderita

Selain penyakit tersebut klein belum ada keluhan lain.


d. Hospitalisasi / tindakan operasi : Tidak pernah
e. Injuri / kecelakaan
f. Alergi

: Tidak pernah

: Disangkal

g. Imunisasi : Dasar lengkap


Hepatitis B

: 3X pada umur : 1,2,6 bln

BCG

: 1 X pada umur :0 bulan

Polio

: 4 X pada umur : 1, 2, 4, 6 bulan

DPT

: 3 X pada umur 1, 2, 4 bulan

Campak

: 1 X pada umur 9 bln

h. Pengobatan

- Infus D5% 5tpm


- injeksi Ampicilin 3x300 mg
- injeksi Cefotaxime 3x 300 mg
- syirup fibrin 1 sdt (KP)
- Candistatine 4x1 cc (drip)

V.

RIWAYAT PERTUMBUHAN:
- Memegang benda pada umur 2 bln
- Memindah benda pada umur 4 bulan
- Mengoceh pada umur 2 bulan
- Telungkup padaumur 2 bulan
- Miring pada umur 3 bulan
- Duduk pada umur 5 bulan
- Merangkak padaumur 9 bulan
- Berjalan pada umur 13 bulan

VI. TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI ( gunakan format Denver/ DDST)


a. Social
Mengambil makanan dengan bantuan, gosok gigi dengan bantuan, toiletting
dengan bantuan, takut dengan perawat.
b. Adaptif Motorik halus
Memegang benda pada umur 2 bln memindah benda pada umur 4 bulan
c. Bahasa
Mengoceh pada umur 2 bulan
Sekarang bisa berbicara menggunakan beberapa dengan pengucapan belum
jelas
d. Motorik kasar

Telungkup padaumur 2 bulan


Miring pada umur 3 bulan
Duduk pada umur 5 bulan
Berjalan pada umr 13 bulan
Merangkak padaumur 9 bulan
VII. RIWAYAT SOSIAL:
a. Pengasuh

: Ibu, ayah, kakek&nenek

b. Pembawaan secara umum

: Baik

c. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik, anak paling dekat dengan ibu.
d. hubungan dengan teman sebaya

: Baik

VIII. RIWAYAT KELUARGA


a. Sosial ekonomi

: cukup , kedua orangtua bekerja sebagai buruh

b. Lingkungan rumah : Rumah permanen, lantai semen, WC congkok milik

sendiri, sumber air minum dari sumur.


c. Penyakit keluarga : Menurut pengakuan ibu tidak ada keluarga, DM, TBC,
Asma, riwayat alergi.
d. Genogram.

Keterangan:
: Laki-laki / Perempuan
: Pasien
: Garis keturunan
: Garis pernikahan
: Tinggal 1 rumah
IX. POLA KESEHATAN
a. pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Jika anggota keluarga sakit berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
ke puskesmas terdekat, orang tua pasien mengatakan bingung harus berbuat apa
ketika pasien kejang
b. Nutrisi (makanan dan cairan)
Sebelum sakit pasien makan bubur roti/nasi/SGM 3 x 1 porsi, minum susu dan air
putih kurang lebih 1500cc/hari. Sesudah sakit pasien sulit makan dan minum.
c. Aktifitas
Sebelum sakit pasien bermain seperti biasanya, selama sakit pasien tidur
terlentang ditempat tidur.
d. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit anak istirahat dan tidur selama 9 jam. Selama sakit tidur pasien
sering terbangun.

e. Eleminasi
Sebelum sakit BAB 1-2 hari sekali, konsistensi padat, warna kuning, bau khas.
BAK 6-7 x/hari warna kuning jernih, bau khas. Selama sakit pasien belum BAB
dan sudah BAK 1x selama di rmah sakit dengan warna kuning jernih, bau khas.
f.

Pola hubungan
Kurang kooperatif dengan dokter dan perawat terkesan takut. Hubungan dengan
pasien lain baik.

g. Koping
Anak sering menangis jika didekati perawat dan selalu minta digendong ibunya
sambil menyembunyikan wajah.
i.

Kognitif dan persepsi : baik

j.

Konsep diri
Ibu menyatakansaya ingin anaknya cepat sembuh dari penyakitnya.

k. Seksual

: pasien berjenis kelamin perempuan dan menggunakan busana

perempuan
l. Nilai : Orang tua menganut agama islam.
X. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum :sedang, Kesedaran : compos mentis, N : 100x/ mnt, RR :
26x/mnt, Suhu : 38,40C, BB: 9,7 kg, TB: 83 cm
b. Kepala

: Bentuk normo cephal

c. Rambut

: Distribusi rambut rata dan tipis

d. Mata

Cowong (-), Konjungtiva anemis(-), pupil simetris 2 mm, reflek


cahaya +/+, sclera ikterik (-)

e. Hidung

: Bersih, discharge (-), epitaksis (-)

f. Mulut

: Sianosis (-), Lidah terdapat luka gigitan memanjang 5 mm

g. Telinga

: Simetris, Discharge (-), fungsi pendengaran (+)

h. Leher

: JVP tidak meningkat, tidak ada kaku kuduk.

i. Dada

: I : Simetris, retraksi (-),Iktus kordis tidak tampak.


P : nyeri tekan (-)
A : Vesikuler, Whesing -/-, ronchi -/-, bunyi jantung s1 s2 reguler
Pr : bunyi paru sonor, bunyi jantung pekak

j. Abdomen

: I : Distensi(-), kembung(-), asites (-)


A: Peristaltik normal
P : Supel, Hepar tak teraba, Lien tak teraba.
Pr : Timpani

k. Genetalia & Anus

: Vagina normal, anus normal.

m. Ekstremitas : Akral hangat, nadi perifer kuat, terpasang infus D5% 5tpm di
tangan kiri sejak 06.00 tanggal 30-09-2008, kondisi baik, phlebitis (-), edema (-)
n. Neurologi

: Tak ada kelainan

XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


Tanggal
Jenis
Hasil
02/09/08
Hb
11,6 gr%
Al
16,3 ribu/ul
Eosinofil
4%
Basofil
0%
Batang
3%
Segmen
64 %
Lymposit
24 %
Monosit
0%
AE
4,20 juta/ul
AT
268 ribu/ul
HMT
33,8 %
XI. ANALISA DATA
Data
DS:
- orang tua pasien mengatakan
badan pasien panas tidak turunturun
DO:
- Suhu badan 38,40C
- Nadi 100x/menit
- Respirasi 26x/menit
- Teraba hangat daerah kepala

Masalah
Hipertermi

DS:
Kejang
- Orang tua mengatakan 1 HSMRS
pasien panas dan kejang 3 kali
DO:
- Suhu badan 38,40C
- Nadi 100x/menit
- Respirasi 26x/menit
- Teraba hangat daerah kepala
DS:
Cemas orang tua
- ibu sangat kawatir jika terjadi apaapa dengan anaknya
- orang tua pasien mengatakan
bingung harus berbuat apa ketika
pasien kejang
DO:
- Ibu pasien selalu menanyakan
kondisi anaknya
- Ekpresi wajah ibu cemas/kawatir

Nilai normal
P; 12-16
Anak: 9-12
2-4
0-1
2-5
51-67
20-35
4-8
P : 4,0-5,0
140-150
36-46

Etiologi
peningkatan
metabolik

Hipertermi

Krisis situasi
(perubahan status
kesehatan anak)

XII PRIORITAS MASALAH


1. Hipertermi b/d peningkatan metabolik
2. PK Kejang
3. Cemas orang tua b/d Krisis situasi (perubahan status kesehatan anak)

XIII RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa
No
Tujuan
Keperawatan
1. Hipertermi
b/d NOC
peningkatan
Setelah
dilakukan
metabolik
tindakan
perawatan
selama 3 X 24 jam suhu
badan pasien normal,
dengan kriteria :
Termoregulasi
- Suhu kulit normal
- Suhu badan 35,9C37,3C
- Tidak
ada
perubahan
warna
kulit
- Nadi,
respirasi
dalam
batas
normal
- Hidrasi adequate
- Tidak menggigil
- Tidak iritabel / gragapan / kejang

Intervensi
NIC
Mengatur Demam
1. Monitor
suhu
sesuai
kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi
dan respirasi
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan tanda
dan gejala hipertermi
5. Anjurkan intake cairan dan
nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan
klien
bagaimana
mencegah panas yang tinggi
7. Berikan
antipiretik sesuai
advis dokter
Mengobati Demam
1. Monitor
suhu
sesuai
kebutuhan
2. Monitor IWL
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi
dan respirasi
5. Monitor derajat penurunan
kesadaran
6. Monitor kemampuan aktivitas
7. Monitor leukosit, hematokrit,
Hb
8. Monitor intake dan output
9. Monitor
adanya
aritmia
jantung
10. Dorong peningkatan intake
cairan
11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan sirkulasi udara
dengan kipas angin
13. Berikan obat antipiretik untuk
mencegah klien menggigil /
kejang
14. Berikan obat antibiotic untuk
mengobati penyebab demam
15. Berikan oksigen
16. Kompres
hangat
diselangkangan, dahi dan
aksila.

17. Anjurkan klien untuk tidak


memakai selimut
18. Anjurkan klien memakai baju
berbahan dingin, tipis dan
menyerap keringat
Manajemen Lingkungan
1. Berikan
ruangan
sendiri
sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan kain /
linen yang bersih dan nyaman
3. Batasi pengunjung

2.

PK kejang

Mengontrol Infeksi
1. Anjurkan klien untuk mencuci
tangan sebelum makan
2. Gunakan
sabun
untuk
mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah me-lakukan kegiatan
perawatan klien
4. Ganti tempat infuse dan
bersihkan
sesuai
dengan
SOP
5. Dorong klien untuk cukup
istirahat
6. Lakukan pemasangan infus
dengan teknik aseptik
7. Anjurkan
klien
minum
antibiotik sesuai advis dokter
dilakukan 1.
Tentukan
apa
klien

Setelah
tindakan

keperawatan

merasakan

aura

sebe-lum

selama 3 x 24 jam

awitan aktivitas kejang. Jika

perawat

ya,

mengatasi
mengurangi
kejang

akan
dan

beri-tahu

pengamanan

episode

tindakan

untuk

diambil

jika aura tersebut dirasakan


2.

Bila aktivitas kejang terjadi,


observasi

dan

dokumentasikan hal berikut :


a.

Bila kejang mulai

b. Jenis gerakan, bagian tubuh


yang terlihat
c. Perubahan ukuran pupil dan
posisi
d. Inkontinensia
feses

urine

atau

e. Durasi
f. Ketidaksadaran

(durasi)

perilaku setelah kejang ,


kelemahan, paralisis setelah
kejang, tidur setelah kejang
(periode

pasca-taktile)

(progresi
dapat

aktivitas

kejang

membantu

dalam

mengidentifikasi

fokus

anatomik dari kejang)


3.

Berikan privasi selama


dan sesudah aktivitas kejang

4.

Selama aktivitas kejang,


lakukan

tindakan

untuk

menjamin

ventilasi

adekuat

(misal-nya

dengan

melepaskan pakaian). Jangan


coba memaksa jalan napas
atau spatel li-dah masuk pada
gigi yang mengatup. (ge-rakan
tonik

klonik

kuat

dapat

menye-babkan sumbatan jalan


napas.
napas

Pemasukan
paksa

jalan
dapat

menyebabkan cidera)
5.

Selama aktivitas kejang,


bantu gerakan secara hati-hati
untuk
Jangan

mencegah
coba

cidera.

membatasi

gerakan. (restrain fisik dapat


mengakibatkan trauma pada
muskuloskeletal)
6.

Bila kejang terjadi saat


klien sedang duduk, bantu
turunkan klien ke lantai dan
tempatkan sesuatu yang lunak

dibawah kepalanya. (tindakan


ini akan membantu mencegah
trauma)
7.

Jika kejang telah teratasi


letakkan

klien

pada

posisi

miring. (posisi ini membantu


mencegah aspirasi sekret)
8.

Biarkan
setelah

individu
periode

tidur
kejang,

orientasi lagi setelah bangun.


(individu ini akan mengalami
amnesia,

orient-tasi

ulang

akan membantu klien untuk


memperoleh rasa kontrol dan
dapat menu-runkan ansietas)
9.

Jika
berlanjut

orang

tersebut

mengalami

kejang

umum, lapor dokter dan awali


tin-dakan :
e. Pertahankan jalan napas
f.

Penghisapan

jika

diperlukan
g. Berikan

oksigen

melalui

kanul nasal
h. Awali

untuk

pemberian

infus
10.

Pertahankan tempat tidur


pada posisi rendah dengan
pagar tempat tidur terpa-sang
serta lapisi pagar tempat tidur
de-ngan

kain

(sebagai

tindakan

hati-hati

un-tuk

mencegah bahaya jatuh atau


trauma)
11.

Jika kondisi klien kronis,


evaluasi

kebu-tuhan

penyuluhan
6.

Cemas orang tua


b.d Krisis situasi
(perubahan status
kesehatan anak)

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam
kecemasan orang tua
berkurang / hilang,
dengan criteria :
keluarga mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas.
Mengidentifikasi,
mengungkapkan,
dan menunjukkan
teknik
untuk
mengontrol cemasl
Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
bahasa tubuh, dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.

tehnik

penatalaksanaan diri sendiri


Menurunkan Cemas
1. Gunakan pendekatan dengan
konsep atraumatik care
2. Jangan memberikan jaminan
tentang prognosis penyakit
3. Jelaskan semua prosedur dan
dengarkan keluhan keluarga
4. Pahami
harapan
pasien/keluarga dalam situasi
stres
5. Temani pasien/keluarga untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
6. Bersama
tim
kesehatan,
berikan informasi mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
7. Anjurkan
keluarga
untuk
menemani
anak
dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan
8. Lakukan massage pada leher
dan punggung, bila perlu
9. Bantu
pasien
mengenal
penyebab kecemasan
10.Dorong pasien/keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi tentang
penyakit
11. Instruksikan pasien/keluarga
menggunakan teknik relaksasi
(sepert tarik napas dalam,
distraksi, dll)

Hari,Tgl,Jam
Diagnosa
Selasa,
Hipertermi b/d peningkatan
30/09/08
metabolik
08.15

Jam
08.15
08.30

09.00
12.30

Selasa,
30/09/08
08.30

Cemas orang tua b.d Krisis


situasi (perubahan status
kesehatan anak)

08.30

12.30

Implementasi
- mengukur suhu, respirasi
dan nadi
- memberikan kompres
hangat pada pasen
- memberikan paracetamol
syirup sdt
- menganjurkan banyak
minum
- mengevaluasi suhu tubuh
- menganjurkan keluarga
untuk lapor jika suhu anak
naik
- menyarankan untuk
menggunakan baju yang
tipis.
- menemani keluarga
mengatasi demam dengan
kompres
- menjawab pertanyaan
pasien
- menjelaskan tentang
proses terjadinya kejang
- memberikan motivasi untuk
tetap tenang menghadapi
kondisi anak

Paraf

Evaluasi
13.30
S: keluarga mengatakan anak
sudah tidak panas dan belum
bisa minum banyak
O: S: 36,8 0C, R: 24x/mnt, pasien
tampak tidur nyenyak,
berkeringat
A: tujuan tercapai sebagian
P: - observasi kenaikan suhu dan
atasi

13.30
S: keluarga mengatakan akan
berusaha tenang mengadapi
kondisi anak
O: keluarga tampak
mendengarkan saat diberikan
penjelasan, ekpresi wajah
keluarga rileks, keluarga masih
banyak bertanya tentang
kondisi anak dan pengbatan
kejang
A: tujuan tercapai sebagian
P: - berikan penjelasan tentang
pertanyaan pasien
Berikan motivasi dan
pendampingan

Paraf

XIV. CATATAN PERKEMBANGAN

You might also like