You are on page 1of 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A DENGAN FRAKTUR
CLAVIKULA DAN HUMERUS di RUANG SERUNI RSD dr.
SOEBANDI JEMBER

disusun untuk menyelesaikan tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Bedah

Oleh
Fakhrun Nisa Fiddaroini, S.Kep
NIM 12231101064

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Fraktur Klavikula dan Humerus di
Ruang Rawat Inap Seruni telah disetujui dan disahkan pada:
Hari, tanggal :

Oktober 2016

Tempat: Ruang Rawat Inap Seruni RSD dr. Soebandi Jember

Jember,

Oktober 2016

Pembimbing Klinik

Mahasiswa

Ns. H. Siswoyo, S.Kep


NIP 19730413 199703 1 007

Fakhrun Nisa Fiddaroini, S.Kep


NIM 122311101064

Pembimbing Akademik

Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB


NIP 19810319 201404 1 001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN BEDAH

I.

Nama Mahasiswa

: Fakhrun Nisa Fiddaroini, S.Kep

NIM

: 122311101064

Tempat Pengkajian

: Ruang Rawat Inap Seruni

Tanggal

: 17 Oktober 2016

Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan
Alamat

: Tn.A
: 24 tahun
: Laki-laki
: Islam
: S1
: Dusun Temorgo
Umbulsari, Jember

No. RM
Pekerjaan
Status Perkawinan
Tanggal MRS
Tgl Pengkajian
Sumber Informasi

: 1425**
: Pelajar
: Belum Kawin
: 16 Oktober 2016
: 17 Oktober 2016
: Pasien, keluarga
pasien dan Rekam
Medis

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa medik : Fraktur klavikula + metakarpal
Tindakan Medis: ORIF (Open Reduction Internal Fixation),
2. Keluhan utama : Nyeri pada tangan kanan dan bahu
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan bahwa mengalami kecelakaan di bangsal pukul 20.00
WIB tanggal 16 Oktober 2016. Pasien dibawa ke puskesmas bangsal untuk
dilakukan reposisi serta pertolongan pertama, kemudian pada pukul 20.30
pasien dibawa/dirujuk ke RSD dr.Soebandi Jember. Pasien tiba di IGD
pukul 22.35, kemudian luka dijahit dan dilakukan pemeriksaan rontgen.
Pasien masuk ruang rawat inap tanggal 17 Oktober 2016 pukul 03.00

WIB, kemudian dilakukan operasi pada tanggal 17 Oktober 2016 pukul


11.00 dan pasien kembali ke ruang rawat inap pukul 19.00 WIB. Saat
dilakukan pengkajian pasien mengeluhkan nyeri bahu dan tangan kanan.
Provokatif (P): dilakukannya pembedahan, kualitas (Q): nyeri panas dan
nyeri berdenyut (throbbing pain), regio (R): klavikula dan humerus, skala
(S): pasien terlihat menahan nyeri (dari skala: tidak nyeri (0) nyeri berat
(10): nyeri skala 4, waktu (T): nyeri setiap saat berusaha untuk digerakkan.
Pasien mengatakan tangannya terasa berat dan susah untuk digerakkan.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hepatitis.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan, obatobatan, atau plester.
c. Imunisasi:
Pasien mengatakan tidak ingat imunisasi yang pernah dilakukan.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Pasien sangat mengerti dan memperhatikan masalah kesehatan. Pasien
mengatakan senang berolahrga.
e. Obat-obatan yang digunakan:
Keluarga mengatakan jika pasien sakit, biasanya langsung membeli
obat di apotek. Akan tetapi, jika tidak ada perubahan kondisi setelah
meminum obat maka pasien melakukan pemeriksaan ke dokter.
5. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi, asma, diabetes
militus ataupun stroke.

Genogram

Tn.A

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sehat adalah keadaan tanpa adanya gangguan sakit
dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik. Persepi pasien tentang
sakit adalah keadaan yang tidak dapat melakukan kegiatan. Saat sakit pasien
dan keluarga biasanya membeli obat di apotek dan melakukan pemeriksaan
kesehatan ke mantri.
Interpretasi: Pasien dan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan. Persepsi
dan pemeliharaan kesehatan pasien dan keluarga baik.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
- Antropometri
BB : 62 Kg
TB : 171 cm = 1,71 m
Interpretasi:
Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien adalah sebagai berikut:
IMT = BB/TB2
= 62 kg /(1,71 m)2
IMT = 62/1,712
= 21,2. Hal ini menunjukkan bahwa IMT pasien termasuk dalam
kategori normal.
Kurus
Normal
Gemuk

Kategori
Kekurangan BB tingkat berat
Kekurangan BB tingkat ringan
Kelebihan BB tingkat ringan
Kelebihan BB tingkat berat

IMT
<17,0
17,0-18,5
18,0-25,0
25,0-27,0
>27,0

Biomedical sign :
Tanda biomedis yang dapat dilihat pada pasien adalah dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu:
Hemoglobin: 14,9 gr/dL (Pria: 14-18 gr/dL), (Wanita: 12-16 gr/dL)
Hematokrit: 42,6 % (Pria: 40-50%), (Wanita: 35%-45%)
SGOT : 69 U/L (5-35 U/L)
SGPT : 68 U/L (5-35 U/L)
BUN : 14 mg/dL (6-20 mg/dL)
Serum Creatinin : 0,6 mg/dL (0,6-1,3 mg/dL)
Interpretasi:
Berdasarkan hasil biomedical sign, pasien mengalami peningkatan pada
SGOT dan SGPT. Peningkatan kadar SGOT dapat terjadi pada penyakit
hati, pankreatitis akut, trauma, anemia hemolitik akut, penyakit ginjal
akut, luka bakar parah, dan penggunaan berbagai obat seperti isoniazid,
eritromisin, kontrasepsi oral. Sedangkan peningkatan kadar SGPT dapat
terjadi pada penyakit hepatoseluler, sirosis aktif, obstruksi biler, dan
hepatitis.
Clinical Sign :

Kulit lembab, tidak ada distensi kandung kemih, rambut tidak rontok
dan tebal, rambut berwarna hitam, sklera ikterik, konjungtiva tidak
anemis, tampak lemah, terlihat lemas, mukosa bibir kering, dan tampak
nyeri.
Interpretasi:
Tanda klinis pasien menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami
masalah pada status nutrisinya.
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):

No
1.
2
3

Pola nutrisi
Frekuensi makan
Porsi makan

4
5

Varian makanan

Nafsu makan
Lain-lain

Interpretasi :

Saat sebelum sakit


3 kali/hari
1 piring/makan

Saat sakit di rumah sakit


2 kali/hari
1 porsi sesuai diit

Nasi putih, ikan laut,

makanan di rumah sakit


Sesuai diit makanan

daging, telur, sayur-

yang diberikan di rumah

sayuran dan daging.


Baik
-

sakit.
Baik
-

Terdapat perubahan pola nutrisi pada pasien jika dibandingkan sebelum


sakit dan saat sakit yaitu terkait frekuensi makan.
3. Pola eliminasi:
BAK
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pola eliminasi
Frekuensi
Jumlah
Warna
Bau
Karakter
Bj
Alat bantu
Kemandirian
Lain-lain

Saat sebelum sakit


3-4 kali/hari
Kuning jernih
Bau khas urin : amoniak
Mandiri
-

Saat sakit di rumah sakit


2-3 kali/hari
Kuning jernih
Bau khas urin : amoniak
Terpasang kateter
-

BAB
No
1

Pola eliminasi
Frekuensi

2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jumlah
Konsistensi
Warna
Bau
Karakter
Bj
Alat bantu
Kemandirian
Lain-lain

Saat sebelum sakit


1-2 kali/hari

Saat sakit di rumah sakit


1 kali/hari (kadang-

Padat
Kuning
Bau khas BAB
Mandiri
-

kadang)
Padat
Kuning kecoklatan
Bau khas BAB
Dibantu
-

Interpretasi:
Balance cairan:
Input :

Infus RL 1500 cc/24 jam


Minum 2400 cc/24 jam
Water Metabolism (WM) menggunakan luas permukaan tubuh dengan
rumus du bois. Diketahui BB pasien 62 Kg dengan TB 171 cm

ditemukan luas permukaan tubuh (LPT)


TB ( cm ) x BB(Kg)
LPT =
3600
171 x 62
=
3600

= 2,945
= 1,72 m2
WM = 350 x LPT
= 350 x 1,72
= 602 cc
Total input = 1500 + 2400 + 602 = 4502 cc/24 jam
Output
Urine 1500 cc/24 jam
IWL (Insensible Water Loss) = 2xWM = 2 x 602 = 1204 cc
Total ouput = 1500 + 1204 = 2704 cc
Balance cairan = input output
= 4502 2704 cc
= + 1,798 cc
4. Pola aktivitas & latihan
Sebelum masuk rumah sakit, aktivitas sehari-hari pasien lebih banyak di luar
rumah.
c.1. Akrivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri
0
Makan/ minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ ROM

Interpretasi:
Dilihat dari pola aktivitas harian pasien, kondisi pasien saat ini dikatakan
memerlukan bantuan petugas atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-harinya.
Status oksigenasi: pasien bernapas spontan, tidak tampak penggunaan otototot bantu pernapasan, pasien mengatakan tidak sesak napas, pasien tidak
menggunakan alat bantu pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler:
Tekanan darah = 120/80 mmHg, nadi = 80 x/menit, RR = 20 x/menit.
Terapi oksigen:
Pasien bernapas spontan dan tidak sesak napas sehingga tidak dibantu dengan
pemberian oksigen.
Interpretasi:
Pasien susah melakukan aktivitas karena mengalami fraktur.

5. Pola tidur & istirahat


No Pola tidur/istirahat
1
Durasi

Saat sebelum sakit


Tidur siang: jarang
tidur siang, jika tidur

siang 1 jam
Tidur malam : 8
jam/hari.

Gangguan tidur

Saat sakit di rumah sakit


Tidur siang : tidak tidur

siang
Tidur malam = 8
jam/hari.

Tidak ada gangguan

Sering terbangun saat

tidur, tidur selalu

tidur, baik tidur siang

nyenyak.

maupun malam karena


nyeri yang dirasakan
pada bahu dan lengan.
Jika tidur malam
terbangun karena silau
lampu. Pasien terbiasa
tidur dengan mematikan

Keadaan bangun

Lebih segar

tidur
4
Lain-lain
Interpretasi :

lampu
Pasien merasa badannya
sakit semua terutama

pada bahu dan lengan


-

Pasien mengalami gangguan pada pola tidur dan istirahat saat hari pengkajian
6. Pola kognitif & perseptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Pasien mampu berhitung, mampu mengingat kejadian masa lalu.
Fungsi dan keadaan indera :

Mata : tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis, mampu melihat dengan

jelas.
Hidung : normal dapat mencium bau, tampak bersih.
Telinga : pasien mampu mendengar suara mahasiswa saat dilakukan

pengkajian, tidak terdapat pembengkakan, telinga simetris, tampak bersih.


Pengecap : simetris, tampak bersih.

Peraba : pasien dapat merasakan suhu panas dan dingin, mampu

merasakan perabaan dan nyeri.


Interpretasi :
Pasien tidak mengalami gangguan pola kognitif dan perseptual.
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri : pasien khawatir dengan tangannya yang susah untuk
digerakkan.
Identitas diri : identitas diri pasien mengalami penurunan karena sakit yang
dialaminya.
Harga diri : pasien percaya dirinya dapat sembuh dan segera melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Ideal diri : pasien ingin tangannya yang mengalami fraktur agar cepat sembuh
dan dapat melakukan aktivitasnya kembali.
Peran diri : peran diri pasien terganggu.
Interpretasi:
Pola persepsi diri pasien mengalami gangguan.
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pasien belum kawin.
Interpretasi :
-.
9. Pola peran & hubungan
Peran pasien sebagai seorang mahasiswa terganggu.
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan peran saat sakit, hubungan pasien dengan
keluarga baik.
10. Pola manajemen koping-stess
Pasien mengatakan pada awalnya mengalami ansietas dan stress terhadap
patah tulang yang dialaminya, akan tetapi lama kelamaan pasien menerima
kondisinya.
Interpretasi:
Manajemen dan koping stress pasien adaptif karena pasien mengganggap
kecelakaan yang dialaminya bukan merupakan hal yang buruk.
11. Sistem nilai & keyakinan

Pasien mengatakan tidak dapat melakukan shalat 5 waktu seperti biasanya


karena kesulitan untuk berwudhu. Pasien juga mengatakan tidak dapat shalat
karena tangannya susah untuk digerakkan.
Interpretasi :
Terdapat gangguan dalam pemenuhan kebutuhan ibadah pasien. Pasien tidak
dapat melakukan ibadah sesuai keyakinannya seperti sebelum pasien sakit.
IV.

Pemeriksaan Fisik
Pengkajian tanggal 17 Oktober 2016.
Keadaan umum : cukup
GCS : E4 V5 M6
Tanda vital :
Tekanan darah = 120/80 mmHg
Nadi = 80 x/menit
RR = 20 x/menit
Interpretasi:
Pasien dalam keadaan compos mentis

Pengkajian fisik
1. Kepala
Inspeksi : kepala bulat, simetris, rambut hitam, tidak rontoh, persebaran
rambut merata, rambut agak kotor, tidak tampak benjolan, wajah simetris,
tidak ada benjolan abnormal pada wajah dan terdapat beberapa luka pada
wajah.
Palpasi : tidak teraba benjolan
2. Mata
Inspeksi : pupil isokor, reflek cahaya positif, sklera tidak ikhterik,
konjungtiva tidak anemis, bulu mata rata dan hitam.
Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal pada kedua mata, ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : telinga simteris, tampak bersih, warna sama dengan kulit
lainnya.
Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal pada kedua telinga, tidak ada
nyeri tekan.
4. Hidung
Inspeksi : tidak tampak pernapasan cuping hidung, tulang hidung simetris,
lubang hidung bersih, tidak terdapat luka/lesi, tidak terpasang alat bantu
pernapasan

Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.


5. Mulut
Inspeksi : tampak luka pada mulut, mulut bersih.
6. Leher
Inspeksi : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, waran sama seperti
sekitarnya, tidak tampak pembesaran kelenjar limfe, tidak ada jejas.
Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
7. Dada
Paru-paru
Inspeksi: pernapasan reguler dengan RR 20x/menit, dada simetris,
tidak ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan, tidak ada jejas,
tidak tampak benjolan abnormal
Palpasi : tidak teraba benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor pada kedua lapang paru
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Auskultasi : irama teratur, tidak ada wheezing pada kedua lapang
paru, tidak ada ronkhi
Jantung
Inspeksi : dada simetris, tidak tampak jejas, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak teraba benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan,
ictus cordis tidak teraba,
8. Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen simetris, flat, tidak ada luka/jejas, tidak tampak
benjolan abnormal.
Palpasi: tidak teraba benjolan/massa, tidak ada nyeri tekan
9. Urogenital
Inspeksi: terpasang kateter urin
10. Ekstremitas
Inspeksi:
Ekstremitas atas : pasien mengalami fraktur klavikula dan humerus,
terdapat luka insisi post operasi tertutup kassa steril di klavikula kanan,
terdapat balutan elastic bandage di humerus kanan, tampak edema,
terdapat krepitasi.
a.

Motorik

Pergerakan kanan / kiri : simetris, sama

Pergerakan abnormal : tidak ada pergerakan abnormal

Kekuatan otot kanan / kiri : bagian tubuh kiri memiliki kekuatan otot
pergerakan aktif dengan mengeliminasi gravitasi, bagian tubuh
kanan memiliki kekuatan otot dengan pergerakan aktif melawan
penuh tanpa adanya kelelahan otot (kekuatan otot normal)

Tonus otot kanan / kiri : terlihat

Koordinasi gerak : dapat berkoordinasi dengan baik

b.

Sensori
-

Nyeri : menghindari sumber nyeri

Rangsang suhu : menghindari suhu tinggi

Rasa raba : merasa nyeri

Pengukuran kekuatan otot

2222

5555

2
5555

5
5555

5
5
Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal, akral hangat, tidak ada
krepitasi, ada nyeri tekan, turgor kulit baik (<2 detik), CRT< 2 detik

Ekstremitas bawah
a. Motorik
-

Gaya berjalan : kuat berjalan

Kekuatan kanan / kiri : dapat menahan tahanan baik kaki kanan


maupun kiri

Tonus otot kanan / kiri : terlihat

b. Sensori
-

Nyeri : menghindari sumber nyeri

Rangsang suhu : menghindari suhu tinggi

Rasa raba : merasa geli

11. Kulit dan kuku


Inspeksi : kulit berwarna sawo matang
Palpasi : ada nyeri tekan pada klavikula, CRT <2 detik

12. Keadaan lokal


Edema dan nyeri tekan cruris, tertutup balutan, akral hangat
Keadaan umum: cukup

V. Terapi
VI. VII.
N

nis terapi

O
XIII. XIV.
1.

Je

Ri

VIII.

Farmakodinami

k dan farmakokinetik

IX.

Dosis dan

Indikasi dan

XI.

Efek samping

XII.

Implik

kontraindikasi

asi

XVII. Dosisi

XIX. Indikasi : untuk

XXI. Reaksi-reaksi yang

Keperawatan
XXIII. Membe

disesuaikan dengan

mengembalikan

mungkin terjadi karena

rikan obat

energi yang lebih baik

kebutuhan cairan,

keseimbangan elektrolit

larutannya atau cara

secara 12

dari glukosa pada

umumnya 30-40

pemberiannya termasuk

benar

keadaan pasca iskemia,

ml/kg BB/hari pada

pada dehidrasi
XX. Kontraindikasi :

XV.

Farmakodinami

nger laktat k : sebagai substrat

memulihkan cairan
normal atau
keseimbangan

rute pemberian

X.

dewasa
XVIII. Rute :
intravena

hipernatremia, kelainan
ginjal, kerusakan sel
hati, asidosis laktat

timbulnya panas, infeksi


pada tempat penyuntikan,
trombosis vena atau flebitis
yang meluas dari tempat

elektrolit.
XVI. Farmakokinetik

penyuntikan, ekstravasasi.
XXII. Jika terjadi efek

: dimetabolisme di

samping, pemakaian harus

ginjal, hati, dan

dihentikan dan lakukan

jantung. Sebagian kecil

evaluasi terhadap penderita.

laktat dibakar untuk


hidrogen, sedangkan
sisanya digunakan

dalam
XXIV.XXV. Ce

glukoneogenesis.
XXVIII.
Farmak

XXX. Dewasa dan

XXXI. Indikasi : infeksi XXXIII.

2.

odinamik : ceftriaxone

anak di atas 112

yang disebabkan bakteri pencernaan : diare, mual,

emberikan

adalah golongan

tahun 1-2 gram per

yang sensitif terhadap

obat secara 12

cefalosporin dengan

hari. Pada keadaan

spektrum luas, yang

parah, dosis dapat

ceftriaxone
XXXII.

membunuh bakteri

ditingkatkan menjadi

dengan menghambat

4 gram per hari

ftriaxone
XXVI. 2x
10 gram
XXVII.

sintesis dinding sel


bakteri. Ceftriaxone
secara relatif

Kontrain

Gangguan

muntah, stomatitis, glositis


XXXIV.
Reaksi kulit :
dermatitis, pruritus,

dikasi : hipesensitivitas

urtikaria, edema, eritema,

terhadap antibiotik

eritema multifroma, dan

kelas sefalosforin

reaksi anafilaktik
XXXV.
Hematologi :
eosinofil, anemia hemolitik,

mempunyai waktu

trombositosis, leukopenia
XXXVI.
Efek

paruh yang panjang

samping lokal : iritasi akibat

dan diberikan dengan

dari peradangan dan nyeri

injeksi dalam bentuk

pada tempat yang diinjeksi


XXXVII.
Gangguan

garam sodium.
XXIX. Farmakokinetik
: ceftriaxone secara
cepet terdifusi ke

gungsi ginjal : terjadi


peningkatan BUN
XXXVIII.
Gangguan

XXXIX.

benar

dalam cairan jaringan,

fungsi hati : terjadi

diekskresikan dalam

peningkatan SGOT atau

bentuk aktif yang tidak

SGPT

berubah oleh ginjal


XL. XLI.
3.

Ra

nitidin
XLII. 3x
10 gram

(60%) dan hati (40%).


XLIII. Farmakodinami

XLV. Rute :

XLVI. Indikasi : tukak

XLVIII.

k : ranitidin

melalui intravena

lambung dan tukak

sulit buang air besar, diare,

rikan obat

menghambat reseptor

duodenum, refluks

mual, nyeri perut, gatal-

secara 12

H2 secara selektif dan

esofagitis, dispepsia

gatal pada kulit

benar

reversible. Reseptor H2

episodik kronis, tukak

akan merangsang

akbiat AINS
XLVII. Kontraindikasi :

sekresi cairan lambung


pada pemberian
ranitidin sekresi
lambung dihambat.
XLIV. Farmakokinetik
: bioavailabilitas
ranitidin yang
diberikan secara oral
sekitar 50% dan

penderita diketahui
hipersensitif terhadap
ranitidin

Sakit kepala,

XLIX. Membe

meningkat pada pasien


Ke

penyakit hati.
LIII. Farmakodinami

L.

LI.

4.

torolac
k:
LII. 3 x LIV.

Efeknya

5 ml (10

menghambat

gram/ml)

biosintesis
prostglandin. Kerjanya
menghambat enzim
sklooksogenase
(prostaglandin
sintetase). Selain
menghambat sistesis
prostaglandin, juga
menghambat
tromboksan A2.
LV.
Farmakokinetik
:
LVI.

LVII. Perdarahan

LVIII. Indikasi : terapi

LX.

abdominal setelah

jangka pendek untuk

menghambat proses

rikan obat

operasi : 1 gram 3 x

nyeri sedang setelah

agregasi platelet dan

secara 12

sehari (injeksi

operasi
LIX. Kontraindikasi :

memperpanjang waktu

benar

intravena pelanpelan) pada 3 hari


pertama, kemudian
ketika beralih dari
terapi parenteral
menjadi oral, dosis
oral yang pertama
adalah 20 mg, diikuti
10 mg setiap 4-6 jam
(maksimal) 40 mg
dalam waktu 24 jam

Ketorolac

tromethamine 99%

hipersensitif terhadap
ketorolac tremethamine
dan pernah
menunjukkan reaksi
alergi terhadap aspirin
atau obat AINS lainnya.

Efek pada darah

perdarahan

LXI.

Membe

diikat oleh protein.


Sebagian besar
ketorolac
tromethamine
dimetabolisme di hati.
Metabolismenya
adalah dhidrosilate,
dan yang tidak
dimetabolisme
diekresikan melalui
urin.

LXII. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium


LXIII.LXIV. Jenis
N
peme
riksa
an
LXVIII.
LXIX. Hem
1
atolo
gi
lengk
ap

LXV. Nilai
normal
(rujukan)

LXXIII. LXXIV.

LXXVII.
13,5-

LXXII.
17-102
0
1
6
LXXVIII. LXXIX.
gr/dL
14,9

LXXXIV.
4,5-

LXXXV.
10 9

LXXXVI.
16,9

LXXXVII.
LXXXVIII.

XCI.
41-53

XCII.
%

XCIV.

XCV.

XCVII.
T
romb
osit
CIII. CIV. Faal
2
hati

XCVIII.
150-

XCIX.
10 9

CI.

CII.

CV.
nilai

CVI.
Satu

CVIII.

CIX.

CXI. SGOT
CXII. SGPT

CXIII.
10-35
CXIV.
9-43
CXXIII.
nilai

CXV.
U/L
CXVI.
U/L
CXXIV.
Satu

CXIX.

CXX.

CXXX.

CXXXI.

XCIII. 4
2
,
6
C.
3
2
4
CVII. 1
7
1
0
2
0
1
6
CXVII.6
9
CXVIII.
68
CXXV.
17-102
0
1
6
CXXXII.

LXXVI.
H
emogl
obin
LXXXIII. L
eukos
it
XC. Hema
tokrit

CXXI.
CXXII.
G
3 ula darah

CXXIX.

LXX.
nilai

LXVI. Hasil
LXVII.
(hari/tanggal)

LXXI.
Satu

LXXX. LXXXI.

CXXVI. CXXVII.

CXXXIII.CXXXIV.

ula darah
sewaktu
CXXXVI.

5-35

U/L

CXXXVII.

CXXXVIII. CXXXIX.

CXL.

CXLIV.
Nilai

CXLV.
Satu

CXLVII. CXLVIII.

CL. Kreatini
n serum

CLI.
0,6-1,3

CLII.
mg/d

CLVII.BUN

CLVIII.
6-20

CLIX.
mg/d

CXLVI.
17-102
0
1
6
CLIII. 1
,
2
CLX. 1
4

CLXV.
12-43

CLXVI.
mg/d

CLXVII.
31

CLXVIII.CLXIX.

CXLII.
CXLIII.
F
4 aal ginjal

CLXIV.
rea

46
CXLI.

CLIV.

CLV.

CLXI.

CLXII.

CLXX.
CLXXI.

CLXXVIII.

CLXXII. Jember, 17 Oktober 2016


CLXXIII. Pengambil Data,
CLXXIV.
CLXXV.
CLXXVI.
CLXXVII.
(Fakhrun Nisa Fiddaroini, S.Kep)
CLXXIX. NIM 122311101064

CLXXX.
CLXXXI.
CLXXXII.
CLXXXIII.
CLXXXIV.
CLXXXV.
CLXXXVI.
CLXXXVII.

Pemeriksaan Penunjang
CLXXXVIII.
Rontgen Thorax

CLXXXIX.

CXC.
CXCI. Rontgen Klavikula

CXCII.
CXCIII.
CXCIV.
CXCV.
CXCVI.
CXCVII.
CXCVIII.
CXCIX.
CC.
CCI. Rontgen Humerus

CCII.

CCIII.
CCIV. Rontgen Metakarpal
CCV.

CCVI.

CCXII.

CCXXXVII.
CCXXXVIII.
CCXXXIX.
N

DATA

PENUNJANG

CCXLII.
CCXLIII. DS:

Jember, 17 Oktober 2016


CCVII. Pengambil Data,
CCVIII.
CCIX.
CCX.
CCXI.
(Fakhrun Nisa Fiddaroini, S.Kep)
CCXIII. NIM 122311101064
CCXIV.
CCXV.
CCXVI.
CCXVII.
CCXVIII.
CCXIX.
CCXX.
CCXXI.
CCXXII.
CCXXIII.
CCXXIV.
CCXXV.
CCXXVI.
CCXXVII.
CCXXVIII.
CCXXIX.
CCXXX.
CCXXXI.
CCXXXII.
CCXXXIII.
CCXXXIV.
CCXXXV.
CCXXXVI.

ANALISA DATA
CCXL.

ETI

b. Pasien mengatakan tangannya


terasa berat dan susah untuk
digerakkan.
c. Pengkajian yang didapatkan:

OLOGI

ASAL

CCXLVI. Opera

AH
CCLIV. Ny

1 a. Pasien mengeluh sakit pada


daerah yang dioperasi

CCXLI.

si

CCXLVII.

eri akut

CCXLVIII. Jari
ngan
terputus

CCXLIX.

CCXLIV. Provokatif (P):

CCL. Merang

dilakukannya pembedahan,

sang

kualitas (Q): nyeri panas dan

saraf
sensori

nyeri berdenyut (throbbing


pain), regio (R): klavikula
dan humerus, skala (S):
pasien terlihat menahan nyeri
(dari skala: tidak nyeri (0)

CCLI.
CCLII. Nyeri
akut

CCLIII.

nyeri berat (10): nyeri skala


4, waktu (T): nyeri setiap saat
berusaha untuk digerakkan.
CCXLV.

DO:

Pasien tampak menahan nyeri


b. Pasien tampak mengeluh nyeri
pada keluarga dan perawat

CCLV.CCLVI.

DS :

a. Pasien takut

CCLVII.

CCLXV. Fraktu
r

Hambatan

untuk menggerakan

CCLXVI.

tangannya

CCLXVII. Kete

CCLVIII. b. Pasien
mengatakan tangan
kanannya terasa kaku
CCLIX.
CCLXI.

DO:

CCLXII. a. Pada tangan


kanan terbalut elastic
bandage
CCLXIII. b. Pasien tampak
tidak kuat untuk
mengangkat tangan

mobili
tas

rbatasan

fisik

pergerak

regio

an fisik

CCLXVIII.

CCLXIX. Kons

CCLX.

CCLXXIII.

ervatif
(balut)

CCLXX.

CCLXXI. Ham
batan
mobilita
s fisik

CCLXXII.

dekstr
a

kanannya
CCLXIV. c. Terdapat
terderness (nyeri
tekan)
CCLXXIV.
CCLXXV. DO:

CCLXXVIII.Pr

3a. Pasien terpasang drain


b. Terdapat luka insisi post operasi
tertutup kassa steril
c. ADL terbatas, personal hygiene
kurang
d. Lingkungan sekitar pasien yang
kurang dijaga kebersihanya
e. Jumlah pengungjung tidak
dibatasi

osedur

Risiko infeksi

pembed
ahan

CCLXXIX.

CCLXXX. Jarin
gan
terbuka

CCLXXXI.

CCLXXVI.

CCLXXXVIII.

CCLXXXII. Po

CCLXXVII.

rt the
entry

CCLXXXIII.
CCLXXXIV. Ji
ka
Proteksi
kurang,
imun
menuru
n, invasi
bakteri

CCLXXXV.
CCLXXXVI. R
isiko
infeksi

CCLXXXVII.
CCLXXXIX.
CCXC.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

CCXCI. CCXCII. Diagnosa

CCXCIII. Tan

CCXCIV. Tan

ggal

perumu

pencap

san
CCXCVII. 17

CCXCV.
CCXCVI. Nyeri akut
1

ggal

berhubungan

Oktober

dengan agen injuri


fisik (pasca operasi

2016
CCXCVIII.

pembedahan)

aian
CCCV.20
Oktober
2016
CCCVI.
CCCVII.

ditandai dengan

CCXCIX.

pasien mengeluh

CCC.

CCCVIII.
CCCIX.

sakit pada daerah

CCCI.

CCCX.

yang di operasi

CCCII.

CCCXI.

CCCIII.
CCCIV.
CCCXII.
CCCXIII. Hambatan
2

CCCXIX. 20

mobilitas fisik

CCCXIV. 17

berhubungan

Oktober

dengan penurunan

2016

kekuatan otot

CCCXV.

ditandai dengan

CCCXVI.

pasien tampak tidak

CCCXVII.

kuat untuk

Oktober
2016

CCCXVIII.

mengangkat tangan
kanannya
CCCXX.
CCCXXI. Risiko infeksi
3

CCCXXII. 17

CCCXXV. 20

berhubungan

Oktober

Oktober

dengan prosedur

2016

2016

pembedahan (insisi

CCCXXIII.

post operasi)
CCCXXIV.
CCCXXVI.

CCCXXVII.
CCCXXVIII.
CCCXXIX.
CCCXXX.
CCCXXXI.
CCCXXXII.
CCCXXXIII.
CCCXXXIV.
CCCXXXV.
CCCXXXVI.
CCCXXXVII.
CCCXXXVIII.
CCCXXXIX.
CCCXL.
CCCXLI.
CCCXLII.
CCCXLIII.
CCCXLIV.

CCCXLV. PERENCANAAN KEPERAWATAN


CCCXLVI.

CCCXLVII.
CCCXLVIII.
N

DIAGNOSA

CCCXLIX.

TU

CCCL.

INTERVENSI (NIC)

CCCLI.

RASIONAL

JUAN DAN
KRITERIA

CCCLII.
CCCLIII. Nyeri
1

HASIL (NOC)
CCCLIV. Setelah

CCCLIX. Manajemen nyeri

akut

dilakukan

berhubun

tindakan

komprehensif termasuk lokasi,

untuk pemilihan intervensi yang

gan

keperawatan

karakteristik, durasi, frekuensi,

tepat bagi pasien, sebagai

dengan

selama 3 x24

kualitas dan faktor presipitasi

evaluasi dari terapi yang

agen

jam pasien

injuri

dapat

fisik

mengontrol

(pasca

nyeri dengan

hidup pasien (tidur, nafsu makan,

operasi

kriteria hasil:

aktivitas, kongnitif, perasaan)

pembeda

a. Melaporkan nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri secara

CCCLXI.
1.

2. Observasi reaksi non-verbal dari


ketidaknyamanan

diberikan
2.

3. Kaji dampak nyeri pada kualitas

sudah terkontrol atau

keluarga terkait hal-hal yang

ditandai

berkurang

mengurangi dan memperburuk

Mengetahui reaksi pasien


terhadap nyeri yang dirasakan

3.

Mengetahui dampak nyeri pada


aktivitas pasien

4. Diskusikan bersama pasien dan

han)

Mengetahui karakteristik nyeri

CCCLXII.
4.

Mengurangi faktor yang dapat


menambah nyeri pasien,

dengan

b. Ekspresi pasien rileks

pasien

c. Menggunakan metode

meningkatkan kenyamanan

5. Berikan informasi terkait nyeri

pasien

mengeluh

non-analgetik untuk

seperti penyebab, lama nya nyeri,

sakit

mengurangi nyeri

dan antisipasi ketidaknyamanan

membantu pemilihan keputusan

dari prosedur tindakan

dalam regimen pengobatan

pada

d. Menggunakan

daerah

analgetik sesuai

yang di

kebutuhan

untuk mengatasi nyeri

operasi

CCCLV.

CCCLX.

CCCLVIII.
CCCLXVI.

Informasi yang adekuat dapat

CCCLXIII.
6.

Mengurangi nyeri tanpa


menggunakan obat-obatan,

7. Kolaborasi pemberian obat-obatan

CCCLVII.
CCCLXIV.
CCCLXV. Hamb

5.

6. Ajarkan teknik non-farmakologi

CCCLVI.

nyeri

meningkatkan kenyamanan

analgetik

pasien
7.

Sete

Membantu mengurangi nyeri


CCCLXIX.
1. Melatih rentang gerak pasien
1. Latih nafas dalam dan ROM pasif 2. Mengetahui kondisi tubuh klien

CCCLXVII.

Latihan terapi : ambulasi

atan

lah dilakukan

mobilitas

tindakan

fisik

keperawatan

sebelum/sesudah latihan dan lihat

berhubun

selama 4 x 24

respon pasien saat latihan

gan

gangguan

dengan

mobilitas fisik

tentang rencana ambulasi sesuai

penuruna

teratasi dengan

dengan kebutuhan

2. Monitoring vital sign

3. Konsultasikan dengan terapi fisik

saat melakukan ativitas fisik


CCCLXX.
3.
Menyesuaikan
dengan kondisi klien untuk
melakukan aktifitas fisik
4.
Membantu
mempercepat proses

n otot
ditandai
dengan
pasien
tampak
tidak kuat

kriteria hasil:
a. Klien meningkat
dalam aktivitas fisik
b. Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
c. Memverbalisasikan

4. Ajarkan pasien atau keluarga lain


tentang teknik ambulasi
mobilisasi
CCCLXVIII.
6. Latih pasien dalam pemenuhan

perasaan dalam

kebutuhan ADLs secara mandiri

mengang

meningkatkan

sesuai kemampuan

kat

kekuatan dan

tangan

kemampuan berpindah
d. Memperagakan
untuk mobilisasi

bantuan jika diperlukan

Setelah dilakukan

berhubun

tindakan

gan

keperawatan

dengan

selama 3x 24

teknik terapi selanjutnya


Melatih klien untuk

mandiri
CCCLXXI.
CCCLXXII.
7.
Membantu klien
8.

melakukan aktivitas
Membantu
mengawali latihan

8. Ajarkan pasien bagaimana


merubah posisi dan berikan

CCCLXXIII.
CCCLXXIV.

6.

memerlukan.

penggunaan alat Bantu


(armsling)
CCCLXXV.

Risiko infeksi

7. Berikan alat Bantu jika klien

penyembuhan
Mengetahui
kemampuan klien menentukan

5. Kaji kemampuan pasien dalam

untuk

kanannya

5.

CCCLXXVI.
1. Pertahankan teknik aseptif

CCCLXXX.
1.

2. Batasi pengunjung bila perlu


3. Cuci tangan setiap sebelum dan

sesudah tindakan keperawatan

Mengurangi

2.

penyebab infeksi
Mengurang jumlah

3.

paparan infeksi
Mencegah terjadina

prosedur

jam pasien

pembeda

tidak

han

mengalami

(insisi

infeksi dengan

post

kriteria hasil:

operasi)

a. Pasien bebas dari

4. Ganti letak IV perifer dan dressing

sesuai dengan petunjuk umum


5. Gunakan kateter intermiten

6. Tingkatkan intake nutrisi


7. Berikan terapi antibiotik

CCCLXXVIII.
8.

b. Menunjukkan
kemampuan untuk

infeksi

CCCLXXVII.

tanda dan gejala


infeksi

cross infection
CCCLXXXI.
4.
Meminimalisir

Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal

9.

CCCLXXXII.
5.

Untuk menurunkan

infeksi kandung kencing


6.
Meningkatkan imun
7.
Membantu
perlindungan dari dalam
8.
Mengetahui secara

Inspeksi kulit dan membran

mencegah timbulnya

dini infeksi primer


mukosa terhadap kemerahan, panas, 9.
Mengetahui tanda

infeksi

drainase

c. Jumlah leukosit dalam 10.


batas normal
d. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
e. Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam

Ajarkan pasien dan keluarga


tanda dan gejala infeksi
CCCLXXIX.

infeksi
CCCLXXXIII.
10.
Mengetahui secara
dini infeksi primer
CCCLXXXIV.

batas normal
CCCLXXXV.
CCCLXXXVI.
CCCLXXXVII.
CCCLXXXVIII.
CCCLXXXIX.
CCCXC.
CCCXCI.
CCCXCII.
CCCXCIII.

CCCXCIV.

CATATAN PERKEMBANGAN
CCCXCV.

CCCXCVI.

Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

(pasca operasi pembedahan) ditandai dengan pasien mengeluh sakit


pada daerah yang di operasi

CCCXCVII. CCCXCVIII.

CCCXCIX.

WAKT

PAR

CDI.

IMPLEMENTASI

U
S 1. Melakukan pengkajian nyeri

CDX.

secara komprehensif dengan

Fakh

hasil :
CDV.

i
n
,
CDII. 1
7

k
t
o
b

dilakukannya pembedahan,
kualitas (Q): nyeri panas dan
nyeri berdenyut (throbbing
pain), regio (R): klavikula
pasien terlihat menahan nyeri
(dari skala: tidak nyeri (0)
nyeri berat (10): nyeri skala
4, waktu (T): nyeri setiap
saat berusaha untuk

digerakkan.
e
2. Mengobservasi reaksi non
r
verbal daerah ketidaknyaman
2
dengan respon sering melihat
0
daerah sekitar operasinya
1 3. Mengkaji dampak nyeri pada
6

EVALUASI

CDXI. Senin, 17 Oktober


2016
CDXII.

Provokatif (P):

dan humerus, skala (S):


O

CD.

Pukul 12.00
CDXIII.
S:
CDXIV.
a. Pasien mengatakan di
bahu dan tangan saya terasa
panas setelah operasi.
CDXV.

b. Pengkajian

nyeri didapatkan penyebab:


luka insisi post operasi,
kualitas nyeri panas dan
nyeri berdenyut (throbbing
pain), regio klavikula dan
humerus, skala : pasien
terlihat menahan nyeri (dari
skala: tidak nyeri (0)

kualitas hidup pasien (tidur,

nyeri berat (10): nyeri skala

nafsu makan, perasaan)

4, waktu : nyeri setiap saat

dengan cara bertanya

berusaha untuk digerakkan.

menggunakan bahasa yang

CDIII. P

CDXVI.

sederhana dan mudah

O:

dipahami oleh pasien terkait

CDXVII.

nyeri pasien terkait nyeri yang

a. Tidak ada keringat dingin

dirasakan saat ini

CDXVIII.

CDVI.

Respon:

b. pasien mampu melakukan

CDVII.

Pasien mengatakan

sakiit

teknik relaksasi napas


dalam

CDVIII.

CDIV.

CDXIX.

4. Mengajarkan teknik relaksasi

c. Skala nyeri 4

napas dalam untuk mengurangi

CDXX.

konsentrasi terhadap nyeri

A: Masalah keperawatan

CDIX.

nyeri akut belum teratasi


CDXXI.
P: Intervensi dilanjutkan
CDXXII.
a. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga terkait halhal yang mengurangi dan
memperburuk nyeri
CDXXIII.
b. Berikan informasi terkait
nyeri seperti penyebab,
lamanya nyeri dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur tindakan
CDXXV. 1. Melakukan pengkajian nyeri

CDXXIV.
CDXXXII. CDXXXIII.

Selasa,

secara komprehensif dengan

Fakh

CDXXVI.

hasil :
CDXXIX. Provokatif (P):

18

dilakukannya pembedahan,

Selasa,
CDXXXIV.
18 Oktober 2016

kualitas (Q): nyeri panas dan

CDXXXV.

nyeri berdenyut (throbbing

Pukul 18.40

pain), regio (R): klavikula

CDXXXVI.

dan humerus, skala (S):

CDXXXVII.

pasien terlihat menahan nyeri

S:

(dari skala: tidak nyeri (0)

CDXXXVIII.

nyeri berat (10): nyeri skala

a. Pasien mengatakan di

4, waktu (T): nyeri setiap

bahu dan tangan saya terasa

saat berusaha untuk

panas setelah operasi.

1
6

digerakkan.
2. Mengobservasi reaksi non

CDXXVII.
Pukul

verbal daerah ketidaknyaman


dengan respon sering melihat

daerah sekitar operasinya


1
3. Melakukan kolaborasi
6
pemberian obat-obatan
.
analgetik ketorolak 3 x 1 ml
0
(10 mg/ml) ceftiaxone 2 x 1
0
ml, ranitidin 3 x 1 ml, dan
CDXXVIII.
melalui intravena
4. Mengajarkan pasien dan
keluarga jika nanti di rumah
untuk memakan makanan
yang banyak mengandung
protein untuk proses
penyembuhan luka
5. Mengevaluasi penggunaan
teknik relaksasi napas dalam
CDXXX.
CDXXXI.

CDXXXIX.

b. Pengkajian

nyeri didapatkan
penyebab: luka insisi post
operasi, kualitas nyeri
berdenyut (throbbing
pain), regio klavikula dan
humerus, skala : pasien
terlihat menahan nyeri
(dari skala: tidak nyeri (0)
nyeri berat (10): nyeri
skala 4, waktu : nyeri
hilang timbul
CDXL.O:
CDXLI.
a. Injeksi antibiotik
diberikan
CDXLII.
b. Pasien menggunakan
teknik relaksasi
napas dalam
ketika nyeri

CDXLIII.
c. Skala nyeri 4
CDXLIV.
CDXLV.
A: Masalah keperawatan
nyeri akut belum
teratasi
CDXLVI.
CDXLVII.
P : Lanjutkan intervensi
CDXLVIII.
a. Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
CDXLIX.
b. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
CDL.
c. Mengkaji dampak nyeri
pada kualitas hidup pasien
dengan bahasa yang mudah
dipahami
CDLI.
d. Melakukan kolaborasi
CDLII.R 1. Melakukan pengkajian nyeri
a
b
u
,
1

secara komprehensif
CDLIV. Provokatif (P):
dilakukannya pembedahan,
kualitas (Q): nyeri berdenyut
(throbbing pain), regio (R):
klavikula dan humerus, skala

CDLV.
Fakh

pemberian antibiotik
CDLVI.
Rabu, 19 Oktober 2016
CDLVII.
Pukul 12.00
CDLVIII.
S:

(S): pasien terlihat menahan

CDLIX.

nyeri (dari skala: tidak nyeri

a. Pasien mengatakan

(0) nyeri berat (10): nyeri

sakitnya sudah

skala 1, waktu (T): nyeri saat

mulai berkurang

t
o

berusaha untuk digerakkan


2. Mengobservasi reaksi non-

verbal dari ketidaknyamanan


b
3. Mengkaji dampak nyeri pada
e
kualitas hidup pasien dengan
r
bahasa yang mudah dipahami
2

dan tidak seperti


kemarin
CDLX.b. Pengkajian
nyeri didapatkan
penyebab: luka
insisi post operasi,

kualitas nyeri

berdenyut

(throbbing pain),

CDLIII.

regio klavikula

Pukul

dan humerus,
1

skala : pasien

terlihat menahan

nyeri (dari skala:

tidak nyeri (0)

nyeri berat (10):


nyeri skala 1,
waktu : nyeri saat
berusaha untuk
digerakkan
CDLXI.
O: Skala nyeri 1
CDLXII.
A: Masalah keperawatan
nyeri akut teratasi
sebagian
CDLXIII.

P : Intervensi dilanjutkan
CDLXIV.
CDLXV.

CDLXVI. Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


penurunan otot ditandai dengan pasien tampak tidak kuat untuk
mengangkat tangan kanannya
CDLXVII.
WAKT

CDLXVIII.
IMPLEMENTASI

CDLXIX. CDLXX.
PAR

EVALUASI

CDLXXI. 1. Mengajarkan pasien teknik

CDLXXIII. CDLXXVI.

Senin,

relaksasi napas dalam dengan

CDLXXIV. Senin, 17 Oktober 2016

tujuan agar pasien dapat

CDLXXVII.
CDLXXV.

mengikuti latihan dengan baik

Fakh

2. Melatih pasien dalam

Pukul 21.30

CDLXXVIII.

pemenuhan kebutuhan ADLs

S:

secara mandiri sesuai

b. Pasien mengatakan saya

kemampuan

takut untuk menggerakkan

o 3. Mengajarkan pasien bagaimana

tangan saya

merubah posisi dan

CDLXXIX.

memberikan bantuan untuk

O:

merubah posisi karena

CDLXXX.

keluarga masih takut untuk

a. Pasien belum mampu untuk

membantu merubah posisi

pasien

melakukan ambulasi

CDLXXXI.
b. Pasien masih harus bedrest

CDLXXII.

CDLXXXII.

Pukul

A: Masalah keperawatan
1

hambatan mobilitas fisik

belum teratasi

.
3
0

CDLXXXIII.
P : Lanjutkan intervensi

c. Melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital

sebelum/sesudah latihan dan


lihat respon pasien saat
latihan

d. Melakukan konsultasikan
tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
(ROM Pasif)

e. Mengukur kemampuan
pasien dalam mobilisasi

f. Memberikan alat bantu jika


klien memerlukan.

CDLXXXIV.
1. Mengajarkan pasien untuk

CDLXXXVII.
CDXC.

Selasa,

Selasa, 18 Oktober 2016


CDLXXXVIII.

ROM sesuai kebutuhan


1 2. Mengukur kemampuan pasien
untuk mobilisasi
8
3. Mengajarkan pasien bagaimana
O
k
t
o

merubah posisi dan


memberikan bantuan untuk

CDXCI.
CDLXXXIX.
Fakh

Pukul 21.00

CDXCII.
S:

merubah posisi, serta

CDXCIII.

menjelaskan pentingnya

a. Pasien mengatakan
tangan saya sudah

ambulasi dini

b 4. Memberikan alat bantu jika

mulai bisa diangkat

dan tidak sesakit

pasien memerlukan.
CDLXXXVI.

kemarin.

CDXCIV.

b. Pasien mengatakan

tangan saya bisa

digerakkan tapi
hanya sedikit.

CDLXXXV.

CDXCV.

Pukul

O:
1

CDXCVI.

a. Pasien mampu mengikuti

ROM dengan

sesekali menahan

sakit

CDXCVII.
b. Pasien belum mampu
melakukan
mobilisasi aktif

CDXCVIII.
c. Pasien tampak menahan
sakit saat tangannya
ditekuk

CDXCIX.
D.

A: Masalah
keperawatan
hambatan mobilitas
fisik belum teratasi

DI.

P : Lanjutkan
intervensi

DII.

a. Mengajarkan
pasien untuk ROM

DIII.

b. Mengukur
kemampuan pasien
dalam mobilisasi

DIV.

c. Mengajarkan
pasien merubah
posisi

DV.

d. Memberikan alat
bantu jika pasien
memerlukan

DVII. R 1. Mengajarkan pasien untuk


a

ROM

b 2. Mengajarkan pasien merubah


u
,

DX.

2016

DXI.

posisi

3. Memberikan alat bantu jika

DVI.
DXIII. Rabu, 19 Oktober
DXIV. Pukul 13.30
DXV. S:

DXII.

DXVI. a. Pasien

pasien memerlukan (armsling)

mengatakan tangan

Fakh

9 4. Melatih pasien dalam

saya sudah bisa

pemenuhan kebutuhan ADLs

diangkat dengan

secara mandiri sesuai

bantuan dan tidak

kemampuan

sakit lagi.

DIX.

DXVII.
b. Pasien mengatakan

o
b

tangan saya merasa

lebih nyaman

menggunakan ini

(armsling).

DXVIII.

O:

DXIX. a. Pasien belum

DVIII. P

mampu mobilisasi

secara aktif

DXX.

DXXI. A: Masalah

keperawatan

hambatan mobilitas

fisik teratasi

sebagian

DXXII.

P : Lanjutkan intervensi

DXXIII.
DXXIV.
DXXV.
DXXVI. Diagnosa : Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur
pembedahan (insisi post operasi)
DXXVII.
WAK
DXXXI.1.

DXXVIII. IMPLEM
ENTASI
Mencuci tangan

DXXIX.
PAR

DXXX.
EVALUASI

DXXXIV. DXXXVII.

Senin,

DXXXII.
Pukul

2.

setiap sebelum dan

DXXXV.

sesudah tindakan

DXXXVIII.
DXXXVI.

keperawatan

Fakhr Pukul 22.00


DXXXIX. S:

Melakukan
pengkajian kondisi luka

Senin, 17 Oktober 2016

DXL. Pasien mengatakan

yaitu dengan inspeksi

sedikit tidak nyaman di

kulit dan membran

tempat operasinya

mukosa terhadap

DXLI. O:

kemerahan, panas,

DXLII. Pasien mampu

drainase
3.

menyebutkan tanda gejala

Mengajarkan pasien

infeksi

dan keluarga tanda dan

DXLIII.

gejala infeksi

DXLIV.

DXXXIII.

A: Masalah

keperawatan risiko infeksi


belum teratasi

DXLV. P: Lanjutkan intervensi


DXLVI.

a. Membatasi

pengunjung sesuai jam


kunjungan

DXLVII. b. Melakukan cuci


tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan

DXLVIII. c. Mengajarkan
keluarga untuk
meningkatkan kebersihan
dengan cara menyeka pasien

DXLIX.
DL.
DLII. 1. Membatasi pengunjung
Selasa,

sesuai jam kunjungan

DLV.

DLI.
DLVIII.
Selasa, 18 Oktober 2016

2. Melakukan cuci tangan

DLVI. DLIX.

DLIII.

setiap sebelum dan

Pukul

sesudah tindakan

DLVII.

DLX. S:

keperawatan

Fakhr

DLXI. Pasien mengatakan

Pukul 22.00

3. Mengajarkan keluarga untuk

sedikit tidak nyaman di

meningkatkan kebersihan

tempat operasinya

dengan cara menyeka

DLXII.

pasien

DLIV.

DLXIII.

O:

DLXIV.

Belum bisa mengkaji

area luka karena belum


dirawat luka
DLXV.
DLXVI.

A: Masalah

keperawatan risiko infeksi


belum teratasi

DLXVII.
P: Lanjutkan intervensi

DLXVIII.
1. Membatasi pengunjung

DLXXI.

DLXXV.

Rabu,

DLXXII.

Rabu, 19 Oktober 2016

sesuai jam kunjungan

2. Melakukan cuci tangan


DLXIX.

setiap sebelum dan

Pukul

sesudah tindakan
keperawatan

3. Mengevaluasi terkait tanda


dan gejala infeksi

DLXX.

DLXXVI.
DLXXIII.
Fakhr Pukul 13.00
DLXXVII.
S:

DLXXIV.
DLXXVIII.
Pasien mengatakan keluarga datang
sesuai jam kunjungan

DLXXIX.
O:

DLXXX. Pasien mampu


menyebutkan tanda gejala
infeksi

DLXXXI.

DLXXXII. A: Masalah
keperawatan risiko infeksi
belum teratasi

DLXXXIII.
P: Lanjutkan intervensi

DLXXXIV.

You might also like