You are on page 1of 10

PESTISIDA NABATI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALIAN

ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)


Oleh : Endang Hidayanti, SP dan Dyah Ambarwati, SP

LATAR BELAKANG
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), setiap tahun di seluruh dunia
terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang. Angka keracunan
tertinggi terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Hama-hama penting
seperti walang sangit dan wereng mengalami ketahanan setelah diaplikasikan
pestisida secara terus menerus. Secara alami, makhluk hidup punya naluri
bertahan dari apapun yang mengganggu kehidupannya. Beberapa tahun terakhir,
kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi pangan sehat yang aman
dan bebas dari bahan-bahan kimia semakin meningkat. Gaya hidup sehat dan
preferensi konsumen yang demikian telah menyebabkan permintaan produk
pertanian organik meningkat dengan pesat. Seiring dengan itu pertanian organik
mulai menjadi idola baru dalam dunia pertanian. Produk pertanian yang selama ini
identik dengan penggunaan bahan kimia non alami seperti pupuk dan pestisida
kimia mulai digantikan dengan pertanian organik yang memanfaatkan bahan alami
sebagai bahan pestisida dan obat-obatan untuk tanaman. (Marianah, 2013).
Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang
mengedepankan keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan
ekosistem

dimana

pertanian

ramah

lingkungan

mengutamakan

untuk

meninggalkan dampak yang negatif bagi lingkungan. Pestisida nabati adalah


pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan
organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, 2011).
Pestisida nabati bersifat pukul dan lari (hit and run), saat diaplikasikan akan
membunuh hama saat itu juga dan setelah hamanya mati maka residunya akan
hilang di alam. Dengan demikian produk terbebas dari residu pestisda sehingga

aman dikonsumsi manusia., pestisida nabati dapat menjadi alternatif pengendalian


hama yang aman dibanding pestisida sintetis (Litbang, 2014).
Pada tahap awal pemanfaatan pestisida nabati akan dilakukan, yaitu dengan
mempertimbangkan fungsi dan sifat bahan tumbuhan yang dicoba, dan dapat
dilaksanakan oleh siapa saja. Artinya eksplorasi yang demikian tidak harus
berangkat dari keinginan yang berlandaskan pemikiran ilmiah, tetapi dapat
langsung berdasarkan kebutuhan praktis. Sebetulnya penggunaan bahan
tumbuhan sebagai pestisida nabati sudah lama dikenal oleh nenek moyang kita
sebagai salah satu kearifan tradisonal yang sekarang hilang. Pada saat ini kita
perlu melihat kembali kearifan tradisional dalam bidang perlindungan tanaman.
Usaha penggunaan bahan nabati dapat dimulai dari bahan-bahan tumbuhan yang
kita kenal dengan baik, misalnya bahan tumbuh-tumbuhan yang kita kenal dengan
baik, seperti bahan-bahan ramuan tumbuhan obat (tanaman jamu tradisional),
bahan tumbuhan yang diketahui mengandung racun (misalnya gadung, jenu, jarak
pagar, dll), bahan tumbuhan berkemampuan spesifik (misalnya mengandung rasa
gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai hewan/binatang), atau berdasarkan
pengalaman diketahui mempunyai kemampuan khusus terhadap hama dan
penyakit tanaman (biji sirkaya, mimba, tembakau, dll). Selanjutnya tingkat
penggunaanya juga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, demikian juga jenis
tanaman yang hendak dilindungi (Rachmawati, 2012).

PESTISIDA NABATI
Beberapa kelebihan dan kelemahan pestisida nabati (Suriana, 2012) :
A.

Kelebihan pesnab yaitu :


1. Teknologi

pembuatannya

lebih

mudah

dan

murah,

sehingga

memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.


2. Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun
terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk digunakan.

3. Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga,


tanaman yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman
dari pencemaran zat kimia berbahaya.
4. Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian
pestisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem.
5. Hasil pertanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari residu
pestisida kimiawi.
B.

Kelemahan pesnab yaitu :


1. Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka
waktu yang cepat.
2. Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi
hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat
mendekati tanaman budidaya.
3. Mudah rusak dan tidak tahan terhadap sinar matahari.
4. Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera
digunakan setelah proses produksi. Hal ini menjadi hambatan tersendiri
bagi petani untuk mendapatkan pestisida nabati instan ataupun untuk
memproduksi pestisida nabati untuk tujuan komersil.
5. Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang-ulang. Hal ini dari sisi
ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien.

Prinsip kerja pestisida nabati (Hendayana, 2010) :


a.

Merusak perkembangan telur, larva dan pupa.

b.

Menghambat pergantian kulit.

c.

Mengganggu komunikasi serangga.

d.

Menyebabkan serangga menolak makan.

e.

Menghambat reproduksi serangga betina.

f.

Mengurangi nafsu makan.

g.

Memblokir kemampuan makan serangga.

h.

Mengusir serangga.

i.

Menghambat perkembangan patogen penyakit.

BEBERAPA TANAMAN YANG DAPAT DIMANFAATKAN SEBAGAI PESTISIDA


NABATI :
1.

Mimba (Azadirachta indica)


Daun dan biji mimba mengandung
senyawa aktif azadirachtin sebagai
senyawa utama meliantriol, salanin
dan nimbin. Senyawa ini tidak untuk
membunuh

secara

cepat,

tetapi

berpengaruh terhadap daya makan,


pertumbuhan, daya reproduksi, proses
ganti kulit, menghambat perkawinan
dan komunikasi seksual, penurunan
daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu, daun dan biji
mimba juga berperan sebagai pemandul. Biji mimba mengandung beberapa
komponen aktif antara lain azadirachtin, salannin, azadiradion, salannol, gedunin,
nimbinen dan deacetyl nimbinen. Dari beberapa komponen aktif tersebut ada
empat senyawa yang diketahui berfungsi sebagai pestisida yaitu azadirachtin,
salannin, nimbinen dan meliantriol. Efektif untuk mengendalikan serangga
bertubuh lunak (200 spesies) antara lainL belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih,
dll. Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan
serangga, disemprotkan pada dun, disiramkan pada akar agar bisa diserap
tanaman dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah. Disamping itu dapat
juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan
spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab:
embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun, bercak daun dan
mencegah bakteri pada embun tepung (Marianah, 2013).

2.

Tembakau (Nicotiana tabacum)


Kandungan aktif : nikotin dengan
kadar tertentu. Spesies Nicotiana
tabacum dan

N. rustica memiliki

kandungan nikotin antara 6%-18%,


dan kandungan tertinggi terdapat di
daun.

Pemanfaatan

sebagai

insektisida nabati, digunakan sebagai


racun perut dan pernapasan. Hama
yang
serangga

berukuran

kecil

dikendalikannya

terutama

dan bertubuh lunak, seperti ulat perusak daun,

aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida) (Ngasih, 2014).


3.

Babadotan (Ageratum conyzoides)


Kandungan kimia yang terkandung
adalah saponin, flavonoid, polivenol,
kumarine, eugenol 5%, HCN dan
minyak

atsiri.

Ekstrak

daun

babadotan berfungsi sebagai penolak


(repellent)
perkembangan

dan

penghambat

serangga

hama

(Setiawati, Murtiningsih, Gunaeni dan


Rubiati, 2008)
(Sumber : klinikpengobatanalami.wordpress.com )

4. Cengkeh (Syzygium aromaticum)


Kandungan aktif : minyak asiri dan
komponennya,

seperti

eugenol

dan

eugenol asetat. Selain dalam bentuk


ekstrak,

tepung

menghambat

cengkih

pertumbuhan

juga
patogen

tanaman. Bagian tanaman yang bisa


dimanfaatkan adalah daun, bunga, dan
tangkai bunga. Pemanfaatan : Sebagai
fungisida nabati, mengendalikan jamur
patogen Phytophtora capsici, P. palmivora, Selerotium sp, serta Rigidoporus
lignosus. Konsentrasi minimal tepung daun atau tangkai bunga untuk menghambat
ketiga jamur tersebut adalah 0,4%. Sedangkan tepung bunga 0,2%. Populasi P.
capsici dalam tanah menurun dan populasi jamur tanah meningkat dengan
pemberian minimal 1% tepung bunga. Pemakaian minyak dan eugenol untuk
maksud yang sama adalah 200 ppm dan 300 ppm. Minyak cengkeh juga menekan
pertumbuhan Pseudomonas solanacearum pada keluarga terung-terungan.
Pemberian tepung daun cengkeh sebanyak 5% ke dalam tanah menekan 69%
serangan Fusarium oxysporum jamur penyebab penyakit busuk batang pada vanili
(Ngasih, 2014).
5. Daun Pepaya (Carica papaya)
Kandungan bahan aktif : daun pepaya
mengandung zat aktif enzim papain,
alkaloid, dan glikosid. Papain adalah
enzim hidrolase sistein protease yang
ada pada getah tanaman papaya, baik
di daun, batang maupun buahnya.
Getah pepaya mengandung sedikitnya

tiga jenis enzim yaitu papain (10%), khimopapain (45%), dan lisozim (20%).
Ekstrak daun papaya efektif untuk mengendalikan hama ulat, hama penghisap,
aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu. (Marianah, 2013).
6.

Mindi (Melia Azedarach L.)


Kandungan bahan aktif mindi mirip
seperti mimba, yaitu: azadirachtin,
triol, dan salanin. Tanaman mindi
banyak dimanfaatkan untuk pestisida
nabati. Bagian tanaman mindi yang
dapat digunakan untuk pengendalian
hama adalah daunnya, biji/buahnya,
dan kulitnya. Mindi dapat digunakan
untuk pestisida nabati, untuk mengusir

atau penolak hama, menghambat hama untuk bertelur, insektisida, dan


menghambat perkembangan cendawan Mindi juga mengandung racun kontak dan
racun perut bagi serangga sasaran.
Hama sasaran yang bisa dikendalikan yaitu Aphis citri, ulat grayak
Spodoptera spp, Spodoptera eridania, ulat jarak Spodoptera littoralis, belalang
Locusta migratoria, Ulat kuncung tembakau Helicoverpa virescens, Wereng
punggung putih Sogatella furcifera dan hama gudang Ephestia cautella,
Rhizopertha domonica. Mindi tidak mempunyai efek racun pada laba-laba, sedikit
meracuni kepik predator wereng coklat Cyrtorhinus lividipennis, tetapi mampu
meracuni manusia dan binatang menyusui lainnya (Marianah, 2013).

7.

Jarak (Ricinus communis)


Kandungan

kimia

biji

jarak

mengandung 40-50% minyak jarak


(oleum

ricini,

kastrooli)

mengandung
trigiliserida,

yang

bermacam-macam
asam

palmitat,

asam

risinoleat, asam isorisinoleat, asam


oleat, asam linoleat, asam linolenat,
asam stearate, alkaloida risinin, risin,
dan lipase. Daun jarak mengandung
(Sumber : daunbuah.com)

saponin, senyawa-senyawa flavonoida, astragalin, reiniutrin, risinin dan vitamin C.


Akar jarak memiliki kandungan kimia metiltrans-2-dekena-4,6,8-trinoat dan 1tridekena-3,5,7,9,11-pentin-beta-sitosterol. Pemanfaatan : ekstrak biji jarak dapat
mengendalikan hama secara umum ((Setiawati dkk, 2008).
8.

Daun Sirsak (Annona muricata)


Daun sirsak mengandung senyawa
acetogenin

antara

lain

bulatacin

dan

beberapa

kandungan

alkaloida,

asimisin,

squamosin

flavonoida,

kimia

dan
yaitu

saponin,

tanin,glikosida, gikosida atrakuinon,


dan

steroid/

triterpenoid.

Pemanfaatan dapat digunakan untuk


mengendalikan

hama

belalang

(Sumber : fandy-irfan99.blogspot.com)

karena memiliki senyawa-senyawa yang bersifat racun perut bagi hama belalang
(Khoiriyah, Handayani, A'yun, Sulistiyowati dan Hasanah, 2012).

Dengan melihat banyaknya keuntungan-keuntungan dan manfaat dari penggunaan


pestisida nabati, maka diharapkan agar dalam melakukan budidaya tanaman
hendaknya petani diarahkan untuk menggunakan pestisida nabati.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, 2011. Pembuatan Pestisida Nabati.


http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=art
icle&id=919:pembuatan-pestisida-nabati-&catid=49:info-teknologi&Itemid=81.
Diakses tanggal 25 Pebruari 2016
Hendayana, D., 2010. Mengenal Tanaman Bahan Pestisida Nabati.
https://dhkangmas.files.wordpress.com/2010/12/mengenal-tanaman-bahanpestisida-nabati.pdf. Diakses tanggal 26 Pebruari 2016.
Khoiriyah, Handayani, K., A'yun, Q., Sulistiyowati dan Hasanah, U., 2012.
MANFAAT DAUN SIRSAK (Annona muricata) SEBAGAI PESTISIDA
NABATI.
http://www.academia.edu/3779584/MANFAAT_DAUN_SIRSAK_sebagai_pes
tisidanabati. Diakses tanggal 01 Maret 2016.
Litbang, 2014. Serai, Salah Satu Bahan Pembuatan Pestisida Organik.
http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu47/teknologi/332-pestisida-nabati-pembuatan-dan-manfaat.
Diakses tanggal 26 Pebruari 2016.
Marianah, L., 2013. Membuat Pestisida Nabati.
http://www.bppjambi.info/newspopup.asp?id=708. Diakses tanggal 25
Pebruari 2016.
Ngasih, N., 2014. Jenis Jenis Tanaman Penghasil Pestisida Nabati.
http://www.ngasih.com/2014/10/11/jenis-jenis-tanaman-penghasil-pestisidanabati/. Diakses tanggal 25 Pebruari 2016.
Rachmawati, A., 2012. PESNAB (PESTISIDA NABATI).
http://anik-rachmawati.blogspot.co.id/2012/05/pesnab-pestisida-nabati.html.
Diakses tanggal 25 Pebruari 2016.

Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gunaeni, N., dan Rubiati, T., 2008. Tumbuhan
Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya Untuk pengendalian OPT.
http://www.scribd.com/doc/40685124/Tumbuhan-Bahan-PestisidaNabati#scribd. Diakses tanggal 01 Maret 2016.
Suriana, N., 2012. Pestisida Nabati : Pengertian, Kelebihan, Kelemahan dan
Mekanisme Kerja.
http://informasitips.com/pestisida-nabati-pengertian-kelebihan-kelemahandan-mekanisme-kerja. Diakses tanggal 26 Pebruari 2016.

Penulis 2,

Penulis 1,

Dyah Ambarwati, SP
NIP. 19640910 199102 2 001

Endang Hidayanti, SP
NIP. 19710920 200212 2 001

Mengetahui,
Koordinator Fungsional,

Kasie Yantekinfo,

Kabid. Proteksi BBPPTP


Surabaya

Erna Zahroin, SP
NIP. 197604222006042 001

Warnoto
NIP. 196002081983031003

Ir. Anita Lindiati


NIP. 96208041989032001

You might also like