You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada beberapa hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh tubuh kita
seperti protein. Kunci dari fungsi protein adalah untuk membangun dan
mempertahankan jaringan dalam tubuh. Otot, organ-organ vital dan hormon
sebagian besar terdiri dari protein. Rambut, kuku dan kulit semuanya tergantung
pada protein. Protein adalah molekul-molekul besar yang terbuat dari asam
amino. Dua puluh asam amino akan membentuk sebuah protein tapi hanya dua
belas di antaranya yang dapat diproduksi oleh tubuh. Delapan asam amino
penting lainnya harus dikonsumsi dari luar tubuh kita yaitu dari makanan yang
kita konsumsi. Protein sangat penting karena kehadirannya sangat esensial bagi
tubuh kita dalam berbagai cara. Fungsi utama dari protein adalah membangun
dan memelihara semua jaringan di tubuh, menyediakan struktur dari semua
jaringan otot, Menyediakan jalan untuk pengangkutan oksigen, nutrisi dan
produk-produk buangan lainnya di dalam tubuh dan Menyediakan kolagen
jaringan tubuh termasuk rambut, kulit dan kuku.
Oleh karena protein itu erat hubungannya dengan kelangsungan hidup
manusia, maka kita perlu mempelajari semua hal yang berkaitan dengan protein,
termasuk senyawa-senyawa atau zat yang terkandung didalamnya. Agar kita
dapat mengetahui senyawa dan kandungan yang terkandung didalam sutau
protein, maka kita perlu melakukan beberapa uji kualitatif protein. Dimana
setelah kita memahami semua uji yang berkaitan dengan uji kualitatif
karbohidrat, kita sebagai pihak yang akan terjun ke dalam dunia kedokteran,
akan mampu menerapkan ilmu ini dalam hal mengidentifikasi suatu penyakit,
khusunya terkait dengan proses eliminasi (pembuangan urine). Sama halnya
dengan karbohidrat. Seperti kita tahu, bahwa urine orang yang sehat itu tidak
mungkin mengandung protein jenis apapun. Jika di dalam suatu test urine
didapatkan hasil bahwa di dalam urine seseorang tersebut mengandung protein,
maka dapat disimpulkan bahwa dalam system urinaria orang tersebut mengalami
suatu gangguan, terutama bagian penyaringan. Maka, agar kita mampu

melakukan pemeriksaan seperti itu, terlebih dahulu kita perlu memahami benar
mengenai sifat-sifat protein dan uji kualitatif serta identifikasi protein yang
terdapat pada cairan tubuh manusia.
B. TUJUAN
1. Memahami sifat-sifat protein dan penyusunnya
2. Mengetahui dan memahami jenis uji kualitatif protein yang terdapat pada
berbagai substrat

BAB II
DASAR TEORI
Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang terpenting dalam
organisme. Sesuai dengan peranan ini, kata protein berasal dari kata Yunani
yakni Proteios yang artinya pertama. Protein adalah poliamida dan hidrolisis
protein menghasilkan asam-asam amino. Hanya 20 asam amino yang lazim
dijumpai dalam protein tumbuhan dan hewan, namun kedua puluh asam amino
ini dapat digabungkan menurut pelbagai cara membentuk otot, urat, kulit, kuku,
bulu, sutera, hemoglobin, enzim, antibodi dan banyak hormon (Fessenden,
1986).
Protein merupakan polimer yang terdiri dari satuan asam amino yang
terikat secara kovalen. Hubungan kovalen dasarnya adalah suatu ikatan amida

sederhana, yang dibentuk oleh kondensasi gugus amino suatu asam amino
dengan gugus asam karboksilat lainnya. Ikatan amida ini diberi nama ikatan
peptida (Page, 1989).
Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah
karbon 50%, hydrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3% dan
fosfor 0-3% (Poedjiadi, 1994).
Satu molekul asam amino selalu memiliki 1 gugus NH 2 yang bersifat
basa dan 1 gugus COOH yang bersifat asam. Asam amino dikenal sebagai
senyawa yang amfolit, yaitu senyawa yang memiliki muatan positif dan negatif
sekaligus, disebut juga zwitter ion.
Rumus umum asam amino:
-NH2 :Gugus amina
-COOH:Gugus karboksil
H
-R :Gugus sisa asam amino (Campbell, 2000).

H2N

COOH

Kekuatan yang relatif lemah dan bertanggung


jawab untuk mempertahankan struktur sekunder, tersier
dan kuartener protein mudah rusak oleh pelbagai

manipulasi akibat kehilangan aktivitas biologi. Kehilangan aktivitas ini disebut


dengan denaturasi. Protein dapat mengalami perubahan sifat misalnya karena
perubahan suhu, pH, pelarut dan konsentrasi garam. Protein yang didenaturasi
umumnya kurang larut dalam air dan sering mengendap. Kelabilan sebagian
besar enzim terhadap panas dan asam merupakan tes yang sederhana untuk
menetapkan apakah reaksi dikatalis atau tidak (Rodwell, 1989).
Sifat-sifat protein antara lain adalah:
1.
Ionisasi
Protein dalam air akan membentuk ion yang bermuatan positif dalam
suasana asam dan negatif dalam suasana basa.
2.
Denaturasi
Terjadinya perubahan konformasi alamiah pada protein sehingga aktivitasnya
berkurang atau kemampuannya menunjang aktivitas organ tubuh tertentu hilang.
Hal ini disebabkan karena beberapa jenis protein sangat peka terhadap
perubahan lingkungan seperti perubahan suhu, pH atua terjadinya suau reaksi
dengan senyawa lain. Ion-ion logam contohnya, ion-ion logam berat yang masuk
ke dalam tubuh akan beraksi dengan sebagian protein sehingga menyebabkan
terjadinya penggumpalan. Denaturasi ada yang bersifat reversibel ada yang
permanen.
3.
Viskositas

Viskositas merupakan tahan yang muncul oleh adanya gesekan antara


molekul-molekul dalam zat cair yang mengalir. Protein dalam air mempunyai
viskositas lebih tinggi daripada air sebagai pelarutnya. Viskositas tidak diukur
secara mutlak, melainkan dibandingkan dengan viskositas zat cair tertentu.
4.
Kristalisasi
Banyak protein yang diperoleh dalam bentuk kristal. Ada protein yang mudah
dikristalisasi ada pula yang sulit. Proses kristalisasi protein sering dilakukan
dengan jalan penambahan garam ammonium sulfat atau NaCl pada larutan
dengan pengurangan pH pada titik isolistriknya. Pada dasarnya kristalisasi
adalah menurunkan kelarutan protein dan ternyata pada tiik isolistriknya
kelarutan protein paling kecil.
5.
Sistem koloid
Molekul yang besar apabila dilarutkan dalam air mempunyai sifat koloid, yaitu
tidak dapat menembus membrane/ kertas perkamen, tetapi tidak cukup besar
sehingga tidak dapat mengendap secara alami. Protein mempunyai molekul
besar dan bersifat koloid. Sistem kolid adalah sistem yang heterogen, terdiri atas
2 fase yakni, partikel kecil yang terdispersi dan medium pendispersnya. Protein
mempunyai reaksi-reaksikhas antara lain Xanthoprotein, reaksi Millon, Natrium
nitroprusida, Ehrlich, dll (Poedjiadi, 1994).

BAB III
METODOLOGI
A. ALAT dan BAHAN
Alat
Tabung reaksi
Pipet ukur
Pipet tetes
Kertas saring
Bahan
Larutan protein encer
Reagen Esbach
Urine
Larutan putih telur 10%
Larutan asam amino (Glisin dan Tirosin) 0,1%
Reagen Millon Nasse
Larutan Natirum Nitrit 10 gr/L
Larutan protein (albumin)
Larutan Ammonium sulfat 20%
Alkohol pekat
HCl 0,1 M
NaOH 0,1 M
B. CARA KERJA
Uji pengendapan dengan reagen Esbach terhadap urine dan larutan putih telur
Masukkan 1 mL larutan protein encer dan 1 ml urine masing-masing ke dalam
tabung reaksi
Menambahkan 2 mL reagen Esbach ke dalam masing-masing tabung reaksi
Mengamati endapan yang terjadi
Uji pengendapan oleh asam atau Reagen Millon Nasse terhadap urine
Masukkan 1 mL larutan asam amino 0,1% ke dalam tabung reaksi

Menambahkan 5 tetes reagen Millon Nasse


Panaskan dalam air mendidih selama 10 menit
Dinginkan dan tambahkan 5 tetes larutan Natrium Nitrit 10 gr/L

Pengendapan protein dalm putih telur oleh garam


Memasukkan 5 mL larutan protein
Dijenuhkan dengan ammonium sulfat sedikit demi sedikit lalu digojog
Terjadi endapan protein yang jika diencerkan akan larut lagi
Pengendapan protein dalam putih telur oleh alkohol pekat
5 mL albumin + 1 mL HCl 0,1 M + 6 mL Etanol 96%
5 mL albumin + 1 mL NaOH 0,1 M + 6 mL Etanol 96%
5 mL urine + 1 mL HCl 0,1 M + 6 mL Etanol 96%
5 mL urine + 1 mL NaOH 0,1 M + 6 mL Etanol 96%

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A. HASIL
Uji

Hasil

Keterangan

(-)

Tidak terjadi endapan

(+)

terjadi endapan

Pengendapan dengan
reagen Esbach terhadap
urine
Pengendapan dengan
reagen Esbach terhadap
larutan putih telur
Pengendapan oleh

Glisin (-), tidak

asam/ Reagen Millon

berwarna
Tirosin (+): berwarna

Nasse

Tidak ada kandungan


glisin di dalam protein
Ada kandungan
tirosin di dalam

merah ungu
Urine (-): berwarna
merah

protein
Pada urine tidak
mengandung protein

Terjadi endapan setelah

Pengendapan protein
dalam putih telur oleh

(+)

garam

larutan protein ditambah


ammonium sulfat
sebanyak 8 tetes

Pengendapan protein
dalam putih telur oleh
alkohol pekat
A. Albumin + HCl +
Etanol

(+++)

Jumlah endapan banyak


Jumlah endapan banyak.

B. Albumin + NaOH +
Etanol

(+++)

Sebanyak ketika
dilakukan penambahan
asam kuat

C. Urin + HCl + Etanol

(+),

Terjadi endapan, namun


jumlahnya sangat sedikit
Terjadi endapan, namun
jumlahnya sangat sedikit,

D. Urin + NaOH + Etanol

(+)

namun lebih banyak


dibanding dengan
penambahan asam kuat

B. PEMBAHASAN
Pada uji protein dengan albumin dilakukan bemacam percobaan untuk
mengetahui sifat-sifat reaksi yang terjadi dari perubahan warna putih telur
(albumin) pada saat direaksikan dengan suatu pereaksi. Fenomena yang banyak
dijumpai adalah peristiwa denturasiprotein, yakni hilangnya sifat alami protein.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui/ mengidentifikasi ada
tidaknya senyawa tertentu pada gugus asam amino.
Reaksi denaturasi-pengendapan
Pada saat terjadi denaturasi, sifat-sifat struktur yang lebih tinggi akan hilang
karena ikatan hydrogen dan gaya-gaya sekunder pada molekul akan menjadi

tidak beraturan. Percobaan yang dilakukan terkait dengan peristiwa denaturasi


adalah:
1. Penambahan HCl dan NaOH
Hasil yang didapat dari percobaan adalah pada penambahan asam-basa
pada albumin, muncul gumpalan-gumpalan kecil seperti kabut sehingga tabung
tampak keruh dan pada akhirnya gumpalan-gumpalan itu akan mengendap. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa perubahan pH akan menyebabkan denaturasi
protein.
Protein (asam amino) jika dilarutkan dalam air akan mengalami perubahan
struktur sehingga bersifat amfoterik, yakni mempunyai muatan positif dan negatif
dalam struktur-struknya
Keadaan dimana terdapat muatan positif dan negative dalam jumlah yang
sama disebut dengan titik isoelektrik. Ketika ada penambahan asam/basa, akan
menyebabkan perubahan pH dan akan mengakibatkan molekul menjauhi titik
isoelektriknya sehingga keadaannya lama-kelamaan menjadi tidak stabil dan
akhirnya mengalami denaturasi. NaOH dan HCl merupakan basa dan asam kuat,
sehingga akan memberikan hasil (+) dalam proses denaturasi karena berpotensi
kuat mengubah pH protein.
Namun hasil yang didapat dari percobaan adalah pada penambahan asambasa pada urine, tidak menunjukkan adanya endapan. Hal ini disebabkan,
karena pada urine orang yang sehat, tidak mengandung protein, sehingga ketika
diuji dengan cara menambahkan asam/basa tidak akan terjadi peristiwa
denaturasi.
Reaksi yang terjadi adalah:
N
-

COO

H
+

NH3

OH

COO

C
R

H 2O

COO

NH2

Basa

H
+

NH3

H+
Asam

HOOC

H3N

H 2O

2. Penambahan Garam
Percobaan ini dilakukan untuk melihat efek penambahan garam pada
kelarutan protein globuler.garam yang ditambahkan adalah ammonium sulfat.
Pada albumin yang ditambahkan ammonium sulfat sebanyak 8 tetes diperoleh

hasil (+) uang diperlihatkan dengan adanya endapan. Garam yang terbentuk
pada kompleks protein dan iuo dari garam netral disebut garam proteionat.
Penambahan garam dalam konsentrasi tinggi menyebabkan kelarutan protein
berkurang. Hal ini disebut sebagai peistiwa salting out. Penambahan garam
dalam konsentrasi rendah disebut saltung in. Garam-garam netral dapat
mengurangi

kelarutan

protein,

karena

ion-ion

garam

dalam

air

dapat

menarik/mengikat air yang mengelilingi protein tersebut sehingga pada akhirnya


protein akan menggumpal.
3. Reaksi Millon
Reaksi Millon ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya asam amino
fenolik secara kualitatif dengan pereaksi Millon yang akan memberikan warna
merah jingga. Pereaksi Millon menggunakan asam nitrat dan merkuri nitrat yang
berfungsi untuk mendenaturasi protein, dalam hal ini tirosin. Prinsip dari uji Millon
adalah pembentukkan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin
merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang
akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari percobaan
didapatkan hasil (+) untuk tirosin, sedangkan untuk glisin dan urine didapatkan
hasil (-) karena memang pada urine tidak mengandung protein atau dalam hal ini
adalah tirosin.
Reaksi yang terjadi adalah:
Hg + HNO3

Hg(NO3)2

Merupakan reaksi nirtonikasi


O
H
C

Hg(NO3)2 + HO
Millon
Tirosin

CH
NH2

C
OH
O2N
O
H2
C

CH
NH2

C
OH

O2N

Kompleks warna merah

4. Reaksi Esbach
Berdasarkan percobaan dengan menambahkan reagen Esbach dalam
urine dan larutan putih telur, didapatkan hasil bahwa pada urine yang
ditambahkan reagen Esbach tidak terjadi pengendapan. Hal ini terjadi karena
didalam urine tidak mengandung protein jenis apapun, sehingga proses
denaturasi dalam bentuk pnegndapan tidak akan mungkin terjadi. Dapat dikatkan

bahwa urine seseorang yang diuji dengan reagen Esbach itu merupakan urine
yang normal.
Sedangkan pada larutan putih telur yang ditambahkan reagen Esbach,
ternyata terjadi peristiwa pengendapan. Endapan yang terjadi ini menunjukkan
bahwa larutan putih telur itu telah mengalami peristiwa denaturasi.
Hampir sama dengan kepentingan mempelajari karbohidrat, Kegunaan
mempelajari sifat-sifat dari protein dan kegunaan mempelajari uji kualitatif protein
dalam dunia kedokteran adalah terkait mengenai mendiagnosis penyakit dengan
cara melakukan pemeriksaan laboratorium terkait dalam sistem ekskresi pada
ginjal. Untuk megetahui apakah ginjal seseorang yang kita test itu mengalami
masalah atau tidak kita dapat mengetahuinya dengan cara melakukan test di
laboratorium. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa urine orang yang sehat itu
mengandung air, urea, asam urat, amoniak, keratin, asam laktat, asam fosfat,
asam sulfat, klorida, garam-garam terutama garam dapur dan zat-zat yang
berlebihan didalam darah, misalnya vitamin C dan tidak mengandung protein
jenis apapun. Dengan melakukan suatu test, maka kita dapat mengetahui
senyawa apa saja yang terkandung didalam urine orang tersebut, dimana jika
ada senyawa yang seharusnya tidak boleh terkandung didalam urine tetapi justru
ada, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang tersebut mengalami kelainan
ginjal. Sebagai contoh apabila setelah dilakukan uji laboratorium, ternyata urine
seseorang itu mengandung albumin maka dapat didiagnosis bahwa orang itu
menderita penyakit albuminuria, yakni adanya albumin dalam urine. Adanya
albumin dalam urine merupakan indikasi adanya kerusakan pada membrane
kapsul endothelium atau karena terjadi iritasi sel-sel ginjal akibat masuknya
substansi seperti racun bakteri, eter, atau logam berat.

BAB V
A. KESIMPULAN
Protein dapat kehilangan sifat alamiahnya sehingga aktivitas biologi menjadi

inaktif dan keadaan ini biasa disebut denaturasi


Penyebab denaturasi antara lain adalah disebabkan oleh faktor fisik
(pemanasan), faktor kimia (penambahan asam basa, panambahan asam

kuat-lemah dan penambahan garam yang mengandung logam berat)


Denaturasi dapat dilihat dari terjadinya koagulasi (penggumpalan), presipitasi
(pengendapan) dan coalesensi (berkabut)
Hasil dari reaksi warna yang positif:
Percobaan Millonase larutan menjadi berwarna merah-jingga

B. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, M.R, 2000, Biologi Edisi 5 Jilid I, 65-69, Erlangga, Jakarta
Fessenden, 1995, Kimia Organik Jilid II, 363-395, Erlangga, Jakarta
Page, D, 1989, Prinsip-prinsip Biokimia Edisi II, 89, Universitas Airlangga,
Surabaya
Poedjiadi, Anna, 1994, Dasar-dasar Biokimia, 74-76, Universitas Indonesia,
Jakarta
Rodwell, V., 1989, Review of biochemistry Edisi 19, 35-44, EGC, Jakarta

You might also like