Professional Documents
Culture Documents
Keadilan
Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka
yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita . Perawat komunitas harus mengenalkan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk
menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian
tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar
tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.
2. Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan
deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam mengelol, sejak
awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit
menahun. Penyuluhan mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan
kesehatan primer yang merupakan ujung tombak pengelolaan .
3. Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat komunitas harus berusaha
mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin,
sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya
rekonstitusi, yaitu: mendorong untuk patuh mengikuti program PKP , pendidikan kesehatan kepada
dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien (Allender &
Spradley, 2005).
BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PERAWAT
KOMUNITAS TERDIRI DARI:
1. Observasi. Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan . Observasi dilakukan sejak
pengkajian awal dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus selama melakukan kunjungan
(Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu keadaan, kondisi
rumah, interaksi antar keluarga, tetangga dan komunitas. Observasi diperlukan untuk menyusun dan
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada .
2. Terapi modalitas. Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada dengan
tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek
penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri,
perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan, range of motion,
dan terapi hiperbarik.
3. Terapi komplementer (complementary and alternative medicine/CAM). Terapi komplementer adalah
penyembuhan alternatif untuk melengkapi atau memperkuat pengobatan konvensional maupun
biomedis (Cushman & Hoffman, 2004; Xu, 2004) agar bisa mempercepat proses penyembuhan.
Pengobatan konvensional (kedokteran) lebih mengutamakan penanganan gejala penyakit, sedangkan
pengobatan alami (komplementer) menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk
menyembuhkan penyakit yang diderita (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005).
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi komplementer (Cushman & Hoffman, 2004):
1. Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur, pengobatan herbal Cina
2. Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi perilaku, relaksasi Benson, relaksasi
progresif, guided imagery, pengobatan mental dan spiritual
3. Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus, pengobatan orthomolekuler (terapi
megavitamin), bee pollen, terapi lintah, terapi larva
4. Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh : Pijat refleksi, akupresur, perawatan
kaki, latihan kaki, senam
5. Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni pernafasan tenaga dalam, Tai Chi
6. Bioelektromagnetik : Terapi magnet
Bentuk intervensi terapi modalitas dan komplementer memerlukan kajian dan pengembangan yang
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat, terutama pada agregat .
CONTOH PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis eperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup:
1. Perumusan Tujuan
Dalam perumusan tujuan harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a. berfokus pada masyarakat
b. jelas dan singkat
c. dapat diukur dan diobservasi
d. realistic
e. ada target waktu
c. Bersifat spesifik
Siapa yang melakukan?
Apa yang dilakukan?
Di mana dilakukan?
Kapan dilakukan?
Bagaimana melakukan?
Frekuensi melakukan?
Contoh kasus:
Mahasiswa Akper Gersik melakukan praktek keperawatan komunitas di Desa Kandangan Crme
Kabupaten Gersik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam
waktu 1,5 bulan.
Dari contoh di atas, maka rencana tindakan yang dibuat adalah:
a. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topic Pentingnya Jamban Bagi
Kesehatan Masyarakat sebanyak 4 kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di balai
desa).
b. Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupu informal
untuk mengalang dukungan.
c. Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang dana untuk
pembuatan jamban umum melalui Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran
desa.
d. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh kepala desa dan tokohtokoh masyarakat yang lain.
e. Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal menghimbau dan mengajak masyarakat
secara gotong-royong membangun jamban umum
f. Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan teknis pembuatan jamban umum
yang emnuhi syarat kesehatan (tenaga sanitaria