You are on page 1of 26

S pe s i fik as i Tek ni s

Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n


Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL I
PELAKSANAAN KERJA
1. Dalam pelaksanaan pekerjaan fisik penyedia jasa/barang diwajibkan bekeria
sama dengan pengguna barang/jasa, pengawas lapangan, konsultan perencana
sebagai pengawas berkala dan pengendali teknis dari Dinas Teknis terkait.
2. Untuk kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik konstruksi tidak perlu
dilakukan studi value engineering untuk efektivitas dan efisiensi penggunaan
anggaran dengan alasan apapun tanpa persetujuan pengguna barang/jasa dan
konsultan perencana.
3. Pada waktu pelaksanaan pekerjaan tidak diperkenankan mengadakan
perubahan konstruksi ataupun perubahan gambar tanpa persetujuan pengguna
barang/jasa dan konsultan perencana
4. Semua perubahan gambar ataupun perubahan konstruksi harus diusulkan
terlebih dahulu sebelum pelaksanaan dan dibuat berita acara bersama.

PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
1.

Pekerjaan Pembersihan
a.Daerah yang ada sesuai dengan gambar dan kebutuhan area kerja, harus
dibersihkan dari semua benda-benda yang akan menghambat pembangunan
seperti bekas bangunan, pepohonan, sampah, tonggak, humus, Lumpur,
lubang dan tempat-tempat lain esuai petunjuk Konsultan Pengawas.
b.Daerah yang kondisi tanahnya ada sampah, humus, lumpur harus dikupas
setidak-tidaknya hingga 30 cm dari permukaan tanah.Tonggak pepohonan
dan jalinan akar harus dibersihkan sampai kedalaman 1,5 m dibawah muka
tanah.
c.Bekas lubang dan sumur serta tanah lembek yang ada harus diambil, kemudian
dilakukan pengurugan / pemadatan lapis demi lapis

2.

Pengukuran
1)

Sub-Kontraktor harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara


pengukuran dengan alat-alat penyipat datar (theodolith, waterpass dan
sebagainya) dan lain-lain peralatan yang diperlukan.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

3.

2)

Pengawas Lapangan dan Sub-Kontraktor akan menetapkan tempat/posisi


patok penandaan permanen (bench mark) sebagai referensi pengukuran
bangunan, dan dituangkan dalam Berita Acara Penentuan Titik 0 (nol).

3)

Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas


Lapangan dan tetap merujuk pada pergeseran patok awal.

4)

Berdasarkan patok tersebut Sub-Kontraktor menentukan level bangunan


dan jarak as bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.

Pemasangan Bowplank
1) Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengawas Pengawas Lapangan
dengan patok yang dipancang kuat-kuat dihubungkan dengan papan kayu
yang kuat dengan ketebalan minimum 2 cm, diketam rata pada sisi atasnya.
2) Pemasangan patok keliling bangunan minimal berjarak 1,00 meter dari as
dinding bangunan menurut gambar kerja.

PASAL 3
PEKERJAAN TANAH/PASIR
1. Lingkup Pekerjaan
a.
b.
c.
d.

Pekerjaan tanah ini dilakukan sebelum pekerjaan struktur dimulai


Penyedia jasa/barang bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan
Galian dan pengurugan tanah, sesuai yang tercantum pada gambar kerja.
Penyedia jasa/barang harus mengajukan metode kerja penggalian kepada
Konsutan Pengawas untuk disetujui sebelum melaksanakan pekerjaan tanah.
e. Segala sisa kotoran yang disebabkan oleh pekerjaan tanah tersebut harus
disingkirkan dari daerah pembangunan oleh penyedia jasa/barang sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
Pekerjaan tanah ini meliputi :
1. Pembersihan lokasi
2. Galian tanah
3. Urugan tanah dan pemadatan

2. Pekerjaan Galian Tanah


Galian tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasangan di bawah
tanah, yaitu: pasangan pondasi (strauss, pile cap dan batukali), tie beam, sloof,
saluran, badan jalan dan pekerjaan lain yang nyata-nyata harus dilakukan sesuai
dengan gambar kerja.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

a.Galian tanah dilakukan di tempat-tempat seperti ditunjukkan pada gambar


kerja. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus diurug kembali
hingga mencapai kerataan peil yang ditetapkan dengan bahan urugan yang
dipadatkan.
b.Dasar galian pondasi harus mencapai tanah keras. Khusus untuk galian/bor
tanah pondasi strauss harus mencapai kedalaman 3,50 meter atau yang
disyaratkan dalam gambar kerja. Apabila ternyata kedalaman tanah keras
tidak sesuai dengan gambar pondasi, maka Penyedia jasa/barang diwajibkan
melapor kepada Konsultan Pengawas untuk meminta keputusannya.

c.

Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk pekerjaan penggalian ini


adalah kurang lebih 50 mm terhadap kerataan peil yang ditentukan.

d.Jika pada galian ditemukan akar-akar pohon dan atau bagian tanah yang
longsor (tidak padat), maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya dan
lubang yang terjadi diisi dengan pasir urug lapis demi lapis, disiram air
sampai jenuh, sehingga mencapai permukaan yang diinginkan.
e.Bilamana galian harus melalui atau akan mengganggu saluran/kabel bawah
tanah yang telah ada, maka Penyedia jasa/barang bertanggungjawab untuk
melindunginya dengan membuat saluran sementara atau pekerjaan khusus
lainnya.
f.Penggalian dilaksanakan dalam keadaan kering, jika ternyata air tanah lebih
tinggi dari level penggalian, harus dilakukan dewatering sesuai dengan
ketentuan.
g.Penyedia jasa/barang harus mengajukan metoda kerja pelaksanaan
penggalian, terutama kemiringan galian dan metoda kerja dewatering.
Seluruh akibat baik di dalam site maupun di lingkungan sekitar pengalian
selama proses menjadi tanggung jawab Penyedia jasa/barang.
3. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan
a. Pekerjaan urugan meliputi: urug kembali tanah yang digali dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, membuat ketinggian untuk pembentukan
tanah menurut kebutuhan, dan pengurugan pasir di bawah struktur.
b. Bahan untuk urugan digunakan tanah urug. Bahan urugan harus bersih dari
unsur-unsur perusak dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
c. Tanah urug yang dipakai harus bebas dari tanaman, akar-akar pohon, puingpuing bangunan dan segala macam kotoran lainnya. Tanah urug tersebut
harus berasal dari jenis tanah berbutir (tanah ladang, sedikit berpasir dan
tidak terlalu basah).

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

d. Urugan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal maksimum per lapis 20 cm
(sebelum dipadatkan). Setiap lapis dipadatkan dengan alat roller 11 ton atau
dengan alat lain yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, hingga
diperoleh kepadatan lapangan setara 90% dmax pada OMC. Apabila bahan
urugan tidak dapat mencapai kepadatan yang dimaksud, maka pekerjaan di
ulangi atau diganti metode pelaksanaannya sehingga diperoleh kepadatan
yang dimaksud.
e. pekerjaan urugan pasir harus disiram dengan air dan ditumbuk hingga padat.
f.

Pasir laut tidak diperkenankan dipakai untuk pengurugan, namun pasir


pasang jenis kasar (minimum ukuran 3,5 mm) boleh dipakai sebagai pasir
urug.

g. Tanah urug yang dipakai untuk pekerjaan ini harus diambil dari luar tapak.
h. Jumah dan lokasi titik pengetesan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Setelah pemadatan atau pengurugan selesai maka kelebihan tanah urugan
dikeluarkan/dipindahkan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

PASAL 4
PEKERJAAN JALAN PAVING
1. Urugan Pasir
Pekerjaan urugan pasir adalah untuk menyiapkan tempat pemasangan
paving. Bahan urugan pasir adalah pasir hasil tambang/ galian. Ketebalan
urugan pasir 10 cm atau sesuai dengan gambar. Pelaksanaan pekerjaan
urugan pasir di sini dengan cara meratakan permukaan dan disiram air serta
dipadatkan dengan baby roller sampai mencapai kepadatan yang diinginkan.
Lapisan pasir urug/sirtu dilakukan lapis demi lapis maksimum setiap lapis
5 cm hingga mencap ai tebal padat yang disyaratkan dalam gambar.
Setiap lapis pasir urug/sirtu harus diratakan, disiram air dan/atau
dipadatkan dengan alat pemadat yang disetujui Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan. Pemadatan dilakukan hingga mencapai tidak
kurang dari 95 % dari kepadatan optimum hasil laboratorium.
Tebal pasir urug / sirtu minimum 10 cm padat atau sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar. Ukuran tebal dicantu Pengawas Lapangan
dalam gambar adalah ukuran tebal padat.
Lapisan pekerjaan di atasnya, dapat dikerjakan bilamana sudah
mendapat persetujuan pihak Pengguna Jasa/ Pengawas Lapangan.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

2. Pasangan Canstain
a. Pasangan Canstain untuk pendukung pasangan paving ukuran 10 X 20 X
40 cm dengan mutu baik (K300) disertai uji laboratorium test kokoh tekan
kubus / silinder pada laboratorium yang ditentukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
b. Pemasangan Canstain harus lurus/rapi mengikuti kelurusan badan jalan
(smooth) dan setiap sambungan Canstain dipasang spesi 1 PC : 3 Psr.
3. Beton Rabat
a. Pekerjaan pasangan paving dikancing dengan beton rabat dengan lebar 20
cm dan T=16 cm (sesuai dengan gambar).
b. Pekerjaan pasangan paving dikancing dengan beton rabat agar diberi tali
air.
4. Pasangan Paving
1. Bahan
a. Pasir
Pasir diisi digunakan sebagai perataan landasan paving dan bahan
isian antar paving
b. Paving
Paving stone yang digunakan dengan mutu beton K300 atau sama
dengan kwalitas Canstain, ukuran paving adalah 21 X 10 X 6 cm.
2. Cara pelaksanaan
1. Permukaan bahan jalan yang telah diberi urugan pasir serta telah
dipadatkan, ditabur pasir ayak sebagai perata dan dipasang paving.
Pemasangan paving dipola sesuai gambar rencana atau sesuai dengan
yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen atau PPTK atau
Pengawas lapangan.
2. Pemasangan paving yang bagian tepi jalan dilengkapi dengan paving
jenis topi uskup ukuran sesuai dalam gambar rencana.
3. Pemadatan permukaan paving dilakukan dengan mesin pemadat baby
roller hingga mendapat kepadatan dan kerataan permukaan paving
yang dikehendaki.
4. Pengisian nat antar paving menggunakan pasir halus hasil ayakan dan
diratakan menggunakan sapu lidi sampai rongga antar paving terisi
pasir hingga penuh, setelah itu sisa pasir yang berada di permukaan
paving harus dibersihkan.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

5. Lebar pemasangan paving disesuaikan dengan gambar atau ditentukan


oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan, kecuali
pada pertigaan atau perempatan jalan yang perlu disesuaikan dengan
lengkung kebutuhan di lapangan.

PASAL 5
PEKERJAAN TROTOAR
1. Urugan Pasir
Pekerjaan urugan pasir adalah untuk menyiapkan tempat pemasangan
batu lempeng. Bahan urugan pasir adalah pasir hasil tambang/ galian.
Ketebalan urugan pasir 10 cm atau sesuai dengan gambar. Pelaksanaan
pekerjaan urugan pasir di sini dengan cara meratakan permukaan dan disiram
air serta dipadatkan dengan baby roller sampai mencapai kepadatan yang
diinginkan.
Lapisan pasir urug/sirtu dilakukan lapis demi lapis maksimum setiap lapis
5 cm hingga mencap ai tebal padat yang disyaratkan dalam gambar.
Setiap lapis pasir urug/sirtu harus diratakan, disiram air dan/atau
dipadatkan dengan alat pemadat yang disetujui Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan. Pemadatan dilakukan hingga mencapai tidak
kurang dari 95 % dari kepadatan optimum hasil laboratorium.
Tebal pasir urug / sirtu minimum 10 cm padat atau sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar. Ukuran tebal dicantu Pengawas Lapangan
dalam gambar adalah ukuran tebal padat.
Lapisan pekerjaan di atasnya, dapat dikerjakan bilamana sudah
mendapat persetujuan pihak Pengguna Jasa/ Pengawas Lapangan.
2. Pekerjaan Rabat Beton

3.

Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan


dipasang sub lantai harus dipadatkan untuk mendapatkan permukaan
yang rata dan padat sehingga diperoleh daya dukung tanah yang
maksimum, pemadatan dipergunakan alat timbres.
Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan permukaan
yang keras, bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organic
lainnya yang dapat mengurangi mutu pasangan. Tebal lapisan pasir
urug yang disyaratkan minimum 10 cm atau sesuai Gambar Kerja.
Di atas pasir urug dilakukan pekerjaan rabat beton setebal 5 cm atau
sesuai yang ditunjukkan dalam Gambar Detail dengan mutu campuran
Beton K 125.
Sub lantai beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus
dibuat benar -benar rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai.

Pemasangan Batu Lempeng / Batu Lempeng

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

1. Bahan
a. Pasir
Pasir diisi digunakan sebagai perataan landasan batu lempeng dan
bahan isian antar batu lempeng

b. Batu lempeng
Batu Lempeng termasuk jenis batuan pasir atau sandstone yang
terbentuk dari butiran-butiran pasir melalui proses sementasi butiran
pasir yang kurang kuat bahkan ada yang sangat lemah.
2. Cara pelaksanaan

a.

Permukaan bahan jalan yang telah diberi urugan pasir serta telah
dipadatkan, ditabur pasir ayak sebagai perata dan dipasang batu
lempeng. Pemasangan batu lempeng dipola sesuai gambar
rencana atau sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen atau PPTK atau Pengawas lapangan.

b.

Pemasangan batu lempeng yang bagian tepi jalan dilengkapi


dengan batu lempeng jenis topi uskup ukuran sesuai dalam
gambar rencana.

c. Pemadatan permukaan batu lempeng dilakukan dengan mesin


pemadat baby roller hingga mendapat kepadatan dan kerataan
permukaan batu lempeng yang dikehendaki.

d. Pengisian nat antar batu lempeng menggunakan pasir halus hasil


ayakan dan diratakan menggunakan sapu lidi sampai rongga antar
batu lempeng terisi pasir hingga penuh, setelah itu sisa pasir yang
berada di permukaan batu lempeng harus dibersihkan.

PASAL 6
PEKERJAAN PONDASI
1. Pondasi Telapak
a. Lingkup Pekerjaan
1)

Pekerjaan pembuatan pondasi meliputi penyediaan tenaga kerja,


bahan-bahan material untuk pekerjaan tersebut dan perlengkapan
serta mesin-mesin yang diperlukan.

b.

Pedoman Pelaksanaan

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

1)

Sebelum dilaksanakan pondasi, maka Sub-Kontraktor harus


mengadakan pengukuran-pengukuran untuk as-as pondasi seperti
yang tertera pada gambar-gambar detail perencanaan dan harus
meminta persetujuan Pengawas Lapangan.

2)

Sub-Kontraktor diwajibkan memberikan laporan kepada Pengawas


Lapangan, bila ada perbedaan gambar-gambar dari gambar
konstruksi dengan gambar arsitektural atau bila ada hal-hal yang
kurang jelas.

c.

Penggalian Pondasi

1)

Penggalian tanah dasar pondasi dilakukan dengan kedalaman


sesuai gambar kerja.
Jika pada kedalaman tersebut ternyata masih ditemukan lapis
tanah yang jelek, maka perlu konsultansi dengan Pengawas
Lapangan untuk mendapatkan pengarahan tindak lanjutnya.

2)

3)

Lebar galian di bagian bawah minimal lebar pondasi ditambah 2 x 5


cm (kiri kanan).

4)

Jika penggalian melampaui kedalaman yang ditentukan sedangkan


lapis tanah yang baik sudah dicapai pada peil yang ditentukan,
maka galian yang terlalu dalam tersebut harus ditimbun dengan
pasir pasang dan dipadatkan atas biaya Sub-Kontraktor.

d.

Pengurugan Kembali

1)

Jika ditemukan lubang pada dasar galian pondasi, maka lubang


tersebut harus diurug dengan pasir pasangan dan harus dipadatkan
dengan vibro stamper.

2)

Tanah yang digunakan untuk pengurugan bekas galian harus


mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan.

3)

Semua bahan-bahan organis, sisa-sisa bongkaran bekisting,


sampah-sampah harus disingkirkan.

4)

Bongkaran-bongkaran tanah harus dipecah menjadi komponenkomponen yang lebih kecil lebih dahulu.

5)

Pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis (max. 30 cm/lapis)


dengan vibro stamper dengan memperhatikan kadar air tanah.

e.

Pelaksanaan Pondasi

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

1)

Pelaksanaan pondasi harus dalam keadaan lobang pondasi kering


atau bebas genangan air.

2)

Ketentuan mengenai struktur dan kualitas beton lihat pasal


pekerjaan beton dalam buku spesifikasi ini dan gambar detail
perencanaan.

3)

Stek kolom, stek kolom penguat, stek tangga, sparing-sparing yang


diperlukan harus terpasang bersamaan dengan pekerjaan pondasi
sesuai gambar kerja.

2. Pondasi Tiang Bor


a. Ruang Lingkup Pekerjaan.
Pengadaan prestressed spun concrete pile D = 30 cm, panjang = 6.80 m
lengkap dengan sambungannya, mobilisasi & demobilisasi alat pemancangan,
dan pemancangan serta test beban. Panjang = 6.80 m bukan patokan, tetapi
yang menjadi acuan adalah sampai ditemukannya tanah keras. Kedalaman
tiang pancang disesuaikan dengan gambar.
b. Syarat syarat Umum dan Peraturan.
Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan/pengukuran di lapangan dan
pengecekan langsung guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan,
bahan-bahan yang kelak akan dijumpainya dan keadaan lapangan sekarang
yang nanti mungkin akan mempengaruhi jalannya pekerjaan. Kontraktor
harus membuat patok pengukuran dari beton yang ditentukan letaknya pada
referensi tinggi BM sesuai dengan gambar
c. Pembuatan Lubang Tiang Bor
i) Pembuatan lubang Tiang Bor harus dilaksanakan dengan mesin bor
khusus sistim Rotary yang menjadi kesatuan dengan crawler crane
dan dilaksanakan oleh Pemborong/ Subpemborong yang mempunyai
pengalaman baik dalam pekerjaan Tiang Bor.
ii) Walaupun pelaksanaan Pembuatan Tiang Bor
ini lazimnya
dilaksanankan oleh Subpemborong, namun Pemborong Utama (Main
Contractor) tetap bertanggung jawab penuh atas pekerjaan ini.
iii) Ukuran Tiang Bor dia. 30 cm seperti gambar. Kedalaman Tiang Bor
adalah +/- 6.80 M terhitung dari elevasi bawah pile cap seperti tertera
pada gambar atau bila sudah djumpai lapisan keras seperti yang
disyaratkan dalam Laporan Soil Test dan disetujui oleh Direksi. Contoh
lapisan keras tiap lobang Bor harus disimpan dan diberi tanda
secukupnya.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

iv) Ukuran Casing dan Bucket harus sesuai dengan ukuran Tiang Bor
yang akan dibuat.
v) Pembuatan Tiang Bor dimulai bila titik-titik yang bersangkutan sudah
fixed dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi.
vi) Setiap pengeboran Tiang Bor tidak boleh dihentikan / ditinggalkan,
tetapi harus diselesaikan pada saat itu juga secara berkesinambungan.
vii) Pelaksanaan Tiang Bor hanya boleh dilakukan setelah rangkaian
tulangan Tiang Bor, pipa Tremie dan persiapan pengecoran telah siap di
lapangan.
viii) Pemborong
harus menjaga
(mempekercil
seminim
mungkin)
kemungkinan timbul kelongsoran-kelongsoran tanah pada daerah
lubang pengeboran dan sekitarnya. Untuk mencegah kemungkinan
kelongsoran
selain menggunakan casing tersebut diatas, maka
diusahakan agar :
(1) Menetralisasi tegangan air tanah, pada lobang pengeboran dan
daerah sekitarnya dengan selalu menjaga tinggi mukaair tanah
pada lobang pengeboran selalu lebih tinggi dari muka air tanah
asli sekitarnya.
(2) Menggunakan "Betonite" untuk daerah yang terdapat lapisan pasir
sesuai dengan hasil penyelidikan tanah.
ix) Secara Prinsip pelaksanaan pembuatan Tiang Bor harus segera
dilanjutkan langsung dengan pemasangan rangkaian Tulangan dan
pengecoran Tiang bor. Dengan perkataan lain, tidak diperkenankan
melaksanakan
dahulu
semua pembuatan
lobang
bor
baru
dilaksanakan pemasangan rangkaian tulangan dan pengecoran Tiang
Bor. Penundaan pengecoran Tiang Bor terhadap lobang yang sudah
dibuat yang melebihi 60 ( enam puluh ) menit dianggap sebagai
kegagalan dan Pemborong harus menggantinya dengan Tiang Bor yang
lain.
x) Pembersihan dasar lobang hanya boleh dilaksanakan dengan
menggunakan cleaning bucket sebelum pengecoran beton dimulai.
Pembersihan harus sedemikian sehingga tidak terdapat lapisan
lumpur atau lapisan-lapisan lainnya yang menghalangi kontak
langsung beton dengan lapisan tanah keras.
xi) Waktu awal dan akhir pembuatan tiap Tiang Bor harus dicatat oleh
Pemborong dengan disaksikan oleh Direksi.
xii) Pengeboran Tiang Bor dianggap selesai setelah mendapat persetujuan
tertulis dari Direksi. Untuk pengeboran selanjutnya dilakukan setelah
pengecoran Tiang Bor yang terdahulu telah selesai.
d. Penulangan Tiang Bor

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

a. Mutu tulangan BJTD 24 atau BJTD 40 sesuai dengan gambar.


Penulangan Tiang Bor disesuaikan dengan gambar Struktur. Mutu
beton K 300, SLUMP 180-200 mm.
b. Test Kubus Beton Dilakukun untuk Pengecoran setiap Tiang Bor
diambil minimal 1 ( satu ) test Kubus. Dan dilakukan Crushing Test
pada Lab. Beton yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas.
c. Test Besi Beton harus dilakukan sebelum dimulainya pekerjaan dan
dilakukan pada Lab. yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas. Segala Biayabiaya Test Beton dan Besi Beton ditanggung seluruhnya oleh
Pemborong.
d. Tulangan Tiang Bor dirangkai terlebih dahulu sebelum dimasukkan
lubang Tiang Bor.
e. Pemasangan pembesian harus bersih dari lumpur dan dijaga agar
tidak menempel pada tepi lobang bor, sehingga pada waktu
pengecoran terbungkus dengan baik oleh beton.
f.

Apabila panjang pembesian tidak mencapai dasar lubang maka


tulangan sambungan harus diikat sedemikian sehingga pembesian
tetap pada tempatnya pada waktu pengecoran dilaksanakan.

g. Rangkaian Tulangan Tiang Bor dibuat berdasarkan selimut Beton 5 cm


e. Pengecoran Tiang Bor
a. Pengecoran Tiang Bor harus mendapat perhatian
berhubung adanya air tanah pada tanah lobang bor.

khusus

b. Pengecoran beton harus menggunakan "Tremie Pipe" yang


panjangnya mencapai dasar lobang bor, dengan cara sedemikian
sehingga menjamin kontinuitas pengecoran beton.
c. Tremie Pipe harus dalam keadaan bersih dan baik. Sebelum
pengecoran dimulai maka Tremie Pipe harus menyentuh dasar lubang,
kemudian Tremie Pipe diisi oleh adukan beton sampai mencapai mulut
bor. Setelah itu Tremie Pipe diangkat sedikit demi
sedikit,
sedemikian rupa
sehingga pengangkatan Tremie Pipe tersebut
harus lebih kecil dari tinggi muka beton cor dalam lobang bor
dan harus dipertahankan minimal 1000 mm dibawah muka cor
beton, untuk mencegah timbulnya "necking".

d. Pengecoran dihentukan apabila campuran antara beton cor dan


lumpur/kotorankotoran lain sudah naik dari lubang bor dan meluap

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

serta berdasarkan jumlah kubikasi beton Tiang Bor teritis dan bila
tidak ada longsoran longsoran dalam lubang bor.
e. Disyaratkan agar beton cor menggunakan bahan retarder untuk
mencegah terjadinya setting beton pada waktu pengecoran selama +/5 jam. Slump beton digunakan +/- 18 cm s/d 20 cm agar diperoleh
beton yang mudah mengalir melalui pipa Tremie. Selama proses
pengerasan beton maka harus dicegah adanya getaran-getaran
yang dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada beton Tiang
Bor.
f.

Pengecoran lubang Tiang Bor harus secepat mungkin dilaksanakan


setelah pengeboran dan pengurasan/pembersihan dari lumpurlumpur/kotoran-kotoran lainnya disetujui secara tertulis oleh Direksi.

g. Jika sampai terjadi pengendapan (kelongsoran) lagi, maka lubang


harus dibersihakan atau di bor kembali, setelah itu barudapat diadakan
pengecoran.
h. Pengecoran Tiang Bor harus sampai +/- 0.00 m atau rata dengan
permukaan tanah existing.
i.

Pada prinsipnya, pengecoran untuk masing-masing Tiang Bor harus


dilaksanakan secara kontinu. Bila karena keadaan yang tidak bisa
dihindarkan terjadi diskontinuitas pengecoran, maka pengecoran
dapat dihentikan berdasarkan petunjuk dari Direksi. Penyambungan
kembali pengecoran dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
membobok sampai ketebalan tertentu pada pemukaan yang telah
mengeras, kemudian diberikan bahan additive " lem beton ",
baru pengecoran dapat diteruskan.

j.

Bila hasil pengecoran menunjukkan bahwa kubikasi beton rencana


lebih besar dari kubikasi beton yang tercor, maka harus diadakan
pemeriksaan kemungkinan terjadinya necking/diskontinuitas/setting
atau masuknya lumpur/tanah dalam lobang bor selama pengecoran.

k. Pemeriksaan dilakukan dengan mengadakan "core Drilling" yang


dilakukan oleh ahlinya yang disetujui oleh Direksi. Bila ternyata hasil
"core Drilling" menunjukkan adanya diskontinuitas atau adanya
lumpur dalam Tiang Bor, maka Tiang Bor tersebut gagal dan harus
diganti dengan Tiang Bor yang Baru sesuai dengan perhitungan dari
Perencana/Konstruktor.

PASAL 7
PEKERJAAN BETON BERTULANG

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan
dan
bahan-bahan
untuk
menyelesaikan semua pekerjaan
beton sesuai dengan
gambar-gambar
konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dari arsitek dalam
uraian syarat-syarat pelaksanaan.
2. Pedoman Pelaksanaan

b. Persyaratan-persyaratan

konstruksi beton, istilah teknik dan syarat


pelaksanaan beton secara umum menjadi ketentuan dalam bagian buku
persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis
ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar di bawah ini :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI NI-2 1971)
- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
- Standar Industri Indonesia

c. Penyedia jasa/barang

harus melaksanakan pekerjaan ini dengan


ketetapan
dan kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini,
gambar rencana dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh pengawas.
Semua pekerjaan yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar dan diganti
atas biaya penyedia jasa/barang sendiri.

d. Semua material harus dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan


persyaratan dan disetujui oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta
diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan penyedia jasa/barang
bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak
disetujui oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
3. Bahan-bahan
A. Portland Cement
Digunakan Portland Cement dari jenis I menurut NI 8 type I menurut ASTM
dan memenuhi standart semen Portland yang digariskan oleh Asosiasi
Semen Indonesia. Dalam pelaksanaannya, merk yang dipakai tidak boleh
ditukar- tukar, kecuali ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas
dan Perwakilan Universitas Borneo Tarakan.

B. Aggregate

Agregat Halus (Pasir)

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

a. Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat


dalam PBI-1971, Bab 3.
b. Mutu Pasir
Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung Lumpur dan
bahan-bahan organis.
c. Ukuran
isa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2 % berat; sisa di atas ayakan
2 mm harus minimal 10 % berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm harus
berkisar antara 80 % -90 % berat.

Agregat Kasar (Koral/Batu Pecah)


a. Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih
maksimal 20 % berat, tidak pecah atau hancur serta tidak
mengandung zat-zat reaktif alkali.
b. Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa di atas ayakan
4mm, harus berkisar antara 90 %-98 % berat, selisir antara sisa- sisa
kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimal
60 % dan minimal 10 % berat.
c. Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.

C. Besi Beton
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan PBI NI-2 1971 dengan
tegangan leleh (y = 3.200 Kg/cm2) atau Baja U-32.
b. Besi penulangan betin harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa
sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab ataupun
basah. Juga besi penulangan harus disimpan rata (Round Bars) maupun
besi-besi penulangan bergelombang (Deformed Bars) harus sesuai
dengan persyaratan dalam NI-2 Pasal 3.7
c. Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain.
d. Apabila terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus
dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau menggunakan bahan cairan sejenis
Vikaoxy Off produksi yang telah memenuhi SII atau yang setaraf dan
disetujui Pengawas.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

e. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap


beton cor di tempat yang akan digunakan; dan bahan yang akan diakui
serta yang disetujui Pengawas. Semua biaya sehubungan dengan
pengujian tersebut di atas sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia
jasa/barang.
f.

Apabila baja tulangan yang digunakan telah selesai di pabrik dan perlu
penyambungan yang berbeda antara penulangan lantai dasar dengan
ketentuan dari pabrik pembuat dan atas persetujuan Pengawas.

D. Kawat Pengikat
Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang
disyaratkan dalam PBI NI-2 Pasal 3.7.
E. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang
diminum.
4. Penyimpanan
a. Penyiraman dan penyimpanan bahan-bahan pada umumnya
dengan waktu dan urutan pelaksanaan.

harus

b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh), tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum dalam zak, segera setelah
diturunkan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh
cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah. Semen
harus masih dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras), bagian
tersebut harus dapat ditekan hancur dengan tangan bebas dan jumlahnya
tidak boleh melebihi 5 % berat. Semen yang telah mengeras sebagian
maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak diperkenankan
pemakaiannya sebagai bahan campuran.
c. Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling
tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang
telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan
pengiriman.
d. Besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan bantalanbantalan kayu dan bebas dari lumpur dan zat-zat lainnya (misalnya
minyak dan lain-lain) serta tidak boleh disimpan di udara terbuka dalam
jangka waktu panjang.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

e. Aggregate harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu
dan lain jenisnya/gradasinya dan di atas lantai beton ringan untuk
menghindari tercampurnya dengan tanah.
5. Bekisting
a. Perencanaan acuan dan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat
menahan beban beban, tekanan lateral dan tekanan yang diizinkan sepert]
tercanturn pada "Recommended Practice For Concrete Formwork" (ACI.
347-68) dan peninjauan terhadap beban angin dan lain lain, peraturan harus
dikontrol terhadap, peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.
b. Semua ukuran ukuran penampang struktur beton yang tercantum dalam
gambar struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk
plesteran/finishing.
c. Sebelum memulai pekerjaan, penyedia jasa/barang harus memberikan
gambar dan perhitungan acuan serta. sample bahan yang akan dipakai,
untuk disetujui oleh pengguna barang/jasa atau pengawas. Pada dasarnya
tiap tiap bagian bekisting, harus mendapat persetujuan tertulis dari pengguna
barang/jasa atau pengawas, sebelum bekisting dibuat pada bagian itu.
d. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk dan cukup kuat menampung beban beban sementara maupun tetap,
sesuai dengan jalannya pengecoran beton.
e. Susunan acuan dengan penunjang penunjang harus diatur sedemikian rupa,
sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh
pengguna barang/jasa atau pengawas. Penyusunan acuan harus sedemikian
rupa hingga pada waktu pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan
pada bagian beton yang bersangkutan.
f.

Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran kotoran yang melekat
seperti potongan potongan kayu, kawat, paku, bekas hasil gergaji, tanah dan
sebagainya.

g. Acuan
harus
dapat
menghasilkan
bagian
konstruksl
yang
ukuran,kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar
gambar konstruksi.
h. Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran.
Harus diadakan tindakan untuk menghindarkan terkumpulnya air
pembasahan tersebut pada sisi bawah.
i.

Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi
kebocoran atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak
berubah bentuk) dan tidak bergoyang.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

j.

Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari pengguna barang/jasa atau


pengawas baut baut dan tie rod yang diperlukan untuk ikatan ikatan dalam
beton harus diatur sedemikian, sehingga bila bekisting dibongkar kembali,
maka semua besi tulangan harus berada dalam beton.

k. Pada, bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari bekisting kolom
atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan
pembersihan.
6. Kualitas Beton
a. Mutu beton struktur pondasi telapak, pondasi tiang bor, dan balok sloof pada
jembatan mutu beton K-250. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas
beton K-250 tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15 x
15 pada usia 28 (dua puluh delapan)hari, dengan derajat konfidensi 0,95.
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam kode PBI 1971.
b. Penyedia jasa/barang harus memberikan jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini, dengan memperhatikan data-data pelaksanaan
di lain tempat atau dengan mengadakan trial mixes.
c. Penyedia jasa/barang harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas
beton yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas, laporan
tersebut harus dilengkapi dengan harga karakteristik.
d. Penyedia jasa/barang harus membuat mix design untuk beton apabila hasil
uji tekan beton campuran 1 : 2 : 3 tidak tercapai sebagaimana yang
diharapkan, biaya ditanggung oleh penyedia jasa/barang.
e. Penyedia jasa/barang harus membuat benda uji beton pada setiap 5 m3
kubikasi beton sebanyak 3 buah benda uji untuk quality control.
f.

Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 5 cm dan


maksimum 12 cm. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut : contoh
beton diambil tepat sebelum dituangkan dan ditempatkan di atas kayu yang
rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya,
kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk sebanyak 25 (dua puluh lima) kali
dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapis yang di bawahnya. Setelah
atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur
penurunannya (slumpnya).

g. Jumlah semen minimum 325 Kg per m3 beton khusus pada atas pondasi, pile
caps luifel jumlah minimum tersebut dinaikkan menjadi 360 Kg/M3 beton
atau mengacu pada hasil mix design yang diterbitkan oleh laboratorium
bahan.
h. Pengujian khusus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

i.

Penawaran kubus percobaan tersebut adalah dalam goni basah tapi tidak
tergenang air selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka. Jika
perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 7
(tujuh) hari, dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang dari 65 %
kekuatan yang diminta pada 28 (dua puluh delapan) hari. Jika hasil tekan
benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka
harus dilakukan pengujian beton di tempat dengan cara-cara seperti
ditetapkan dalam PBI 1971 dengan tidak menambah beban biaya bagi
pemberi tugas (beban Penyedia jasa/barang).

j.

Dalam pelaksanaan pembuatan beton harus digunakan alat pengaduk Beton


Molen. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 3 (tiga)
menit terhitung setelah seluruh komponen adukan masuk ke dalam mixer.

k. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran, harus


dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya degrasi
komponen-komponen beton.
l. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
7. Perawatan Beton (Curing)
a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi cepatnya
penguapan.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus lebih
diperhatikan.
c. Beton harus dibasahi paling sedikit 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran.
8. Perawatan Beton

a. Secara umum harus memenuhi

persyaratan

dalam PBI-1971,

NI-2

Pasal 6.6.
b. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang
belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan
kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu
yang diperlukan untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton.

c. Perawatan beton

segera dimulai setelah pengecoran beton selesai


dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2
(dua) minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran
harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30C.

d. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap
dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum
selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan tetap


dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang
disetujui Pengawas.

e. Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus mendapat


persetujuan dahulu dari Pengawas.
9. Benda-Benda yang ditanam dalam Beton
a. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian-bagian
struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar. Dalam
beton perlu dipasang slip pada tempat-tempat yang dilewati pipa.
b. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar/petunjuk
pengawas tidak dibenarkan untuk menanam saluran listrik dalam struktur
beton.
c. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkurangkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan
beton, harus sudah dipasang sebelum pengecoran beton dilakukan.
d. Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada
posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton
dilakukan.

e. Penyedia jasa/barang

utama harus memberitahukan serta memberi


kesempatan kepada pihak lain untuk memasang bagian/peralatan
tersebut sebelum pengecoran beton dilaksanakan.

f.

Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada


benda atau peralatan yang akan ditanam dalam beton, yang mana rongga
tersebut harus tidak terisi beton, harus ditutupi bahan lain yang mudah
dilepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.

PASAL 6
PEKERJAAN BAJA
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan
dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan baja sesuai dengan
gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan tambahan dari
arsitek dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya.
2. Persyaratan umum

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

Persyaratan umum bahan untuk pekerjaan baja adalah sebagai berikut :


a. Syarat-syarat mutu dan pemasangan harus menurut atau disesuaikan
dengan Standard Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983,
dengan mutu baja ST 37.

Bahan rangka baja konstruksi untuk kuda-kuda (selain besi tulangan) yang
dipakai harus disetujui Tim Wasdal, memenuhi standar SNI 03-1729-2002
dengan mutu baja ST-37/BJ-37, produksi Krakatau Steel atau yang setara.
Baja konstruksi tidak boleh cacat dan bengkok, bebas dari karat dan
kotoran serta profil, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail konstruksinya
harus sesuai dengan gambar kerja.

b. Semua bahan yang dipakai harus disertai jaminan mutu dari pabrik atau
sertifikat pengujian dari laboratorium yang disetujui Konsultan Pengawas
Perencana.
c. Bahan-bahan yang dipakai buatan dalam negeri yang dikenal baik, yang
produknya memenuhi standarisasi indrustri yang berlaku.
d. Bahan struktur baja tidak boleh cacat atau bengkok-bengkok, jadi harus
betul-betul lurus. Profil yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detaildetail Konstruksinya ditunjukkan dalam gambar-gambar untuk itu
e. Penyambungan dengan baut-baut dan mur harus dilakukan dengan seksama
dan kokoh. Ukuran-ukuran beserta ring-ringnya harus disesuaikan. Semua
baut yang digunakan adalah baut mutu tinggi jenis A 325 atau Grade 8.80.
penyambungan dengan baut harus diselenggarakan sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi dengan baik tidak menimbulkan cacat. Mutu bahan
baut yang dipergunakan harus memenuhi syarat mutu bahan standard pabrik
dan rencana.
f. Pembakaran dibengkel atau dilapangan untuk pemotongan atau
penyambungan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Dalan hal persetujuan diberikan, maka bagian yang dibakar tersebut
diselesaikan dengan baik sehingga sama dengan hasil pemotongan.
g. Permukaan besi baja yang akan dicat harus dibersihkan dari korosi dengan
semprotan pasir (san blasting) atau semprotan butir baja atau cara lain yang
sama efektifnya sehingga permukaan memperoleh warna metalik. Bekas laslasan harus dikikir dan dihaluskan tanpa mengurangi kekuatan lasnya.
3. Perlindungan Material Baja
a. Semua pekerjaan baja, baut dan alat penyambung lainnya yang dipakai
harus dilindungi dari sengatan karat. Perlindungan diadakan dengan

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

pemberian lapisan cat / meni. Sebelum dicat, permukaan bahan baja harus
disikat dengan sikat kawat baja sehingga betul-betul bebas dari karat dan
sesudah dibersihkan segera dineni. Semua permukaan baja yang sukar
dicapai setelah pemasangan diselenggarakan.
b. Kontraktor maupun sub kontraktor harus bertanggung jawab atas pekerjaan
ini. Persetujuan yang diberikan oleh Perencana tidak berati membebaskan
kontraktor maupun sub kontraktor dari tanggung jawab.
c. Perubahan ukuran / dimensi dari profil baja rencananya, harus disetujui oleh
Konsultan Perencana Pengawas.
d. Kontraktor diharuskan membuat gambar Kerja (shop drawing) dari pekerjaan
baja ini dan perhitungan konstruksi apabila diadakan perubahan-perubahan
praktis dari rencana semula. Gambar kerja dan perhitungan in diserahkan
kepada Kosultan Pengawas Perencana.
e. Gambar kerja tersebut diatas meliputi seluruh bagian dari pekerjaan
konstruksi seperti detail-detail pemasangan, lubang-lubang, baut-baut, las,
pemotongan, pertemuan pada pemutusan, penguaatan, ukuran-ukuran,
dimensi dari bahan dan lain-lain yang secara teknis diperlukan. Gambar
rencana berlaku sebagai gambar referensi untuk gambar kerja.
4. Pemasangan
a. Sub kontraktor montase harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat
yang diperlukan untuk pekerjaan pemasangan baut atau las dari seluruh
pekerjaan baja tersebut.
b. Pekerjaan baja tidak boleh dipasang sebelum acara & alat yang akan
digunakan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
c. Semua pekerjaan harus dengan hati-hati dan dipasang dengan teliti. Drift
yang dipakai mempunyai diameter lebih kecil dari lubang baut dan digunakan
untuk membawa begian-bagian pada posisinya yang tepat seperti
disyaratkan dibawah ini. Penggunaan martil yang berlebihan yang dapat
merusak atau mangganggu material tidak diperkenankan.
d. Setiap kesalahan pada pekerjaan dibengkel yang menyulitkan pada saat
pemasangan harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas.
e. Permukaan yang dikerjakan dengan mesin harus dibersihkan terlebih dahulu
sebelum dipasang. Struktur baja harus dipasang sedemikian rupa sehingga
struktur tersebut dapat membentuk lawan lendut seperti yang tertera pada
gambar rencana.
f. Pemasangan permanent baut tidak boleh dilakukan sebelum mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

g. Sambungan-sambungan dibuat permanen setelah struktur baja terpasang.


5. Sambungan
a.

Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan


diameternya. Kontraktor tidak boleh merubah atau membuat lubang baru di
lapangan tanpa seijin pengawas.

b.

Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang


tipis (maksimum 10 mm), boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut
dengan api sama sekali tidak diperkenankan.

c.

Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru.

d.

e.

Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan.


Mutu baut yang digunakan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar
perencanaan.
Lubang baut dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.

f.

Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian


rupa sehingga tidak menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut
yang akan mengurangi kekuatan baut itu sendiri. Untuk itu diharuskan
menggunakan pengencang baut yang khusus dengan momen torsi yang
sesuai dengan buku petunjuk untuk mengencangkan masing-masing baut.

g.

Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan


masih terdapat paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa
menimbulkan kerusakan pada ulir baut tersebut.

h.

Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada


kedua sisinya.

i.

Sambungan-sambungan yang dibuat harus mampu memikul gayagaya yang bekerja, selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk
menahan lenturan batang.

j.

Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka bautbaut yang sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna
menghindari adanya baut yang tidak dapat dikencangkan.

7. Pengecatan baja
a. Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan cat
dasar yang telah dsetujui oleh Konsultan Pengawas kecuali pada didangbidang yang akan dikerjakan dengan mesin perkakas seperti misalnya pada
perletakan.

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

b. Pekerjaan pengecatan terdiri dari : pembersihan seluruh sambungan


lapangan dan bidang-bidang yang telah dicat akhir untuk seluruh bidang
pekerjaan yang terbuka.
c. Seluruh permukaan pekerjaan baja harus dibersihkan dan dikupas dengan
sand blasting atau cara lain yang disetujui agar menjadi logam yang bersih,
bebas, karat, Lumpur dan lain-lain. Luas bidang permukaan yang dibersihkan
harus segera ditutup dengan cat dasar, sebelum terjadi oksidasi ( karat ),
permukaan harus dibersihkan kembali pengecetan dasar dilakukan.
d. Pengecatan dapat dilakukan dengan kuas tangan yang disetujui atau dengan
cara yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas. Pengecatan tidak dapat
dilakukan pada cuaca berkabut, atau berdebu atau pada cuaca lain yang
jelek, kecuali diusahakan tindakan-tindakan seperlunya yang sesuai dengan
pendapat Konsultan Pengawas untuk menghindari pengaruh cuaca.
e. Permukaan yang dicat harus kering dan tidak berdebu. Lapisan berikutnya
tdak dilakukan sebelum lapisan cat sebelumnya kering betul.
f. Lapisan penutup dilakukan diatas laposan cat dasar dalam tempo kurang
lebih enam bulan dan tidak boleh dilakukan lebih cepat dari 48 jam setelah
pengecatan dasar. Bila terjadi demikian, maka permukaan bahan perlu
dibersihkan kembali atau dicat dasar lagi.
g. Cat ( termasuk penyemprotan ) harus disapu dengan kuat pada permukaan
baja, baut-baut pada setiap sudut-sudut, sambungan plat, lekuk-lekuk dan
sebagainya.
h. Setiap bagian yang menampung air, atau dapat dirembesi air diisi dengan cat
yang tebal atau digunakan semen kedap air atau bahan lain yang disetujui
sebelum penyelesaian cat dasar.
i. Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama rata. Pemakaian cat
yang rata ialah 11.5 m2 sampai 15 m2 perliter untuk cat dasar dan 15 m2
sampai 20 m2 untuk lapisan berikutnya. Cat untuk baja menggunakan produk
ICI, Hempelindo atau yang setara.
j. Sebelum pengerjaan pengecatan dimulai, kontraktor harus mengajukan
contoh material cat yang akan dipakai kepada Konsultan Pengawas.

PASAL 7
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1.

Lingkup Pekerjaan

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

2.

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan,


pengangkutan dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan baja
sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan
tambahan dari arsitek dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya.
Persyaratan Umum
a. Semua alat dan perlengkapan yang akan dipakai harus memenuhi SNI.
Semua bahan dan perlengkapan pengantung dan pengunci harus
mendapat persetujuan dari pemberi tugas
b. Pipa Baja berdiameter 6 sebagai tiang pengait kabel.
c. Kabel sling baja berdiameter 3 cm

3.

Macam Pekerjaan
a. Pemasangan batang penggantung
Pasang batang penggantung dengan klem-klem agak longgar sehingga
batang tersebut mudah ditempatkan pada lokasi yang tepat
b. Pemasangan kabel dan pelana
Kabel harus dilindungi terhadap korosi
Buat dan pasang pelana sehingga dudukan arah kabel ke blok
angkur dapat membentuk sudut yang tepat sesuai rencana
Pemasangan kabel utama didahului oleh kabel semu yang digunakan
untuk menarik kabel melintas sungai
Beri tanda pada kabel utama penempatan pada sumbu pelana
(sumbu perletakan atas menara) dan posisi batang penggantung dan
angkur pada kondisi kabel diletakkan lurus di atas tanah dan belum
ditegangkan
Kurangi panjang kabel dengan perpanjangan yang diperhitungkan
sesuai dengan tegangan kabel akibat beban mati jembatan dan
ditambah denga lengkungan pada kabel di pelana
Pasang klem dibelakang tanda-tanda
Pasang kabel pada satu sisi dan selanjutnya pasang pada sisi lainnya
Laksanakan pemasangan kabel dengan bantuan kabel semu untuk
menarik kabel perlahan-lahan kek kiri atau ke kanan agar berada pada
titik pusat menara.
c. Penyetelan kabel-kabel pada blok angkur

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

Pada pemasangan, kedudukan jembatan mungkin dalam kondisi


miring ke satu sisi, kondisi lurus, melendut, atau dengan lawan lendut. Cara
penyetelannya adalah sebagai berikut :
Kencangkan kabel pada blok angkur, jembatan memperoleh lawan lendut
Kendurkan kabel pada blok angkur, jembatan memperoleh lendutan
Laksanakan penyetelan kabel dengan mur pengencang pada blok angkur
dengan sampai maksimum 2 putaran per tahap, pada setiap kabel
secara berurutan
d. Penyetelan tegangan kabel-kabel pada blok angkur

Ratakan tegangan kabel-kabel pada blok angkur dengan pengukuran


frekuensi getaran
Pegang kabel dengan tangan sambil dinaikluruskan sampai kabel
bergetar dalam 1 gelombang dengan simpangan 20 cm. kemudian kabel
dilepas dan tangan ditahan dalam posisi sedemikian rupa sehingga
terjadi pukulan setiap kabel bergetar.
Ukur frekuensi dengan arloji ukur dalam jangka waktu menit pertama
sampai frekuensi kabel berkisar antara 100 sampai dengan 150
pukulan per menit.
Lakukan pengecekan lendutan jembatan dan frekuensi kabel setelah
tegangan kabel-kabel diratakan dengan penyetelan mur pengencang
(1/2 sampai maksimum 2 putaran)

e. Pengencangan Baut
Lengkapi kabel penahan dengan mur pengencang untuk
penyetelan, sambung profil dan baut harus memenuhi persyaratan kekuatan
dan keawetan.

PASAL 8
PEKERJAAN KAYU
1.

Lingkup Pekerjaan Kayu


Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja yang terampil
sesuai denga jenis pekerjaan, penyediaan bahan yang cukup, peralatan tukang
baik masinal maupun manual guna kelancaran pekerjaan ini

2.

Persyaratan bahan
a. Kayu yang akan digunakan sebagai lantai jembatan adalah kayu kelas II

S pe s i fik as i Tek ni s
Pe n yu sun a n Ma st e rp la n Ko mp le ks Pa riwisa t a Gu nu n g Ria n
Ka bu pa t en Ta n a Tid un g

b. Kayu yang dipakai harus sesuai dengan PPKI 1961 (NI-5) lampiran,
kayu berkualitas baik, tua, kering dan tidak bercacat, pecah-pecah dan
tidak terdapat kayu mudanya (spint) sesuai pasal III PKKI 1961 mutu A

c. Selama pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan


menyimpannya ditempat kering, terlindung dari hujan dan panas

d. Semua pekerjaan kayu yang akan difinish harus diketam rata dan
halus dengan menggunakan ketam mesin, tidak ada lubang atapun
mata kayu, kecuali bila ditentukan lain.

e. Semua ukuran yang tertera dalam gambar maupun yang tersebut dalam
pasal ini
adalah ukuran jadi, yaitu ukuran setelah kayu selesai
dikerjakan/dipasang dengan toleransi rata-rata maksimum 3 mm untuk
setiap permukaan kayu yang sudah dikerjakan

You might also like