You are on page 1of 10

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT JANTUNG

DAPHNIA

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

:
:
:
:
:

Hanifah Agani
B1J013192
II
3
Boenga Nur Cita

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Daphnia adalah crustasea berukuran kecil yang hidup di perairan


tawar, sering juga disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena cara
bergerak yang unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesis
(kurang lebih 400 spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari
semua spesis yang ada, Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering
digunakan sebagai pakan untuk larva ikan. Daphnia memiliki tubuh
transparan dan tidak berwarna, dapat hidup di air yang teraerasi dengan baik.
Alat gerak utamanya adalah antena yang mengatur gerakan ke atas dan ke
bawah. Daphnia selalu ditemukan di tempat hidupnya dengan posisi kepala di
atas. Daphnia memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan
populasi Daphnia lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi
secara aseksual. Pada kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat
memproduksi telur sebanyak 100 butir, dan dapat bertelur kembali setiap tiga
hari (Pangkey, 2009).
Jantung Daphnia merupakan struktur globular kecil di bagian
anterodorsal badan. Kecepatan denyut jantungnya dipengaruhi beberapa
faktor, antara lain suhu lingkungannya. Daphnia sp termasuk dalam golongan
udang-udangan, namun dalam proses perkembangan belum lebih jauh.
Lapisan luar mengalami molting atau ecdisis sebanyak 17 kali. Organisme ini
dikenal oleh masyarakat pada umumnya disebut sebagai kutu air, namun
sebenarnya organisme ini termasuk dalam zooplankton. Mulut Daphnia sp.
terdiri dari satu labrum, satu pasang mandibula, satu buah labium Daphnia sp.
merupakan organisme yang termasuk keluarga besar phyllum Arthropoda,
kelas Crustacea. Ciri khas organisme tersebut adalah bentuknya gepeng ke
samping (memampat ke samping) dan beruas-ruas (Radiopoetro, 1977).
Menurut Waterman (1960) mengemukakan bahwa hewan kecil
memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih cepat dari pada hewan dewasa
baik itu pada suhu atau temperatur panas, sedang, dingin, maupun alkoholik.
Hal ini disebabkan adanya kecepatan metabolik yang dimiliki hewan kecil
tersebut. Mekanisme kerja jantung Daphnia sp. berbanding langsung dengan

kebutuhan oksigen per unit berat badannya pada hewan-hewan dewasa.


Daphnia sp sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada suhu 220C
310C dan pH 6,5 7,4 yang mana organisme ini perkembangan larva menjadi
dewasa dalam waktu empat hari (Djarijah, 1995).
Daphnia ini merupakan hewan poikiloterm, yaitu suhu tubuhnya selalu
berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Jantung Daphnia sp.
meruapakan struktur globular kecil dibagian anterodorsal tubuh. Kecepatan
denyut jantungnya dipengaruhi beberapa faktor antara lain aktivitas, ukuran
dan umur, cahaya, temperatur (suhu), Obat-obat (senyawa kimia). Suhu
mempengaruhi proses fisiologi organisme termasuk frekuensi denyut jantung.
Suhu tubuh yang konstan sangat dibutuhkan oleh hewan karena perubahan
suhu dapat mempengaruhi konformasi protein dan aktivitas enzim (Kimball,
1992).
I.2 Tujuan
Tujuan praktikum Pengaruh Denyut Jantung Terhadap Denyut Jantung
Daphnia adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur lingkungan dan zat
kimia terhadap denyut jantung Daphnia sp.

II. MATERI DAN CARA KERJA


II.1

Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum Pengaruh Denyut Jantung

Terhadap Denyut Jantung Daphnia adalah Daphnia sp.,air panas, es batu, dan
alkohol.
Alat yang digunakan adalah termometer, pipet tetes, cavity slide,
mikroskop, stopwatch, gelas beker, hand counter dan tissue.

II.2 Cara Kerja


1. Daphnia diletakkan pada cavity slide dengan menggunakan pipet tetes,
dikeringkan airnya menggunakan tissue kemudian diamati di bawah
mikroskop.
2. Denyut jantung Daphnia diamati dan dihitung menggunakan hand
counter.
3. Temperatur media diukur.
4. Daphnia ditetesi dengan air panas, kemudian kembali dihitung denyut
jantungnya.
5. Temperatur air panas diukur.
6. Daphnia baru diambil dan diletakkan di cavity slide, kemudian ditetesi
dengan air es.
7. Denyut jantung Daphnia dihitung dan temperatur air es diukur.
8. Daphnia baru diambil dan diletakkan di cavity slide, ditetesi dengan
alkohol 5% dan dihitung denyut jantungnya.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN


III.1 Hasil
Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Lingkungan Terhadap Denyut
Jantung Daphnia
Perlakuan
Kelom
pok

Normal

Panas

Dingin

Alkohol

Suhu
(C)

DJ

Suhu

DJ

Suhu

DJ

Konsentrasi (%)

DJ

1.

26

148

36,1

188

18

100

44

2.

26

132

39,7

200

20

96

188

3.

26

312

39,5

116

22

128

208

4.

27

164

42

256

22

136

224

5.

26

260

39,6

224

21

200

200

Keterangan:
DJ* = Jumlah Denyut Jantung/ menit
Perhitungan Denyut Jantung Daphnia :
Diketahui :
Denyut jantung Daphnia pada suhu normal

= 78/15 detik

Denyut jantung Daphnia pada suhu dingin

= 32/15 detik

Denyut jantung Daphnia pada suhu panas

= 29/15 detik

Denyut jantung Daphnia pada pengaruh zat kimia

= 52/15 detik

Rumus
Denyut jantung/menit

= jumlah denyut jantung x 4

Denyut jantung/menit pada suhu normal

= 78 x 4 = 312 denyut/menit

Denyut jantung/menit pada suhu dingin

= 32 x 4 = 128 denyut/menit

Denyut jantung/menit pada suhu panas

= 29 x 4 = 116 denyut/menit

Denyut jantung/menit dengan pengaruh zat kimia= 52 x 4 = 208 denyut/menit

1
2
3

Gambar 1. Mikroskopis Daphnia sp.


Keterangan :
1. Jantung
2. Mata
3. Kaki

Gambar 2. Skematis Daphnia sp.


Keterangan :
1. BC
= Anatomi B (otak)
2. SM
= Ruang induk
3. C
= Usus buntu pencernaan
4. CE
= Mata majemuk
5. F
= Forniks (antennule)
6. H
= Jantung
7. FA
= Antena INT
8. O
= Ocellus
9. OV
= Ovarium
10. R
= Mimbar atau paruh
11. SG
= Kelenjar shell
III.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan Pengaruh Lingkungan Terhadap Denyut
Jantung daphnia diperoleh hasi perhitungan denyut jantung Daphnia pada
suhu normal 312 denyut/menit, pada suhu panas 116 denyut/menit, pada suhu
dingin 128 denyut/menit dan pada alkohol 208 denyut/menit. Denyut jantung
Daphnia sp. pada keadaan normal sebanyak 120 denyut per menit, sedangkan
pada percobaan 312 denyut/menit, hal ini dimungkinkan karena hewan uji
mengalami stress atau karena faktor lain. Pada kondisi tertentu kecepatan ratarata denyut jantung Daphnia sp. ini dapat berubah-ubah disebabkan oleh
beberapa faktor misalnya denyut jantung lebih cepat pada waktu sore hari,
pada saat densitas populasi rendah, pada saat betina mengerami telur (Barnes,
1966).
Lingkungan dengan suhu tinggi atau panas akan meningkatkan
metabolisme dalam tubuh sehingga laju respirasi meningkat dan berdampak
pada peningkatan denyut jantung Daphnia sp. Denyut jantung Daphnia pada
suhu panas hasil percobaan adalah 116 denyut/menit, justru mengalami
penurunan dari suhu normal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
keterlambatan dalam perhitungan sehingga denyut jantung Daphnia melemah
karena mendekati kematian (Waterman, 1960).
Denyut jantung Daphnia pada suhu rendah atau dingin hasil percobaan
yaitu 128 denyut/menit. Hal ini tidak sesuai dengan referensi yang

menyatakan bahwa denyut jantung Daphnia pada suhu rendah akan


mengalami penurunan. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena Daphnia
dalam kondisi stress atau kurang optimal.
Senyawa toksik menyebabkan seluruh sistem jaringan tubuh dalam
Daphnia sp. mengalami gangguan dan alkohol merupakan senyawa toksik
bagi Daphnia sp (Waterman, 1960). Alkohol akan menyebabkan denyut
jantung Daphnia meningkat secara drastis. Denyut jantung Daphnia yang
ditetesi alkohol pada percobaan yaitu 208 denyut/menit. Kontrol alkohol
konsentrasi yang digunakan dalam percobaan ini hanya 5% dan itu adalah
kemungkinan bahwa konsentrasi yang lebih tinggi mungkin memiliki efek.
Alkohol yang digunakan konsentrasinya hanya 5 % karena apabila terlalu
tinggi dikhawatirkan akan membunuh Daphnia secara cepat (Kamai, 2003).
Daphnia adalah crustasea berukuran kecil yang hidup di perairan
tawar, sering juga disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena cara
bergerak yang unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesis
(kurang lebih 400 spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari
semua spesis yang ada, Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering
digunakan sebagai pakan untuk larva ikan. Tubuh Daphnia transparan dan
tidak berwarna, dapat hidup di air yang teraerasi dengan baik. Alat gerak
utamanya adalah antena yang mengatur gerakan ke atas dan ke bawah.
Daphnia selalu ditemukan di tempat hidupnya dengan posisi kepala di atas.
Daphnia memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan
populasi Daphnia lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi
secara aseksual. Pada kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat
memproduksi telur sebanyak 100 butir, dan dapat bertelur kembali setiap tiga
hari (Pangkey, 2009). Daphnia digunakan dalam percobaan karena hewan ini
memiliki dinding tubuh yang transparan sehingga organ-organ internalnya
akan tampak jelas di bawah mikroskop cahaya dan kerja jantungnya dapat
terlihat jelas (Susilo, 2014).
Menurut Barness (1966) Berbagai macam faktor yang mempengaruhi
kerja denyut jantung Daphnia sp adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas, denyut jantung Daphnia sp bertambah lambat setelah dalam
keadaan tenang.

2. Ukuran dan umur, dimana spesies yang lebih besar cenderung mempunyai
denyut jantung yang lebih lambat.
3. Cahaya, pada keadaan gelap denyut jantung Daphnia sp, mengalami
penurunan sedangkan pada keadaan terang denyut jantung Daphnia sp
mengalami peningkatan.
4. Temperatur, denyut jantung Daphnia sp, akan bertambah tinggi apabila
suhu meningkat.
5. Obat-obat (senyawa kimia), zat kimia menyebabkan aktivitas denyut
jantung Daphnia sp. menjadi tinggi atau meningkat.
Percobaan kali ini menggunakan alat-alat antara lain termometer untuk
mengukur suhu lingkungan atau media perlakuan, pipet tetes untuk
mengambil larutan, cavity slide untuk meletakkan Daphnia, mikroskop,
stopwatch, gelas beker, hand counter untuk menghitung denyut jantung dan
tissue untuk mengurangi kelebihan air. Bahan yang digunakan adalah
Daphnia sp. Sebagai hewan uji, air panas, es batu, dan alkohol sebagai media
atau lingkungan Daphnia. Daphnia pada percobaan kali ini diberi perlakuan
suhu normal, panas, dingin, dan senyawa toksik alkohol tujuannya adalah
untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap denyut jantung Daphnia.
Studi perlakuan terhadap perkembangan Daphnia sp. pada media atau substrat
yang berbeda menghasilkan perkembangan Daphnia sp. yang lambat pada saat
di substrat non steril tanah yang diberikan pada ikan didalamnya. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh faktor luar pada saat metabolisme bereaksi dan
kerja jantung Daphnia sp. (Dahyat, 2004).
Sehubungan bahwa Daphnia sp merupakan hewan poikiloterm atau
ektoterm, maka pada suhu yang semakin meningkat, daphnia juga akan
melakukan adaptasi morfologis yang serupa dengan hewan ektoterm pada
umumnya yaitu dengan mempertinggi konduktan dan mempercepat aliran
darah agar panas mudah terlepas dari tubuh, karena afinitas hemoglobin dalam
mengikat oksigen turun (Radiopoetro, 1977). Mekanisme adaptasi fisiologi ini
juga mempengaruhi peningkatan frekuensi denyut jantung pada daphnia.
Hewan ini dapat memperoleh energi panas dari lingkungan. Energi inilah yang
digunakan untuk melangsungkan metabolisme (Soegiri, 1988).

IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Suhu atau temperatur lingkungan mempengaruhi denyut jantung Daphnia sp.
2. Faktor lain yang mempengaruhi denyut jantung Daphnia antara lain aktivitas,
ukuran dan umur, cahaya, dan obat-obat (senyawa kimia).

DAFTAR REFERENSI.
Barness, R.D. 1966. Invertebrata Zoology. W.B Sanders Company. Philadelphia,
London.
Dahyat, Y . 2004. The Effect of different Kind of Food and Media on life
histology of Daphnia Marin Status. Hayti : vol II (3).
Djarijah, A.S. 1995. Pakan Alami Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Kamai, Jasmine & Varner Allbrett. 2003. Kava Decreases the Heart Rate of
Daphnia. Scl Journal. Halau Lokahi Public Charter School, Hawaii, USA.
Kimball, J. W. 1992. Biologi II. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Pangkey H. 2009. Daphnia dan Kegunaanya. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol
V (3): 33-36.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Soegiri, N. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.

Waterman, T.H. 1960. The Phsyology of Crustacea Volume I. Academic Press.


New York.
Susilo, Untung, S. B. I. Simanjuntak, Farida N. R, Hana & Eko S. W. Fisiologi
Hewan I. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

You might also like