You are on page 1of 24

MAKALAH GIZI KESEHATAN DAN REPRODUKSI WANITA

KEHAMILAN PADA REMAJA

Penanggung Jawab Mata Ajaran :


Ahmad Syafiq, Ir, MSc, PhD
DR. drg. Sandra Fikawati, MPH
Disusun oleh :
Ema Maratus Sholihah

1606944601

Diyan Reni Jayathi

1506785955

Puri Kresnawati

1506786806

Tifa Pascariyanti Sujarwanta

1606857223

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KESEHATAN


MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persentase wanita umur 15 19 tahun yang telah menjadi ibu atau
sedang hamil anak pertama menunjukkan bahwa 10 persen remaja sudah
menjadi ibu; 7 persen remaja pernah melahirkan, dan 3 persen sedang hamil
anak pertama. Tampak telah terjadi peningkatan remaja subur dari 9 persen
menjadi 10 persen jika dibandingkan dengan hasil survei pada 2007. Proporsi
remaja yang telah memiliki anak meningkat menurut umur. Walaupun kurang
dari satu persen wanita umur 15 tahun telah menjadi ibu, 24 persen wanita
umur 19 tahun telah menjadi ibu atau sedang hamil anak pertama. Remaja di
pedesaan dijumpai lebih banyak yang telah menjadi ibu dibandingkan dengan
remaja di perkotaan (13 persen berbanding 6 persen). (SDKI 2012)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar yang mendata perempuan berusia
10 54 tahun yang sedang hamil, masih ditemui kehamilan pada usia sangat
muda (<15 tahun) walaupun dengan proporsi yang sangat kecil (0,02 persen)
terutama di pedesaan (0,03 persen). Sedangkan proporsi kehamilan pada usia
15 19 tahun adalah 1,97 persen, daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan
dengan perkotaan. (Riskesdas, 2013)
Kehamilan pada remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan
bayinya, juga dapat berdampak sosial dan ekonomi. Kehamilan pada usia muda
atau remaja antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir
rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu
dan bayi. Kehamilan remaja juga dihubungkan dengan kehamilan tidak
dikehendaki dan aborsi yang tidak aman. Penelitian menemukan bahwa
persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun memiliki kontribusi dalam
tingginya angka kematian neonatal, bayi dan balita. Angka kematian neonatal,
postneonatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih
tinggi dibandingkan pada ibu dengan usia 20 - 39 tahun. (Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014)

Banyak aspek yang perlu diketahui oleh seorang ibu yang sedang
hamil, salah satunya mengenai gizi. Gizi selama kehamilan perlu mendapat
perhatian karena sangat berpengaruh pada perkembangan janin yang
dikandung. Sejak janin sampai anak berumur dua tahun atau 1000 hari pertama
kehidupan kecukupan gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik
dan kognitif. Pada masa kehamilan gizi ibu hamil harus memenuhi kebutuhan
gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin karena
gizi janin tergantung pada gizi ibu dan kebutuhan gizi ibu juga harus tetap
terpenuhi.
Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu ibu yang saat hamil
mempunyai status gizi kurang, misalnya kurus dan menderita anemia. Hal ini
dapat disebabkan karena asupan makanan selama kehamilan tidak mencukupi
untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya. Selain itu kondisi ini dapat
diperburuk oleh beban kerja ibu hamil yang biasanya sama atau lebih berat
dibandingakan dengan saat sebelum hamil. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan
zat

gizi

yang

dibutuhkan,

sehingga

mengganggu

pertumbuhan

dan

perkembangan. (Kementerian Kesehatan RI, 2014)


B. Tujuan
1. Memahami masalah terhadap kehamilan remaja.
2. Mengetahui kebutuhan gizi pada kehamilan remaja.
3. Monitoring pertambahan berat badan selama hamil.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. MASALAH TERHADAP KEHAMILAN REMAJA
1. Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak
kanak menuju dewasa. Batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.
(WHO, 2007) Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah menikah,
maka ia tergolong dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika
usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih bergantung pada orang tua
(tidak mandiri) maka tetap dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Adapun pembagian umur remaja sebagai berikut :
a. Menurut Zemel & Levin dalam Krummels (1996)
-

Umur 12 14 tahun merupakan awal masa remaja yang ditandai


dengan perubahan fisik.

Umur 15 17 tahun merupakan pertengahan remaja dimana


sedang terjadi perkembangan fisik dan emosi.

Umur 18 21 tahun merupakan akhir masa remaja yakni


perkembangan fisik dan emosi hampir selesai.

b. Menurut WHO Expert Committee (1971)


-

Remaja muda berumur 10 14 tahun.

Remaja media berumur 15 19 tahun.

Remaja dewasa berumur 20 24 tahun.


Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara

fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku,
kognitif, biologis, dan emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu
ke waktu memang

berubah

sesuai

perkembangan

zaman. Ditinjau

dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri mendapatkan haid
pertama kali semakin berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun.
Mayoritas orang menggolongkan remaja dari usia 12 24 tahun dan
beberapa literatur menyebutkan 15 24 tahun. Hal paling penting adalah

bagaimana seseorang mengalami perubahan pesat dalam hidupnya di


berbagai aspek.
2. Pengertian Kehamilan Pada Remaja
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada remaja yang
berumur di bawah 17 tahun. Kehamilan remaja merupakan masalah sosial
masyarakat dan masalah dalam bidang obstetri. (Kepaniteraan Klinik
Obstetri dan Ginekologi: 44). Kehamilan remaja adalah kehamilan yang
terjadi pada wanita usia antara 14 19 tahun baik melalui proses pra nikah
atau nikah. Menurut ciri ciri perkembangannya, masa remaja di bagi
menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal 10 12 tahun, masa remaja
tengah 13 15 tahun, masa remaja akhir 16 19 tahun. (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2001).
Kehamilan usia dini memuat resiko yang tidak kalah berat.
Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara
kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan,
adanya rasa penolakan secara emosional ketika ibu mengandung bayinya.
(Ubydillah, 2000)
3. Faktor Terjadinya Kehamilan Pada Remaja
Hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan pada remaja
diantaranya antara lain :
a. Orang tua
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap
perkembangan mental dan kejiwaan anak. Anak yang tidak merasakan
ketentraman

di

dalam

keluarganya

akan

cenderung

mencari

ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka


melakukan hal-hal yang cenderung negatif sebagai bentuk kekesalan
mereka terhadap orang tua. Kurangnya perhatian khususnya dari orang
tua kepada remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik
dan benar. Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka
terhadap anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam
masalah seksual.

Komunikasi yang lebih terbuka antara anak dan orang tua dapat
berperan penting bagi pemantauan perilaku anak di masyarakat karena
dengan komunikasi orangtua dapat memasukkan hal hal yang boleh
dan tidak boleh dilakukan.
b. Pengetahuan yang kurang
Pengetahuan yang kurang ditambah rasa ingin tahu yang
berlebihan, pengetahuan seksual yang setengah setengah mendorong
gairah seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan
meningkatkan risiko dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua
yang tidak terbuka mengenai masalah

seksual,

remaja

akan

mencari informasi tersebut dari sumber yang lain; teman sebaya, buku,
majalah, internet, video atau bahkan blue film. Mereka sendiri belum
dapat memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus
dihindari.
c. Perubahan zaman
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan
pada kondisi sistem sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut
terkikis oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral
dan agama, seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga
remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk
masalah hubungan seks di luar nikah.
d. Perubahan kadar hormon
Di dalam tubuh terdapat kelenjar kelenjar yaitu alat tubuh
yang berfungsi mengeluarkan zat zat tertentu. Terdapat kelenjar yang
mengeluarkan zat zat untuk disalurkan langsung ke dalam darah
disebut kelenjar endokrin. Zat zat yang diserap darah dari kelenjar
endokrin ini dinamakan hormon. Oleh karena hormon hormon
beredar ke seluruh tubuh maka pengaruhnya pun langsung tersebar.

Hormon pertumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan badan


terutama pada masa remaja. Hormon ini merangsang tulang tulang
panjang (antara lain tulang tangan dan kaki) sehingga tulang tulang
tersebut bertambah panjang dan tinggi anak bertambah. Hormon
perangsang pada pria yaitu hormon yang mempengaruhi testis. Pada
remaja, hormon ini merangsang testis memproduksi hormon
testosterone dan androgen serta spermatozoa. Hormon pengendali pada
wanita yang mempengaruhi ovarium untuk memproduksi ovum,
hormon estrogen dan progesteron.
e. Semakin cepatnya usia pubertas
Semakin cepatnya usia pubertas berkaitan dengan tumbuh
kembang remaja, sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat
tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan masa masa tunda
hubungan seksual menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan
pengarahan yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih dapat
berisiko tinggi.
f. Adanya trend baru dalam berpacaran di kalangan remaja
Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual di luar nikah
meskipun dengan rela sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang
sudah bergeser nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika
melakukan hubungan seksual dengan banyak orang.
g. Faktor agama dan iman
Kurangnya penanaman nilai nilai agama berdampak pada
pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan mudah melakukan
hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada
kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab.

4. Masalah Kehamilan Remaja


a. Stres akibat kehamilan yang tidak diinginkan
Sumber Stres

Faktor Kehamilan Remaja

Utama :
-

Aib hamil
Dosa menggugurkan
Berpacu dengan waktu

Tambahan :
-

Takut terhadap masyarakat


Tanpa dukungan siapapun
Dianggap amoral
Tidak diakui pacar
Melanggar norma agama

Globalisasi informasi masalah

seksual
Anggapan informasi salah
Tabu informasi seksual
Menunda umur kawin
Libido tak terkendali
Hubungan keluarga yang
renggang

b. Kehamilan remaja umur kurang dari 20 tahun


-

Anemia selama kehamilan


Keguguran, prematuritas BBLR
Komplikasi preeklampsia eklampsia
Risiko persalinan operatif
Perdarahan postpartum
Mudah terjadi infeksi

c. Timbulnya dilema
Menggugurkan Kehamilan
-

(Aborsi)
Risiko paling ringan
Dapat meneruskan karier
Dapat ganti pacar
Pelaksanaan dengan adekuat
Komplikasi

Kehamilan Dipertahankan
-

Memerlukan ANC intensif


Persiapan persalinan adekuat
Perawatan bayi intensif
Trauma psikologis
Sulit cari pacar baru

5. Dampak Kehamilan Pada Remaja


a. Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan mengalami
putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat kehilangan
pekerjaan yang baru dirintisnya.
7

b. Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri.


c. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau
lingkungan masyarakat.
d. Kehamilan dapat disertai kecanduan obat-obatan, merokok atau
minuman keras.
e. Kehamilan dapat disertai penyakit hubungan seksual sehingga
memerlukan pemeriksaan penunjang yang lengkap.
f. Alat reproduksi masih belum siap menerima kehamilan sehingga dapat
menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.
g. Kehamilan remaja berisiko lebih tinggi pada kematian maternal dan
perinatal dibandingkan dengan usia reproduksi sehat (20 35 tahun).
6. Dampak Kehamilan Remaja Dari Segi Kebidanan
Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu reproduksi sehat antara umur 20 35 tahun. Keadaan ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin.
Keadaan tersebut akan semakin menyulitkan bila ditambah dengan
tekanan (stress) psikologis, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan untuk
terjadinya :
a. Keguguran
Keguguran

sebagian

dilakukan

dengan

sengaja

untuk

menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran


sengaja

yang

dilakukan

oleh

tenaga

non-professional

dapat

menimbulkan akibat yang serius seperti tingginya angka kematian dan


infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
infertilitas.
b. Persalinan prematur
Bayi memiliki risiko untuk lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) maupun disertai kelainan bawaan. Kekurangan

berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan


semakin tingginya kelahiran prematur, BBLR, dan kelainan bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada masa nifas.
d. Anemia kehamilan/defisiensi zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan
kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda
karena pada saat hamil mayoritas ibu mengalami anemia. Tambahan
zat besi dalam tubuh berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.
e. Komplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah kegawatdaruratan obstetrik yang
dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. Komplikasi tersebut
dapat berupa perdarahan selama periode kehamilan, preeklampsia,
eklampsia bahkan infeksi.
f. Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu saat melahirkan paling sering disebabkan oleh
perdarahan dan infeksi. Selain itu, angka kematian ibu karena
keguguran kandungan juga cukup tinggi, yang kebanyakan dilakukan
oleh tenaga non-professional (dukun).
7. Pengendalian Masalah Kehamilan Pada Remaja
Langkah langkah untuk mengendalikan masalah kehamilan
remaja adalah sebagai berikut :
a. Sebelum terjadi kehamilan
- Menjaga kesehatan reproduksi dengan jalan melakukan hubungan
seksual yang bersih dan aman.
- Menghindari multipatner dalam berhubungan seksual.
- Menggunakan alat kontrasepsi.
- Memberi pendidikan seksual sejak dini.
- Pertimbangkan penggunaan kontrasepsi darurat.
b. Setelah terjadi kehamilan

Setelah terjadi konsepsi sampai nidasi, permasalahan akan


kompleks karena secara fisik hasil konsepsi dan nidasi mempunyai
beberapa ketetapan sebagai berikut :
-

Hasil konsepsi dan nidasi merupakan zigot yang mempunyai

potensi untuk hidup.


Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai hak untuk hidup dan

mendapatkan perlindungan.
Hasil konsepsi dan nidasi nasibnya ditentukan oleh ibu yang

mengandung.
Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai landasan moral yang kuat
karena berpotensi untuk tumbuh kembang menjadi generasi yang
didambakan setiap keluarga.

B. KEBUTUHAN GIZI PADA KEHAMILAN REMAJA


1. Panduan Komposisi Makanan
Gizi seimbang untuk ibu hamil dan ibu menyusui mengindikasikan
bahwa konsumsi makanan ibu hamil dan ibu menyusui harus memenuhi
kebutuhan untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan
janin/bayinya. Oleh karena itu ibu hamil dan ibu menyusui membutuhkan
zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak hamil atau
tidak menyusui, tetapi konsumsi pangannya tetap beranekaragam dan
seimbang dalam jumlah dan proporsinya, tercantum pada lampiran 1.
(Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Kebutuhan energi, protein, vitamin dan mineral meningkat karena
tuntutan metabolik saat hamil, khususnya pada remaja yang lebih muda
dari 15 tahun karena dirinya sendiri masih dalam masa pertumbuhan.
Energi dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan untuk penggunaan
protein, vitamin, dan mineral. Kecukupan energi digambarkan dengan
kenaikan

berat

badan

yang

tepat.

Kecukupan

protein

yang

direkomendasikan untuk remaja perempuan sekitar 45 g/hari, penambahan


10 g protein dianjurkan selama kehamilan untuk pertumbuhan janin dan
penambahan jaringan ibu.

10

Asupan kalsium 1200 1600 mg/hari akan menunjang peningkatan


mineralisasi tulang pada remaja sekaligus mendukung pertumbuhan tulang
janin. Kebutuhan zat besi meningkat selama kehamilan. Penyerapan zat
besi yang lebih baik berasal dari heme seperti daging, ikan, dan unggas,
begitu juga makanan dengan vitamin C yang tinggi

akan membantu

penyerapan zat besi.


Kecukupan folat baik saat sebelum dan selama kehamilan akan
mengurangi kemungkinan anomali kongenital seperti Neural Tube Defects
(NTD). Kebutuhan folat yang direkomendasikan adalah 400 g per hari
selama kehamilan. US Dietary Guideline dan Food Guide Pyramid
merekomendasikan menu penyajian untuk remaja hamil sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

2-4 porsi buah/jus, termasuk yang mengandung vitamin C


3-5 porsi sayuran
2-3 porsi produk susu (susu, yogurt, dan keju)
2-3 porsi daging atau ikan dan unggas
6-11 porsi produk beras, sereal, dan pasta

11

Gambar 2.1 Food Guide Pyramid A Guide to Daily Food Choices U.S. (Sumber:
Department of Agriculture, Human Nutrition Information Service, 1992)

Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang


dikonsumsi oleh ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh
ibunya. Selama hamil atau menyusui seorang ibu harus menambah jumlah dan
jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi dan
kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayinya serta untuk memproduksi ASI.
Berikut anjuran porsi untuk ibu hamil :

Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi Untuk Kelompok Ibu Hamil
dan Menyusui

(Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2014)

Keterangan :
1. Nasi 1 porsi = gelas = 100 gr = 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal

12

9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal


10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal

*) sdm : sendok makan


**) sdt : sendok teh
2. Suplemen
Selain dengan gizi yang seimbang, ibu perlu memperhatikan
suplemen yang dibutuhkan selama kehamilan. Ibu Hamil perlu
mengonsumsi aneka ragam pangan yang lebih banyak untuk memenuhi
kebutuhan energi, protein dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) karena
digunakan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam kandungan serta cadangan selama masa menyusui. Zat gizi mikro
penting yang diperlukan selama hamil adalah zat besi, asam folat, kalsium,
iodium dan zink (Lampiran 2 dan 3).
Dengan kadar hemoglobin normal, suplementasi asupan zat besi 30
mg per hari direkomendasikan oleh Institute of Medicine pada kehamilan
remaja selama trimester kedua dan ketiga, begitu juga dengan kalsium atau
folat. Anemia zat besi berhubungan dengan tingginya persalinan preterm,
berat bayi lahir rendah, dan menurunnya cadangan zat besi pada ibu dan
janin.
Pada remaja yang anemia (< 11,0 hB/dl selama TM I dan III, <10
hB/dl selama TM II) dosis suplementasi zat besi yang dianjurkan
meningkat menjadi 60-120 mg per hari sampai hB normal. Kemudian
untuk memastikan kecukupan zinc dan Cu, dapat pula diberikan
suplementasi 15 mg zinc dan 2 mg Cu bersamaan saat suplementasi zat
besi.
Karena kebutuhan kalsium paling tinggi saat remaja, maka
suplementasi 1000 mg kalsium per hari dibutuhkan bagi remaja yang
asupan kalsium sehari harinya kurang. Suplemen kalsium diberikan saat
waktu makan untuk meningkatkan penyerapan dan mengurangi interaksi
dengan zat besi. Suplementasi folat 40 mg per hari selama TM I
direkomendasikan untuk remaja yang mempunyai riwayat melahirkan

13

Neural Tube Defect (NTD) sebelumnya, namun jika tidak maka cukup 4
mg per hari.
Remaja hamil yang minum susu tanpa fortifikasi Vitamin D atau
remaja vegetarian akan butuh suplementasi 10 g vitamin D setiap hari.
Khusus vegetarian butuh 1 g vitamin B12 setiap hari. Institut of Medicine
merekomendasikan suplemen vitamin mineral dosis rendah saat terlihat
asupan makanan bergizi pada remaja tidak teratur.

Begitu juga pada

remaja yang perokok berat, minum alkohol atau obat obatan terlarang,
strict vegetarian, atau pada kehamilan kembar.
C. MONITORING PERTAMBAHAN BERAT BADAN SELAMA HAMIL
Status gizi pada saat kehamilan menentukan status kesehatan janin.
Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil 40% digunakan untuk pertumbuhan
janin dan 60% untuk memenuhi kebutuhan ibu. Bila salah satu tidak terpenuhi
atau mengalami kekurangan maka dapat mengakibatkan pertumbuhan janin
yang terhambat. Ibu hamil dengan gizi kurang atau bahkan gizi buruk dapat
mengakibatkan terjadinya kondisi fisik bayi yang kurang baik, Intra Uterine
Growth Reterdation (IUGR), Intra Uterine Fetal Death (IUFD), kelainan
bawaan, prematur dan imatur. Untuk memantau status gizi seorang ibu hamil,
Pediatric and Pregnancy Nutrition Surveillance System membuat acuan
mengenai pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan, seperti pada
tabel berikut :
Tabel 2.2 Pertambahan berat badan berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil

Indeks Massa Tubuh (IMT)


IMT (< 19,8)

Kenaikan Berat Badan Total


(kg)
14-20

IMT normal (19,8-26,0)

12,5-17,5

IMT overweight (26,1-29,0)

7,5-12,5

IMT obesitas (>29,0)


Kehamilan kembar

7,5
17,5-20
14

(Sumber: Morris, 2014)

Komponen penambahan berat badan secara umum dibagi dua, yaitu


produk kehamilan (janin, cairan amnion, plasenta) dan jaringan tubuh (darah,
cairan ekstravaskuler, uterus, payudara, lemak). Berikut proporsi pertambahan
berat badan :
Janin
Plasenta
Cairan amnion
Ekspansi volume darah
Pertumbuhan uterus
payudara
Peningkatan

25-27%
5%
6%
10%
dan 11%
cairan 13%

ekstraseluler
Peningkatan lemak tubuh

25-27%

(Sumber: Paath et al, 2005)

Penelitian prospective yang dilakukan oleh School (1990) menunjukan


bahwa setelah usia gestasi 12 minggu terdapat hubungan yang signifikan
antara kenaikan berat badan ibu dengan kejadian BBL. Peningkatan BBL yang
terjadi sebesar 12,89 gr per kilogram kenaikan BB (P<0,005). Kehamilan pada
usia remaja merupakan masalah yang harus diperhatikan. Pada usia yang
masih muda karena pada usia tersebut berat badan pra hamil, tinggi badan dan
status gizi yang dimiliki lebih rendah dari ibu hamil dewasa. Masalah lain
yang muncul adalah adanya kebiasaan buruk pada remaja tersebut seperti
kebiasaan diet yang tidak baik saat sebelum kehamilan, ketidaktahuan akan
kebutuhan nutrisi pada saat hamil, dan kurang siap secara psikologis untuk
menghadapi kehamilan.
Ibu hamil pada usia remaja diharapkan mempunyai status gizi yang
lebih baik dibandingkan dengan ibu hamil dewasa. Hal tersebut karena pada
usia remaja seorang remaja memerlukan banyak energi untuk masa
pertumbuhannya ditambah lagi jika ia mengalami kehamilan. Kenaikan berat
15

badan yang diharapkan pada remaja tersebut adalah kenaikan berat badan
dewasa ditambah kebutuhan kenaikan berat badan untuk mendukung
pertumbuhan normal remaja.
Pertumbuhan linear belum optimal sebelum mencapai usia ginekologi
4-5 tahun. Usia ginekologi adalah jumlah tahun yang terjadi setelah seorang
wanita mengalami menstruasi pertama. Pada kehamilan pada usia dewasa
kenaikan berat badan yang diharapkan adalah 10-12 kg ditambah kenaikan BB
yang diharapkan pada usia ginekologinya. Perkiraan pertambahan berat badan
untuk mendukung kebutuhan pertumbuhan normal remaja selama 1 tahun
adalah :
Lama Postmenarche
1
2
3
4

Tambahan BB (kg)
4,6
2,8
1,1
0,8

(Sumber: Worthington Roberts dan Williams (1993) dalam Fikawati et al, 2015)

Menurut Worthington Roberts dan Williams (1993) dalam Fikawati et al


(2015), terdapat cara perhitungan kenaikan berat badan untuk ibu hamil, yaitu :
a. Dengan menambahkan 20% BB/TB ibu prahamil sesuai standar normal
(IMT NCHS 2000) atau perhitungan BBI menurut Broca yang telah
disesuaikan untuk orang Indonesia).
b. Jika berat badan ibu lebih rendah dari BB/TB maka harus ditambahkan
selisih kekurangannya yaitu selisih BB/TB dengan BB aktual ibu.
Berikut ini merupakan contoh menghitung kenaikan BB selama hamil
berdasarkan status gizi ibu prahamil :

16

Contoh :
Ibu hamil remaja berusia 14 tahun usia menarche tahun ke-2. Memiliki TB
155 cm dan BB 48 kg BB/TB sesuai NCHS (IMT 21) adalah 50 kg.
Berapakah kenaikan berat badan yang harus dicapai ibu untuk mendukung
outcome kehamilan yang optimal?
Perkiraan kenaikan BB untuk tumbuh

= 9/12 x 2,8 kg = 2,2 kg

Kenaikan BB untuk kehamilan optimal = 20% x 50 kg = 10 kg


Kekurangan BB yang harus ditambahkan= 20 kg - 48 kg = 2 kg
Total kenaikan BB yang harus dicapai

= 14,2 kg

17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara 14
19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah. Faktor yang mengakibatkan
terjadinya kehamilan pada remaja diantaranya antara lain : peran orang tua
kurang, pengetahuan yang kurang, perubahan zaman, usia pubertas semakin
cepat, trend dalam berpacaran, dan agama. Masalah yang sering dijumpai pada
kehamilan remaja, yaitu stress akibat kehamilan tidak diinginkan, komplikasi
selama masa kehamilan dan persalinan, dan timbul sebuah dilema.
2. Seorang ibu yang sedang hamil perlu untuk mencukupi kebutuhan energi,
protein, vitamin dan mineral karena tuntutan metabolik saat hamil, khususnya
pada remaja yang lebih muda dari 15 tahun karena dirinya sendiri masih
dalam masa pertumbuhan. Energi dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan
untuk penggunaan protein, vitamin, dan mineral. Kecukupan energi
digambarkan dengan kenaikan berat badan yang tepat.
3. Ibu hamil pada usia remaja diharapkan mempunyai status gizi yang lebih baik
dibandingkan dengan ibu hamil dewasa. Hal tersebut karena pada usia remaja
seorang remaja memerlukan banyak energi untuk masa pertumbuhannya
ditambah lagi jika ia mengalami kehamilan. Kenaikan berat badan yang
diharapkan pada remaja tersebut adalah kenaikan berat badan dewasa
ditambah kebutuhan kenaikan berat badan untuk mendukung pertumbuhan
normal remaja.

DAFTAR PUSTAKA

18

Fikawati, Sandra. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Food Guide Pyramid: A Guide to Daily Food Choices. 1992. U.S. Department of
Agriculture, Human Nutrition Information Service: Leeflet No. 572.
https://www.cdph.ca.gov/HealthInfo/healthyliving/childfamily/Documents/
MO-NUPA-12Appendices.pdf Diakses pada 10 Oktober 2016.
Kesehatan Remaja Indonesia dan Pelayanannya. 2015. Lembaga Penerbit Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Krummel, B. 1996. Nutrition in Womens Health. An Aspen Publication.
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Penerbit
Salemba Medika. Jakarta.
Manuaba IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Manuaba IBG. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Manuaba IBG. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Morris, Jacqueline. 2014. Pedoman Gizi: Pengkajian dan Dokumentasi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Paath, E.F. 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Pedoman
Gizi
Seimbang.
2014.
Kementerian
Kesehatan
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf
Diakses pada 10 Oktober 2016.

RI.

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja. 2014. Kementerian
Kesehatan
RI.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
%20reproduksi%20remaja-ed.pdf Diakses pada 11 Oktober 2016.
Pusat Data dan Informasi Situasi Gizi. 2014. Kementerian Kesehatan RI.

19

http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-gizi.pdf Diakses pada 11
Oktober 2016.
Sarwono, W Sarlito. 2013. Psikologi Remaja. PT Rajagrafindo Persada. Depok.
Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. 2013. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,
dan Kementerian Kesehatan.
http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf Diakses pada 11
Oktober 2016.

20

Lampiran 1: Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan


Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air
yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang per hari)

(Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2014)

21

Lampiran 2: Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan


Tabel 2.2 Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia
(per orang per hari)

(Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2014)

22

Lampiran 3: Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan


Tabel 2.3 Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk orang Indonesia
(per orang per hari)

(Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2014)

23

You might also like