You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur
yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan
perbaikan penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya
dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dari yang diperkirakan
sepuluh tahun silam. Dengan prosedur diagnostic yang canggih yang memungkinkan
diagnostic dimulai lebih awal dan lebih akurat menyebabkan penangan dapat dilakukan
jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti. Penanganan dengan teknologi dan
farmakoterapi yang baru terus dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang
semakin meningkat, yaitu dengan bedah jantung. Mungkin tak ada intervensi terapi yang
begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
dengan penyakit jantung.
Pembedahan jantung pertama yang berhasil, penutupan luka tusuk ventrikel kanan,
talah dilakukan di tahun 1895 oleh ahli bedah Italia de Vechi. Di Amerika Serikat
pembedahan serupa yang sukses, juga penutupan luka tusuk, dilakukan di tahun 1902.
Diikuti oleh pembedahan katup di tahun 1923 dan 1925, penutupan duktus paten di tahun
1937 dan 1938, dan reseksi koar koarktasi aorta pada tahun 1944. Era baru tandur pinatsan
arteri koroner bermula di tahun 1954.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan pembedahan
jantung adlah teknis pintasan jantung/paru pertam kali digunakan dengan berhasil pada
manusia di than 1951. Di masa kini lebih dari 250.000 prosedur yang dilakukan dengan
menggunakan pintasan jantung paru. Terbanyak (lebih dari 200.000) dilakukan di Amerika
Utara. Kebanyakan prosedur adalah graft pintasa arteri koroner (CABG = Coronary Artery
Bypass Graft) dan perbaikan atau penggantian katup.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia,
dan pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis
serta program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan
penanganan yang aman untuk pasien dengan penyakit jantung.
ASKEP Bedah Jantung | 1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian bedah jantung?
2. Apa saja macam-macam bedah jantung?
3. Apasajakah alat bantu mekanis dan jantung buatan total?
4. Apakah patofisiologi bedah jantung?
5. Bagaimanakah asuhan keperawatan perioperatif?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah untuk :
1. Mengetahui secara umum sejarah perkembangan bedah jantung.
2. Mengetahui macam-macam tindakan bedah jantung.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
Sebagai tugas pembelajaran perkuliahan keperawatan medical bedah mengenai
bedah jantung.
2. Bagi Pembaca
Sebagai informasi dalam perkuliahan keperawatan medical bedah mengenai
bedah jantung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASKEP Bedah Jantung | 2

A. PENGERTIAN BEDAH JANTUNG


Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindak
pengobatan yang menggunakan cara infasif dengan cara membuka atau menampilakan
bagian tubuh yang akan ditangani. Misalnya jantung. Umumnya pembukaan bagian tubuh
ini dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan
tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur
yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan
perbaikan penggantian katup jantung yang rusak
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya
dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan
sepuluh tahun sham. Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan
diagnostik dimulai lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan
jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti. Penanganan dengan teknologi dan
farmakoterapi yang baru terus dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang
semakin meningkat.
Mungkin tak ada intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung
yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
Pembedahan jantung pertama yang berhasil, penutupan luka tusuk ventrikel kanan,
telah dilakukan di tahun 1895 oleh ahli bedah halls de Vechi. Di Amerika Serikat
pembedahan serupa yang sukses, jugs penutupan luka tusuk, dilakukan di tahun 1902.
Diikuti oleh pembedahan katup di tahun 1923 dan 1925, penutupan duktus paten di tahun
1937 dan 1938, dan reseksi koarktasi aorta pada tahun 1944. Era baru tandur pintasan
arteri koroner bermula di tahun 1954.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan pembedahan
jantung adalah teknik pintasan jantung-paru. Pertama kali digunakan dengan berhasil pada
manusia di tahun 1951. Di masa kini lebih dari 250.000 prosedur yang dilakukan dengan
menggunakan pintasan jantung paru. Terbanyak (lebih dari 200.000) dilakukan di Amerika
Utara. Kebanyakan prosedur adalah graft pintasan arteri koroner (CABG = coronary
artery bypass graft) dan perbaikan atau penggantian katup.
ASKEP Bedah Jantung | 3

Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia,


dan pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis
serta program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan
penanganan yang aman untuk pasien dengan penyakit jantung.
Operasi jantung dibagi kedalam 2 kategori, yaitu:
1. Operasi jantung terbuka, merupakan tindakan operasi yang dijalankan dengan
membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra
corporal).
2. Operasi jantung tertutup, merupakan tindakan operasi yang dijalankan tanpa membuka
rongga jantung misalnya ligasi PDA.

B. TUJUAN OPERASI JANTUNG


Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan baermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD,
Koreksi Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya
tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan
bawaan.
2. Operasi paliatif yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan
operasi yang definitif/total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat
itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
3. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
4. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
5. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan
arteri koroner.
6. Pemasangan inplant seperti kawat pace maker permanen pada anak-anak dengan
blok total atrioventrikel.
7. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin
diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis maka
diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan
ASKEP Bedah Jantung | 4

fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk jantung diperlukan pemeriksaan tambahan


sebagai berikut :
1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai
alat elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat
pembesaran atrium kiri (foto lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan
pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Pemeriksaan ini terdiri
dari M. mode dan 2 Dimentional, sehingga terlihat gambaran rongga jantung dan
pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler Echocardiografi dengan
warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup
atau kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena
kemudian dengan scanner ditangkap pengumpulan isotop pada jantung. Nuklir
kardiologi dapat dibagi :
a. Perfusi myocardial dengan memakai Talium 201.
b. Melihat daerah infark dengan memakai Technetium pyrophospate 99.
c. Blood pool scanning.
6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang
dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung
kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.
Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :
a. Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung, sehingga diketahui
adanya peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan akibat suatu shunt dan
adanya hypoxamia pada jantung bagian kiri.
b. Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah tertentu misalnya
LV grafi, aortografi, angiografi koroner dll.
c. Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.
7. Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati kinase dan fraksi CKMB
untuk penentuan adanya infark pada keadaan unstable angin pectoris.

D. PATOFISIOLOGI BEDAH JANTUNG


1. Kardiomiopati
2. Hipoksia
3. Iskemia
4. Fungsi ventrikel menurun
5. Kontraksi miokardium menurun
ASKEP Bedah Jantung | 5

6. Perubahan hemodinamik
7. Curah jantung menurun
8. Ischemic meluas
9. Necrosis
10. Infark miokard

E. PENATALAKSANAAN BEDAH JANTUNG


1. Pintasan Jantung Paru
Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah
untuk seluruh tubuh pada saat memintas jantung dan paru.
Banyak prosedur bedah jantung bisa dijalankan karena adanya pintasan
jantung-paru (sirkulasi ekstrakorponeal). Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk
sirkulasi dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh pada saat memintas jantung dan
paru. Mesin jantung-panu memungkinkan dicapainya medan openasi yang bebas darah
Sementara perfusi tetap dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh.
Pintasan jantung-paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium kanan,
vena kava, atau vena femoralis untuk mengeringkan darah dari tubuh. Kanula
kemudian dihubungkan ke tabung yang berisi larutan kristaloid isotonik (biasanya
dekstrosa 5% dalam larutan Ringer laktat). Darah vena yang terambil dari tubuh dan
kanula tadi disaring, dioksigenasi, didinginkan atau dihangatkan. dan kemudian
dikembalikan ke tubuh. Kanula yang diper gunakan uniuk mengembalikan darah
teroksigenasi biasanya dimasukkan ke aorta asendens, tapi bisa jugs dimasukkan ke
arteri femoralis.
Meskipun pintasan jantung-paru merupakan teknik yang biasa pada
pembedahan jantung, namun sebenarna sangat kompleks. Pasien memerlukan
antikoagulan dengan hatiin untuk rnencegah pembentukan trombus dan kemungkinan
embolisasi yang dapat terjadi ketika danah berhubungan dengan permukaan asing
sirkuit pintasan jantung-paru dan dipompakan ke tubuh dengan pompa mekanis
(bukan pembuluh darah dan jantung normal) Setelah dibebaskan dari mesin pintasan,
pasien diberikan protamin sullal untiuk menangkal efek heparin.
Selama dilakukannya prosedur ini, tubuh dijaga agar selalu dalam keadaan
hipotermia, biasanya 28C sampai 32C (82,4F sampai 89,6F). Darah didinginkan
selama pintasan jantung paru dan dikembalikan ke tubuh. Darah yang didinginkan
ASKEP Bedah Jantung | 6

tersebut akan menurunkan kecepatan metabolisme basal, sehingga kebutuhan akan


oksigen juga berkurang. Darah yang dingin biasanya mempunyai kekentalan yang
tinggi, namun larutan kristaloid yang digunakan untuk mengisi tabung akan
mengencerkan darah tadi Ketika prosedur pembedahan telah selesai, darah
dihangatkan kembali di dalam sirkuit pintasan jantung-paru.
Haluaran urin, tekanan darah, gas darah arteri, elektrolit, uji pembekuan darah,
dan elektrokardiograrn (EKG) semuanya dipakai untuk memantau status pasien
selama pintasan jantung-paru. Masih banyak hal yang harus dipelajari mengenai
pintasan jantung paru. Ada berbagai sirkuit pintasan dan mekanisme pensompaan yang
digunakan pada masa kini. Sampai saat ini masih terus diusahakan agan pasien bisa
lebih lama berada dalam mesin pintasan jantung-paru dengan lebih aman. Penelitian
terus dilakukan untuk memperbaiki mesin pintasan jantung paru untuk mencegah atau
meminimalkan masalah-masalah berikut: hemolisis, peningkatan permeabilitas
memhran kapiler dan kehilangan elektrolit, hipoksia dan anoksia jaringan,
pembentukan trombus atau emboli. diseksi jantung dan pembuluh danah,
meningkatnya ketekolamin dan hormon antidiuretik (ADH), dan respons inflamasi
sistemik yang merupakan komplikasi prosedur itu.

2. Jantung Buatan
Jantung buatan adalah protesis untuk menggantikan fungsi jantung biologis.
Jantung buatan tersusun atas pintas jantung-paru, yang bekerja di luar tubuh manusia.
Jantung buatan dapat menimbulkan masalah fungsi menahun. Tujuan keseluruhan
pemasangan mi adalah untuk memberi kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu
bebas dan pemasangan jalur perkutaneus.
Dengan implantasi itu sebenarnya jantung terpisah. Sebelumnya diperlukan
operasi transplantasi jantung. Orang pertama yang memakai jantung buatan adalah
Barney Clark. Jantungnya digantikan oleh Jarvik-7 pada tahun 1982 dan meninggal
sekitar 112 hari berikutnya. Kemudian jantung itu dilarang untuk digunakan secara
tetap, sebab pasien hanya memiliki masa hidup maksimal sekitar setengah tahun.

ASKEP Bedah Jantung | 7

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, pengembangan-pengembangan


jantung artificial ini terus dilakukan oleh para ilmuwan dan ahli Cardiac di seluruh
dunia. Bekerja sama dengan European Aeronautics Defense & Space (EADS), tim
peneliti dari Prancis telah sukses menciptakan jantung buatan yang hampir mendekati
fungsi fisiologis jantung manusia. Jantung ini memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel,
sesuai dengan struktur anatomis jantung itu sendiri. Mampu berdetak 60-100 kali
permenit, sesuai dengan frekuensi jantung normal manusia. Serta memiliki sensor
aktifitas tubuh, sehingga detak jantung bisa menyesuaikan dengan berat-ringan
aktifitas tubuh yang dilakukan.
Pemasangan jantung buatan telah menarik perhatian dunia sejak akhir tahun
1950-an. Semenjak itu banyak terjadi kemajuan sehingga jantung buatan secara klinis
dapat dipakai manusia. Cooley menggunakan jantung buatan di Texas pada tahun 1969
untuk menunjang sirkulasi sebelum transpiantasi. Implantasi permanen jantung buatan
total dilakukan pertama kali pada tahun 1982 untuk drg. Barney Clark di University of
Utah.. Perkembangan jantung buatan terus berlanjut untuk memperbaiki daya tahan
hidup dan mengurangi morbiditas. Institut Jantung, Paru, dan Darah Nasional
(National Heart, Lung, and Blood Institute, NHLBI) dan Institut Kesehatan Nasional
(National Institutes of Health, NIH) telah menyediakan pendanaan untuk
jantungbuatan elektromekanik permanen tanpa kabel. Institut jantung Texas dan 3-M
dan Penn Statet Abiomed turut berpartisipasi dalam eksperimen fase II. Tujuan
keseluruhan pemasangan mi adalah untuk memberi kualitas hidup yang tinggi bagi
pasien yaitu bebas dan pemasangan jalur perkutaneus. Alat mi dijalankan
menggunakan sistem transmisi energi listrik transkutaneus (transcutaneous electrical
energy transmission systems, TEETS) dengan baterai portabel.

3. Transplantasi Jantung
Transplantasi jantung adalah penggantian jantung berpenyakit atau rusak
dengan yang sehat dari donor yang mati otak tetapi tetap hidup dibantu mesin.
Transplantasi jantung dianggap sebagai usaha terakhir untuk mengatasi untuk
mengatasi

penyakit

jantung

tahap

akhir

yang

refrakter

terhadap

pengobatankonvensional dan pembedahan.

ASKEP Bedah Jantung | 8

Transplantasi dari manusia ke manusia, pertama kali dilakukan di tahun 1967.


sejak itu prosedur, peralatan dan pengobatan transplantasi terus dikembangkan. Di
tahun 1983, sikosporin sudah tersedia untuk penggunaan umum. Siklosporin adalah
imunosupresan yang menekan dengan kuat kemampuan tubuh menolak protein asing
seperti, organ yang ditransplansikan. Sayangnya siklosporin juga menurunkan
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga harus diperoleh keseimbangan
yang sangat baik antara penekanan penolakan dan pencegahan infeksi. Sejak
tersedianya siklosporin di tahun 1983, transplantasi jantung telah menjadi terapi
pilihan bagi pasien dengan penyakit jantung tahap akhir.
1) Indikasi transplantasi jantung adalah:
a) Kardiomiopati
b) Penyakit jantung iskemik
c) Penyakit jantung kongenital
d) Penyakit katup dan
e) Penolakan transplantasi jantung sebelumnya
2) Kriteria Seleksi
Resipien transplantasi jantung yang memenuhi kriteria seleksi menjalani
pemeriksaan klinis dan psikologis yang terperinci. Dengan semakin luasnya
penerapan prosedur ini, keputusan untuk menentukan siapa yang berhak menjalani
ttansplantasi jantung menjadi semakin kontroversial. Tersedianya donor tetap
merupakan faktor pembatas. Akibatnya, begitu diputuskan untuk melakukan
transpiantasi, maka timbul masalah dalam menentukan prioritas antara satu dengan
yang lain. Penentuan yang lebih sulit lagi adalah untuk menentukan prioritas di
antara pasien pengguna VADs dan jantung buatan sebagai jembatan untuk
dilakukannya transplantasi.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan komplikasi setelah operasi atau
memengaruhi kelangsungan hidup jangka panjang harus disingkirkan. Faktorfaktor ini mencakup penyakit atau infeksi sistemik aktif, hipertensi pulmonalis
dengan resistensi vaskular paru yang menetap (lebih dan 4 satuan Wood), emboli
atau infark paru, ulkus peptikum yang aktif, diabetes melitus bergantung insulin
dengan penyakit sekunder pada organ lain, gagal ginjal atau hati yang ireversibel,
peminum alkohol atau pecandu obat-obatan. Hal-hal yang tidak nyata, seperti
motivasi untuk melakukan rehabilitasi, dukungan keluarga, dan keadaan
ASKEP Bedah Jantung | 9

psikologis, juga harus dipertimbangkan. Dengan makin luasnya penggantian oleh


asuransi, masalah keuangan pribadi menjadi semakin kurang berarti untuk proses
seleksi. Apabila diidentifikasi tidak terdapat kontraindikasi, maka dapat dimulai
proses pencarian donor.
Donor potensial biasanya adalah korban kecelakaan tasiusia muda yang
tidak mengalami kerusakan jantung atau penyakit jantung yang jelas dan tidak ada
infeksi sistemik. Pencocokan jaringan donor terhadap resipien meliputi
pencocokan sistem ABO. Pencocokan berat tubuh yang sesuai juga penting untuk
dilakukan; 20% perbedaan berat tubuh dianggap masth dapat diterima.
Bila telah tersedia donor jantung, sebuah computer akan di buka untuk
menampilkan calon resipient berdasar kompatibilitas golongan darah ABO, ukuran
donor dan kandidat, dan jarak antara donor dan potensial resipient (jarak sangat
penting karena fungsi jantung yang di transplantasi sangat dipengaruhi saat
implantasinya, yang harus sebelum 4 jam setelah diambil dari donor).

Beberapa jenis transplantasi jantung diantaranya:


a. Transplantasi Ortotopik
Transplan ortotopik adalah prosedur yang paling sering dilakukan pada
transplantasi jantung sebagian atrium resioien (termasuk vena kava dan vena
pulmonalis) ditinggalkan ditempatnya semula ; sisa jantung kandidat diangkat
dari mediastinum. Jantung donor, yang biasanya telah diawetkan didalam es,
disiapka untuk diimplantasikan dengan memeotong sebagian kecil atrium yang
sesuai dengan bagian jantung resipient yang ditinggalkan. Jantung donor
diimplantasikan dengan menjahitkan kejaringan atria yang tersisa dari jantung
asli resipien. Arteri pulmonalis dan aorta kemudian dianastomose dan
disambung.
b. Teknik Heterotopik

ASKEP Bedah Jantung | 10

Teknik heterotopik lebih jarang dilakukan. Jantung donor diletakkan


disebelah kanan dan sedikit ke anterior jantung resipien ; jantung resipien tidak
diangkat. Pada mulanya diperkirakan bahwa jantung asli masih bias
melindungi pasien bila jantung transplant ditolak. Namun meskipun efek
melindungi tersebut ternyata tidak terbukti, masih ada alasan untuk tetap
mempertahankan jantung asli, yaitu apabila jantung donor kecil, waktu
iskemik yang terlalau lama bagi jantung donor, atau bila jantung donor sudah
sangat berkurang fungsinya namun tetap harus digunakan dalam keadaan
darurat.
Jantung transplan tidak mempunyai hubungan persyarafan dengan
badan resipien (jantung denervasi); jadi syaraf simpatis dan vagus tidak
mempengaruhi jantung transplan. Frekuensi jantung transplan pada saat
istirahat sekitar 70-90 denyutan/menit, namun akan meningkat secara bertahap
bila ada katekolamin dalam darah. Pasien harus secara bertahap meningkatkan
dan menurunkan latihan (waktu pemanasan dan pendinginan harus lebih lama),
biasanya diperlukan waktu 20-30 menit untuk mencapai frekuensi jantung
yang diinginkan. Atropin tidak akan meningkatkan kecepatan jantung pada
pasien ini.
3) Penolakan dan Infeksi
Tantangan terbesar dalam transplantasi adalah penanganan reaksi
penolakan. Usaha tubuh untuk menolak jaringan asing merupakan proses biologis
yang mendasar. Penemuan sikiosporin dan antibodi monoklonal telah banyak
memperbaiki kelangsungan hidup setelah transpiantasi. Terapi imunosupresif
dengan sikiosporin dapat dimulai sebelum operasi. Terapi imunosupresif tiga obat
dengan azatioprin, siklosporin, dan steroid diberikan terus menerus setelah operasi.
Pemantauan imunologis akan tandatanda penolakan dilakukan dengan ketat.
Biopsi endomiokardium tramsvenosa adalah penentu pasti (standar emas) untuk
deteksi dan diagnosis penolakan. Biopsi dilakukan dalam selang waktu tertentu
dan sesuai indikasi. (Metode non-invasif untuk mendeteksi reaksi penolakan,
seperti MRI dan ekokardiografi, masih diteliti) Teknik biopsi endomiokardium
meliputi pemasangan kateter biopsi (atau bioptome) melalui vena jugularis dekstra
atau vena subklavia ke dalam ventrikel kanan untuk mengambil beberapa bagian
ASKEP Bedah Jantung | 11

endokardium untuk analisis. Selanjutnya terapi imunosupresif dapat disesuaikan


berdasarkan hasil biopsi.
Antitimosit globulin (ATG), antilimfosit globulin (ALG), atau antibodiantibodi monoklonal OKT3 dapat ditambahkan untuk menangani reaksi
penolakan. Selain reaksi penolakan, juga merupakan masalah serius akibat terapi
imunosupresif. Infeksi merupakan penyebab utama kematian dalam tahun pertama
setelah transplantasi. Untuk itu dilakukan pencegahan dan tindakan terapeutik
yang tepat.
Perjalanan Pascaoperasi. Pasien transplantasi jantung harus tetap dijaga
dalam keseimbangan antara risiko penolakan dan risiko infeksi. Mereka harus
mcmaluhi aturan kompleks tentang diit, obat-obatan, aktivitas, pemeriksaan
laboratorium. biopsi (untuk mendiagnosa penolakan) dan kunjungan ke klinik.
Pasien sering diberi siklosporin dan kortikosteroid untuk meminirnalkan
penolakan. Selain penolakan dan infeksi, komplikasi dapat mencakup percepatan
terjadinya arteriosklerosis arteri koroner; hipertensi dan hipotensi; gangguan
sistern saraf pusat, pernapasan, dan gastrointestinal (UI); gagal ginjal; dan respons
terhadap stres psikososial akibat transplantasi organ.
Pasien transplantasi jantung dengan angka bertahan hidup 1 tahun sekitar
80% sampai 90% dan angka bertahan hidup 5 tahun sekitar 60% sarnpai 70%.

4. Eksisi Tumor
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan
(tumor) dengan cara memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan antara
lain pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan
memeperbaiki penampilan secara kosmetis.
Tumor jantung cukup jarang. Tumor primer terjadi kurang dan 1% pada
populasi; tumor metastatik dilaporkan terjadi 1,5% sampai 35% pada pasien onkologi.
Tumor bisa menjadi tempat pembentukan trombus sehingga menciptakan risiko
emboli. Disritmia dapat terjadi bila mengenai miokardium atau sistem hantaran.
Kebanyakan tumor jantung adalah jinak.

ASKEP Bedah Jantung | 12

Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau
katup. Pintasan jantung-paru digunakan. kecuali pada tumor epikardial, yang dapat
dieksisi tanpa memasuki jantung dan tanpa menghentikan denyutan jantung. Akibat
lokasinya, eksisi tumor mungkin perlu diikuti penggantian katup. penambalan jantung,
atau implantasi pacu jantung. Asuhan keperawatan sama dengan yang diberikan pada
pembedahan jantung lain.
Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau
katup. Tindak bedah yang dikenal dalam kedokteran adalah antara lain:
a. Valvulotomi/kumisurotomi
b. Septostomi

5. Coronary Artery Bypass Graft (CABG)/ Tandur Bypass Arteri Koroner (TBAK)
CABG atau TBAK adalah prosedur bedah untuk membuat pembuluh darah
baru yang melintasi pembuluh darah jantung yang menyempit dengan menggunakan
pembuluh darah dari bagian tubuh lain.
Tandur bypass vena safena aortokoroner dilakuakan pertama kali pada tahun
1964. Sejak itu prosedur ini menadi tindakan yang diteriam untuk penyakit arteri
koroner (PAK). Dibandingkan denga tindasan medis, tandur bypass arteri koroner
(TBAK)

telah

membuktikan

keefektifannya

pada

pengilangan

angina

dan

memperbaiki toleransi latihan, dan ini memperpanjang hidup pada pasien dengan PAK
kiri utama dan penyakit pembuluh darah-tiga dengan fungsi vebtrikel kiri buruk. Pada
pengenalan angioplasty koroner transluminal perkutan (AKTP), namun indikasi utnuk
TBAK masih dipertanyakan.
Jenis tindakan CABG/TBAK diantaranya:
a. Tandur Vena Safena
Vena safena atau arteri mamari internal (AMI) dapat digunakan untuk
TBAK. Vena safena dpat diambil dari lutut atas atau bawah, tetapi dari bawah lutut
secara umum lebih diminati karena sangat mendekati diameternya pada ukuran
arteri koroner. Vena diambil dari insisi yang dibuat sepanjang aspek dalam kaki.

ASKEP Bedah Jantung | 13

Obstruksi pada arteri koroner di bypass dengan membuat anstomosis satu


ujung vena tandur ke aorta (anastomosis proksimal) dan ujung yang lain ke arteri
koroner tepat melewati obstruksi (anastomosis distal). Tandur vena safena dapat
sederhana dengan anstomosis end-to-side ke aorta dan arteri koroner, atau
berurutan (juga disebut skip), denga anastomosis end-to-side pada aorta,
anastomosis side-to-side pada satu arteri koroner, dan anas tomosis end-to-side
pada arteri koroner yang lain.
b. Tandur Arteri Mammari Internal
AMI juga digunakan untuk revaskularisasi miokard. AMI adalah cabang ke
dua dari arteri subklavia dan turun ke bawah dinding anterior pada dada tepat
lateral terhadap sternum dibalakang kartilago kosta.
Untuk mengisolasi AMI, ruang preular dimasuki, AMI dideseksi bebas, dan
cabang-cabang arteri intercostal dari AMI dikauterisasi. AMI digunakan sebagai
tandur padikulus (misalnya ujung

proksimal masih dihubungkan

ke arteri

subklavia), dan AMI kiri dan kanan dapat diggunakan. Karena AMI kiri lebih
panjang dan lebih besar dari pada AMI kanan, ini biasanya digunakan untuk
bypass

arteri

koropner

desendent

anterior

kiri

(DAKi).

AMI

kanan

dianastomosiskan ke arteri koroner kiri (AKKi) atau arteri koroner sirkumfleks


(AKS).
Tandur AMI telah menunjukan derajat yang lebih kecil dari arterosklerosis
selama ini pada awalnya dan friekuensi patensi tandur selanjutnya dibandingkan
dengan tandur vena safena. Sembilan pulh persen tandur AMI paten selama 10
tahun pascaoperasi, sedangkan lebih dari 50 % dari tandur vena safena terhambat
dalam 10 tahun. Tnadur AMI juga dihubungkan denagn morbiditas jangkan
panjang yang rendah dan memperbaiki kelangsungah hidup jangka panang.
1) Keuntungan Arteri Mammari Internal Untuk Revaskularisasi Miokard
a) memperbaiki patensi frekuensi jangka pendek dan panjang pada tandur
vena safena
b) diameternya mendekati arteri koroner
c) tidak dibutuhkan anastomosis aortik
d) AMI mempertahankan inervasi sistem syaraf dan maka mempunyai
kemampuan mengadaptasi ukuran untuk memberi aliran darah sesuai
dengan kebutuhan miokard
ASKEP Bedah Jantung | 14

e) Tidak ada insisi kaki jika menggunakan AMI


f) Endotelium vaskuler beradaptasi terhadap tekanan arteri dan aliran
tinggi, mengakibatkan penurunan hiperplasia intimal dan atersklerosis.
2) Kerugian Arteri Mammari Internal Untuk Revaskularisasi Miokard
a) Diseksi AMI lebih panjang, mengakibatkan waktu

bypass

kardiopulmonal lebih panjang


b) Diseksi ekstensi dapat meningkatkan resiko perdarahan paska operasi
c) Memasuki ruang pleural, sehingga selang pleura dada diperlukan pada
paska operasi
d) Nyeri paska operasi dapat meningkat karena masuk ke ruang pleural dan
diseksi luas
e) Pada pasien dengan DM atau lansia, penggunssn AMI bilateral dapat
meningkatkan resiko infeksi dan tidak menyambungnyaa sternum.

F. MASALAH KOLABORATIF / KOMPLIKASI POTENSIAL


1. Komplikasi jantung : gagal jantung kongestif, infark miokardium, henti jantung.
disritmia.
2. Komplikasi paru: edema paru, emboli paru. efusi pleura, pneumo atau hematotoraks,
gagal napas. sindrom distres napas dewasa
3. Perdarahan
4. Komplikasi neurologis: cedera serebrovaskuler, emboli udara
5. Nyeri
6. Gagal ginjal, akut atau kronis
7. Ketidakseimbangan elektrolit
8. Gagal hati
9. Koagulopati
10. Infeksi, sepsis

G. PERSIAPAN PENDERITA PRABEDAH


Setelah penderita diputuskan untuk operasi maka perlu dipersiapkan agar operasi
dapat berlangsung sukses. Persiapan terdiri dari :
1.

Persiapan mental
Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan
kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara wawancara
dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan operasi,
komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal yang akan
ASKEP Bedah Jantung | 15

dialami/akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat yang akan dipasang,
juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi dan kapan drain dicabut.
2.

Persiapan medikal
a) Obat-obatan
1) Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu sebelum
operasi (minimal 3 hari sebelum operasi).
2) Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi.
3) Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi.
4) Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan insulin injeksi
selama operasi.
5) Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi.
6) Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu induksi
anestesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum operasi
apakah ada alergi.
b) Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain :
1) Hematologi lengkap + hemostasis.
2) LFT.
3) Ureum, Creatinin.
4) Gula darah.
5) Urine lengkap.
6) Enzim CK dan CKMB untuk CABG.
7) Hb S Ag.
8) Gas darah.
Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki
penyebabnya dan bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa
kelainan tersebut tidak akan menyebabkan perdarahan pasca bedah.

3.

Persiapan darah untuk operasi


Permintaan darah ke PMI terdiri dari :
Packad cell

: 750 cc

Frash Frozen Plasma

: 1000 cc

Trombosit

: 3 unit.

Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi elektif dan


tentu tergantung persediaan darah yang ada di PMI saat itu.

ASKEP Bedah Jantung | 16

4.

Mencari infeksi fokal


Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis dan ini konsultasikan
ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis dan furunkolosis/bisul
harus diobati dan juga tidak dalam masa inkubasi/infeksi penyakit menular.

5.

Fisioterapi dada
Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk
mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk
mencegah retensi sputum. Bila penderita diketahui menderita asthma dan penyakit
paru obstruktif menahun (PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan
dan kadang-kadang spirometri juga membantu untuk melihat kelainan yang
dihadapi. Bila perlu konsultasi ke dokter ahli paru untuk problem yang dihadapi.

6.

Perawatan sebelum operasi


Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari
poliklinik maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1 - 2 hari
sebelum operasi. Hal ini untuk mempersiapkan mental klien dan juga supaya tidak
bosan di Rumah Sakit.

H. PERAWATAN PERIOPERATIF DIKAMAR OPERASI


Setelah pesien diputuskan operasi, maka persiapan harus dilakukan, yaitu
persiapan fisik maupun persiapan mental.
Untuk persiapan fisik, hal-hal yang harus diperhatikan ialah persiapan kulit,
gastrointestinal, persiapan untuk anastesi, kenyamanan dan istirahat pasien, serta obatobatan yang digunakan. Sedangkan persiapan mental, sangat tergantung pada dukungan
dari keluarga. Tugas perawat bedah disini adalah dapat memberikan informasi yang jelas
pada pasien. Meliputi anatomi dasar dan kondisi penyakit pasien. Prosedur operasi sebatas
kopetensi yang diberikan, pemeriksaan diagnostic penunjang, peraturan-peraturan dari tim
bedah, keadaan di ruang operasi, jenis syarat operasi dan ruang tunggu bagi keluarga
ASKEP Bedah Jantung | 17

pasien. Hal ini dilakukan pada saat perawat bedah melakukan kunjungan sebelum pasien
dioperasi.
1. PengkajianPasien Pada Saat Di Kamar Operasi
a) Observasi tingkat kesadaran pasien
b) Observasi emosi pasien
c) Observasi aktivitas
d) Cek obat yang digunakan
e) Observasi pernafasan pasien
f) Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan hidup
g) Cek obat yang digunakan
h) Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
i) Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan
2. Pemeriksaan Diagnosa
a) EKG: untuk mengetahui disaritmia
b) Chest x-ray
c) Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN,
Hb.
d) Kateterisasi
e) Ekhocardiografi
3. Tindakan Perawatan Saat Menerima Pasien di Ruang Persiapan
a) Melakukan serah terima dengan perawat ruangan
b) Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien
c) Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya
d) Memberikan surport kepada pasien
e) Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti ganti
baju, pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG
f) Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi
g) Menciptakan situasi yang tenang
h) Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa dan alat
bantu dengar
i) Membawa pasien keruang operasi
4. Perawatan Intra Operasi
a) Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway antara lain:
guedel, laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab lendir
b) Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula, sungkup,
bagging dan ventilator
c) Circulation (sirkulasi):
1) Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau dinding
miokard bagian inferior dan V5 untuk antero lateral
2) Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan arteri dan analisa gas darah
3) Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus dan infuse kontinu serta
obat-obatan yang perlu diberikan
ASKEP Bedah Jantung | 18

4) Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk mengevaluasi


status pasien dari cooling dan rewarning, tingkat proteksi miokard, adekuatnya
perfusi perifer dan hipertermi maligna
5) Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk memantau
kejadian akut seperti iskemia atau injuri otak
6) Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan tujuan tidak sadar, amnesia,
analgesia, relaksasi otak dan menurunkan respons stress, sedang obat lain
seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia, diuretic, anti

hipertensi, anti

kuagulan dan kuagulan juga perlu


d) Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam
jiwa
e) Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran
untuk mencegah panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
f) Posisi pasien dimeja operasi
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan.
Hal yang perlu diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus
terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi, beri
perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
g) Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan
drapping. Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.
I. PERAWATAN PASCA BEDAH
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui
problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga
dapat diantisipasi dengan baik. Perawatan pasca bedah dibagi atas :
1.

Perawatan di ICU
a) Monitoring Hermodinamik
Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat
yang mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab
terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang
bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam. Pemantauan yang
dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
1) CVP, RAP, LAP
ASKEP Bedah Jantung | 19

2)
3)
4)
5)
6)

Denyut jantung
Wedge presure dan PAP
Tekanan darah
Curah jantung
Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung

dosisnya, rutenya dan lain-lain


7) Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pach jantung dll
b) EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel
dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan
tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama
dasar jantung yang membahayakan.

c) Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan malahan
diberikan sedasi sebelum ditransper ke ICU. Sampai di ICU segera respirator
dipasang dan dilihat :
1) Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
2) Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O 2, PEEP.
3) Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal,
kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila
perlu dibuat kultur.
d) Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih
diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun
maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
e) Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi ajibat
hemolisis

dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas

memungkinkan harus dikerjakan.


f) Gula darah
ASKEP Bedah Jantung | 20

Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan
tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g) Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

HB, HT, trombosit.


ACT.
Analisa gas darah.
LFT / Albumin.
Ureum, kreatinin, gula darah.
Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.

h) Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana
mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam
tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap jam. Atau tiap
jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam
dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan muingkin memerlukan
retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i) Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk
melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus
disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai.
Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera
dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j) Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita
dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah
retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).

2.

Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.


Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua
organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca
ASKEP Bedah Jantung | 21

bedah. Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.

Elektrolit thrombosis.
Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.

Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.


Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan diantaranya:


a. Obat - obatan
Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk
akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti
diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga
diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau
sampai klien pulang.
b. Perawatan luka
Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka
apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka
jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu
di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh
dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan
pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan
dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.
c. Fisioterapi
Setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk
mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan.
ASKEP Bedah Jantung | 22

Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari
ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.

J. ASKEP BEDAH JANTUNG


1.
Pengkajian
a. Pasien terus-menerus dikaji mengenai adanya indikasi ancaman komplikasi.
Perawat dan dokter bekerja secara kolaboratif unruk mengetahui tanda dan
gejala awal komplikasi dan memberikan tindakan untuk mencegah
perkemhangannya.
b. Penurunan Curah Jantung. Penurunan curah jantung selalu merupakan
ancaman bagi pasien yang baru saja menjalani pembedahan jantung. Hal ini
dapat terjadi karena berbagai penyebab:
1) Gangguan preloadterlalu sedikit atau terlalu banyak volume darah yang
kembali ke jantung akibat hipovolemia. perdarahan yang berlanjut.
tamponade jantung, atau cairan yang berlebihan.
2) Gangguan afterloadarteri dan kapiler yang terlalu konstriksi atau terlalu
dilatasi karena perubahan suhu tubuh atau hipertensi.
3) Gangguan frekuensi jantungterlalu cepat, terlalu lambat. atau disritmia
4) Gangguan
kontraktilitasgagal
jantung.
infark
miokardium.
ketidakseiinbangan elektrolit, hipoksia.
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi setelah
pembedahan jantung. Pengkajian keperawatan untuk komplikasi ini meliputi
pemantauan asupan dan haluaran, berat PAWP, hasil pengukuran tekanan
atrium kiri dan CVP, tingkat hematokrit, distensi vena leher, edema, ukuran
hati, suara napas (misalnya krekels halus, wheezing) dan kadar elektrolit.
Perubahan elektrolit

serum harus dilaporkan segera sehingga

penanganan dapat segera diberikan. Yang penting kadar kalium, natrium dan
kalsium tinggi atau rendah.
d. Gangguan pertukaran gas.
Gangguan pertukaran gas adalah komplikasi lain yang mungkin terjadi
pasca bedah jantung. Semua jaringan tubuh memerlukan suplai oksigen dan
ASKEP Bedah Jantung | 23

nutrisi yang adekuat untuk bertahan hidup. Untuk mencapai hal tersebut pada
pasca pembedahan, maka perlu dipasang pipa endotrakeal dengan bantuan
ventilator selama 4 sampai 48 jam atau lebih. Bantuan ventilasi dilanjutkan
sampai nilai gas darah pasien normal dan pasien menunjukkan kemampuan
bernapas sendiri. Pasien yang stabil setelah pembedahan dapat diekstubasi
segera setelah 4 jam pasca pembedahan, sehingga mengurangi kecemasannya
sehubungan dengan keterbatasan kemampuan berkomunikasi.
Pasien dikaji terus menerus untuk adanya indikasi gangguan pertukaran
gas; gelisah, cemas, sianosis pada selaput lendir dan jaringan perifer, takikardia
dan berusaha melepas ventilator. Suara napas dikaji sesering mungkin untuk
mendeteksi adanya cairan dalam paru dan untuk memantau pengembangan
paru Gas darah arteri selalu dipantau.

e. Gangguan Peredaran Darah Otak.


Fungsi otak sangat tergantung pada suplai oksigen darah yang
berkesinambungan. Otak tidak memiliki kapasitas untuk menyimpan oksigen
dan sangat bergantung pada perfusi berkesinambungan yang adekuat dan
jantung. Jadi sangat penting mengobservasi pasien mengenai adanya gejala
hipoksia: gelisah, sakit kepala, konfusi. dispnu, hipotensi. dan sianosis. Gas
darah arteri, SaO, SO dan CO akhir tidal harus dikaji bila ada penurunan
oksigen dan peningkatan karbondioksida. Pengkajian status neurologis pasien
meliputi tingkat kesadaran. respons terhadap perintah verbal dan stimulus
nyeri, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya. gerakan ekstremitas. kekuatan
menggenggarn tangan. adanya denyut nadi poplitea dan kaki, begitu juga suhu
dan warna ekstremitas. Setiap tanda yang menunjukkan adanya perubahan
status harus dicatat dan setiap temuan yang abnormal harus dilaporkan ke ahli
bedah segera karena bisa merupakan tanda awal komplikasi pada periode
pascaoperatif. Hipoperfusi dan mikroemboli dapat rnenyebahkan kerusakan
sistem saraf pusat setelah pembedahan jantung.

2.

Diagnosa Keperawatan
ASKEP Bedah Jantung | 24

Berdasarkan pada data pengkajian dan jenis prosedur bedah yang dilakukan.
diagnosis utama keperawatan mencakup yang berikut:
1) Menurunnya curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi
jantung yang terganggu.
2) Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan
dada ekstensif
3) Risiko kekurangan volume cairan dan keseirnbangan elektrolit berhubungan
dengan berkurangan volume darah yang beredar
4) Risiko gangguan persepsi-penginderaan berhubungan dengan penginderaan yang
berlebihan (suasana ruangan asuhan kritis, pengalaman pembedahan)
5) Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi akibat selang dada
6) Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan stasis vena, embolisasi.
penyakit aterosklerosis yang mendasarinya. efek vasopresor, atau rnasalah
pembekuan darah.
7) Risiko perubahan perfusi ginjal berhubungan dengan penurunan curah jantung,
hemolisis, atau terapi obat vasopresor
8) Risiko hipertermia berhubungan dengan infeksi atau sindrorn pasca perikardiotomi
9) Kurang pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri

3.

Perencanaan dan Implementasi


Tujuan utama meliputi restorasi curali jantung, pertukaran gas yang adekuat,
pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit. berkurangnya gejala penginderaan
yang berlebihan. penghilangan nyeri, usaha untuk beristirahat, pemeliharaan perfusi
jaringan yang memadai, pemeliharaan perfusi ginjal yang memadai, pemeliharaan
suhu tubuh normal, mempelajari aktivitas perawatan diri. dan tidak adanya
komplikasi.
Intervensi Keperawatan
a. Menjaga Curah Jantung
Penatalaksanaan keperawatan mencakup observasi terus-menerus status
jantung pasien dan segera memberitahu ahli bedah setiap perubahan yang
menunjukkan penurunan curah jantung. Perawat dan ahli bedah kemudian bekerja
sarna secara kolaboratif untuk memperbaiki masalah yang terjadi.
b. Disritmia
Yang dapat terjadi ketika perfusi jantung berkurang, juga merupakan
indikator penting mengenai fungsi jantung. Disritmia yang paling sening terjadi
selama peniode pascaoperasi adalah bradikardi, takikardi dan denyutan ektopik.
ASKEP Bedah Jantung | 25

Observasi terus-menerus pantauan jantung untuk adanya berbagai disritmia


merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan dan perawatan pasien.
Setiap petunjuk adanya penurunan curah jantung harus segera dilaporkan
ke dokter. Data dan hasil pengkajian uji tersebut kemudian akan digunakan dokter
untuk menentukan penyebab masalahnya. Begitu diagnosa telah ditegakkan, dokter
bersama perawat bekerja secara kolaboratif untuk menjaga curah jantung dan
mencegah komplikasi lebih lanjut. Bila perlu, dokter dapat membenikan
komponen darah, cairan, digitalis, diuretik, vasodilator, atau vasopresor. Bila perlu
dilakukan pembedahan lagi, maka pasien dan keluanganya harus dibenitahu
mengenai prosedur tersebut.
c. Promosi Pertukaran Gas yang Memadai
Meyakinkan adanya pertukaran gas yang memadai, perawat harus
mengkaji dan menjaga patensi selang endotrakheal. selang harus dihisap bila ada
wheezing atau krekel (ronkhi). Pengisapan dapat dilakukan melalui kateter yang
sudah ada; perawat dan ahli terapi napas harus menaikkan fraksi oksigen inspirasi
ventilator (Fi02) selama tiga tarikan napas atau lebih, sebelurn mulai menghisap.
Bisa juga, oksigen 100% diherikan kepada pasien dengan resusitator manual
(Ambu) sebelum dan sesudah penghisapan untuk mencegah hipoksia yang dapat
terjadi akibat prosedur penghisapan. Pengukuran gas darah arteri harus
dibandingkan dengan data awal dan setiap ada perubahan harus dilaporkan kepada
dokter segera.
d. Menjaga Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Untuk promosi keseimbangan cairan dan elektrolit, peravat harus mengkaji
dengan cermat setiap pemasukan dan pengeluaran. Pergunakan lembar khusus
untuk mencatat keseimbangan cairan positif atau negatif. Semua masukan cairan
harus dicatat, termasuk cairan intravena, larutan pembilas yang digunakan untuk
membilas kateter arteri dan vena dan pipa nasogastrik, dan cairan peroral. Begitu
pula, semua keluaran juga harus dicatat, meliputi urin, drainase nasogastrik, dan
drainase dada.
Parameter hemodinamika (tekanan darah, tekanan baji pulmonal dan
atrium kiri, dan CVP) harus sesuai dengan asupan, haluaran dan berat badan untuk
menentukan kecukupan hidrasi dan curah jantung. Elektrolit serum harus dipantau
dan pasien harus diobservasi mengenai adanya tanda ketidakseimbangan kalium,
natrium dan kalsium (hipokalemia, hiperkalemia, hiponatremia dan hipokalsemia).
e. Menurunkan Gejala Penginderaan yang Berlebihan

ASKEP Bedah Jantung | 26

Penginderaan yang berlebihan mempakan efek yang biasa terjadi, yang


berhubungan dengan pengalaman pembedahan dan faktor lingkungan di unit
perawatan kritis. Psikosis pasca kardiotomi dapat terjadi setelah pembedahari
jantung. Istilah mi mengacu pada sekelompok tingkah laku abnormal yang terjadi
dalam intensitas dan durasi yang beragam pada kebanyakan pasien. Pada tahuntahun awal pembedahn jantung, fenomena ini lebih sering terjadi dibanding
sekarang. Pada saat itu disebabkan karena kurangnya perfusi otak selama
pembedahan, mikroemboli, dan lamanya pasien berada dalam mesin pintasan
jantung paru. Kemajuan dalam teknik pembedahan telah menurunkan secara
bermakna faktor-faktor tadi. Sekarang, apabila terjadi, mungkin disebabkan oleh
kecemasan, kurang tidur, masukan indrawi yang berlebihan, dan disorientasi
terhadap malam dan siang saat pasien kehilangan perjalanan waktu. Ada temuan
penting yang menunjukkan bahwa pasien yang tak mampu mengekspresikan
kecemasannya sebelum pembedahan akan lebih rentan mengalami psikosis pada
periode pasca operasi.
f. Pengurangan Nyeri
Nyeri dalam kemungkinan tidak dapat dirasakan tepat di atas daerah cedera
tetapi ke tempat yang lebih luas dan merata. Pasien yang baru saja menjalani
pembedahan jantung akan mengalami nyeri akibat terpotongnya syaraf interkostal
sepanjang irisan dan iritasi pleura oleh kateter dada. (Begitu pula, pasien dengan
CABG arteria mamaria interna dapat mengalami parestesia saraf ulna pada sisi
yang sama dengan sisi grafnya.)
Observasi dan mendengarkan adanya Tanda nyeri yang diucapkan ataupun
tidak diucapkan oleh pasien perlu diperhatikan. Perawat harus mencatat secara
akurat sifat, jenis, lokasi, dan durasi nyeri. (Nyeri irisan harus dibedakan dengan
nyeri angina.) Pasien harus dianjurkan minum obat sesuai resep untuk mengurangi
nyeri. Kemudian pasien harus dapat berpartisipasi dalam benlatih menarik napas
dalam dan batuk. dan secara progresif memngkatkan perawatan diri.
Nyeri menyebabkan ketegangan. yang akan menstimulasi sistem saraf
pusat untuk mengeluarkan adrenalin, yang mengakibatkan konstriksi arteri. Hal ini
akan mengakibatkan peningkatan afrerload dan penurunan curah jantung. Morfin
sulfat dapat mcngurangi nyeri dan kecemasan serta merangsang tidur, yang pada
gilirannya menurunkan kecepatan metabolik dan keburuhan oksigen. Setelah
pemberian opioid (narkotika), setiap tanda-tanda adanya penurunan aprehensi dan
nyeri harus dicatat dalam status pasien. Pasien juga harus dipantau akan adanya
ASKEP Bedah Jantung | 27

tanda efek depresi pernapasan akibat analgetika. Bila terjadi depresi pernapasan.
harus diberikan antagonis opioid (mis., naloxone [Narcan]) untuk melawan efek
rersebut.
g. Meningkatkan Istirahat
Upaya dasar untuk memberikan rasa nyaman pada pasien bersama dengan
pembehan analgetika akan memperkuat efek analgesia dan meningkatkan istirahat.
Pasien harus dibantu merubah posisi setiap 1 sampai 2 jam dan diposisikan
sedemikian rupa sehingga dapat menghindari ketegangan pada daerah luka operasi
dan selang dada. Penekanan pada daerah irisan selama batuk dan nenarik napas
clalam dapat mengurangi nyeri. Aktivita keperawatan dijadwalkan sebanyak
mungkin uniuk mengurangi gangguan saat istirahat. Bila kondisi sudah mulai
stabil dan prosedur terapi serta pemantauan sudah mulai berkurang, maka pasien
dapat beristirahat lebih lama lagi.
h. Menjaga Perfusi Jaringan yang Adekuat
Denyut nadi perifer (pedis, poplitea. tibialis, femoralis, radialis, brakhialis)
dipalpasi secara rutin untuk mengkaji adanya obstruksi arteri. Bila tidak teraba
denyutan pada satu ekstremitas, penyebabnya mungkin akibat kateterisasi
sebelurnnya pada ekstremitas tersebut. Bila ada denyut yang baru saja menghilang
harus segera dilaporkan kepada dokter.
Setelah pembedahan harus diupayakan mencegah stasis vena yang dapat
mengakibatkan pembentukan trombus dan selanjutnya emboli: (1) memakai
stoking elastik atau halutan elastik, (2 menghindari menyilang kaki. (3)
menghindari pengunaan peninggi lutut pada tempat tidur, (4) mengambil semua
bantal pada rongga popliteal. dan (5) memberikan latihan pasif diikuti dengan
latihan aktif umuk meningkaikan sirkulasi dan mencegah hilangnya tonus otot.
Gejala embolisasi, yang berbeda menurut tempatnya, bisa ditandai dengan
(1) nyeri abdomen atau punggung tengah (2) nyeri, hilangnya denyutan, pucat, rasa
baal, atau dingin pada ekstremitas (3) nyeri dada atau distres pernapasan pada
emboli paru dan infark miokardium: dan (4) kelemahan satu sisi dan perubahan
pupil, seperti yang terjadi pada cedera pembuluh darah otak. Semua gejala yang
timbul harus segera dilaporkan.
i. Menjaga Kecukupan Perfusi Ginjal
Perfusi ginjal yang tidak mencukupi dapat tenjadi sebagai akibat
pembedahan janrung terbuka. Salah satu penyebab yang mungkin adalah
rendahnva curah jantung. Selain itu trauma terhadap sel darah selama pintasan
ASKEP Bedah Jantung | 28

jantung paru menyebabkan hernolisis sel darah merah. Kejadian ini mengakibatkan
terbentuknya senyawa racun karena glomerulus tersumbat oleh debris sel darah
merah yang rusak tadi. Penggunaan bahan vasopresor untuk meningkatkan tekanan
darah juga dapat menyebabkan penurunan alinan darah ke ginjal.
Penatalaksanaan keperawatan meliputi pengukuran haluaran urin yang
akurat. Haluaran urin kurang dari 20 ml jam menunjukkan adanya hipovolemia.
Berat

jenis

juga

harus

diukur

untuk

mengetahui

kemampuan

ginjal

mengkonsentrasilcan urin dalam tubulus renalis. Diuretik kerja cepat atau obat
inotropika (digitalis, isopnoterenol) dapat diberikan untuk meningkatkan cunah
jantung dan aliran darah ginjal. Perawat harus memperhatikan nitrogen urea darah
(BUN) dan kadar kreatinin serum serta kadar elektrolit serum. Bila ditemukan
ketidaknormalan segera laporkan kepada dokter karena mungkin diperlukan
pembatasan cairan dan pembatasan pemakaian ohat-obat yang biasanya diekskresi
melalui ginjal.
j. Menjaga Suhu Tubuh Tetap Normal
Pasien biasanva hipotermik saat dimasukkan ke unit perawatan intensif dan
prosedur pembedahan jantung. Pasien harus dihangatkan secara bertahap sampai
ke suhu normal, yang sebagian dapat diperoleh dari proses metabolisme basal
pasien itu sendiri dan ditambah bantuan udara ventilator yang dihangatkan, selimut
hangat, atau lampu pemanas. Selain pasien masih hipotermik, proses pembekuan
menjadi kurang efisien. jantung rentan terhadap disritmia, dan oksigen tidak segera
siap dipindahkan dan hemoglobin ke jaringan. Karena anestesi menekan
metabolisme basal. suplai oksigen yang ada biasanya sudah mencukupi kebutuhan
sel.
Setelah pembedahan jantung, pasien berisiko mengalami kenaikan suhu
tubuh akibat infeksi atan sindrorn pascaperikardiotomi. Peningkatan kecepatan
metabolisme yang terjadi akan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan sehingga
meningkatkan beban kerja jantung. Upaya harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya urutan kejadian tersebut atau menghentikannya begitu diketahui.

4.

Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
a. Tercapainya curah jantung yang adekuat
b. Terpeliharanya pertukaran gas yang adekuat
ASKEP Bedah Jantung | 29

c. Terpeliharanva keseimbangan cairan dan elekirolit


d. Hilangnya gejala penginderaan yang berlebihan, kembali terorientasi terhadap
e.
f.
g.
h.
i.
j.

orang. tempat dan waktu


Hilangnya nyeri
Terpeliharanya perfusi jaringan yang adekuat
Tercapainya istirahat yang adekuat
Terpeliharanya perfusi ginjal yang adekuat
Terpeliharanya suhu tubuh normal
Mampu melakukan aktivitas perawatan diri

BAB III
PENUTUP
ASKEP Bedah Jantung | 30

A. Kesimpulan
Bedah jantung dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tindakan pintasan
jantung paru, transplantasi jantung dan CABG menggantikan fungsi jantung yang rusak.
Alat bantu mekanis dan jantung buatan total sangat menggantikan fungsi jantung.
Operasi jantung dibagi kedalam 2 kategori, yaitu:
1. Operasi jantung terbuka, merupakan tindakan operasi yang dijalankan dengan
membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra
corporal).
2. Operasi jantung tertutup, merupakan tindakan operasi yang dijalankan tanpa membuka
rongga jantung misalnya ligasi PDA.

B. Saran
Pengembangan teknologi bedah jantung di masa sekarang semakin canggih.
Teknik bedah jantung seperti Heart Surgery Robotic telah berkembang. Maka peningkatan
kualitas dan pengembangan skill tenaga medis harus dilakukan untuk mengimbangi
perkembangan teknik pembedahan khususnya teknik bedah jantung.

ASKEP Bedah Jantung | 31

You might also like