You are on page 1of 8

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA

https://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhankeperawatan-anak-preschool-dengan-ispa/
Posted Februari 25, 2009 by vietha2008 in Asuhan Keperawatan. Tagged: AsKep. 2
Komentar
Rabu, 04 Februari 2009

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA


A. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut
saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh
infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau
disertai dengan radang parenkim paru.
ISPA

adalah

masuknya

mikroorgamisme

(bakteri,

virus,

riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala


penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.
B. Tanda dan Gejala
-

Pilek biasa

Keluar sekret cair dan jernih dari hidung

Kadang bersin-bersin

Sakit tenggorokan

Batuk

Sakit kepala

Sekret menjadi kental

Demam

Nausea

Muntah

Anoreksia

C. Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Bakteri

penyebabnya

stafilokokus,

pnemokokus,

korinebacterium.
mikovirus,

antara

Virus

adenovirus,

lain

dari

hemofilus,

penyebabnya
koronavirus,

genus

streptokokus,

bordetella,

antara

lain

pikornavirus,

dan

golongan

mikoplasma,

herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus
influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak
usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum
sempurna.

Peralihan

musim

kemarau

ke

musim

hujan

juga

menimbulkan risiko serangan ISPA.


Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan,
status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
D. Penyebaran Penyakit
Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu:
1.

Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh


karena batuk-batuk

2.

Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk


dan bersin

3.

Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda


yang telah dicemari oleh jasad renik.

E.

Tingkat Penyakit ISPA


1.

Ringan
Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit,
hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair.

2.

Sedang

Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah,


dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen
dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan
(adentis servikal).
3.

Berat
Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di
faring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada
sianosis.

4.

Sangat Berat
Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat
minum.

F.

Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA:
1.

Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita
atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan
anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih
rendah.

2.

Status Imunisasi
Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan
tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status
imunisasinya tidak lengkap.

3.

Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di
kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya
penyakit ISPA pada anak.

G. Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit ISPA pada anak antara lain:
1.

Mengusahakan

agar

anak

memperoleh

gizi

yang

baik,

diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada anak


yang mengandung cukup gizi.

2.

Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya


tahan tubuh terhadap penyakit baik.

3.

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap


bersih.

4.

Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara


adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung
dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita
penyakit ISPA.

H. Asuhan Keperawatan
1.

Pengkajian
Riwayat kesehatan:
-

Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)

Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)

Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami


penyakit seperti yang dialaminya sekarang)

Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang


pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)

Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan

fisik

difokuskan

pada

pengkajian

sistem

pernafasan
a.

Inspeksi
-

Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

Tonsil tampak kemerahan dan edema

Tampak batuk tidak produktif

Tidak ada jaringan parut pada leher

Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,


pernafasan cuping hidung.

b. Palpasi
-

Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis

c.

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid


Perkusi

Suara paru normal (resonance)

d. Auskultasi
-

Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua


sisi paru

2.

Diagnosa Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36 37,5 C
Intervensi:
a.

Observasi tanda-tanda vital

b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila


c.

Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan


dapat menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun.

d. Atur sirkulasi udara


e. Anjurkan klien untuk minum banyak 2000 2500 ml/hari
f.

Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris


penyakit.

g.

Kolaborasi dengan dokter:


-

Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial

Antipiretika

Rasionalisasi:
a.

Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan


perkembangan perawatan selanjutnya

b.

Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses


konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara.

c.

Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian


yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.

d. Penyediaan udara bersih


e.

Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh


meningkat

f.
g.

Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas


Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan
panas

2)

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan


tubuh b.d anoreksia
Tujuan:
-

Klien

dapat

mencapai

BB

yang

direncanakan

mengarah pada BB normal.


-

Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan

Tidak menunjukkan tanda malnutrisi

Intervensi:
a.

Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap


hari.

b.

Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan


hangat.

c.

Tingkatkan tirah baring

d.

Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet


sesuai kebutuhan klien.

Rasionalisasi:
a.

Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun


tujuan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total


c.

Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih,


dan menyenangkan.

d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik


e.

Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada


situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi
maksimal.

3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring


dan tonsil
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi:
a.

Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0


10 ), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri,
lokasi, lama, dan karakteristiknya.

b.

Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap


debu,

bahan

kimia,

asap

rokkok,

dan

mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.


c.

Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat

d.

Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV,


dan inhalasi, & analgesik)

Rasionalisasi:
a.

Identifikasi

karakteristik

nyeri

dan

faktor

yang

berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting


untuk

memilih

intervensi

yang

cocok

dan

untuk

mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.


b. Mengurangi bertambahberatnya penyakit
c.

Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta


mengurangi nyeri tenggorokan.

d.

Kortikosteroid

digunakan

untuk

mencegah

reaksi

alergi/menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi


pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
4)

Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya


pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)
Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi
Intervensi:
a.

Batasi pengunjung sesuai indikasi

b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas


c.

Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin

d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia


2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi
vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi
tubuh menurun/asupan makanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasionalisasi:
a.

Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius

b.

Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O dan


memperbaiki

pertahanan

klien

terhadap

infeksi,

meningkatkan penyembuhan.
c.
d.

Mencegah penyebaran patogen melalui cairan


Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tahanan terhadap infeksi.

e.

Dapat

diberikan

untuk

organisme

khusus

yang

teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan


secara profilaktik karena risiko tinggi.

You might also like