You are on page 1of 25

BAB 1

PENDAHULUAN
1

LATAR BELAKANG
Setiap hari melakukan aktivitas dalam kegiatan sehari-hari. Untuk

berangkat ke kampus harus berjalan terlebih dahulu , ketika belajar juga berfikir
dengan konsentrasi yang penuh supaya mendapat hasil yang maximal Selama
melakukan segala aktivitas tersebut sel-sel otot menggunakan banyak glukosa
dan bahan bakar nutrien lain dari biasanya untuk kegiatan kontraksi otot.
Kecepatan transportasi glukosa ke dalam otot yang digunakan dapat meningkat
sampai 10 kali lipat selama aktivitas fisik. Mekanisme yang bertanggung jawab
terhadap peningkatan pengambilan glukosa oleh otot-otot yang bekerja masih
belum jelas. Pada banyak sel termasuk otot yang sedang istirahat, difusiterfasilitasi glukosa bergantung pada hormon insulin (Balagu, 1979). Ketika
aktivitas fisik kepekaan insulin meningkat menyebabkan penurunan kadar glukosa
plasma. Oleh karena itu insulin mungkin tidak berperan dalam meningkatkan
transpor glukosa ke dalam otot yang sedang bekerja.
Glukagon bukanlah musuh insulin.Meskipun peran mereka berbeda,
insulin dan glukagon adalah sahabat baik yang berperan hebat dalam tubuh
manusia Fungsi insulin dan glukagon, keduanya, merupakan sistem control
feedback yang penting untuk menjaga konsentrasi glukosa darah yang normal.
Saat konsenstrasi glukosa meningkat terlalu tinggi, insulin disekresikan; insulin
kemudian menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun menuju normal.
Sebaliknya, penurunan glukosa darah merangsang sekresi glukagon; glukagon
kemudian berfungsi dalam arah yang berlawanan untuk meningkatkan glukosa
menjadi normal. (Guyton, 2006)
Glukagon dalam proses meningkatkan kadar glukosa tadi mempunyai
sebuah nama yaitu Glikogenolisis. Proses glikogenolisis ini terjadi dalam tubuh
karena kadar glukosa dalam tubuh sudah mulai kekurangan akan kandungan
glukosa akibat berbagai aktivitas baik dalam maupun luar tubuh. Aktivitas dari
luar tubuh seperti berlari, berjalan, bersepeda, berenang, dll. Sedangkan aktivitas

dari dalam tubuh sendiri meliputi proses respirasi, pencernaan, sistem kerja
syaraf, dll.
Aktivitas padat sehari hari akan menyerap banyak energi sekaligus banyak
menghabiskan kadar glukosa menimbulkan efek sulit dinormalkan kembali. Pada
keadaan ini hormon glukagon yang membantu proses glikogenolisis sehingga
kondisi tubuh tetap keadaan normal .Atas dasar hubungan antara glukagon dan
glikogenolisisi maka perlu diketahui mekanisme kerja glukagon dalam regulasi
glikogenolisis . Sehingga dapat mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan saat
beraktivitas tinggi sehingga tetap dalam kondisi tubuh yang sehat.

TUJUAN PENELITIAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme mekanisme

kerja glukagon dalam regulasi glikogenolisis

MANFAAT PENELITIAN
1

Menambah pengetahuan mengenai hormon glukagon

Mengetahui mekanisme pengubahan karbohidrat dalam tubuh

Mengetahui gangguan kelbihan hormon glukagon

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glukagon
2.1.1 Deskripsi Hormon Glukagon
Glukagon adalah antagonis dari insulin: yang disekresi pada saat kadar
gula darah dalam darah rendah. Pada prinsipnya menaikkan kadar gula di dalam
darah. Dia diproduksi di sel alpha dari pankreas. Glukagon melewati dalam proses
sintesenya yang disebut sebagai limited proteolyse, yang artinya molekul
glucagon berasal dari prohormon yang lebih tepatnya disebut sebagai prohormon.
Gen untuk glukagon selain di pankreas juga terdapat di otak dan sel
enteroendokrin L di sistem pencernaan (Ileum dan Kolon). (Norman ,2008)

2.1.2 Efek Hormon Glukagon


Hormon Glucagon mempunyai efek yang berlawanan dengan insulin
yakni(Ganong , 1996), :
1.

Lipolisis; penguraian lemak. Ini terjadi di jaringan lemak

2.

Proteolisis; penguraian protein. Ini terjadi di otot

3.

Gluconeogenesis dan Glykogenolisis; membuat glukosa. Ini terjadi

di hati
4.

NaCl-, Kalsium-, dan Magnesiumresorption. Ini terjadi di bagian

yang naik dan gemuk dari Henle tubulus yakni ginjal.


Apabila hormon glukagon diikat pada sebuah rezeptor (hormon-Rezeptor
komplex),

maka

mengakibatkan

kenaikan

konsentrasi cAMP atau second

messenger di dalam sel reseptor. Di jaringan lemak lemak akan diuraikan lewat
enzym lipase akan

menjadi gliserol selanjutnya

dibawa

ke

hati

untuk

Glukoneogenesis. Di adypozyt atau sel lemak adrenalin atau noradrenalin juga


menstimulasi lipolisis lewat 3 rezeptor. Pada individu yang kekurangan
hormon insulin seperti pada keadaan lapar atau diabetes militus jaringan lemak
3

menjadi lebih sensitif dengan rangsangan adrenerge-noradrenerg hormon dan juga


hormon cortisol. Artinya jaringan lemak mengekspresikan rezeptor 3 lebih
banyak di permukaan selnya begitu pula dengan rezeptor buat hormon cortisol.
Logikanya adalah lemak merupakan sumber energi penting bagi individu dalam
keadaan lapar atau diabetes militus, jika tubuh tidak dapat menghasilkan energi
dari glukosa. (Norman , 2008)
Kelebihan hormon glukagon bisa disebabkan walaupun sangat jarang oleh
tumor dari sel-sel pankreas. Glucagonom adalah merupakan sebuah gambaran
gangguan

adalah

tingginya

rate

glukosa

dalam

darah

dan

dapat

menimbulkan diabetes mellitus akibat kekurangan insulin relatif.

Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolik yang juga dipengaruhi


oleh insulin, tetapi umumnya efek glukagon berlawanan dengan efek insulin.
Glukagon bekerja terutama di hati, tempat hormon ini menimbulkan berbagai efek
pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. (Sherwood, 2003)
1.

Efek pada karbohidrat

Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat timbul akibat


peningkatan pembentukan dan pengeluaran glukosa oleh hati sehingga terjadi
peningkatan kadar glukosa darah. Glukagon menimbulkan efek hiperglikemik
dengan menurunkan sintesis glikogen, meningkatkan glikogenolisis, dan
merangsang glukoneogenesis.
2.

Efek pada lemak

Glukagon juga melawan efek insulin berkenaan dengan metabolisme


lemak dengan mendorong penguraian lemak dan menghambat sintesis trigliderida.
Glukagon meningkatkan pembentukan keton (ketogenesis) di hati dengan
mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton. Dengan demikian, di
bawah pengaruh glukagon kadar asam lemak dan badan keton dalam darah
meningkat.
3.

Efek pada protein

Glukagon menghambat sintesis protein dan meningkatkan penguraian


protein di hati. Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik

glukagon pada metrabolisme protein di hati. Walaupun meningkatkan katabolisme


rptein di hati, glukagon tidak memiliki efek bermakna pada kadar asam amino
darah karena hormon ini tidak mempengaruhi protein otot, simpanan protein yang
utama di tubuh.
Secara sekematik ditunjukkan oleh :

Gambar: 2.1.2 Efek dari hormon glukagon terhadap berbagai substrat dalam tubuh
(Sherwood,

2003).

Seperti sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi glukagon


adalah efek langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas endokrin . Ketika
glukosa darah mengalami penurunan maka sel pankreas meningkatkan sekresi
glukagon. Efek hiperglikemik hormon ini cenderung memulihkan konsentrasi
glukosa darah ke tingkat normal. Sebaliknya peningkatan glukosa darah seperti
yang terjadi setelah makan akan menghambat sekresi glukagon yang juga
cenderung memulihkan kadar glukosa ke kadar normal, seperti ditunjukkan

(Norman,2008)berikut:

Gambar: 2.1.3.a Hubungan antara kadar glukosa dengan hormon glukagon(Norman

2008).

2.1.3 Sekresi Glukagon


Dengan mempertimbangkan efek katabolik glukagon pada simpanan
energi tubuh, dapat dengan tepat memperkirakan bahwa sekresi glukagon
meningkat selama keadaan pascaabsoptif dan menurun selama keadaan absorptif,
berkebalikan dengan sekresi insulin. Insulin cenderung menyebabkan zat-zat gizi
disimpan saat kadar mereka dalam darah tinggi, misalnya setelah makan,
sedangkan glukagon mendorong katabolisme simpanan zat gizi antara waktu
makan untuk mempertahankan kadar zat-zat gizi tersebut dalam darah, terutama
glukosa darah.
Seperti sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi glukagon
adalah efek langsung konsentrasi glukosa darah pankreas endokrin. Dalam hal ini,
sel-sel alfa pankreas meningkatkan sekresi glukagon sebagai respon terhadap
penurunan glukosa darah. Efek hiperglikemik hormon ini cenderung memuilhkan
konsentrasi glukosa darah ke normal. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, seperti yang terjadi setelah makan, menghambat sekresi glukagon,
yang

juga

cenderung

memulihkan

kadar

glukosa

darah

ke

normal

(Greenspan,1994).

Dengan demikian, terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara


kosentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut
berlawanan arah dengan efek glukosa darah pada sel beta. Dengan kata lain,
peningkatan kadar glukosa darah menghambat sekresi glukagon tetapi
merangsang sekresi insulin, sedangkan penurunan glukosa darah menyebabkan
peningkata sekresi glukagon dan penurunan sekresi insulin.
Karena glukagon meningkatkan glukosa darah dan insulin menurunkan
glukosa darah, perubahan sekresi hormon-hormon pankreas sebagai respon
terhadap penyimpangan glukosa ini bekerja sama secara homeostasis untuk
mkadar glukosa drah ke normal. Demikian juga, penurunan konsentrasi asam
lemak darah secara langsung merangsang pengeluaran glukagon dan menghambat
8

pengeluaran insulin oleh pankreas, keduanya merupakan mekanisme kontrol


umpan balik negatif untuk mmeulihkan kadar asam lemak darah ke normal.
(Sherwood, 2003).
Efek-efek yang berlawanan dari konsentrasi glukosa dan asam lemak
darah pada sel alfa dan beta pankreas tersebut sesuai untuk mengatur kadan
molekul-molekul nutrient tersebut sesuai untuk mengatur kadar molekul-molekul
nutrient tersebut dalam sirkulasi darah, karena efek insulin dan glukagon pada
metabolisme karbohidrat dan lemak saling berlawanan(Sherwood, 2003). Efek
konsentrasi asam amino darah pad asekresi kedua hormon ini adalah cerita yang
lain. pengnignkatan konsentrasi asam amino darah merangsang sekresi glukagon
dan insulin.
Efek peningkatan kadar asam amino darah yang sama pada sekresi
glukagon dan insulin akan masuk akal bila meneliti efek kedua hormon ini pada
kadar glukosa darah. Apabila selama penyerapan makanan kaya protein
peningkatan asam amino darah hanya merangsang sekresi insulin, dapat terjadi
hipoglikemia. Karena setelah mengkonsumsi makanan kaya protein hanya
terdapat sedikir karbohidrat untuk diserap, peningkatan sekresi insulin yang dipicu
oleh asam amino akan menyebabkan sebagaian besar glukosa masuk ke dalam sel,
sehingga, terjadi penurunan mendadak kadar glukosa darah yang tidak sesuai.
Namun, peningkatan sekresi glukagon yang terjadi secara bersamaan karena
dirangsang oleh peningkatan kadar asam amino darah akan meningkatkan
pembentukan glukosa oleh hati. Karena efek hiperglikemik glukagon melawan
efek hipoglikemik insulin, hasil akhir setelah kita mengkonsumsi makanan kaya
protein tetapi rendah karbohidrat adalah kestabilan kadar glukosa darah (dan
pencegahan hipoglikemia sel-sel otak). (Guyton, 2006)

Gambar: 2.1.2.b Regulasi dalam menanggapi kadar gula termasuk sekresi dari hormon
glukagon (Brooks,

1984).

Mekanisme kontrol sekresi glukagon selama latihan dapat digolongkan ke


dalam dua kategori :
1) Glukagon Aktivator

10

Meningkatnya penghantaran simpatis yang dihasilkan selama latihan, atas


bantuan jalur - adrenergic, merangsang sekresi dari glucagon. Suatu betablocker (agen penghambat -adrenergic) selama latihan menata meningkatnya
sekresi glucagon (Brooks, 1984). Beberapa peneliti menemukan suatu hubungan
antara kadar glucagon dan kadar dari adrenaline dan noradrenaline selama latihan
yang intensif; walau korelasi ini hanya berpengaruh nyata pada adrenaline selama
latihan dengan intensitas moderat. Efek Adrenergic ini mungkin dimediasi oleh
konsentrasi siklik cAMP.
Kemungkinan untuk menjelaskan bahwa peningkatan konsentrasi dari
cAMP masuk ke dalam pankreas yang terisolasi meningkatkan sekresi dari
glucagon (Weir , 1975). Di samping itu,sekali ditegaskan bahwa terjadi kenaikan
dari konsentrasi cAMP selama aktivitas
Penurunan dari konsentrasi dari glukosa darah merupakan suatu
mekanisme kuat dari sekresi glukagon. Pengurangan dari konsentrasi glukosa
darah hanya terjadi setelah latihan yang intensif dan keras (Brooks , 1984,).
konsekuensinya adalah suatu penurunan konsentrasi glukosa darah mempunyai
pengaruh nyata sebagai satu rangsangan untuk sekresi glukagon dalam kondisi ini
(latihan yang keras).
2. Glukagon Inhibitor
Kenaikan dari kadar asam lemak bebas di darah secara umum merupakan
suatu mekanisme penghambat untuk sekresi glukagon.Hasilnya adalah suatu
kontrol negatif oleh asam lemak bebas harus diberikan bergantung kepada latihan
untuk individu itu sendiri. Kenaikan dari konsentrasi glukagon selama latihan
mengindikasikan bahwa glukagon aktivator lebih berperan dominan daripada efek
glukagon inhibitor. ( Gyntelberg, 1977).

2.1.4 Peran Hormon Glukagon


Insulin berperan sentral dalam mengontrol penyesuaian-penyesuaian
metabolik antara keadaan absoptif dan pasca absortif, produk sekretorik sel alfa
11

pulau Langerhans pankreas, yaitu glukagon juga sangat penting. Banyak pakar
ilmu faal memandang sel-sel beta penghasil insulin dan sel-sel alfa penghasil
glukagon sebagai pasangan sistem endokrin yang sekresi kombinasinya
merupakan faktor utama dalam mengatur metabolisme bahan-bakar. Fungsi
insulin dan glukagon, keduanya, merupakan sistem control feedback yang penting
untuk menjaga konsentrasi glukosa darah yang normal. (Guyton, 2006)
Konsenstrasi glukosa meningkat terlalu tinggi, insulin disekresikan;
insulin kemudian menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun menuju
normal.Penurunan glukosa darah merangsang sekresi glukagon; glukagon
kemudian berfungsi dalam arah yang berlawanan untuk meningkatkan glukosa
menjadi normal.
Kondisi mekanisme feedback insulin lebih banyak berperan penting
dibanding mekanisme glukagon, tetapi pada keadaan kelaparan atau penggunaan
glukosa berlebihan selama olah raga dan situasi penuh tekanan lainnya,
mekanisme glukagon menjadi sangat bernilai. (Guyton, 2006)

2.1.5 Kelebihan hormon glukagon


Belum diketahui adanya kelainan klinis yang semata-mata disebabkan oleh
defisiensi atau kelebihan glukagon. Namun, diabetes mellitus sering disertai oleh
peningkatan berlebihan sekresi glukagon, karena insulin diperlukan agar glukosa
dapat masuk ke dalam sel alfa, tempat nutrient ini dapat mengontrol sekresi
glukagon. Akibatnya, para pengidap diabetes sering memperlihatkan peningkatan
sekersi glukagon bersamaan dengan insufisiensi insulin mereka karena
peningkatan kadar glukosa darah tidak mampu menghambat sekresi glukagon
seperti dalam keadaan normal. Karena glukagon adalah hormon yang
meningkatkan kadar gula darah, kelebihannya akan memperparah hiperglikemia
pada diabetes mellitus. Karena itu, sebagian pengidap diabetes tergantung insulin
berepson paling baik terutama terhadap kombinasi terapi insulin dan somatostatin.
Dengan menghambat sekresi glukagon, somatostatin secara tidak langsung ikut

12

membantu menurunkan konsentrasi glukosa darah dibandingkan dengan apabila


hanya diberikan insulin. (Nursiam, 2011)

2.2 Glikogenolisis
2.2.1 Deskripsi Glikogenolisis
Kata "glikogenolisis" di jabarkan menjadi glikogen yaitu glikogen dan lisis
yaitu pemecahan atau penguraian. Sehingga glikogenolisis merupakan proses
pengubahan

dari

polisakarida

yaitu

glikogen

menjadi

monosakarida yaitu glukosa. (Lehninger, 1991)


Glikogenolisis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh,
selain glukoneogenosis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam
plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada glikogenolisis,
glikogen digradasi berturut-turut dengan 3 enzim yaitu: glikogen fosforilase,
glukosidase, fosfoglukomutase, menjadi glukosa. Hormon yang berperan pada
lintasan ini adalah glukagon dan adrenalin.Kedua hormon bertindak atas enzim
glikogen fosforilase untuk merangsang untuk memulaiglikogenolisis dan
menghambat sintetase glikogen (glikogenesis berhenti). (Guyton, 2006)
Proses glikogenolisis ini terjadi dalam tubuh karena kadar glukosa dalam
tubuh sudah mulai kekurangan akan kandungan glukosa akibat berbagai aktivitas
baik dalam maupun luar tubuh. Aktivitas dari luar tubuh seperti berlari, berjalan,
bersepeda, berenang, dll. Sedangkan aktivitas dari dalam tubuh sendiri meliputi
proses respirasi, pencernaan, sistem kerja syaraf, dll. Tujuan dari glikogenolisis ini
terbagi menjadi dua (Montgomery,1983) yaitu:
a. Di otot : proses ini digunakan untuk keperluan menghasilkan energi
b. Di hati : proses ini dilakukan untuk mempertahankan kadar gula
dalam darah pada saat jeda waktu makan.

13

Glikogenesis adalah proses pemecahan glikogen (Lehninger, 1991).


Glikogen adalah bentuk karbohidrat yang tersimpan dalam sel hewan.
Glikogenolisis terjadi jika asupan makanan tidak cukup memenuhi energi yang
dibutuhkan tubuh sehinggah untuk mendapatkan energi tubuh mengambil
alternatif lain yaitu dengan menggunakan simpanan glikogen yang terdapat dalam
hati atau otot.
Glikogenolisis merupakan reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa,
perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme
cadangan sumber energi. Enzim utama yang berperan dalam glikogenolisis ini
adalah glikogen fosforilase. Proses glikogenolisis terkadang menyebabkan
meningkatnya kadar gula dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit diabetes
(Lehninger, 1991). Glikogen dalam hati akan di glikogenolisis setelah 12-18 jam
puasa. Glikogen dalam otot hanya akan mengalami glikogenolisis setelah
seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama. Proses glikogenolisis yang
terjadi secara terus- menerus akan dapat menyebabkan kerusakan pada liver
Kerusakan pada fungsi liver akan menyebabkan penyakit yang sebagian besar
tidak dapat diobati dan berakhir dengan kematian.
Penyakit liver merupakan penyakit yang sering timbul pada mereka yang
pekerja keras tetapi tidak mempunyai sumber energi yang banyak. Kekurangan
sumber energi terjadi karena para pekerja yang work alkoholik itu terkadang lupa
makan tepat waktu sehingga kebutuhan tenaga untuk melakukan kerja sangat
banyak tetapi asupan energi kurang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan energi tersebut, tubuh terpaksa harus
merubah glikogen menjadi glukosa sehingga terjadilah peristiwa glikogenolisis.
Suatu proses hidrolisa glikogen sel posporolitik di dalam saluran
gastrointestinal (di sitosol). Proses ini dikontrol oleh hormon, enzym, kation dan
nukleotida. Pada otot skeletal ada 2 macam posporilase glikogen yaitu posporilase

14

glikogen a (yang aktif) dan b (yang non aktif). Posporilase glikogen b di otot
dapat aktif bila konsentrasi AMP tinggi. (Poedjiadi, 1994)

Calsium yang berikatan dengan calmodulin (disitosol) menyebabkan


meningkatnya aktivitas perubahan posporilase b ke a dan kondisi ini juga
menyebabkan kontruksi otot. Jadi perombakan glikogen dan proses kontraksi otot
sangat berhubungan dengan kondisi meningkatnya konsentrasi Ca. (Poedjiadi,
1994)
Proses glikogenolisis di hati sama dengan di otot, yang berbeda adalah
hormon yang terlibat yaitu glucagon. Di hati bila terjadi konsentrasi gula darah
menurun, maka glucagon di produksi tinggi di sel, maka glikogen hati akan di
degradasi akibatnya glucosa darah normal kembali.
2.2.2

Waktu Terjadinya Glikogenolisis


Pada saat seseorang berpuasa atau sedang melakukan aktivitas berat

(latihan, olahraga, bekerja) yang berlebihan akan menyebabkan turunnya kadar


gula darah dalam darah menjadi 60 mg /100 ml darah keadaan ini (kadar gula
darah turun) akan memacu hati untuk membebaskan glukosa dari pemecahan
glikogen yang disebut proses glikogenolisis. (Montgomery ,1983). Glikogenolisis
dirangsang oleh hormon glukagon dan aderenalin. Glukagon (glucagon) adalah
suatu hormon yang dikeluarkan oleh pankreas yang berguna untuk meningkatkan
kadar glukosa darah. Sedangkan hormon adrenalin adalah hormon yang
merangsang glukagon untuk bekerja

2.2.3

Proses Terjadinya Glikogenolisis


Pemecahan glikogen menjadi Glukosa 1 p
Ada tiga enzim yang mengkatalisis ( hormon glukaden -> C-AMP-enzim

posporilase) (Nursiam, 2011)


1.

Glikogen fosforilase : Glikogen ( 1,4 glikosidik) -> Glukosa 1-P

15

2.

Transferase : memindahkan 3 residu glukosa cabang lain lebih peka

difosrilasi
3.

Debranching enzyme ( 1,6 gilokosilase) ikatan 1.6 glikosidik

Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat.


Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan UDPglukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat
diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang sama seperti pada reaksi
kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase (Nursiam, 2011)

Gambar:

2.2.3.a

Proses Glikolisis
(Nursiam, 2011)

Tahap
reaksi
berikutnya
adalah
pembentukan
glukosa

dari

glukosa 6-fosfat. Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam


reaksi ini enzim lain, glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga
terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.
Glukosa 6-fosfat

Glukosa + asam fosfat

Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk
respirasi sehingga menghasilkan energi, energi itu terekam / tersimpan dalam
bentuk ATP.
Proses glikogenolisis dihati sama dengan di otot, yang berbeda adalah
hormon yang terlibat yaitu glucagon. Di hati bila terjadi konsentrasi gula darah
16

menurun, maka glucagon di produksi tinggi di sel, maka glikogen hati akan di
degradasi akibatnya glucosa darah normal kembali (Nursiam, 2011).

Gambar: 2.2.3 b Perubahan dari glukosa 6-fosfat (Nursiam,

2011)

Istilah yang berhubungan dengan metabolisme penguraian glukosa Dibagi


menjadi dua (Lehninger, 1991):
1. Fermentasi ( Respirasi Anaerob)
2. Respirasi Aerob
Fermentasi atau peragian adalah proses penguraian senyawa kimia glukosa
tanpa oksigen melalui proses Glikolisis yang menghasilkan asam Piruvat , namun
tidak berlanjut dengan siklus krebs dan transport Elektron karena suasana reaksi
tanpa oksigen.
Asam Piruvat kemudian akan diproses tanpa oksigen menjadi Asam
piruvat ( Fermentasi Asam Piruvat ) atau Asam Piruvat menjadi Asetal dehide
kemudian Alkohol dalam Fermentasi Alkohol
Fermentasi menghasilkan gas CO2. Dalam Fermentasi Alkohol .Respirasi
aerob adalah proses reaksi kimia yang terjadi apabila sel menyerap O 2,
menghasilkan CO2 dan H2O. Respirasi dalam arti yang lebih khusus adalah proses
penguraian glukosa dengan menggunakan O2, menghasilkan CO2, H2O, dan energi
(dalam bentuk energy kimia, ATP)
2.2.4 Dampak Glikogenolisis

17

Penyakit yang ditmbulkan akibat glikogenolisis adalah Hipoglikemia


(Kadar Gula Darah Rendah). Hipoglikemia adalah suatu keadaan kadar gula
darah hingga dibawah 60 mg/dl (Noreng, 2010). Dalam keadaan normal, tubuh
mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Sementara pada
penderita diabetes (diabetes memiliki beberapa type, jadi silahkan merujuk kepada
jenis diabetes yang ada), kadar gula darahnya tersebut berada pada tingkat terlalu
tinggi dan pada penderita hipoglikemia, kadar gula darahnya berada pada tingkat
terlalu rendah.
Hal ini sangat membahayakan bagi tubuh, terutama otak dan sistem syaraf,
yang membutuhkan glukosa dalam darah yang berasal dari makanan
berkarbohidrat dalam kadar yang cukup. Kadar gula darah normal adalah 80-120
mg/dl pada kondisi puasa, atau 100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan
(Poedjiadi, 1994)
Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh
mengalami kelainan fungsi. Otak sebagai organ yang sangat peka terhadap kadar
gula darah yang rendah, akan memberikan respon melalui sistem saraf,
merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan
selanjutnya merangsang hati untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah
tetap terjaga. Dan parahnya jika kadar gula turun, maka akan terjadi gangguan
fungsi otak.
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh (Groff, 2000):
1)
2)

Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas


Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan

kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya


3) Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4) Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa
di hati.
Secara

umum,

hipoglikemia

dapat

dikategorikan

sebagai

yang

berhubungan dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian
besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan

18

obat. Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi
lagi menjadi (Groff, 2000):
1)

Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah

berpuasa
2)

Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi

terhadap makan, biasanya karbohidrat.

19

BAB 3
KERANGKA KONSEP

PANKREAS

MENUNJUK

Sel alfa pankreas

SEKRESI

GLIKOGENOLISIS

menstimulasi enzim
glikogen fosforilase

GLUKAGON

menghambat kerja enzim


glikogen sintase

GLUKOSA
MENINGKAT

20

BAB 4
PEMBAHASAN
Seseorang berpuasa atau sedang melakukan aktivitas berat (latihan,
olahraga, bekerja) yang berlebihan akan menyebabkan turunnya kadar gula darah
dalam darah menjadi 60 mg /100 ml darah keadaan ini (kadar gula darah turun)
akan memacu hati untuk membebaskan glukosa dari pemecahan glikogen yang
disebut proses glikogenolisis. Glikogenolisis dirangsang oleh hormon glukagon .
Glukagon adalah antagonis dari insulin: yang disekresi pada saat kadar
gula darah dalam darah rendah. Pada prinsipnya menaikkan kadar gula di dalam
darah. Dia diproduksi di sel alpha dari pankreas. Glukagon melewati dalam proses
sintesenya yang disebut sebagai limited proteolyse, yang artinya molekul
glucagon berasal dari prohormon yang lebih tepatnya disebut sebagai prohormon.
Faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek langsung
konsentrasi glukosa darah pankreas endokrin. Dalam hal ini, sel-sel alfa pankreas
meningkatkan sekresi glukagon sebagai respon terhadap penurunan glukosa darah.
). Ketika glukosa darah mengalami penurunan maka sel pankreas meningkatkan
sekresi glukagon. Efek hiperglikemik hormon ini cenderung memulihkan
konsentrasi glukosa darah ke tingkat normal. Sebaliknya peningkatan glukosa
darah seperti yang terjadi setelah makan akan menghambat sekresi glukagon yang
juga cenderung memulihkan kadar glukosa ke kadar normal
Hormon

Glucagon

mempunyai

efek

pada

Gluconeogenesis dan

Glykogenolisis; membuat glukosa. Ini terjadi di hatiGlukagon berikatan dengan


reseptor glukagon, G protein-coupled reseptor, yang terletak di membran plasma.
Perubahan konformasi dalam reseptor mengaktifkan protein G, protein
heterotrimeric dengan subunit , , dan . Ketika protein G berinteraksi dengan
reseptor, itu mengalami perubahan konformasi yang menghasilkan penggantian

21

molekul GDP yang terikat pada subunit dengan molekul GTP. Hasil substitusi
ini dalam melepaskan dari subunit dari dan subunit. Alpha subunit khusus
mengaktifkan enzim berikutnya dalam kaskade, adenilatsiklase.
Adenilat siklase memproduksi siklik adenosin monofosfat (AMP siklik
atau cAMP), yang mengaktifkan protein kinase A (tergantung cAMP protein
kinase). Enzim ini, pada gilirannya, mengaktifkan fosforilasa kinase, yang pada
gilirannya, phosphorylates glikogen fosforilase mengkonversi ke bentuk aktif
yang disebut fosforilasa A. fosforilase A adalah enzim yang bertanggung jawab
untuk pelepasan glukosa-1-fosfat dari polimer glikogen.
Enzim glikogen fosforilase itulah yang bereran dalam

penguraian

glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat. reaksi ini tidak melibatkan UDPglukosa. Itulah reaksi awal dari proses glikogenolisisSelanjutnya glukosa 1-fosfat
diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang sama seperti pada reaksi
kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase (Nursiam, 2011)Selanjutnya
adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda dengan reaksi
kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak
menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.
Glukosa 6-fosfat

Glukosa + asam fosfat

Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk
respirasi sehingga menghasilkan energi, energi itu terekam / tersimpan dalam
bentuk ATP.
Proses glikogenolisis dihati sama dengan di otot, yang berbeda adalah
hormon yang terlibat yaitu glucagon. Di hati bila terjadi konsentrasi gula darah
menurun, maka glucagon di produksi tinggi di sel, maka glikogen hati akan di
degradasi akibatnya glukosa darah normal kembali

22

BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang didasarkan tinjauan pustaka mengenai
hormon glukagon dan sitem glikogenolisis dapat disimpulkan bahwa mekanisme
hormon glukagon yaitu dengan mensekresi enzim glikogen fosforilase yang
berperan dalam tahap awal regulasi glikogenolisis. Pada dasarnya glukagon itu
hormon yang dikeluarkan saat kadar glukosa dalam darah rendah (berlawanan
dengan kerja insulin) .Akibat dari diet ataupun aktifitas yang tinggi akan
mengeluarkan banyak tenaga pada saat itulah jumlah glukosa darah menurun
maka perlu pertambahan dan akhirnya hormon glukagon aktif lalu merangsang
terjadinya glikogenolisis sehingga kadar glukosa dalam tubuh tetap seimbang.
5.2 SARAN
Perlu diperhatikan faktor-faktor yang mensekresi hormon glukagon ,
apabila ada keabnormalan dari hormon glukagon misal jumlahnya , itu juga akan
mempengaruhi keefektifan kerja glukagon dalam regulasi glikogenolisis.

23

Daftar Pustaka
Balagu, A., Company, X., Barbany, J.R. 1979. Endocrine Kontrol of Carbohydrat and
Lipid Metabolic Change during Exercise, Apuntes de Medicina Deportiva, 16(61), 9-17.
Brooks GA, Fahey TD, 1984. Exercise Physiology Human Bioenergetics and Its
Aplications. New York : Macmillan Publishing Company, pp 701 715. Kedokteran EGC, hlm
275.
F. Gyntelberg, M. J. Rennie, R. C. Hickson and J. O. Holloszy. Effect of training on the
response of plasma glucagon to exercise. Journal of Applied Physiology, Vol 43
Ganong WF, 1996. Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Ed 20, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Greenspan F S MD, Baxter J D MD. Basic and Clinical Endocrinology 4th.1994 : 2- 55
Groff, J.L., S.S. Gropper. 2000. Advanced Nutrition and Human Metabolism 3 Ed.
Wadsworth-Thomson Learning, Belmont, USA
James Norman, M.D., F.A.C.S., The Importance of Insulin and Glucagon . Diabetes and
Hypoglicemia, Endocrine Web. 2008.
Lehninger, A.L. 1991. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Montgomery, R., R.L. Dryer, T.W. Conway and A.A. Spector. 1983. Biokimia. Jilid 1.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Noreng, I, 2010. Karbohidrat Sebagai Sumber Energi Dalam Tubuh. Tersedia:
http://ignasnoreng.blogspot.com/2010/05/karbohidrat-sebagai-sumber-energi-dalam.html diakses
19 Mei 2015
Nursiam,S.2011.MetabolismeDanTeremolugasi.Tersedia:http://intannursiam.worpress.co
m/tag/glikogenolisis/ diakses 19 Mei 2015.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Sherwood L., Fisiolofi Manusia: dari Sel ke Sistem, Alih Bahasa: dr. Brahm U.P. SP.KK.
edisi 2: Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

24

Victoria Matas Bonjorn, Martin G. Latour, Patrice Blanger, and Jean-Marc Lavoie.
Influence of prior exercise and liver glycogen content on the sensitivity of the liver to glucagons.
Journal of Applied Physiolog 92(1):188-194 8750-7587/02 $5.00

25

You might also like