Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK II
1.
2.
3.
4.
(15.322.2140)
(15.322.2141)
(15.322.2142)
(15.322.2143)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan pengembungan ginal akibat tekanan balik terhadap ginal
karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal. Air kemih mengalir dari ginal
dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan
mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginal (tubulurenalis) dank e
dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan meyebabkan
ginjal mengembung dam menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhirnya, tekanan
hidronefrosis yang menetap dan berantakan merusak jaringan ginal sehingga secara
perlahan ginjal akan kehilangn fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot
ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih.jaringan fibrosa lalu
akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga
terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan
dari hidronefroi perlu dilakukan pelaksanaan yang spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi
dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangni infeksi, dan untuk
mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi hidronefrosis ?
2. Bagaimana epidemiologi hidronefrosis ?
3. Apa saja etiologi hidronefrosis?
4. Bagaimana tanda dan gejala hidronefrosis ?
5. Bagaimana komplikasi dan prognosis hidronefrosis ?
6. Bagaimana pengobatan dan pencegahan hidronefrosis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hidronefrosis ?
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan kami dalam menyusun makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi hidronefrosis.
2. Untuk mengetahui epinemiologi hidronefrosis.
3. Untuk mengetahui etiologi hidronefrosis.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala hidronefrosis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi hidreonefrosis.
6. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis hidronefrosis.
7. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan hidronefrosis.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan hidronefrosis.
9.
BB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar
urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis membesar dan
terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003). Hidronefrosis adalah pembesaran
ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis
adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandungan kemih yang mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi pada parenkim
ginjal (Price, 2001). Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan
yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke
dalam pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal
mengembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhirnya, tekanan hidronefrosis
yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan
kehilangan fungsinya.
2.2 Epidemologi
Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih
yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi
pada parenkim ginjal. Epidemiologi dari penyakit hidronefrosis yaitu di Semarang terdapat
51,9 dari 10.000 penduduk yang menderita atau mengidap hidronefrosis. Sedangkan di
Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya angka kejadian yaitu pria : wanita = 5:1, usia yang terkena
hidronefrois rata-rata pada usia 41,5 tahun.
2.3 Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureterpelvik
(sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
a. Kelainan structural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renal terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureterpelvik skibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvik renalis
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteria tau vena yang letaknya abnormal,
dan tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah sambungan
ureterpelvik atau karena arus balik air kemih dari kandungan kemih :
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran
atau pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter.
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekelilinh ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher Rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke ureter
akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk semenara waktu mnghalangi
kontraksi ureter.
tetapi reversible jika tidak menyelesaikan pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh dengan
baik bahkan jika ada halangan berlangsung sehingga 6 minggu.
2.7 Pengobatan
a. Hidronefrosis akut
1) jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui
sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit)
2) jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. Hidronefrosis Kronik
1) Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih
2) Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujungujungnya disambungkan kembali
3) Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fobrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda
4) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi :
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan
c) Pelebaran uretra dengan dilator
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membiasakan diri mempraktekkan
pola hidup sehat.
Obstruksi
Metabolism
Urine
mengalir
balik ke
Kolik renalis/
Nyeri
pinggang
Panas/dema
hidrouret
Nyeri Akut
hipertermi
Urine refluk
ke pelvis
ginjal
Penyempitan
Urine yang
keluar
sedikit
Gangguan
Keseimbangan
Volume Cairan
Perubahan
pola eliminasi
Pemasangan
kateter/ tindakan
infasiv
Gangguan fungsi
ginjal
Ginjal tidak bisa menghasilkan
eritropeotin
Produksi eritrosit
menurun
anemi
a
Mudah
lelah, letih,
lesu
Intolera
nsi
HB
menurun
Ketidakefek
tifan
ansieta
Kerusakan sel-sel
ginjal
Kegagalan ginjal untuk membuang limbah
metabolik
Kurangnya
informasi
tindakan infasiv
Kurang
Tindakan
hemodialisa
Resiko
lambung
mulut
Ureum bertemu dengan enzim
Bau
anoreksi
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas klien : Hidronefrosis dapat terjadi pada klien yang mengalami akumulasi
urin di saluran kemih bagian atas.
b. Keluhan Utama
Klien dengan hidronefrosis dapat mengeluh nyeri yang luar biasa di daerah tulang
rusu dan tulang panggul.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan hidronefrosis mengalami oliguri, nyeri saat berkemih, da nyeri panggul.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang mungkin pernah dialami klien seperti, penyakit batu
ginjal, tumor, pembesaran prostat, atau kelainan kongenital.
e. Riwayat Perinatal
1) Antenatal :
Pada klien dengan hidronefrosis, biasanya ibu sang anak menderita kanker
kandung kemih atau infeksi salur kemih.
2) Intranatal :
Pada klien dengan hidronefrosis biasanya saat proses kelahiran mengalami infeksi,
cacat bawaan, terapi penginaran atau pembedahan.
3) Postnatal :
Pada klien dengan hidronefrosis biasanya klien kurang dalam penatalaksanaan
personal hygiene dan mengalami infeksi.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat penyakit di keluarga yang berhubungan dengan kelainan-kelainan
ginjal, seperti BPH, diabetes militus, gagal ginjal, dan kelainan ginjal lainnya.
g. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan tingkat pengembangan diri dari adaptasi sosial, motorik kasar, mototrik
halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada klien dengan hidronefrosis dapat
dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari keluarga. Klien dengan
hidronefrosis akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lambat, hal ini
dikarenakan hidronefrosis menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar,
seperti mula, muntah, dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anakanak sehingga kebutuhan nutrisinya kurang tercukupi dan akan mempengaruhi proses
tumbuh kembangnya. Selain itu rasa nyeri ditimbulkan membuat anak-anak tidak
terasa nyaman dan akan pula mengganggu proses perkembangan.
h. Keadaan Lingkungan yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit
DO/DS :
- Melindungi
Etiologi
Nyeri akut
Problem
Nyeri akut
Diagnosa
Kepeperawatan
Nyeri akut
berhubungan
daerah nyeri
Meringis
menahan
nyeri
DO/DS :
Jumlah urin sedikit
saat berkemih, hanya
menetes anyanganyangan
DO/DS :
- Kenaikan
suhu tubuh
diatas
rentangan
normal (lebih
dari 37o)
- Kulit
kemerahan
- Kulit
panas/hangat
DO/DS :
Bising usus
berlebihan
konjungtiva pucat
BB menurun
Tidak nafsu makan
Nyeri
pinggang
Obstruksi
akut
Infeksi,
neoplasma,
cacat
bawaan,
pembesaran
uterus, BPH
Gangguan
pola
eliminasi urin
Oliguri
Obstruksi
sebagian/total
saluran
kemih
Infeksi,
neoplasma,
cacat
bawaan,
pembesaran
uterus, BPH
Hipertermi
Demam
Metabolisme
meningkat
Proses
infeksi
Ureter/uretra
terpapar
bakteri,
kuman, virus,
jamur
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
dengan obstruksi
akut saluran urin
Gangguan
eliminasi
urin
Gangguan
eliminasi urin
berhubungan
dengan obstruksi
saluran urin
Hipertermia
Hipertermia
berhubungan
dengan infeksi
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Anoreksia
Mual,
muntah
Ureum
bertemu HCL
di lambung
Peningkatan
ureum dalam
darah
Gangguan
metabolisme
ginjal
DO/DS :
KetidakefekWarna kulit pucat
tifan perfusi
pusing
jaringan
Suplai O2 ke
jaringan
turun
Anemia, HB
turun
Produksi
eritrosit
menurun
Ginjal tidak
bisa
menghasilkan
eritropoeitin
Gangguan
fungsi ginjal
DO/DS :
Intoleransi
- Respon
aktivitas
abnormal dari
tekanan darah
Penurunan
atau nadi
aktivitas
terhadap
aktivitas
Lelah, letih,
- Tidak
lesu, pucat
bertenaga
- Kelelahan
Anemia, HB
- Sesak napas
menurun
Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan produksi
eritrosit menurun
Intoleransi
aktivitas
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan
atau
ketidaknyam
anan saat
beraktivitas
Produksi
eritrosit
menurun
Ginjal tidak
bisa
menghasilkan
eritroeitin
Gangguan
perfusi ginjal
DO/DS :
Resiko tinggi
- ditemukan
infeksi
tanda infeksi
seperti
Pemasangan
demam, ISK
kateter yang
salah
Oliguri
Obstruksi
sebagian/total
saluran
kemih
DO/DS :
Ansietas
- gelisah
- wajah tegang
Gelisah
- bingung
Perubahan
status
kesehatan
Kolik
renalis/nyeri
pinggang
DO/DS :
Kurang
- Pengungkappengetahuan
an masalah
- PengungkapKurang
an ketidakinformasi
tahuan
tentang
Obstruksi
penyakit
akut
Obstruksi
sebagian atau
total haluaran
urine
Resiko
tinggi
infeksi
Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
pemasangan
kateter
ansietas
Ansietas
berhubungan
dengan perubahan
status mental
Kurang
pengetahuan
Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan kurangnya
informasi tentang
penyakit
Rasional
1. Perubahan
lokasi
atau karakter atau intensitas nyeri dapat
mengidentifikasi terjadinya komplikasi
atau perbaikan.
2. Meningkatkan relaksasi
3. Mengetahui kondisi
umum klien
4. Menurunkan reaksi
terhadap stimulasi
dari
luar
atau
sensitifitas
pada
suara-suara bising
dan meningkatkan
istirahat/relaksasi.
5. Pernyataan
memung-kinkan
pengungkap-an
emosi dan dapat
meningkatkan
mekaniskme koping.
6. Meningkatkan vasokontriksi,
penumpuk-an
resepsi sensori yang
selanjutnya
akan
menurunkan nyeri di
lokasi yang paling
dirasakan.
7. Memungkinkan
diperlukan
untuk
menghilangkan nyeri
Hipertermia
berhubungan
dengan proses
infeksi
-
1. Monitor
suhu, tekanan
darah,
nadi,
RR,
kemungkinan
adanya
penurunan
tingkat kesadaran
2. Monitor
warna dan
suhu kulit
3. Kolaborasi
pemberian
antipiretik
4. Monitor
pemberian
antibiotik
5. Kompres
pasien pada
lipatan paha
dan aksila
6. Tingkatkan
sirkulasi
udara
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gangguan
eliminasi urin
berhubungan
dengan
obstruksi
saluran urine
-
Tidak
ada Gangguan
1. Monitor
1.
residu
urin eliminasi urine
intake
dan
>100-200 cc
teratasi
output
Tidak
ada
2. Monitor
2.
spasme
derajat
bladder
distensi
3.
Balance
bladder
cairan
3. Instruksikan
seimbang
pada pasien
Tidak
ada
dan keluarga
tanda ISK
untuk
4.
mencatat
output urine
4. Stimulasi
reflek
bladder
dengan
kompres
dingin pada
abdomen
5. Lakukan
kateterisasi
jika perlu
6. Monitor
tanda
dan
gejala ISK
(panas,
hematuria,
perubahan
baud
an
konsistensi
urine)
Intake nutrisi Ketidakseim1. Kaji
pola
klien
bangan nutrisi
nutrisi,
meningkat
kurang
dari
intake dan
Menghabiska kebutuhan
output klien
n porsi makan teratasi
serta
catat
yang
perubahan
disediakan
yang terjadi
sesuai
diet
2. Timbang
yang
beratbadan
dianjurkan
klien secara
Berat badan
periodic
meningkat
3. Lakukan
pemeriksaan
fisik
abdomen
(palpasi,
perkusi, dan
auskultasi)
4. Berikan
porsi kecil
tapi sering
5. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan
lain dalam
penentuan
diet
dan
kebutuhan
medikasi
klien
klien berkemih
5. kateterisasi sebagai
tindakan bila urine
tidak mampu keluar
atau dalam jumlah
sedikit
6. ISK dapat muncul
akibat
adanya
retensi urine
1. Mengetahui status
nutrisi pasien guna
untuk
pemberian
tindakan
yang
efektif
2. Mengetahui
perubahan
berat
badan pasien
3. Mengetahui kondisi
peristaltic usus
4. Porsi kecil tapi
sering
digunakan
untuk
memenuhi
nutrisi pasien
5. Untuk
membantu
dalan menentukan
diet yang sesuai dan
obat-obatan
yang
diindikasi
4.4 PELAKSANAAN
N
Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaan
o
1
Nyeri akut berhubungan 1. Mengkaji keluhan nyeri,perhatikan lokasi atau
dengan
obstruksi
akut
karakter dan intensitas (skala 0-10)
saluran urine
2. Memberikan tindakan kenyamanan dasar contoh
teknik relaksasi, perubahan posisi dengan sering
3. Memberikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi
4. Mendorong kespresi perasaan tentang nyeri
5. Memberikan kompresi hangat pada lokasi nyeri
6. Mengkolaborasikan dalam pemberian analgetik
2
Hipertermi
berhubungan 1. Memonitor suhu, tekanan darah, nadi, RR,
dengan proses infeksi
kemungkinan adanya penurunan tingkat kesadaran
2. Memonitor warna dan suhu kulit
3. Mengkolaborasikan pemberian antipiretik
4. Memonitor pemberian antibiotic
5. Mengompres pasien pada lipatan paha dan aksila
6. Meningkatkan sirkulasi udara
3
Gangguan eliminasi urin 1. Memonitor intake dan output
berhubungan
dengan 2. Memonitor derajat distensi bladder
obstruksi saluran urin
3. Menginstruksikan pada pasien dan keluarga untuk
mencatat output urine
4. Menstimulasi reflek bladder dengan kompres dingin
pada abdomen
5. Melakukan kateterisasi jika perlu
6. Memonitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan konsistensi urine)
4
Ketidakseimbangan nutrisi 1. Kaji pola nutrisi, input dan output klien serta catat
kurang darikebutuhan tubuh
perubahan yang terjadi
berhubungan
dengan 2. Timbang berat badan klien secara periodic
anoreksia
3. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi,
perkusi dan auskultasi)
4. Berikan porsi kecil tapi sering
5. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain dalam
penentuan diet dan kebutuhan medikasi klien
4.5 EVALUASI
N
o
1
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan obstruksi akut
saluran urine
Hiepertermi berhubungan
dengan proses infeksi
Evaluasi
S : Orang tua klien mengatakan, sus, nyeri yang
dirasakan anak saya masih ada namun sudah
berkurang
O : Klien masih tampak meringis
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
S : Klien mengatakan ,sus, saya sudah tidak panas
lagi
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanna balik terhadap ginjal
karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang
dihasilkan oleh obstrukai aliran keluar urine oelh batu atau kelainan letak arteria yang
menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan
ginjal. Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanna di dalam ginjal bisa
menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan produk sampah
dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh.
Gejala dari hidronefrosis tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi
penyumbatan serta lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat
biasanya akan menyebabkan kolik renal (nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang
rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang
secara perlahan, bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang
rusuk dan tulang pinggul. Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara
pelvis renalis atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah.
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja dysuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta pyuria akan terjadi. Hematuria dan puiria
mungkin juga ada.
5.2 Saran
Diharapkan perawat mampu memahami tindakan pencegahan yang sebenarnya
sederhana, yaitu dengan cara tidak membiasakan menahan berkemih. Asupan air yang
sering dan tingginya kadar mineral dapat mencegah terjadinya penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Capenito, Moyet & Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M, dan Alice C.G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anantomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Hoffbrand, AV. Dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed4. Jakarta : EGC
Juall, Lynda. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta :EGC
SMaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. Jakarta :
EGC.
Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC