You are on page 1of 21

SISTEM PERKEMIHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIDRONEFROSIS

KELOMPOK II
1.
2.
3.
4.

I Gede Satya Guna Sadhana


I Gusti Ayu Ratna Padmasari
I Gusti Ayu Risma C Anggreani
I Gusti Ayu Sintha Oetami

(15.322.2140)
(15.322.2141)
(15.322.2142)
(15.322.2143)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRAMEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan pengembungan ginal akibat tekanan balik terhadap ginal
karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal. Air kemih mengalir dari ginal
dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan
mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginal (tubulurenalis) dank e
dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan meyebabkan
ginjal mengembung dam menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhirnya, tekanan
hidronefrosis yang menetap dan berantakan merusak jaringan ginal sehingga secara
perlahan ginjal akan kehilangn fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot
ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih.jaringan fibrosa lalu
akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga
terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan
dari hidronefroi perlu dilakukan pelaksanaan yang spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi
dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangni infeksi, dan untuk
mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi hidronefrosis ?
2. Bagaimana epidemiologi hidronefrosis ?
3. Apa saja etiologi hidronefrosis?
4. Bagaimana tanda dan gejala hidronefrosis ?
5. Bagaimana komplikasi dan prognosis hidronefrosis ?
6. Bagaimana pengobatan dan pencegahan hidronefrosis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hidronefrosis ?
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan kami dalam menyusun makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi hidronefrosis.
2. Untuk mengetahui epinemiologi hidronefrosis.
3. Untuk mengetahui etiologi hidronefrosis.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala hidronefrosis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi hidreonefrosis.
6. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis hidronefrosis.
7. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan hidronefrosis.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan hidronefrosis.
9.

BB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar
urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis membesar dan
terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003). Hidronefrosis adalah pembesaran
ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis
adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandungan kemih yang mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi pada parenkim
ginjal (Price, 2001). Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan
yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke
dalam pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal
mengembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhirnya, tekanan hidronefrosis
yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan
kehilangan fungsinya.
2.2 Epidemologi
Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih
yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi
pada parenkim ginjal. Epidemiologi dari penyakit hidronefrosis yaitu di Semarang terdapat
51,9 dari 10.000 penduduk yang menderita atau mengidap hidronefrosis. Sedangkan di
Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya angka kejadian yaitu pria : wanita = 5:1, usia yang terkena
hidronefrois rata-rata pada usia 41,5 tahun.
2.3 Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureterpelvik
(sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
a. Kelainan structural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renal terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureterpelvik skibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvik renalis
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteria tau vena yang letaknya abnormal,
dan tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah sambungan
ureterpelvik atau karena arus balik air kemih dari kandungan kemih :
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran
atau pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter.
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekelilinh ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher Rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke ureter
akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk semenara waktu mnghalangi
kontraksi ureter.

Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran Rahim menekan


ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi
ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan
berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudah pelvis renalis dan ureter mungkin tetap
agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi
otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa
lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga
terjadi kerusakan yang menetap.
2.4 Tanda dan gejala
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan dipinggang. Jika terjadi infeksi maka dysuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuria dan pyuria mungkin
juga ada. Jika kedua ginjal menampakkan tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul,
seperti :
a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium)
b. Gagal jantung kongesif
c. Pericarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi)
d. Pruritis ( gatal kulit)
e. Butiran uremik (Kristal urea pada kulit)
f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan
g. Penurunan konsentrasi, kedutaan otot dan kejang
h. Amenore , atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002)
2.5 Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal akan meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu
ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya ada satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala
ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor
yang menekan ureter atau bekas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat dengan
ureter dan menjepit sauran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di
pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku.
Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran
uterus.
Apapun penyenan adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi
kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami
kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi
kompensantori), maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi
kompensantori), akhirnya fungsi renal terganggu.
2.6 Komplikasi dan Prognosis
Jika Hidronefrosis tetap tidak di obati, peningkatan tekanan di dalam ginjal bisa
turunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan produksi sampah, dan
membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh. Hidronfrosis bisa menyebabkan infeki
ginjal (Pyelonephrosis) gagal ginjal, sepsis, dan dalam beberapa kasus, ginjal hilang fungsi
atau mati. Fungsi ginjal akan mulai besok menentukan segera dengan timbulnya hidronefrosis

tetapi reversible jika tidak menyelesaikan pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh dengan
baik bahkan jika ada halangan berlangsung sehingga 6 minggu.
2.7 Pengobatan
a. Hidronefrosis akut
1) jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui
sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit)
2) jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. Hidronefrosis Kronik
1) Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih
2) Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujungujungnya disambungkan kembali
3) Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fobrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda
4) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi :
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan
c) Pelebaran uretra dengan dilator
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membiasakan diri mempraktekkan
pola hidup sehat.

BAB III. PATHWAY


Jaringan Parut ginjal/ureter, batu, tumor, hopertrofi
anemia prostal, kelainan kongenital, penyempitan
uretra, pembesaran uterus, pada ibu hamil
Obstruksi total/sebagian total
aliran urin
Proses

Akumulasi urin di piala


ginjal

Obstruksi

Metabolism

Urine
mengalir
balik ke

Kolik renalis/
Nyeri
pinggang

Panas/dema
hidrouret

Nyeri Akut
hipertermi

Urine refluk
ke pelvis
ginjal

Penyempitan

Urine terkumpul di saluran


kemih
Cairan dalam
tubuh tidak dapat
diekskresi

Urine yang
keluar
sedikit

Gangguan
Keseimbangan
Volume Cairan

Perubahan
pola eliminasi

Penekanan pada medulla/selsel ginjal

Pemasangan
kateter/ tindakan
infasiv

Gangguan fungsi
ginjal
Ginjal tidak bisa menghasilkan
eritropeotin
Produksi eritrosit
menurun
anemi
a
Mudah
lelah, letih,
lesu
Intolera
nsi

HB
menurun
Ketidakefek
tifan

ansieta

Kerusakan sel-sel
ginjal
Kegagalan ginjal untuk membuang limbah
metabolik

Kurangnya
informasi
tindakan infasiv
Kurang

Peningkatan ureum dalam


darah
Bersifat toksik/racun dalam
tubuh
System

Tindakan
hemodialisa
Resiko
lambung

mulut
Ureum bertemu dengan enzim

Ureum bertemu dengan asam


lambung
Mual

Bau
anoreksi

Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas klien : Hidronefrosis dapat terjadi pada klien yang mengalami akumulasi
urin di saluran kemih bagian atas.
b. Keluhan Utama
Klien dengan hidronefrosis dapat mengeluh nyeri yang luar biasa di daerah tulang
rusu dan tulang panggul.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan hidronefrosis mengalami oliguri, nyeri saat berkemih, da nyeri panggul.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang mungkin pernah dialami klien seperti, penyakit batu
ginjal, tumor, pembesaran prostat, atau kelainan kongenital.
e. Riwayat Perinatal
1) Antenatal :
Pada klien dengan hidronefrosis, biasanya ibu sang anak menderita kanker
kandung kemih atau infeksi salur kemih.
2) Intranatal :
Pada klien dengan hidronefrosis biasanya saat proses kelahiran mengalami infeksi,
cacat bawaan, terapi penginaran atau pembedahan.
3) Postnatal :
Pada klien dengan hidronefrosis biasanya klien kurang dalam penatalaksanaan
personal hygiene dan mengalami infeksi.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat penyakit di keluarga yang berhubungan dengan kelainan-kelainan
ginjal, seperti BPH, diabetes militus, gagal ginjal, dan kelainan ginjal lainnya.
g. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan tingkat pengembangan diri dari adaptasi sosial, motorik kasar, mototrik
halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada klien dengan hidronefrosis dapat
dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari keluarga. Klien dengan
hidronefrosis akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lambat, hal ini
dikarenakan hidronefrosis menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar,
seperti mula, muntah, dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anakanak sehingga kebutuhan nutrisinya kurang tercukupi dan akan mempengaruhi proses
tumbuh kembangnya. Selain itu rasa nyeri ditimbulkan membuat anak-anak tidak
terasa nyaman dan akan pula mengganggu proses perkembangan.
h. Keadaan Lingkungan yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit

Keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya hidronefrosis yaitu


lingkungan/suhu yang terlalu panas. Lingkungan yang terlalu padas dapat
menyebabkan tubuh mengeluarkan keringan berlebih sehingga mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit, klien akan mengalami dehidrasi, penurunan
produksi urin, dan urin akan menjadi pekat. Keadaan ini dapat menyebabkan
terjadinya batu ginjal, dengan demikian akan menglami obstruksi sebagian atau total
aliran urin yang kemudian mengidentifikasi terjadinya hidronefrosis.
i. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: perubahan penatalaksanaan kesehatan
yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme : klien hidronefrosis anak biasanya terjadi akibat
cacat bawaan dimana sambungan ureteropelvik menimbulkan gejala saluran
pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah, dan nyeri perut sehingga
memungkinkan klien akan mengalami penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : klien dengan hidronefrosis akan mengalami perubahan pola
eliminasi urine.
4) Pola aktivitas/bermain : Klien akan mengalami kelemahan diakibatkan nyeri dan
kemungkinan komplikasi yang terjadi.
5) Pola istirahat dan tidur : klien akan mengalami gangguan istirahat dan tidur karena
nyeri dan kemungkinan komplikasi yang terjadi.
6) Pola kognitif dan persepsi sensori : klien dan keluarga pada umumnya tidak
mengetahui tentang penyakitnya.
7) Pola konsep diri : bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak terhadap
pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.
8) Pola Hubungan-peran : peran orang tua sangat dibutuhkan dalam merawat dan
mengobati anak dengan hidronefrosis.
9) Pola seksual-seksualitas : apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang
berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada klien yang menderita hidronefrosis
biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi.
10) Pola mekanisme koping : keluarga perlu memberikan dukungan dan semangat
sembuh bagi klien.
11) Pola nilai dan kepercayaan : bagaimana sistem kepercayaan yang dianut klien dan
orang tua dalam kesembuhan penyakitnya.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : pada kondisi yang masih belum parah, kemungkinan klien dalam
keadaan kompos mentis, dan dalam keadaan yang cukup para kemungkinan klien
berada dalam tingkat kesadaran sopor.
2) Kepala dan leher
Pada inspeksi kepala dan leher pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat terjadi
yaitu, pada mata terlihat adanya konjungtiva anemis dan bibir pucat, hal ini dapat
terjadi karena fungsi ginjal yang terganggu sehinggal tidak dapat menghasilkan
eritropoeitin (produksi eritrosit menurun) dan dapat menyebabkan suplay 02 ke
jaringan turun. Klien jika sudah dalam keadaan yang kronis juga dapat mengalami
pernapasan cuping hidung, hal ini terjadi karena kegagalan ginjal untuk
membuang limbah metabolik sehingga terjadi asidosis metabolik.
3) Dada
Pemeriksaan dada pada klien hidronefrosis biasanya masih belum dapat kelainan.
4) Abdomen

Pemeriksaan fisik abdomen pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat diperoleh


hasil teraba massa di daerah suprabubik dengan konsentrasi keras, pada klien juga
bisa diperoleh adanya nyeri ketok di sudut costavertebra, keadaan ini terjadi
karena adanya regangan kapsul ginjal akibat hidronefrosis.
5) Kulit
Pemeriksaan kulit pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat terjadi pucat,
lembab. Hal ini terjadi karena ginjal mengalami gangguan sehingga produksi
eritropoeitin menurun dan suplai O2 ke jaringan juga menurun.
6) Genitalia dan rektum
Pada klien hidronefrosis kemungkinan bisa ditemukan terabanya massa jika
hidronefrosis disebabkan oleh tumor. Selain itu, juga dapat diperoleh adanya
pembesaran prostat jika keadaan tersebut disebabkan oleh BPH.
7) Ekstremitas
Pada klien hidronefrosis kemungkinan tidak didapatkan kelainan ektremitas.
Namun jika hidronefrosis parah pada kedua bagian ginjal, maka dapat
mengakibatkan gejala gagal ginjal seperti terdapat odem pada extremitas,
keletihan dan kelemahan.
k. Peremeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien dengan hidronefrosis adalah
sebagai berikut :
1) Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, terutama jika
ginjal sangat membesar.
2) USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih.
3) Urografi Intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal.
4) Sistoskopi, bisa melihat kandungan kemih secara langsung.
5) Laboratorium : pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea tinggi
karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik.
l. Terapi
1) Hidronefrosis Akut
a) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka
air kemih yang terkumopul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya
melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
b) Pasang kateter pelvis renalis untuk sementara waktu jika terjadi penyumbatan
total, infeksi yang serius atau terdapat batu.
2) Hidronefrosis Kronik
a) Diatasi dengan mengobati dan mengurangi penyumbatan air kemih.
b) Ureter yang menyempit atau abnormla bisa diangkat melalui pembedahan.
c) Pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
d) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi :
(1) Tereapi hormonal untuk kanker prostat
(2) Pembedahan
(3) Pelebaran uretra dengan dilator
m. Analisa Data
Tanggal No Data Fokus
1

DO/DS :
- Melindungi

Etiologi
Nyeri akut

Problem
Nyeri akut

Diagnosa
Kepeperawatan
Nyeri akut
berhubungan

daerah nyeri
Meringis
menahan
nyeri

DO/DS :
Jumlah urin sedikit
saat berkemih, hanya
menetes anyanganyangan

DO/DS :
- Kenaikan
suhu tubuh
diatas
rentangan
normal (lebih
dari 37o)
- Kulit
kemerahan
- Kulit
panas/hangat

DO/DS :
Bising usus
berlebihan
konjungtiva pucat
BB menurun
Tidak nafsu makan

Nyeri
pinggang

Obstruksi
akut

Infeksi,
neoplasma,
cacat
bawaan,
pembesaran
uterus, BPH
Gangguan
pola
eliminasi urin

Oliguri

Obstruksi
sebagian/total
saluran
kemih

Infeksi,
neoplasma,
cacat
bawaan,
pembesaran
uterus, BPH
Hipertermi

Demam

Metabolisme
meningkat

Proses
infeksi

Ureter/uretra
terpapar
bakteri,
kuman, virus,
jamur
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh

dengan obstruksi
akut saluran urin

Gangguan
eliminasi
urin

Gangguan
eliminasi urin
berhubungan
dengan obstruksi
saluran urin

Hipertermia

Hipertermia
berhubungan
dengan infeksi

Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan anoreksia

Mual dan muntah

Anoreksia

Mual,
muntah

Ureum
bertemu HCL
di lambung

Peningkatan
ureum dalam
darah

Gangguan
metabolisme
ginjal
DO/DS :
KetidakefekWarna kulit pucat
tifan perfusi
pusing
jaringan

Suplai O2 ke
jaringan
turun

Anemia, HB
turun

Produksi
eritrosit
menurun

Ginjal tidak
bisa
menghasilkan
eritropoeitin

Gangguan
fungsi ginjal
DO/DS :
Intoleransi
- Respon
aktivitas
abnormal dari

tekanan darah
Penurunan
atau nadi
aktivitas
terhadap

aktivitas
Lelah, letih,
- Tidak
lesu, pucat
bertenaga

- Kelelahan
Anemia, HB
- Sesak napas
menurun

Ketidakefektifan
perfusi
jaringan

Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan produksi
eritrosit menurun

Intoleransi
aktivitas

Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan

atau
ketidaknyam
anan saat
beraktivitas

Produksi
eritrosit
menurun

Ginjal tidak
bisa
menghasilkan
eritroeitin

Gangguan
perfusi ginjal
DO/DS :
Resiko tinggi
- ditemukan
infeksi
tanda infeksi

seperti
Pemasangan
demam, ISK
kateter yang
salah

Oliguri

Obstruksi
sebagian/total
saluran
kemih
DO/DS :
Ansietas
- gelisah

- wajah tegang
Gelisah
- bingung

Perubahan
status
kesehatan

Kolik
renalis/nyeri
pinggang
DO/DS :
Kurang
- Pengungkappengetahuan
an masalah

- PengungkapKurang
an ketidakinformasi
tahuan

tentang
Obstruksi
penyakit
akut

Obstruksi
sebagian atau
total haluaran
urine

Resiko
tinggi
infeksi

Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
pemasangan
kateter

ansietas

Ansietas
berhubungan
dengan perubahan
status mental

Kurang
pengetahuan

Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan kurangnya
informasi tentang
penyakit

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi saluran urin
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran urin
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan produksi eritrosit menurun
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
8. Ansietas berhubungan dengan perubahan status mental
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
4.3 PERENCANAAN
Diagnosa
Kriteria Hasil
Intervensi
keperawatan
Tujuan jangka
Tujuan jangka
pendek
panjang
Nyeri akut
- Skala nyeri Nyeri akut
1. Kaji keluhan
berhubungan
berkurang
teratasi
nyeri, perhadengan
- Wajah klien
tikan lokasi
obstruksi akut
tidak
atau karakter
saluran urin
meringis
dan intensitas
kesakitan
(skala 1-10)
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar
contoh teknik
relaksasi, perubahan posisi
dengan sering
3. Observasi
TTV
4. Berikan
lingkungan
yang tenang
sesuai
indikasi
5. Dorong
ekspresi
perasaan tentang nyeri
6. Berikan kompres hangat
pada lokasi
nyeri
7. Kolaborasikan
dalam
pemberian
analgetik

Rasional
1. Perubahan
lokasi
atau karakter atau intensitas nyeri dapat
mengidentifikasi terjadinya komplikasi
atau perbaikan.
2. Meningkatkan relaksasi
3. Mengetahui kondisi
umum klien
4. Menurunkan reaksi
terhadap stimulasi
dari
luar
atau
sensitifitas
pada
suara-suara bising
dan meningkatkan
istirahat/relaksasi.
5. Pernyataan
memung-kinkan
pengungkap-an
emosi dan dapat
meningkatkan
mekaniskme koping.
6. Meningkatkan vasokontriksi,
penumpuk-an
resepsi sensori yang
selanjutnya
akan
menurunkan nyeri di
lokasi yang paling
dirasakan.
7. Memungkinkan
diperlukan
untuk
menghilangkan nyeri

Hipertermia
berhubungan
dengan proses
infeksi
-

Suhu tubuh Hipertermia


dalam batas teratasi
normal (3637oC)
Nadi dan RR
dalam
rentang
normal
Tidak
ada
perubahan
warna kulit
dan tidak ada
pusing,
merasa
nyaman

1. Monitor
suhu, tekanan
darah,
nadi,
RR,
kemungkinan
adanya
penurunan
tingkat kesadaran
2. Monitor
warna dan
suhu kulit
3. Kolaborasi
pemberian
antipiretik
4. Monitor
pemberian
antibiotik
5. Kompres
pasien pada
lipatan paha
dan aksila
6. Tingkatkan
sirkulasi
udara

1.

2.

3.
4.

5.

6.

Gangguan
eliminasi urin
berhubungan
dengan
obstruksi
saluran urine
-

Tidak
ada Gangguan
1. Monitor
1.
residu
urin eliminasi urine
intake
dan
>100-200 cc
teratasi
output
Tidak
ada
2. Monitor
2.
spasme
derajat
bladder
distensi
3.
Balance
bladder
cairan
3. Instruksikan
seimbang
pada pasien
Tidak
ada
dan keluarga
tanda ISK
untuk
4.
mencatat
output urine

yang berat serta meningkatkan kenyamanan dan istirahat


Demam akan meningkatkan
metabolisme tubuh
yang berakibat pada
peningkatan suhu,
tekanan darah, nadi,
RR,
juga
memungkinkan
adanya penurunan
tingkat kesadaran.
Demam
ditandai
warna
kulit
kemerahan
dan
perubahan
suhu
tubuh kulit.
Pemberian atipiretik
pada
penurunan
demam
Antibiotik
dapat
membunuh
asal
penyebab demam
akibat infeksi
Lipat paha dan
aksila
terdapat
pembuluh
darah
yang besar sehingga
mempercepat
penurunan deman
Sirkulasi
udara
membantu
percepatan
evaporasi
dan
mempercepat
penurunan demam.
mengetahuin
dan
memantau balance
cairan
mengetahui derajat
ditensi bladder
output
urine
diperlukan
untuk
pengkajian,
pemantauan balance
cairan
reflek dingin pada
abdomen
mendorong
agar

Ketidakseim- bangan nutrisi


kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
anoreksia
-

4. Stimulasi
reflek
bladder
dengan
kompres
dingin pada
abdomen
5. Lakukan
kateterisasi
jika perlu
6. Monitor
tanda
dan
gejala ISK
(panas,
hematuria,
perubahan
baud
an
konsistensi
urine)
Intake nutrisi Ketidakseim1. Kaji
pola
klien
bangan nutrisi
nutrisi,
meningkat
kurang
dari
intake dan
Menghabiska kebutuhan
output klien
n porsi makan teratasi
serta
catat
yang
perubahan
disediakan
yang terjadi
sesuai
diet
2. Timbang
yang
beratbadan
dianjurkan
klien secara
Berat badan
periodic
meningkat
3. Lakukan
pemeriksaan
fisik
abdomen
(palpasi,
perkusi, dan
auskultasi)
4. Berikan
porsi kecil
tapi sering
5. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan
lain dalam
penentuan
diet
dan
kebutuhan
medikasi
klien

klien berkemih
5. kateterisasi sebagai
tindakan bila urine
tidak mampu keluar
atau dalam jumlah
sedikit
6. ISK dapat muncul
akibat
adanya
retensi urine

1. Mengetahui status
nutrisi pasien guna
untuk
pemberian
tindakan
yang
efektif
2. Mengetahui
perubahan
berat
badan pasien
3. Mengetahui kondisi
peristaltic usus
4. Porsi kecil tapi
sering
digunakan
untuk
memenuhi
nutrisi pasien
5. Untuk
membantu
dalan menentukan
diet yang sesuai dan
obat-obatan
yang
diindikasi

4.4 PELAKSANAAN
N
Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaan
o
1
Nyeri akut berhubungan 1. Mengkaji keluhan nyeri,perhatikan lokasi atau
dengan
obstruksi
akut
karakter dan intensitas (skala 0-10)
saluran urine
2. Memberikan tindakan kenyamanan dasar contoh
teknik relaksasi, perubahan posisi dengan sering
3. Memberikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi
4. Mendorong kespresi perasaan tentang nyeri
5. Memberikan kompresi hangat pada lokasi nyeri
6. Mengkolaborasikan dalam pemberian analgetik
2
Hipertermi
berhubungan 1. Memonitor suhu, tekanan darah, nadi, RR,
dengan proses infeksi
kemungkinan adanya penurunan tingkat kesadaran
2. Memonitor warna dan suhu kulit
3. Mengkolaborasikan pemberian antipiretik
4. Memonitor pemberian antibiotic
5. Mengompres pasien pada lipatan paha dan aksila
6. Meningkatkan sirkulasi udara
3
Gangguan eliminasi urin 1. Memonitor intake dan output
berhubungan
dengan 2. Memonitor derajat distensi bladder
obstruksi saluran urin
3. Menginstruksikan pada pasien dan keluarga untuk
mencatat output urine
4. Menstimulasi reflek bladder dengan kompres dingin
pada abdomen
5. Melakukan kateterisasi jika perlu
6. Memonitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan konsistensi urine)
4
Ketidakseimbangan nutrisi 1. Kaji pola nutrisi, input dan output klien serta catat
kurang darikebutuhan tubuh
perubahan yang terjadi
berhubungan
dengan 2. Timbang berat badan klien secara periodic
anoreksia
3. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi,
perkusi dan auskultasi)
4. Berikan porsi kecil tapi sering
5. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain dalam
penentuan diet dan kebutuhan medikasi klien
4.5 EVALUASI
N
o
1

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan obstruksi akut
saluran urine

Hiepertermi berhubungan
dengan proses infeksi

Evaluasi
S : Orang tua klien mengatakan, sus, nyeri yang
dirasakan anak saya masih ada namun sudah
berkurang
O : Klien masih tampak meringis
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
S : Klien mengatakan ,sus, saya sudah tidak panas
lagi

Gangguan eliminasi urine


berhubungan dengan
obstruksi saluran urine

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia

O : suhu tubuh klien dalam rentang normal (36o-37oC)


A : Tujuan Telah tercapai
P : Hentikan tindakan keperawatan
S : Klien mengatakan anak saya belum bisa kencing
lancer sus
O : setelah berkemih masih terlihat urin menetes
A : tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan tindakan Keperawatan
S : Orang tua klien mengatakan anak saya
menghabiskan porsi makan yang disedianakn sesuai
diet yang dianjurkan
O : BB meningkat, mukosa bibir merah muda
A : Tujuan tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanna balik terhadap ginjal
karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang
dihasilkan oleh obstrukai aliran keluar urine oelh batu atau kelainan letak arteria yang
menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan
ginjal. Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanna di dalam ginjal bisa
menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan produk sampah
dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh.
Gejala dari hidronefrosis tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi
penyumbatan serta lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat
biasanya akan menyebabkan kolik renal (nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang
rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang
secara perlahan, bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang
rusuk dan tulang pinggul. Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara
pelvis renalis atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah.
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja dysuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta pyuria akan terjadi. Hematuria dan puiria
mungkin juga ada.
5.2 Saran
Diharapkan perawat mampu memahami tindakan pencegahan yang sebenarnya
sederhana, yaitu dengan cara tidak membiasakan menahan berkemih. Asupan air yang
sering dan tingginya kadar mineral dapat mencegah terjadinya penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA
Capenito, Moyet & Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M, dan Alice C.G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anantomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Hoffbrand, AV. Dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed4. Jakarta : EGC
Juall, Lynda. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta :EGC
SMaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. Jakarta :
EGC.
Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

You might also like