You are on page 1of 7

TUGAS IMUNOLOGI

ANTIGEN & IMMUNOGEN

OLEH :
NAMA

: AZA ANNISA UTAMI

NIM

1402101010099

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015

PEMBAHASAN
ANTIGEN & IMMUNOGEN
PENGERTIAN ANTIGEN DAN IMUNOGEN
Antigen adalah suatu substansi yang dianggap asing oleh tubuh, dan akan memacu
terjadinya respon imun yang akan akhirnya akan memacu produksi antibodi. Antigen yang
berhasil masuk ke dalam tubuh akan mengaktifkan berbagai respon imun spesifik maupun
non-spesifik. Jika antigen ini tidak ditangani dengan baik oleh sistem imun
kita, antigen tersebut dapat menimbulkan penyakit sesuai dengan jenis penyakit yang
dibawanya. Antigenisitas adalah kemampuan antigen untuk berikatan secara spesifik dengan
produk akhir dari suatu respon imun, di mana bisa berupa antibody atau reseptor permukaan
sel.
Imunogen adalah substansi yang menginduksi respon imun spesifik, humoral, seluler,
atau keduanya. Setelah diolah oleh Antigen Presenting Cell (APC), maka imunogen akan
pecah menjadi antigen yang dapat bereaksi dengan produk respon imun spesifik.
Sementara hapten berukuran lebih kecil dari antigen. Karena ukurannya yang kecil itulah,
maka hapten tidak imunogenik. Akan tetapi, bila digabungkan dengan suatu molekul
pembawa, maka gabungan tersebut dapat menginduksi respon imun.
LETAK ANTIGEN
Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel. Tetapi dalam keadaan normal, sistem
kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri. Sehingga dapat dikatakan
antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi
antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul
Iainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersifat
antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker,
dan racun.
A. BACTERIAL ANTIGEN
1. Dinding sel
Dinding sell bakteri Gram Positif mengandung Peptidoglikan dan Asam
Lipoteichoat yang merupakan antigen. Dinding sell Gram Negatif mengandung
Peptidoglikan yang dilapisi oleh membrane luar Lipopolysacharida.
Lipopolisacharida, seperti oligosacarida dan trisacharida
Antigen lipopolisacharida disebut dengan Antigen O
2. Capsul
Capsul bakteri terdiri dari Polisacharida, kecuali B. antrahcis. Capsul
merupakan antigen yang baik. Capsul melindungi bakteri dari phagocytosis. Memicu
pembentukan Antibody capsular. Antigen Capsular disebut dengan K Antigen
3. Pili dan Fimbre

Pili dan Fimbre diklasifikasikan sebagai F Antigen. Antibody untuk fimbre


penting untuk mencegah perlekatan bakteri ke permukaan sel
4. Flagella
Flagella terdiri dari protein tunggal yang disebut Flagellin. Antigen flagella
disebut H antigen.
5. Porins, endotoxin dan exotoxin
Porins, Protein yang terbentuk dari pori-pori bakteri Gram (-)
Endotoxin, toxin yang dihasilkan oleh lipopolisacharida pada dinding sel bakteri
Gram Negatif
Exotoxin, protein immunogenik yang disekresikan oleh bakteri Garam (+) dan
menstimulasi pembentukan antitoxin
B. VIRAL ANTIGEN
Virus memiliki struktur sederhana terdiri dari sebuah inti asam nukleat dengan selapis
protein yang disebut capsid. Capsid merupakan antigen yang merangsang pembentukan
Antibody. Beberapa virus memiliki amplop yang terdiri dari lipoprotein dan Glikoprotein,
protein dalam virion bereaksi sebagai antigen dan dapat memicu respon immun.
C. FUNGI, PROTOZOA DAN HELMITHS
Fungi, protozoa dan helmiths memiliki struktur protein, carbohidrat, Lipid dan asam
nukleat. Beberapa komponen ini dapat berperan sebagai antigen tetapi respon immun tidak
selalu mampu melindungi dan mengeliminasi saat terjadi infeksi.
D. NONMICROBIAL ANTIGEN
Seperti:
Invasi Mikrooganisme dapat juga berasal dari makanan dan menimbulkan respon
immun karena reaksi alergi.
Debu yang mengandung partikel asing seperti Spora jamur, serbuk sari dapat masuk
ke sistem respiratorius.
Molekul asing juga dapat masuk secara langsung ke dalan tubuh seperti racun ular
atau serangga atau diinjeksikan untuk suatu experimen
Organ Graft dalam proses transplantasi juga merupakan antigen
E. AUTO ANTIGEN
Dalam kondisi tertentu, suatu respon immun dapat juga menyerang componen normal
tubuh. Kejadian ini disebut Autoimmunitas. Antigen yang menyebabkan terjadinya reaksi
ini disebut Auto antigen. Contoh:
Hormon: Thyroglobulin,
komponen struktural seperti membran dasar,
komplex lipid seperti myelin,
komponen intracellular seperti protein mitokondria, asam nukleat atau
nucleoprotein
Protein sel permukaan seperti receptor hormon.
F. EPITOP/DETERMINANT ANTIGEN

Epitop adalah suatu bagian pada permukaan sebuah molekul antigen yang terikat oleh
molekul antibody tunggal. Sebuah antigen dapat memiliki beberapa determinan antigenik
yang berbeda dan bereaksi dengan antibodi sebagai spesifitas yang berbeda.
BAGIAN ANTIGEN
Secara fungsional antigen terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa).
Bagian dari molekul antigen besar yang dikenali oleh sebuah antibodi (oleh
reseptor sel-T) atau bagian antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor
antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh
bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi, bisa juga disebut determinan antigen
atau epitop.
2. Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil.
Bahan kimia ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi
bahan tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan sel B (tidak imunogenik). Untuk
mengacu respon antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh molekul besar. Hapten
merupakan sejumlah molekul kecil yang dapat bereaksi dengan antibodi namun tidak
dapat menginduksi produksi antibodi.
KLASIFIKASI ANTIGEN
1.Pembagian antigen menurut epitop
a.Unideterminan (univalen)
Ciri-cirinya: hanya satu jenis determinan/ epitop pada satu molekul.
b. Unideterminan (multivalen)
Ciri-cirinya: hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan
tersebut ditemukan pada satu molekul.
c. Multideterminan (univalen)
Ciri-cirinya: banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari
setiap macamnya (kebanyaan protein).
d. Multideterminan (multivalen)
Ciri-cirinya: banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada
satu molekul.
2. Pembagian antigen menurut spesifisitas
a. Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies
b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki oleh banyak spesies tertentu
c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
d. Atigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri
3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
a. T dependen, yang memerlukan pengenalan sel T terlebih dahulu untuk dapat
menimbulkan respon antibodi.
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk mebentuk
antibodi.
4

4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi


a. Hidrat arang (polisakarida). Hidrat arang pada umumnya imunogenik.
b. Lipid, biasanya tidak imunogenik kecuali bila diikat protein pembawa.
c. Asam nukleat. Biasanya tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila
diikat protein molekul pembawa.
d. Protein. Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya
multideterminan dan univalent.

SIFAT-SIFAT ANTIGEN
Antigen memiliki beberapa sifat-sifat yang khas pada antigen tersebut, sifat-sifat tersebut
antaralain:
1. Keasingan
Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai
imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes.
2. Sifat-sifat Fisik
Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran
minimum tertentu, imunogen yang mempunyai berat molekul yang kecil, respon
terhadap hospes minimal, dan fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung
dengan proten-proten jaringan.
3. Kompleksitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat
fisik maupun kimia molekul.
4. Bentuk-bentuk (Conformation)
Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear
atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya
mampu merangsang terjadinya respon imun.
5. Muatan (charge)
Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu; tidak terbatas pada
molekuler tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat
imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi
yang tanpa kekuatan.
6. Kemampuan masuk
Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan
menentukan hasil respon imun.

REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI


Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa
masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada
protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan
istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal
maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B
yang akan mensintesis pembentukan antibodi.
Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan
molekul immunoglobulin yaitu IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk
berfungsi sebagai reseptor antigen. Jumlahnya mencapai 50.000 sampai 100.000 per sel dan
semuanya spesifik bagi satu determinan antigen. Sebuah antigen merangsang sel untuk
membuat dan menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki
daerah pengenalan spesifik untuk antigen itu.
Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk antigen yang sama.
Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun sekunder yang
segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali
kadar sebelumnya. Sifat molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi
disebut antigenisitas. Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun disebut
imunogenitas.
Kespesifikan reaksi antara antigen dan antibodi telah ditunjukkan melalui penelitianpenelitian yang dilakukan oleh Landsteiner. Ia menggabungkan radikal-radikal organik
kepada protein dan menghasilkan antibodi terhadap antigen-antigen tersebut. Keputusan yang
diperolehi menunjukkan antibodi dapat membedakan antara kelompok berbeda pada protein
ataupun kumpulan kimia yang sama tetapi berbeda kedudukan. Ikatan yang terjadi terdiri dari
ikatan non kovalen (seperti ikatan hidrogen, van der Waals, elektrostatik, hidrofobik),
sehingga reaksi ini dapat kembali ke semula (reversible). Kekuatan ikatan ini bergantung
kepada jarak antara paratop dan bagian-bagian tertentu pada epitop.
Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut antara lain:
1. Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibodi
pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
2. Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
a. Netralisasi
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan
effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody
mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.
b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah yang tidak
cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
c. Presipitasi

Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga
tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.
d. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat
reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang
mengandung antigen tersebut.
e. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa
antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K
mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum dapat dihancurkan melalui proses
lisis membran plasmanya.
3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari interaksi antigenantibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh menguntungkan
antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan
pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan
kerentanan terhadap infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta: Penerbit FKUI
Bloom. 2002. Buku Ajar Histologi Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

You might also like