Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukannya batu
pada kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di
seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian ini tidak
sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara berkembang banyak dijumpai
pasien batu buli-buli, sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit
batu saluran kemih bagian atas, hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan
aktivitas pasien sehari-hari.
Di
demineralisasi
tulang.
Kebanyakan
batu
mengandung
kalsium,
amoniomagnesium fosfat atau struvit, asam urat atau sistin. Perawatan di Rumah
Sakit diperlukan sampai batu hilang dari saluran perkemihan dan komplikasi
teratasi.
1.2. Tujuan
a. Tujuan umum
UROLITIASIS
A. Defenisi
Urolitiasis/batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk defosit mineral, paling
umum oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+ ; namun asam urat dan kristal lain juga
pembentuk batu. (Doengoes,1997).
Meskipun kalkulus ginjal
perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. Batu
ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar ke dalam ureter dan atau aliran urine
terhambat, bila potensial untuk kerusakan adalah akut.
B.Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih dehidrasi dan
keadaan-keadaan
lain
yang
belum
terungkap
(idiopatik).
Faktor
yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorarng ada 2, yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1. Herediter
2. Umur
3. Jenis kelamin
Faktor ekstrinsik itu antara lain adalah :
1. Geografi : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone
belt (sabuk batu), sedangkan daerah di Afika Selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet : diet benyak purin, oksalat, dan kalsiun mempermudah terjadinya penyakit
batu saluran kemih.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktifitas.
C. Klasifikasi
Menurut lokasi
Bagian proksimal : - Nefrolitiasis
- Pyelolitiasis
- Ureterolitiasis
Bagian distal
: - Vesikolitiasis
- Uretralitiasis
Infeksi Saluran
Kemih
Idopatik
Gangguan harunan
urine
Peningkatan konsentrasi
larutan urine
Retensi urine
Prisipitasi kristal
Pembentukan inti batu
(nukleasi)
Menempel & bersarang pd
saluran kemih
Obstruksi saluran kemih
Nyeri
Nyeri akut
Distensi
F. Pemeriksaan Penunjang
Oliguri
Perubahan
eliminasi urine
Hematuri
Trauma saluran
kemih oleh batu
Foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio
opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat
bersifat radio opak dan paling
Ultrasonografi
G. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar sepontan. Terapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan
memberikan diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu
keluar dari saluran kemih.
Bedah Tertutup
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat pemecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa
melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih.
Endourologi
Proses pemecahan batu yang dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi itu adalah :
1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
sistem
pelvikalises
dapat
dipecah
melalui
tuntunan
ureteroskopi.
Bedah Laparoskopi
Pembedahan ini untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
Bedah terbuka
Pengangkatan batu melalui pembedahan :
-
Aktifitas/Istirahat
Keterbatasan aktivitas/imobilisasi lama sehubungan dengan kondisi
sebelumnya (contoh, penyakit lama tak sembuh).
Sirkulasi
Peningkat tekanan darah/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat
dan kemerahan ; pucat
Eliminasi
Penurunan haluaran urine (oliguria), kandung kemih penuh. Rasa terbakar,
dorongan berkemih, di sertai adanya hematuria (bila terdapat kerusakan
jaringan ginjal), piuria ( bila terjadi infeksi) dan perubahan pola berkemih.
Gastrointestinal
Mual/muntah, nyeri tekan abdomen, distensi abdominal, penurunan/tak
adanya bising usus.
Neurosensori
Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi nyeri tergantung pada lokasi
batu, pada panggul di regio sudut costovertebral; nyeri dapat menyebar ke
punggung, abdomen, dan turun ke inguinal. Nyeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada di pelvis ginjal. Nyeri digambarkan sebagai
akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain. Adanya tanda
perilaku distraksi, dan nyeri tekan pada area ginjal saat di palpasi.
Menghilangkan nyeri.
Mencegah komplikasi.
Nyeri hilang/terkontrol.
Komplikasi dicegah/minimal.
2.
3.
Berikan
tindakan
nyaman,
contoh
pijatan
punggung,
lingkungan istirahat.
4.
5.
6.
7.
Rasionalisasi
1.
2.
3.
Meningkatkan
relaksasi,
menurunkan
tegangan
otot,
dan
meningkatkan koping.
4.
5.
6.
7.
Biasanya
narkotik
diberikan
selama
episode
akut
untuk
Rasa terbakar.
Dorongan berkemih.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Tindakan keperawatan
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran, karakteristik urine.
2. Tentukan pola berkemih normal pasien dan pehatikan variasi.
3. Dorong pemasukan cairan.
4.
5.
suprapubik.
Perhatikan
keluaran
urine,
adanya
edema
periorbital/tergantung.
6.
7.
8.
9.
10.
Kolaborasi
untuk
tindakan
pielolitotomi
terbuka,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
4. Awasi tanda vital. Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan
membran mukosa.
5. Kolaborasi pemberian cairan iv
6. Kolaborasi untuk diet tepat, cairan jernih, makanan lembut.
7. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : antiemetik.
Rasionalisasi
1. Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam
evaluasi adanya/derajat statis/kerusakan ginjal.
2. Mual, muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal
karena saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung.
3. Mempertahankan keseimbangan cairanuntuk homeostasis juga tindakan
mencuci yang dapat membilas batu keluar.
4. Indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.
5. Mempertahankan volume sirkulasi, meningkatkan fungsi ginjal.
6. Makanan
mudah
cerna
menurunkan
aktivitas
ginjal/membantu
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Urolitiasi (batu ginjal) adalah bentuk deposit mineral, paling umum kalsium
oksalat dan kalsium fosfat, namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk
batu.