Professional Documents
Culture Documents
gangguan
metabolisme
karbohidrat,
protein,
lemak
yang
dan
pengambilan
glukosa
oleh
jaringan
perifer
dan
untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami
desensitisasi terhadap glukosa. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam
sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II
2. Etiologi
a. Diabetes tipe I
Ditandai oleh penghancuran sel sel beta pancreas. Kombinasi factor genetic,
imunologi dan mungkin pula lingkungan ( misalnya : infeksi virus). (Brunner
& Suddart,2001) :
1) Factor- factor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri melainkan
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang
glikogenolisis
(pemecahan
glukosa
yang
disimpan)
dan
masalah
akut
lainya,
yaitu
sindrom
hiperglikemik
dalam
waktu
pendek
mencegah
hiperglikemia
7) Ketosis jarang terjadi, kecuali keadaan stress
8) Komplikasi akut : Sindrome hipeosmoler nonketotik
C. Patofisiologis
Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukagon
meningkat sehingga terjadi pemecahan gula baru (Glukoneogenesis) yang
menyebabkan
metabolisme
lemak
meningkat
kemudian
terjadi
proses
Glukosuria
ini
akan
menyebabkan
deuresis
osmotik
yang
D. Pathway (terlampir)
E. Komplikasi
1. Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes diklasifikasikan sebagi komplikasi
yang akut dan kronik ( Brunner& Suddart,2013). komplikasi akut yang terjadi
akibat intoleransi glukosa yang berlangsung dan dalam jangka waktu yang pendek
adalah
a. Hipoglikemia
Suatu keadaan dimana kadar gula darah < 80 mg/dl, dapat terjaadi karena
intake nutrisi tidak adekuat, latihan fisik yang berlebihan serta efek pemberian
insulin OHO
b. DKA ( Ketoasidosis diabetic)
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak.
c. HHNK ( Sindrom Hiperglikemia Hipeosmoler Nonketotik)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness).
2. Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan diabetes mellitus
mencakup :
a. Penyakit makrovaskular ( pembuluh darah besar) : mempengaruhi sirkulasi
koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak. misalnya
makroangiopati pada pembuluh darah perifer sehingga bila luka sukar sembuh,
hipertensi akibat peningkatan viskositas dan penurunan elastisitas pembuluh
darah.
1) Penyakit Arteri Koroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan
peningkatan insidensi infark miokard pada penderita Diabetes Mellitus.
2) Penyakit Serebrovaskuler
Perubahan
aterosklerotik
dalam
pembuluh
darah
serebral
atau
bersifat
fokal
(mononeuropati
diabetik)
paling
besar
latihan/aktivitas,
gangguan
denyut
jantung,
salah
saraf
otonom
saluran
cerna,
asam
lambung
Association
of
Clinical
Endocrinologists
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh
sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM
tipe 2 dengan berat badan berlebihan
2) Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai
obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40 UI dan 100
UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid Injeksi insulin dapat diberikan
kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan secara drastis.
Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis
maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut.
Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress berat
karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita hamil dengan gejala
DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2) Jenis insulin
a) Insulin kerja cepat jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dan
semilente
b) Insulin kerja sedang Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon)
c) Insulin kerja lambat Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
2. Penatalaksanaan Secara Keperawatan
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan
walaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50%
pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan
menu yang seimbang dengan komposisi Idealnya sekitar 68% karbohidrat,
20% lemak dan 12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan
dan mencugah agar berat badan ideal dengan cara:
1) Kurangi Kalori
2) Kurangi Lemak
3) Kurangi Karbohidrat komplek
4) Hindari makanan manis
5) Perbanyak konsumsi serat
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung dan mengurangi stress .Bagi pasien DM melakukan
olahraga dengan teratur akan lebih baik tetapi janganmmelakukan olahraga
terlalu berat.
G. Pemeriksaan Penunjang
Mansjoer, 1999 mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang sangat penting
dilakukan pada penderita DM untuk menegakkan diagnose kelompok resiko DM yaitu
kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun), obesitas, hipertensi, riwayat keluarga
DM riwayat kehamilan dengan bayi lebih dari 4000 gram, riwayat DM selama kehamilan.
Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian dapat diikuti
dengan Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Untuk kelompok resiko yang hasil
pemeriksaan nya negatif, perlu pemeriksaan ulang setiap tahunnya.
Pada pemeriksaan dengan DM dipemeriksaan akan didapatkan hasil gula darah
puasa >140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan. Dan gula darah post prandial >200mg/dl.
Selain itu juga dapat juga dilakukan pemeriksaan antara lain:
1.
2.
3.
4.
menurun,
nadi
perifer
lemah
atau
berkurang,takikardi/bradikardi,hipertensi/hipotensi,
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atausakit saat
berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren diekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict
(reduksi) yang tidak khas untuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes.
2. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam darah
dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
1) Gula darah puasa tinggi >140 mg/dl.
2) Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama >200 mg/dl.
3) Osmolitas serum 300 m osm/kg.
4) Urine = glukosa positif, keton positif, aseton positif atau negative (Bare
& suzanne, 2002
d. Data subjektif dan data objektif
Adapun data yang perlu dikaji pada pasien Diabetes Mellitus adalah :
a. Data Subyektif
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
asuhan keperawatan
1. Definisi
selama .... x 24 jam
Kerentanan terhadap
diharpakan :
variasi
kadar
NOC Label :
glukosa/gulap darah 1. Blood
Glucose
NIC Label :
1. Hyperglycemia Management
- Pantau kadar gula darah
- Pantau tanda dan gejala dari
hiperglikemia
polydipsia,
kelemahan,
Level
- Gula darah
dapat
- Gula urine
- Keton urine
2. Hyperglycemia
yang
mengganggu
kesehatan.
2. Faktor Risiko
- Asupan diet tidak
-
cukup
Gangguan
kesehatan fisik
Gangguan status
mental
Kehamilan
Keterlambatan
kognitif
Kurang kepatuhan
pada
rencana
urine
Peningkatan rasa
haus
Kelaparan yang
berlebih
Malaise
Rasa tidak enak
Kekaburan
pengelihatan
Kehilangan berat
manajemen
diabetes
Kurang
an
Kehilangan
nafsu makan
Mual
Mukosa
bibir
penyakit
Manajemen
kering
Konsentrasi
diabetes
bercabang
Perubahan status
mental
Kadar
pengetahuan
tentang
manajemen
-
tepat
Manajemen
medikasi
tidak
tidak
efektif
Pemantauan
glukosa
kekaburan
glukosa
polyphagia,
letargi,
malaise,
penglihatan,
atau
sakit kepala
Pantau keton dalam urine
Pantau tekanan darah ortostatik
dan nadi
Kelola
(sepertiketentuan)
Pastikan intake cairan oral
Pantau status cairan (input dan
output)
Pertahankanakses IV
Identifikasi penyebab
hiperglikemia
Antisipasi
kondisi
insulin
pasti
ketika
dan
manajemen
untuk hiperglikemia
Pertahankan pemantauan kadar
kadar
glukosa
darahnya
Ulas catatan gula darah bersama
darah tinggi
tentang
darah
polyuria,
pengeluaran
status
perkembangan
-
Severity
- Peningkatan
manajemen
diabetes
tidak adekuat
Penambahan berat
badan berlebihan
Penurunan berat
badan berlebihan
Period
selama
sakit,
termasuk
kapan
harus
mencari
pertumbuhan
cepat
Rata-rata aktivitas
yang sesuai
Fasilitasi ketaatan
latihan
Lakukan tes kadar glukosa pada
dianjurkan
diet
dan
anggota keluarga
menurut
jeniskelamindanu
2
sia
Stress berlebihan
Tidak menerima
diagnosis
Ketidakseimbangan
Setelah diberikan
Definisi
diharpakan :
NOC Label :
1. Nutritional status
- Intake nutrient
- Intake makanan
- Intake cairan
Batasan Karakteristik
- Tenaga
- Berat badan 20%
- Rasio
berat
atau lebih di
badan dan tinggi
bawah
rentang
badan
- Hidrasi
berat badan ideal
Bising
usus 2. Nutritional
hiperaktif
Cepat
kenyang
seetelah makan
Diare
Gangguan sensasi
rasa
Kehilangan
rambut berlebihan
Status : Nutrient
Intake
- Intake kalori
- Intake protein
- Intake
-
karbohidrat
Intake vitamin
Intake mineral
NIC Label :
1. Nutritional Monitoring
- Pantau berat badan pasien
- Pantau
pertumbuhan
-
dan
perkembangan
Pantau turgor kulit
Identifikasi abnormalitas kulit
(perdarahan,
terlalu
banyak
buruk)
Identifikasi abnormalitas rambut
sendok,
rapuh,
berpuncak runcing)
Pantau mual dan muntah
Pantau intake dan diet kalori
Tentukan rekomendasi sumber
energy
(diet
yang
diperbolehkan,
tergantung
kondisi
beratbadan,
pasien
jenis
usia,
kelamin,
Kelemahan
otot
pengunyah
Kelemahan
untuk menelan
Kerapuhan
aktivitasfisik)
Identifikasi perubahan aktivitas
akibat kelelahan
Pantau tipe dan jumlah latihan
biasa
Pantau status mental (bingung,
depresi, cemas)
Mulai pengobatan atau rujukan,
otot
kapiler
Kesalahanin
formasi
Kesalahan
persepsi
Ketidak mampuan
bila diperlukan
2. Nutrition Management
- Tentukan status nutrisipasien
- Identifikasi alergi makanan atau
memakan
-
makanan
Kram abdomen
Kurang informasi
Kurang
minat
pada makan
Membrane mukos
apucat
Nyeri abdomen
Penurunan berat
badan
asupan
mulut
Tonus
menurun
3. Faktor
otot
yang
Berhubungan
- Factor biologis
- Factor ekonomi
- Gangguan
-
psikososial
Ketidakmampuan
makan
Ketidakmampuan
mencerna
makanan
Ketidakmampuan
tentang
kebutuhan
nutrisi
(diskusi
makanan)
Tentukan banyaknya kalori dan
makanan
pasien
dengan
adekuat
Sariawan rongga
intoleransi
Beritahu
makanan
tinggi
mengurangi
atau
kalori,
menambah
protein,
menambah
mengurangi
vitamin,
atau
mineral,
dan suplemen)
Rawat kebersihan mulut pasien
sebelum makan
Kelola
pengobatan/medikasi
sebelum makan
Pantau intake dan diet kalori
Pantau gejala kelebihan atau
untuk
mengabsorpsi
3
nutrient
Kurang
asupan
makanan
Kerusakan Integritas Setelah diberikan
Kulit
asuhan keperawatan
epidermis diharpakan :
NOC Label :
1. Tissue
Integrity: Skin
Objektif
lapisan kulit
Kerusakan pada
permukaan kulit
and
Kerusakan pada
Invasi
struktur
tubuh
Factor yang
berubungan
Eksternal (lingkungan)
Zat kimia
Kelembaban
Hipertermia
Hipotermia
Factor
mekanik
(terpotong,
tertekan,
akibat restrain)
Obat
Kelembaban
kulit
Imobilisasi fisik
Radiasi
Mucous
Membrane
Temperatur kulit
Sensasi
Elastisitas
Hidrasi
Perspiration
Tekstur
Ketebalan
Perfusi jaringan
Pertumbuhan
rambut di kulit
Integritas kulit
Pigmentasi
abnormal
Lesi pada kulit
Lesi
pada
NIC Label:
Pressure Ulcer Prevention
1. Kaji resiko decubitus untuk
memonitor
factor
resiko
untuk
infeksi
menilai
akibat
resiko
tekanan
(decubitus)
3. Anjurkan pasien untuk tidak
merokok dan hindari minuman
alcohol
4. Dokumentasikan
insiden
pressure ulcer
5. Dokumentasikan berat badan
dan perubahan berat badan
6. Catat status kulit setiap hari
7. Monitor adanya kemerahan di
kulit
8. Bersihkan cairan pasien akibat
keringat, cairan luka, feses atau
inkontinensia urin
9. Ubah posisi pasien setiap 1
membrane
mukosa
Eritema
Nekrosis
Abrasi kornea
posisi
penonjolan
setiap hari
12. Atur posisi
untuk
tulang
dengan
bantal
meningkatkan
bagian
Internal (somatic)
yang kering
15. Hindari penggunaan air panas
Perubahan status
cairan
Perubahan
pigmentasi
Perubahan turgor
Factor
edema,
cairan
Deficit
Gangguan
yang benar
4. Atur obat oral sesuai medikasi
5. Monitor tanda dan gejala
sirkulasi
Gangguan status
metabolic
Gangguan
jam
sensasi
lakukan
tengah
3. Gunakan permeable adhesive
imunologis
nontoxic,
Ketidakseimbang
an nutrisi
dan
perkembangan
kelembaban,
untuk
menghindari
penekanan berkepanjangan
Penonjolan
tulang
Intoleransi Aktivitas
Setelah diberikan
Definisi:
asuhan keperawatan
sehari-hari
NOC Label :
1. Energy
-
istirahat
ingin dilakukan
Batasan Karakteristik
Respons tekanan
Conservation
Aktivitas
dan
seimbang
Melakukan tidur
siang
untuk
NIC Label:
Energy Management
1. Tentukan penyebab keletihan:
:nyeri, aktifitas, perawatan ,
pengobatan
2. Kaji respon emosi, sosial dan
spiritual terhadap aktifitas.
3. Evaluasi motivasi dan keinginan
klien untuk meningkatkan
aktifitas.
4. Monitor respon kardiorespirasi
terhadap aktifitas : takikardi,
disritmia, dispnea, diaforesis,
darah abnormal
mengembalikan
terhadap aktivitas
Respon frekuensi
aktivitas
jantung abnormal
terhadap aktivitas
Perubahan EKG
yang mencerminkan
aritmia
Perubahan EKG
yang mencerminkan
Ketidaknyamana
n setelah beraktifitas
Dispnea setelah
beraktifitas
Menyatakan
Menyatakan
Ketidak
antara
adekuat
pemenuhan kebutuhan
makanan, cairan, kenyamanan /
digendong untuk mencegah
energi.
9. Kaji pola istirahat klien dan
adanya faktor yang
umum
Kelemahan
seimbangan
n nutrisi yang
berubungan
Activity Therapy
1. Bantu klien melakukan ambulasi
Factor yang
menjaga energy
Mempertahanka
sumber energi.
6. Monitor respon terhadap
menyebabkan kelelahan.
merasa lemah
untuk
merasa letih
memastikan ke adekuatan
iskemia
energy
Mengatur
pucat.
5. Monitor asupan nutrisi untuk
hidup
D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada
tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul
pada pasien
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang
diberikan dan kemajuan pasien atau kemunduran pasien terhadap hasil yang
diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu karena setiap
tindakan keperawatan dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi dalam
hubungannya dengan hasil yang yang diharapkan. Kemudian berdasarkan respon
klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada 2 komponen
untuk mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
2. Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu
keefektifan terhadap tindakan.
3. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir tindakan keperawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku
Kedoketran EGC
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : Penerbit
Buku Kedoketran EGC
Bulecheck, Gloria M. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification ( NIC) six edition.
America: Elsevier
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. Penebit Buku Kedokteran
EGC.
Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Alih Bahasa : Yayasan Ikatan Alumni pendidikan Keperawatan Padjadjaran.
Bandung: YPKAI.
Mansjoer, Arif, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification ( NOC) fifth edition. America :
Elsevier
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC) Measurement of Health Outcomes Fifth
Edition. St Louis Missouri : Elsevier Mosby
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC NOC (Indonesian Version) Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction
Price, SA. 2000. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa Peter.
Jakarta : EGC