Professional Documents
Culture Documents
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1Latar Belakang..............................................................................................1
1.2Tujuan.............................................................................................................1
1.3Manfaat..........................................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Definisi...........................................................................................................2
2.2 Epidemiologi.................................................................................................2
2.3 Etiologi...........................................................................................................3
2.4 Klasifikasi......................................................................................................3
2.5 Patofisologi....................................................................................................4
2.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................5
2.7 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................6
2.8 Penatalaksanaan medis................................................................................7
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................11
3.1 Pengkajian...................................................................................................11
3.2Diagnosa Keperawatan...............................................................................15
3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................14
3.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................17
3.5 Evaluasi.......................................................................................................22
BAB 3. PENUTUP................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.................................................................................................23
3.2 Saran............................................................................................................23
Daftar pustaka......................................................................................................24
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
inflamasi glomerulus ginjal dengan leukosit dalam urin, eritrosit, retensi garam,
air dan nitrogen dan proteinuria. Glumerolunefritis akut adalah bentuk nefritis
yang paling umum terjadi pada anak-anak. Penyakit ini berupa inflamasi
glomeruli yang umumnya terjadi setelah infeksi saluran pernapasan atas, infeksi
streptokokus. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit kompleks imun (Betz,
Cecily L. & Sowden Linda A, 2002).
Tanda dan gejala pada glomerulonefritis ini sangat mendadak, biasanya
penderita akan mengalami mual, muntah, hipertensi dan anemia. Selain itu gejala
lain bisa tampak terlihat misalnya kencing sedikit, lembabnya kelopak mata dan
hipertensi. Kemungkinan besar penyakit ini dapat sembuh sekitar 80%.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Glomerulonefritis.
2. Untuk mengetahui epidemiologi Glomerulonefritis.
3. Untuk mengetahui etiologi Glomerulonefritis.
4. Untuk mengetahui klasifikasi Glomerulonefritis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi Glomerulonefritis.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis Glomerulonefritis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Glomerulonefritis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Glomerulonefritis.
1.3 Manfaat
Manfaat dalam mempelajari asuhan keperawatan glomerulonefritis ini,
kita dapat mengetahui bagaimana tanda dan gejalanya, jalan penyakit atau
penyebarannya, car pengobatan, dan pemeriksaan apa saja yang digunakan dalam
menangani glomerulonefritis ini. Selain itu ini bisa menjadi tambahan wawasan
kita mengenai suatu penyakit.
2.2 Epidemiologi
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anank yang berusia antara 610 tahun dan lebih sering menyerang anak laki-laki dibandingkan dengan anak
perempuan. Perbandingan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan adalah
2:1 serta jarang terjadi pada anak dibawah usia 3 tahun. Berdasarkan hasil
dari penelitian multisenter di Indonesia yang terjadi pada tahun 1988,
melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di Rumah Sakit pendidikan
dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), Jakarta
(24,7%), Bandung (17,6%) dan Palembang (8,2%). Perbandingan antara lakilaki dan perempuan 2:1 dan terbanyak terjadi pada anak usia antara 6-8 10
tahun (40,6%).
2.3 Etiologi
Timbulnya GNA didahului infeksi ekstrarenal, terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta
haemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 40. Hubungan antara GNA dan
infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun
1907 dengan alasan bahwa :
1
hari. Dari tipe-tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen dari
pada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat nefritogen dari pada
yang lainnya belum diketahui dengan jelas. Mungkin faktor iklim atau alergi
yang mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman
streptococcus. GNA juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah
hitam, tridion), amiloidosis, trombosis vena renalis, penyakit kolagen, purpura
anafilaktoid, dan lupus eritematosis (Ngastiyah, 2005).
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut merupakan istilah yang mengacu pada
sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus. IgG
(antibodi) yang ditemukan di serum manusia dan dapat dideteksi pada
dinding kapiler glomerular. Akibat dari reaksi antingen-antibodi, agregat
molekul (kompleks) dibentuk dan beredar ke seluruh tubuh. Beberapa dari
kompleks ini terperangkap di glomerulus, suatu bagian penyaring di ginjal
dan mencetuskan respon inflamasi. Pada kebanyakan kasus, stimulus
reaksi ini berasal dari infeksi streptococus grup A di kerongkongan, yang
biasanya mencetuskan glomerulus dengan interval 2-3 minggu. Produk
stretococus berlaku sebagai antingen, menstimulasi sirkulasi antibodi dan
menghasilkan endapan kompleks di glomerulus sehingga menyebabkan
cedera pada ginjal. Glumerulonefritis juga dapat disertai demam scarlet
dan impetigo (infeksi pada kulit) dan infeksi virus akut (infeksi pernafasan
terjadi
kerusakan
glomerulus
yang
parah
sehingga
2.6.2
Sesak nafas
Sesak nafas terjadi karena kongesti darah akibat dari tidak
tersaringnya darah secara normal oleh glomerulus sehingga kongesti
darah juga terjadi di paru-paru karena peningkatan volume darah
dalam tubuh akibatnya paruparu kehilangan elasisitas dan mengurangi
2.6.3
pernafasan.
Demam
Demam terjadi sebagai tanda bahwa terjadi peradangan sistemik
2.6.4
dalam tubuh.
Malaise
Klien akan mengalami malaise karena akibat dari ketidakseimbangan
2.6.5
2.6.6
2.6.7
pembuluh darah.
Anoreksia
Anoreksia terjadi karena kondisi pasien yang mengalami malaise dan
2.6.8
2.6.9
Pria
LFG (ml/mnt/1,73m2 (140 - umur) berat badan
72 kreatinin plasma (mg/dl)
Wanita
Pada wanita sedikit berbeda,
LFG (ml/mnt/1,73m2 (140 - umur) x berat badan x 0,85
72 kreatinin plasma (mg/dl)
Pada peneriksaan GFR ini lebih cocok untuk menentukan derajat
keparahan dari gagal ginjal
2.7.3
2.7.4
2.7.5
kemih.
Biopsi ginjal
Prosedur pengambilan sampelyng berukuran kecil dari ginjal untuk
2.7.6
Manifestasi Diet
Pembatasan cairan dan natrium.
Pembatasan protein bila BUN sangat meningkat.
Farmakoterapi
Terapi imunosupresif seperti agen sitoksit dan steroid untuk
dan
bumex.
3. Dialisis untuk penyakit ginjal tahap akhir.
(Nettina, 2001).
PATHWAY
infeksi
vaskul
vaskul
er
er
reaksi antigen
dan antibodi
Zat
Zat
toksik
toksik
Tertimbun di
ginjal
Obstruksi saluran
kemih
Retensi
Suplai darah ke
Iritasi/cedera
jaringan
Menekan saraf
hematuri
a
Nyeri panggul
GFR
anemi
a
MK :nyeri
akut
GNA
(Glomerulonefritis
Sekresi protein
tergnggu
Sindrom uremia
prepospat
emia
pruriti
s
MK: gg
integritas kulit
Ureum tertimbun
dikulit
Gangguan keseimbangan
As.basa
Produksi
Perubah
an
Hb
Tek.
Vol. intersisial
Edema
Preload
As.
Lambung
Sekresi
eritropoitis
Retensi
Na dan K
MK: gg.
Perfusi
jaringa
n
oksihemoglob
in
MK:
Intoleransi
aktivitas
Suplai
Nausea,
vomitus
MK: gg.
Kebutuhan nutrisi
Iritasi
infek
si
gastrit
is
Mual
Beban
perdarah
Kerja jantung
kiri
Hipertrofi Vol.
Hematemesis,
COP
anem
Aliran
darah
ginjal
RAA
Retensi Na &
H2O
MK:
Kelebihan
Vol. Cairan
Suplai o2
ke
jaringan
Metabolis
me aerob
As. Laktat
Bendungan
atrium kiri
Tek. Vena
pulmonalis
Edema
paru
MK: gg
pertukaran
gas
Fatigue &
nyeri
MK: gg Rasa
Nyaman
Nilai Normal :
1. Volume Urin : 1500cc/24 jam
2. Ureum : ( Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam,
wanita : 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam )
3. Kreatinin : (Laki-laki = 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl,
wanita : 44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl )
4. Natrium : 40 - 220 mEq/L/24 jam
5. Berat jenis urin : 1.015 1,025
6. Albumin : 3,8 - 5,1 gr/dl
10
11
12
IWL
: 1140 cc
: 1640 cc
Jadi Balance cairan pada saat suhu febris pada Tn.Z adalah :
Balance cairan = output input = ( 2650 1640 ) = 1010
Karena balance cairan sebesar 1.010 maka pasien mengalami
kelebihan cairan.
13
Rasional
1. Pasien
melaporkan
skala
oleh:
kecemasan,
suhu,
distensi
ketegangan,
kandung
peningkatan
edema
3. Memantau tekanan darah
14
Kriteria Hasil:
1. Pengeluaran
urin
ml/kgBB/jam
2. Tekanan darah
batas
normal
1-2
sesuai program
Gangguan
urin
jam,
infeksi
(130/90
dapat
Mengetahui
keparahan gejala
2. Mengetahui
keparahan infeksi
3. Gejala
dapat
terkontrol
4. Urin output dalam
pembatasan
intake sodium.
Menejemen Retensi Urin
1. Monitor
eleminasi
urin
frekuensi,
Kriteria Hasil:
1.
membutuhkan
termasuk
pemasukan
dalam
(1.015 1,025)
eleminasi Setelah dilakukan perawatan
berhubungan 3x24
membutuhkan
pembatasan
mmHg)
3. Tidak ada edema
4. Berat jenis urin normal
3.
agar stabil
4. Klien
warna
2. Pantau
tanda
retensi urin
3. Ajarkan pasien
tanda
dan
dan
1. Untuk
mengkaji
mengetahui
seberapa
penyakit
2. Mengetahui
dan
parah
tingkat
gejala
pengeluaran urin
3. Membantu mengendalikan
mengenai
gejala
parah
4. Mengetahui keluaran urin
infeksisaluran kemih
4. Ajarkan
pasien/keluarga
untuk normal
Kerusakan
kulit
dengan
volume cairan
jam,
diharapkan
dipertahankan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka atau lesi
pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Mampu melindungi kulit
dan
Manajemen Tekanan
1. Kaji edema dan tinggikan
ekstremitas
jika
pitting
1. Meningkatkansirkulasi
untuk
mengurangi
edema ada
2. Monitor sumber tekanan dan
pembengkakan
2. Mencegah resiko kerusakan
gesekan
3. Monitor
mobilitas
dan
aktivitas pasien
4. Rubah posisi pasien minimal
2 jam sekali
yang
dapat
aktivitas
merusak
integritas kulit
4. Dapat mengurangi tekanan
dan memperbaiki sirkulasi,
penurunan
resiko
terjadi
kerusakan kulit.
mempertahankan
kelembapan
kulitserta
perawatan alami
16
agen
Implementasi
Ttd
Lisfa
biologis (infeksi)
karakteristik=menetap,
2.
Kelebihan
07.55 08.00
Volume 10-09-2016
Gangguan
skala = 10)
2. Membantu pasien mengidentifikasi faktor
pencetus
3. Memberikan tindakan kenyamanan
4. Mengajarkan teknik non farmakologi
(relaksasi, terapi aktivitas)
5. Mengolaborasi pemberian anti nyeri
Lisna
1.
2.
3.
4.
5.
sesuai
program
Lisfa
17
urin
Kerusakan
kulit
eleminasi
urin
termasuk
kemih
4.
1. Memonitor
warna
2. Memantau tanda dan gejala retensi urin
3. Mengajarkan pasien mengenai tanda dan
gejala infeksi saluran kemih
4. Mengajarkan pasien/keluarga
mencatat
integritas 10-09-2016
berhubungan 16.00 16.15
dengan
volume cairan
gangguan
16.15 16.30
16.30 16.45
Sofi
1. Mengkaji
edema
dan
meninggikan
16.45 17.00
18
19
3.5 Evaluasi
No Diagnosa
1.
Nyeri
akut
Evaluasi
berhubungan S: Pasien mengatakan nyerinya berkurang
Kelebihan
P: lanjutkan intervensi
Cairan S: Pasien mengatakan kakinya masih
bengkak
3.
Gangguan
eleminasi
P: Lanjutkan intervensi
urin S: Pasien mengatakan pipis lebih banyak
4.
Kerusakan
integritas
P: Lanjutkan intervensi
kulit S: Pasien mengatan bengkaknya berkurang
BAB 4. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Glomerulonefritis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
inflamasi glomerulus ginjal dengan leukosit dalam urin, eritrosit, retensi garam,
20
air dan nitrogen dan proteinuria. Glumerolunefritis akut adalah bentuk nefritis
yang paling umum terjadi pada anak-anak. Penyakit ini berupa inflamasi
glomeruli yang umumnya terjadi setelah infeksi saluran pernapasan atas, infeksi
streptokokus. Tanda dan gejala pada glomerulonefritis ini sangat mendadak,
biasanya penderita akan mengalami mual, muntah, hipertensi dan anemia. Selain
itu gejala lain bisa tampak terlihat misalnya kencing sedikit, lembabnya kelopak
mata dan hipertensi. Kemungkinan besar penyakit ini dapat sembuh sekitar 80%.
4.2 SARAN
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4.2.2 Bagi petugas-petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk
memberikan health education dalam asuhan keperawatan.
Daftar Pustaka
Arif, Mansjoer, dkk., (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,
Aesculpalus, FKUI, Jakarta
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik (Mosbys
Pediatrik Nursing Reference). Edisi 3. Jakarta: EGC
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 2.
Jakarta : EGC
21
22