Professional Documents
Culture Documents
terjadi secara cepat karena penggunaan jarum suntik bersama,sebagai contoh pada
tahun 1999 hanya 18% IDU yang dirawat di RSKO Jakarta terinfeksi HIV,akan
tetapi tahun 2000 angka tersebut meningkat dengan cepat menjadi 40% dan pada
tahun 2001 menjadi 48%.Hampir semua propinsi di Indonesia telah melaporkan
infeksi HIV, dan fakta baru pada tahun 2002 menunjukan bahwa penularan infeksi
HIV telah meluas ke rumah tangga.Dalam laporan Eksekutif Menkes RI tentang
ancaman HIV/AIDS di Indonesia (KPA Nasional 2002 ) dinyatakan bahwa pada
tahun 2002 jumlah orang rawan tertular HIV di Indonesia diperkirakan 13 juta
sampai 20 juta orang dan jumlah orang dengan HIV /AIDS diperkirakan antara
90.000-130.000 orang. Pada dasarnya pemahaman tentang epidemik HIV/AIDS di
Indonesia dapat diikuti secara lebih mendalam melalui hasil pengamatan maupun
surveilans HIV/AIDS yang dilakukan pada kelompok penduduk dengan risiko
tertular seperti pada pekerja seks,pengguna IDU, narapidana,donor darah,ibu hamil
dan sebagainya dan kasus HIV/AIDS ibarat gunung es yang semakin hari
meningkat yang dapat dilihat pada data berikut:
3.ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh HIV yang terdiri dari dua jenis yaitu HIV -1 dan HIV-2,
dimana pada HIV tipe -1 paling banyak ditemukan di daerah barat,Eropa,Asia ,
Afrika Tengah,Selatan dan Timur dan HIV-2 terutama ditemukan di Afrika barat .
4. PATOFISIOLOGI
HIV sebagai retrovirus membawa materi genetik dalam asam ribonukleat
(RNA),dimana virion HIV( partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung
pelindung ) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru yang terpancung dan
p24 merupakan komponen struktural yang utama.Tombol yang menonjol lewat
dinding virus terdiri atas protein gp120 yang terkait pada protein gp41.Bagian yang
secara selektif berikatan dengan sel-sel CD4+ adalah gp120 dari HIV.Sel-sel CD4+
mencakup monosit,makrofag dan limfosit T4 helper ( sel yang paling banyak ).Virus
masuk ke dalam sel limposit ( T4 helper )dan mengikat membran sel T4 helper
kemudian menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4
helper.Dengan enzim reverse transcriptase,HIV akan melakukan pemrograman
ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double standed
DNA dan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai provirus kemudian terjadi
infeksi yang permanent. .Di dalam sel virus berkembang biak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.Partikel virus yang
baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya dengan
menempel pada pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut
CD4 yang terdapat di selaput bagian luar.Sel sel yang memiliki reseptor CD4
disebut sel CD4+atau limposit T penolong yang berfungsi mengaktifkan dan
mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan ( Limposit B, Makrofag, Limposit T
sitotoksik ) yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan
organisme asing.Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong sehingga
terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan
kanker, dimana infeksi pada sel helper T 4 mengakibatkan limfofenia berlebihan
dengan penurunan fungsi termasuk penurunan respon terhadap antigen dan
kehilangan stimulus untuk aktivasi sel T dan B .Selain itu aktivitas sitotoksik sel
pembunuh T8 juga rusak dan kemampuan fungsi makrofag terganggu dengan
penurunan fagositosis dan hilangnya kemoktasis dan pada imunitas humoral terjadi
penurunan respon antibodi terhadap antigen dimana antibodi serum meningkat
tetapi
kemampuan
fungsinya
menurun
sehingga
rentan
terhadap
infeksi
c.1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun
drastis,jika kadarnya mencapai 200sel/ml darah maka penderita menjadi rentan
terhadap infeksi dan timbul penyakit baru yqng menyebabkan virus berproliferasi
dan menjadi infeksi yang parah dimana terjadi infeksi oportunistik yang didiagnosis
sebagai AIDS yang dapat menyerang berbagai sistem organ seperti paru,
gastrointestinal,kulit , dan sensori. saraf. Pada paru dapat terjadi peradangan dan
terjadi peningkatan produksi mukus yang menimbulkan masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif,perubahan pola nafas , gangguan pola tidur dan nyeri. Pada
peradangan dapat muncul masalah hipertermi.Pada gastrointestinal terjadi diare dan
jamur pada mulut yang memunculkan masalah diare,kekurangan volume cairan dan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan..Pada neuro terjadi penurunan fungsi
transmitter sehingga timbul masalah perubahan proses pikir.Di kulit terjadi lesi yang
dapat memunculkan masalah nyeri dan kerusakan integritas kulit., pada sistem
sensori karena CMV yang dapat menurunkan fungsi penglihatan dan pada telinga
terjadi infeksi yang dapat menimbulkan pendengaran menurun sehingga dapat
dimunculkan masalah risiko cedera yang dapat dilihat pada WOC AIDS.
5.KLASIFIKASI
a. CDC mengkatagorikan dewasa dan dewasa muda terinfeksi HIV berdasarkan
hitung limfosit CD4 dan kondisi klinis yaitu :
CD 4
Kategori
Klinis
7
A
Total
( Asimtomatik)
B
( Simtomatik,
C
(
Indikator
29%
14-28%
< 14 %
A.1
A.2
A.3
A atau C)
B.1
B.2
B.3
C.1
C.2
C.3
2) Kategori klinis B
Keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a) Angiomatosis baksilaris
b) Kandidiasis orofaring/vulvaginal
c) Displasia servik
d) Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5c 0 atau diare lebih dari 1 bulan
e) Herpes zoster
f) Leukoplakia oral yang berambut
g) Idiopatik trombositopeniak Purpura
h) Listeriosis
i) Penyakit inflamasi pelvic khususnya jika disertai komplikasi abses tuboovarii
j) Neuropati peripir
3) Kategori C
8
SKALA AKTIFITAS
Asimtomatik
aktifitas
normal
9
II
Simptomatik
normal.
aktifitas
Pada
umumnya
lemah,
kurang dari 50 %.
3.Toksoplasmosis otak.
4.Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan.
5.Kriptokokus ekstra pulmonal.
6.Retinitis virus sitomegalo.
7.Herper simpleks mukokutan > 1 bulan.
8.Leukoensefalopati multi fokal progresif .
9.Mikosis
diseminata
seperti
histoplasmosis.
10.Kandidiasis di esophagus,trakea,
bronkus dan paru.
10
6.GEJALA KLINIS
Gejala klinis pasien dengan HIV AIDS sesuai dengan fase- fase infeksi sebagai
berikut:
Fase
Lamanya
Antibodi
Gejala-gejala
Dapat
fase
yang
ditular
1.Periode
4mg-6bln
terdeteksi
Tidak
kan
Ya
jendela
setelah
Tidak ada
infeksi
2.
Infeksi 1-2
Ya
Ya
Ya
1-15
Tidak ada
asimtomatik tahun
atau lebih
4.Supresi
Sampai 3 Ya
Demam,keringat
imun
tahun
penurunan BB,diare,neuropati,
simtomatik
malam
hari, Ya
keletihan,ruam kulit,
limpadenopati,
perlambatan kognitif,lesi oral
5.AIDS
Bervariasi Ya
11
1-5 tahun
dari
tubuh,manifestasi neurologik
penentuan
kondisi
AIDS
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit pada infeksi HIV
primer akut yang lamanya 1-2 minggu,pasien akan merasakan sakit seperti flu.Dan di
saat fase supresi imun simtomatik ( 3 tahun) pasien akan mengalami demam,keringat
malam
hari,
penurunan
BB,
diare,neuropati,keletihan,ruam
b..Manifestasi gastrointestinal :
* Diare kronis,hepatitis,disfungsi biliari,penyakit anorektal mencakup hilangnya
selera
makan,mual,vomitus,ekskoriasi
kulit
perianal,kelemahan
dan
Kandidiasis oral
Terdapat lesi karena kandida yang ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut yang bila tidak diobati akan berlanjut mengenai esophagus
dan lambung dengan keluhan sulit menelan serta nyeri dan rasa sakit di balik
sternum( nyeri retrosternal)
*
12
30 hari atau kelemahan kronis dan demam kambuhan atau menetap tanpa
adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
c.
Kanker :
Sarcoma kaposi dengan tanda lesi kutaneus yang dapat timbul pada setiap bagian
tubuh biasanya berwarna merah muda kecoklatan hingga ungu gelap, lesinya
dapat datar,atau menonjol dan dikelilingi oleh ekimosis ( bercak-bercak
perdarahan ) serta edema.
Limfoma sel B sering dijumpai pada otak ,sum-sum tulang dan traktus
gastrointestinal.
pandangan
yang
kosong,
hiperrefleksi
paraparesis
spatik,
13
dengan
disertai
rasa
nyei
serta
patirasa
pada
Manifestasi dermatologik:
IO seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan
vesikel yang nyeri yang merusak integritas kulit
Dermatitis seboroika akan disertai ruam yang difus,bersisik dengan indurasi yang
mengenai kulit kepala serta wajah.
Folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit kering dan mengelupas atau
dengan dermatitis atopik seperti eczema atau psoriasis.
h..
Sistem sensorik ;
7.
CARA PENULARAN
HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang mengandung partikel virus,
yang ditularkan melalui cara:
a. Hubungan sex dengan penderita HIV (+)
b. Tranfusi darah yang terkontaminasi
c. Penggunaan jarum suntik bersama pada IDU
d. Ibu hamil yang HIV (+) ke bayi yang dikandung
e. Memberi ASI dari ibu yang HIV (+) ke bayi
8.
PEMERIKSAAN FISIK
14
Pemeriksaan funduskop, terutama pada pasien dengan penyakit HIV lanjut (mis.
CD4 <100) sebagai skrining untuk retinitis CMV.
Kelenjar getah bening: limfadenopati generalisata , kelenjar yang asimetris (kirikanan tidak sama) atau yang cepat membesar dapat menunjukkan infeksi atau
kanker yang mendasari
Pemeriksaan kelamin dan dubur untuk mencari luka dalam atau luar misalnya
herpes atau kondilomata
Pemeriksaan kulit untuk mencari lesi kulit terkait HIV yang bermakna, termasuk
dermatitis seborea, psoriasis, folikulitis, sarkoma Kaposi, kutil umum, dan
moluskum kontagiosum.
Perkusi untuk mendeteksi adanya gas,cairan atau massa dimana bunyi dapat
timpani( normal),pekak,redup
9.
a.
Pemeriksaan laboratorium:
1) Tes yang digunakan untuk mendiagnosis HIV dan melihat perkembangan
penyakit serta responnya terhadap terapi HIV yaitu:
a) Tes anti bodi HIV :
* Tes ELISA ( Enzym Linked Immunosorbent Assay )
ELIZA tidak menegakkan diagnosis AIDS tapi menunjukkan bahwa sesorang
terinfeksi HIV.
* Western Blot Assay
Mengenali antibody HIV dan memastikan seropositiftas HIV.
15
Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositif.
b) Pelacakan HIV : antigen p24,reaksi rantai polimerasi (PCR),kultur sel
mononuclear darah perifer untuk HIV-1,kultur sel kualitatif, klutur plasma
kuantitatif, Mikroglobulin B2,neopterin serum.
c.
d.
Biopsi
e. Bronkoskopi
9.
DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan pada riwayat klinis,identifikasi faktor risiko,pemeriksaan
fisik,bukti laboratorium yang menunjukkan disfungsi kekebalan,identifikasi
antibodi HIV, tanda tanda serta gejala dan infeksi atau malignansi yang termasuk
dalam sistem klasifikasi CDC untuk infeksi HIV.
10. PENCEGAHAN
Program pencegahan penyebaran HIV dipusatkan pada pendidikan masyarakat
mengenai cara penularan HIV dengan tujuan merubah kebiasaan orang-orang
yang berisiko tinggi tertular:
16
Abstinens
Sex aman
Mencegah kehamilan
Menggunakan sarung tangan lateks pada setiap kontak dengan cairan tubuh/
selalu menerapkan UP.
4) Meningitis : amfoterisin B IV
5) Retinitis CMV : Foskarat
6) Kandidiasis : suspensi nistatin
7) Lesi esophagus : ketokonazol / flukonazol
8) Diare kronis : Sandostatin
b. Pemberian suplemen nurisi : advera
c. Penanganan
keganasan
dengan
kemoterapi
ABV
Adreamisin,
Bleomisin,Vinkristin )
d. Terapi anti retrovirus:
1) Golongan NRTI ( Nucleussides Reverse Transcriptase Inhibitor )
Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses
perubahan
RNA
virus
menjadi
DNA
seperti
Zidovudin
e. Terapi alternatif
Terapi alternatif dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu:
1) Terapi
spiritual
atau
psikologis
terapi
humor,hypnosis,faith
healing,afirmasi positif
2) Terapi nutrisi : diet , suplemen vit c.
3) Terapi obat dan biologik : ozon,oksigen
4) Terapi
dengan
tenaga
fisik
dan
alat
akupuntur,akupresor,masase,refleksologi,yoga,kristal.
18
ataupun kanker yang spesifik dimana pengumpulan data dasar dapat berpedoman
pada
Rencana
Asuhan
Keperawatan
aktifitas/istirahat,sirkulasi,integritas
oleh
Doenges,dkk
meliputi
ego,eliminasi,makanan/cairan,hygiene,
keamanan, seksualitas,
interaksi sosial,
rash,kering,iritasi),perubahan
tanda
vital,cemas,depresi,kebingungan,
dispneu,pembesaran
pucat,muntah
darah,peningkatan
kelenjar
limpa/limpadenopati
suhu tubuh,albumin
,konjungtiva
rendah,batuk,sputum,
2).Data Subyektif:
Menyatakan :tidak nafsu makan,mual,muntah,porsi makan tidak habis,diare
kronis, nyeri pada mulut dan sekitar anus,kesulitan menelan,mudah lelah, demam,
sulit
tidur,sering
diagnosa,pusing,sakit
terbangun,
bab
kepala,mudah
warna
hitam,putus
lupa,sesak,nyeri
asa,mengingkari
dada,
takut,tampak
Data Subyektif
Kesimpulan
19
Mual ,muntah
demam
Hipertermi
Diare kronis
Peningkatan suhu tubuh
rendah,massa
menurun
Batuk
tidur
Batuk bersputum, dispneu
Sesak
Ketidakmampuan
Mudah lelah
melaksanakan
Intoleransi aktifitas
ADL,
kelemahan otot
Retrakasi
dada,batuk,lesi
Nyeri
kulit,neuropati perifir
kulit.Sakit kepala.
Resiko Infeksi
hidup,menanyakan
Resiko
manajemen
penyakit
Lab HIV +
Perubahan
status -
Resiko penularan
Ansietas
20
kesehatan
Isolasi sosial
Feses encer
Lesi
pada
rongga -
Diare
Kerusakan integritas kulit
Pandangan
Resiko cedera
kabur,pendengaran
menurun
Albumin rendah,
Resiko infeksi
Dyspnoe
Mengatakan sesak
Konjungtiva pucat,muntah
PK Anemia
leucopenia,penurunan
CD4+
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari WOC yang telah dibuat dapat dimunculkan masalah keperawatan sebagai
berikut:
1.Resiko penularan .
2.Diare.
3.Kekurangan volume cairan.
4.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh .
5.Hipertermi .
6.Gangguan pola tidur .
7.Bersihan jalan nafas tidak efektif .
8.Pola nafas tidak efektif .
9.Intoleransi aktifitas .
21
proses
pikir
berhubungan
dengan
penurunan
fungsi
3.RENCANA KEPERAWATAN
Untuk pemecahan masalah perawatan pada konsep askep ini tidak kami
prioritaskan, dan prioritas tergantung pada pasien yang ditemui di lapangan
nantinya.
HARI
TGL/
JAM
DIAGNOSA
PERAWATAN
RENCANA
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
1. Resiko
Setelah diberikan
1.Lakukan tindakan
Mencegah
penularan
tindakan
kewaspadaan
kontaminasi
berhubungan
keperawatan
kuman / penularan
23
pasien
diharapkan
tindakan
2. Instruksikan pasien
Mencegah
pencegahan dapat
dilakukan.
setelah menangani
K.E :
sekresinya sendiri
- UP diterapkan
sesuai protap
3.Lakukan perawatan
Menghindari
- Keluarga dapat
penyebaran kuman
menjelaskan cara
perawatan
penularan dan
pencegahan
penyakit
tindakan
tindakan
pencegahan inos
kewaspadaan
universal dan berikan
umpan balik
5.Berikan penjelasan
Penjelasan dapat
meningkatkan
pengetahuan dan
pencegahannya.
mengurangi risiko
2.Diare
Setelah diberikan
1. Kaji kebiasaan
penularan.
Memberikan dasar
berhubungan
tindakan
defikasi normal
untuk evaluasi
pasien
pathogen usus
/ infeksi HIV
diharapkan diare
Mendeteksi
ditandai
dapat terkontrol.
sering,feses
perubahan pada
dengan pasase
K.E:
encer,nyeri/kram
status,kuantitas
feses encer
- Melaporkan
abdomen,volume
kehilangan cairan
dan sering
penurunan
dan memberikan
episode diare
pemberat dan
dasar untuk
- Menunjukkan
penghilang.
tindakan
24
kultur feses
keperawatan.
normal
3.Kolaborasi untuk
Mengidentifikasi
pemeriksaan kultur
dan mengatasi
organisme
patogenik.
sesuai ketentuan .
4.Lakukan tindakan
untuk mengurangi
menurunkan
pembatasan sesuai
episode akut.
ketentuan dokter:
a.Pertahankan
Menurunkan
pembatasan makanan
stimulasi usus.
Nikotin bertindak
sebagai stimulant
seperti makanan
usus.
berlemak atau
Mencegah
gorengan,sayuran
merangsang usus
dan distensi
kacangan.
abdomen.
d.Berikan makanan
Meningkatkan
nutrisi adekuat.
5.Delegatif
Menurunkan
pemberian
spasme dan
antispasmodik
motilitas usus.
,antikolenergik
6.Pertahankan
Mencegah
masukan cairan
hipovolemia.
sedikitnya 3 L kecuali
25
dikontra indikasikan.
3.Hipertermi
Setelah diberikan
Mengetahui
berhubungan
tindakan
2 jam
perkembangan
dengan proses
keperawatan
infeksi
ditandai
diharapkan suhu
dengan
peningkatan
normal .
suhu tubuh
K.E:
Memberi
rangsangan pada
3.Delegatif
Antipiretik untuk
37 5 C)
36-37 C
pemberian antipiretik
menurunkan suhu
- Klien merasa
dan antibiotika.
dan antibiotika
nyaman tanpa
untuk membunuh
rasa panas
kuman.
4.Kolaborasi untuk
Mengidentifikasi
pemeriksaan
penyebab
Mengetahui derajat
kehilangan cairan
4.Kekurangan
Setelah diberikan
laboratorium
1.Kaji status
volume cairan
tindakan
kulit,turgor dan
berhubungan
keperawatan
selaput lender
dengan diare
kronis
diharapkan
Memberi informasi
ditandai
kekurangan
tentang
dengan turgor
volume cairan
out put
keseimbangan
kulit
dapat diatasi.
buruk,penurun K.E:
ginjal sebagai
an produksi
- Membran
pedoman pemberian
urin
mukosa lembab
cairan.
- Turgor kulit
membaik
3.Kaji keseimbangan
- TTV satbil
elektrolit dan
berlebihan diikuti
- Pengeluaran
observasi sesuai
oleh kehilangan
26
kebutuhan.
elektrolit.
4. Pantau pemasukan
Mempertahankan
jam
cairan ,mengurangi
2500ml/hari.
5.Pantau tanda-tanda
Sebagai indikator
vital
6.Delegatif
Mencukupi
pemberian cairan
kebutuhan cairan.
/elektrolit IV
7.Pantau pemeriksaan Sebagai
lab sesuai indikasi :
kewaspadaan
elektrolit,bun/sc
terhadap gangguan
elektrolit dan fungsi
5.Risiko
Setelah diberikan
1.Pantau adanya
ginjal.
Deteksi dini
tinggi infeksi
tindakan
infeksi:
terhadap infeksi
berhubungan
keperawatan
demam,menggigil
,penting untuk
dengan
,diaforesis,batuk,
melakukan tindakan
depresi sistem
diharapkan tidak
nafas pendek,nyeri
segera.
imun
terjadi infeksi.
oral,
K.E:
sering berkemih,
berulang
- Menunjukkan
,kemerahan,bengkak,
memperberat
dan melaporkan
lesi vesikuler di
kelemahan pasien.
tidak ada
wajah,bibir,area
demam,menggigil
perianal
27
,diaforesis.
2.Ajarkan pasien
Memberikan
/keluraga tentang
deteksi dini
perlunya melaporkan
terhadap infeksi
kemungkinan infeksi
3.Pantau jumlah sel
Peningkatan SDP
dikaitkan dengan
diferensial
infeksi.
4.Dapatkan kultur
Mengidentifiaksi
drainase luka,lesi
organisme
kulit,urin,feses,sputu
pengganggu dan
untuk tindakan
yang tepat.
berikan antimikrobial
sesuai ketentuan
5.Pertahankan tehnik
Mencegah infeksi.
aseptik bila
melakukan prosedur
invasif
6.Bersihan
Setelah diberikan
Menunjukan fungsi
jalan nafas
tindakan
pernafasan
tidak efektif
keperawatan
perubahan status
abnormal.
berhubungan
pernafasan:
dengan
diharapkan
takipnea,penggunaan
peningkatan
bersihan jalan
otot aksesori,batuk,
produksi
nafas membaik.
mukus
K.E:
sputum,bunyi nafas
ditandai
- Frekuensi nafas
abnormal,warna kulit
dengan
normal ( 20x/mt)
abu-abu/sianotik,
adanya
- Bunyi nafas
gelisah,konfusi atau
sputum,ronchi
normal
somolen.
28
(+)
- Sputum
berkurang bahkan
2.Dapatkan sampel
Membantu dalam
hilang
identifikasi
- Paru bersih
yang diprogramkan
organisme
patogenik.
berikan anti
mokrobial sesuai
ketentuan.
3. Berikan perawatan
Mencegah stasis
paru : batuk
sekresi dan
efektif,nafas dalam,
meningkatkan
drainase postural
bersihan jalan
nafas.
sampai 4 jam
4.Bantu pasien dalam
Memudahkan
mengambil posisi
dan pernafasan.
semi
5.Lakukan tindakan
Memudahkan
untuk menurunkan
ekspektorasi sekresi
viskositas sekresi :
.mencegah stasis
a.Mempertahankan
ekskresi
masukan cairan
sedikitnya 3L per hari
ecuali
dikontraindikasikan.
b.Lembabkan udara
yang diinspirasikan
sesuai ketentuan
dokter.
c.Konsulkan dengan
29
dokter mengenai
penggunaan agens
mukolitik yang
diberikan melalui
nebulezer
7.Lakukan
Membuang sekresi
pengisapan trakel
sesuai kebutuhan .
dapat
melakukannya.
8.Delegatif
Meningkatkan
pemberian terapi
avaibilitas oksigen.
oksigen sesuai
7.Pola nafas
Setelah diberikan
ketentuan
1.Auskultasi bunyi
Memperkirakan
tidak efektif
tindakan
nafas,tandai daerah
adanya
berhubungan
keperawatan
perkembangan
dengan
penurunan
komplikasi /infeksi
obstruksi
diharapkan pola
/kehilangan ventilasi
pernafasan.
endotrakeal
dan
ditandai
dipertahankan.
munculnya bunyi
dengan
K.E:
adventius : ronchi,
dispnea
- Sianosis (-)
mengi,krekels
- Frekuensi nafas
normal (20x/mt) 2.Catat kecepatan /
Takipnea,sianosis ,
- Bunyi nafas
kedalaman
tak dapat
normal
pernafasan
beristirahat dan
,sianosis,penggunaan
peningkatan nafas
menunjukan
munculnya dispnea.
kesulitan
pernafasan dan
adanya kebutuhan
untuk
30
meningkatkan
pengawasan /
intervensi medis.
Meningkatakan
fungsi pernafasan
yang optimal.
4.Berikan periode
Menurunkan
istirahat yang
konsumsi O2..
cukup ,pertahankan
lingkungan tenang.
5.Delegatif
Mempertahankan
pemberian O2 dan
ventilasi /oksigenasi
obat-obatan sesuai
efektif.
indikasi
8.Perubahan
Setelah diberikan
1. Kaji terhadap
Memberikan
nutrisi kurang
tindakan
malnutrisi dengan
pengukuran
dari
keperawatan
obyektif terhadap
kebutuhan
berat
status nutrisi.
berhubungan
diharapkan terjadi
badan,usia,protein
dengan
perbaikan status
serum, albumin,
penurunan
nutrisi
hemoglobin dan
masukan oral
K.E:
pengukuran
ditandai
- Melaporkan
antropometri.
dengan
peningkatan nafsu
adanya mual
makan
Memastikan
termasuk makanan
kebutuhan terhadap
pada mulut,
habis
pendidikan
tidak nafsu
- BB tidak turun
nutrisi ,membantu
31
makan porsi
intoleransi makanan
makan tidak
intervensi
individual.
habis,penurun
an BB,massa
3.Kaji faktor-faktor
Memberikan dasar
otot menurun
yang mempengaruhi
masukan oral:
intervensi.
kemampuan
mengunyah,
merasakan,menelan.
4.Kolaborasi dengan
Memudahkan
perencanaan
kalori tinggi.
makanan.
5.Kurangi faktor
yang membatasi
masukan oral :
a.Dorong pasien
Meminimalkan
istirahat sebelum
keletihan yang
makan
dapat menurunkan
nafsu makan.
b.Rencanakan makan
Menurunkan
sehingga jadwal
rangsang
mencemaskan.
segera setelah
prosedur yang
menimbulkan nyeri
atau tidak enak.
c.Dorong pasien
Membatasi isolasi
sosial dan
meningkatakan
mungkin.
nafsu makan.
32
Mengurangi mual
tapi sering.
dan mencegah
pasien terlalu
kenyang..
Mencegah pasien
terlalu kenyang.
Mengurangi
pemberian antiemetik
muntah,meningkat
,suplemen vitamin,
kan fungsi
gaster,mengatasi
parentral,enteral.
kandidiasis dan
mencukupi
kebutuhan nutrisi.
7.Timbang BB sesuai
Sebagai indikator
kebutuhan
kebutuhan nutrisi.
Menyatakan
hari,catat warna,
perubahan status
berhubungan
keperawatan
turgor,sirkulasi dan
dan dasar
dengan diare
sensasi,gambarkan
melakukan
dan
diharapkan tidak
intervensi.
manifestasi
terjadi kerusakan
perubahan.
HIV ditandai
integritas kulit
dengan
lebih lanjut.
2. Pertahankan
Mempertahankan
adanya lesi
K.E:
hygiene kulit :
kebersihan,karena
- Lesi pada
membasuh kemudian
perianal.
kulit/perinal
mengeringkannya
dapat menjadi
membaik
barrier infeksi
melakukan masase
,pembasuhan kulit
dengan menggunakan
9.Kerusakan
Setelah diberikan
33
menggaruk
menurunkan risiko
trauma dermal pada
kulit yang
kering/rapuh.
Masase
meningkatkan
sirkulasi dan
meningkatkan
kenyamanan.
Mengurangi stress
teratur,dorong
pada titik
pemindahan BB
tekanan,meningkat-
lindungi penonjolan
jaringan .
tulang dengan
bantal,bantalan
tumit/siku.
4. Pertahankan seprei
Friksi kulit
bersih,kering dan
disebabkan kain
tidak berkerut.
5.Dorong untuk
Menurunkan
ambulasi/turun dari
memungkinkan.
ditempat tidur.
6.Bersihkan area
Mencegah maserasi
perianal :
yang disebabkan
membersihkan feses
dengan menggunakan
menjaga lesi
air /air
perianal tetap
mineral,hindari
kering.
penggunaan kertas
toilet jika timbul
vesikel,berikan krim
pelindung.
7.Gunting kuku
secara teratur.
meningkatkan
risiko kerusakan
dermal.
Mengurangi
kontaminasi
bakteri,meningkat-
kan proses
penyembuhan.
9.Kolaborasi kultur
Mengidentifikasi
Untuk perawatan
pemberian obat-
kulit sehinggan
obatan
tidak
topical/sitemik sesuai
terjadikerusakan
indikasi
lebih lanjut..
Melindungi area
ulserasi dari
kontaminasi dan
35
antibiotik
meningkatkan
penyembuhan.
10.Intoleransi
Setelah diberikan
Sebagai indikator
aktifitas
tindakan
terhadap
terhadap respon
berhubungan
keperawatan
aktifitas,perhatikan
fisiologis .
dengan
frekuensi
penurunan
diharapkan
nadi,peningkatan
produksi
aktivitas dapat
tekanan
energi ,
ditingkatkan
darah,dispneu,
kelemahan
sesuai
keletihan dan
ditandai
kemampuan.
kelemahan yang
dengan tidak
K.E:
berlebihan
mampu
-TTV stabil
melaksanakan
- Pasien mampu
Periode istirahat
ADL,mudah
berpartisipasi
pasien sangat
lelah.
dalam aktifitas
berenergi,sediakan
dibutuhkan dalam
yang ditingkatkan
fase istirahat.
menghemat energi .
3.Tetapkan
Mengusahakan
keberhasilan aktivitas
yang realistis .
perasaan
berhasil,mencegah
timbulnya perasaan
frustasi .
4.Bantu memenuhi
kebutuhan perawatan
membuat AKS
diri,pertahankan
hampir tidak
mungkin bagi
pasien untuk
bantu ambulasi .
menyelesaikannya,
melindungi pasien
dari cedera selama
36
aktivitas.
5.Tingkatkan
Mengijinkan pasien
aktivitas sesuai
petunjuk ,dorong
tanpa menyebabkan
pasien untuk
melakukan apapun
prustasi.
yang mungkin:
perawatan diri
,berjalan,duduk di
kursi.
6.Instruksikan pasien
Mengurangi
tentang tehnik
penggunaan energi
penghematan energi :
dan membantu
mnggunakan kursi
keseimbangan
saat mandi,duduk
suplai dan
kebutuhan oksigen
atau sikat
gigi,melakukan
aktifitas secara
perlahan
11.Gangguan
Setelah diberikan
pola tidur
tindakan
intervensi yang
berhubungan
keperawatan
terjadi.
tepat.
dengan sering
terbangun
diharapkan pola
Meningkatkan
sekunder
tidur adekuat.
yang nyaman.
kenyamanan tidur
terhadap
K.E:
dan dukungan
gangguan
- Klien
psikologis.
pernafasan
melaporkan dapat
,batuk-batuk
3. Instruksikan
Membantu
ditandai
( 5-6jam )
tindakan relaksasi.
menginduksi tidur.
37
dengan
- Tampak segar
mengatakan
4.Beri posisi
Pengubahan posisi ,
sering
nyaman,bantu dalam
mengubah area
terbangun dan
pengubahan posisi.
tekanan
sulit
meningkatkan
tidur.,tampak
istirahat.
lelah.
5.Anjurkan minum
Membantu
minuman yang
mengencerkan
sekret sehingga
mudah dikeluarkan.
Membantu
mengeluarkan
sekret.
7.Delegatif dalam
Memudahkan sekret
pemberian
keluar.
ekspektoran
12.Nyeri
Setelah diberikan
1.Kaji lokasi,lamanya
Membantu
berhubungan
tindakan
intensitas
mngevaluasi
dengan efek
keperawatan
( skala 0-10) ,
sekunder
penyebaran dan
stimulus.
terhadap lesi
diharapkan nyeri
perhatikan tanda-
berkurang bahkan
batuk /retraksi
hilang.
perubahan
otot dada,
K.E:
TD,HR,gelisah.
neuropati
- Ekspresi wajah
perifir
rileks
2.Dorong
Dapat mengurangi
ditandai
- Skala nyeri 3
pengungkapan
dengan
- Dapat
perasaan.
takut sehingga
mengeluh
istirahat/tidur
mengurangi
nyeri saat
dengan adekuat
persepsi akan
38
batuk,sakit
kepala,tampak
meringis.
3.Jelaskan penyebab
Membantu
penanganan
melaporkan
perubahan dan
komplikasinya.
karakteristik nyeri
4.Lakukan tindakan
Meningkatkan
paliatif :pengubahan
relaksasi
posisi,masase
/menurunkan
ketegangan otot.
5. Motivasi
Mengalihkan
melakukan tehnik
distraksi dan
dan membantu
penggunaan nafas
relaksasi otot.
dalam.
6.Delegatif
Mengurangi nyeri
Peningkatan
13.Ansietas
Setelah diberikan
pemberian analgetik
1.Kaji tingkat
berhubungan
tindakan
kecemasan secara
kecemasan
dengan
keperawatan
terus menerus
membuat pasien
perubahan
selama3x24 jam
tidak berespon
status
diharapkan
terhadap tindakan
kesehatan
ansietas
yang dilakukan
ditandai
berkurang ,koping
dengan
efektif
2.Jamin pasien
Memberikan
menanyakan
K.E:
tentang kerahasiaan
penentraman hati
penyakit.
- Memperlihatan
dan kesempatan
kemampuan
tertentu.
mengatasi
memecahkan
masalah
masalah pada
39
situasi yang
diantisipasi.
3.Pertahankan
Menjamin bahwa
sendiri/ditelantarkan.
4.Berikan informasi
Dapat mengurangi
ansietas dan
mengenai
ketidakmampuan
prognosis,hindari
pasien untuk
argumentasi
membuat
mengenai persepsi
keputusan.
pasien .
5.Waspada terhadap
Pasien mungkin
tanda-tanda
akan menggunakan
penolakan /depresi :
mekanisme
menarik
bertahan dengan
diri,marah,ucapan
berharap
tepat,timbulnya ide
diagnosanya tidak
bunuh diri .
akurat.Rasa
bersalah dan
tekanan spiritual
mungkin akan
menyebabkan
pasien menarik diri
dan percaya bahwa
bunuh diri adalh
suatu alternatif.
6.Berikan lingkungan
Membantu pasien
40
terbuka.
untuk merasa
diterima pada
kondisi sekarang
tanpa perasaan
dihakimi dan
meningkatkan
perasaan harga diri
7.Beri kesempatan
Penerimaan
untuk
perasaan akan
dapat menerima
tanpa konprontasi.
situasi.
Pilihan intervensi
tahap pasien
ditentukan oleh
tahap berduka.
berduka.
9.Jelaskan
Informasi yang
prosedur,berikan
akurat akan
kesempatan untuk
membuat pasien
dengan jujur .
dalam menghadapi
realita sehingga
dapat mengurangi
ansietas.
10.Anjurkan pasien
Dapat mengurangi
keyakinan
mampuan pasien
dalam membuat
keputusan.
41
11.Kolaborasi untuk
Mungkin
diperlukan dalam
psikiatri.
berhadapan dengan
diagnosa/prognosis
terutama jika timbul
pikiran untuk bunuh
diri.
14.Isolasi
Setelah diberikan
Menentukan dasar
sosial
tindakan
berhubungan
keperawatan
yang lazim.
dengan
perubahan
diharapkan terjadi
2.Observasi terhadap
status
penurunan rasa
perilaku indikatif
dimanifestasikan
kesehatan
isolasi sosial.
isolasi sosial :
dalam beberapa
ditandai
K.E:
penurunan interaksi
cara.
dengan putus
- Menunjukan
asa,menarik
peningkatan
bermusuhan,menyata
diri.
perasaan harga
diri
- Berpartisipasi
3.Berikan waktu
Meningkatkan
dalam aktifitas
untuk pasien
perasaan diri
berbicara selama /
bermakna dan
diantara aktivitas
memberikan
Jika pasien
pendukung yang
mendapat bantuan
tersedia.
Membantu
memantapkan
dengan orang
partisipasi pada
terdekat .
hubungan sosial.
6.Jelaskan
Sarung tangan,baju
prosedur/petunjuk
pengaman,masker
isolasi pada
pasien/orang
diperlukan pada
terdekat .
diagnosa AIDS
kecuali pada waktu
dicurigai adanya
kontak dengan
sekresi/eksresi.
15.Perubahan
Setelah diberikan
Menetapkan tingkat
proses pikir
tindakan
dan neurologis
fungsional pada
berhubungan
keperawatan
dengan
penurunan
diharapkan
2.Catat perubahan
Mewaspadakan
fungsi
perubahan proses
dalam
perawat pada
kognitif,
pikir terpantau.
orientasi,respon
perubahan status
perilaku,
K.E:
terhadap rangsang
yang dihubungkan
motorik yang
- Tanda-tanda
,kemampuan untuk
menyertai
infeksi SSP
memecahkan
yang makin
ensefalopati
terlaporkan
masalah,ansietas,
buruk,stressor
HIV ditandai
- orientasi dalam
lingkungan,tekanan
dengan
realita
fisiologis,efek
paranoid.
gangguan
waktu penerimaan .
daya
ingat,kebingu
ngan.
Memberikan
3.Pertahankan
rangsangan,
43
lingkungan yang
lingkungan normal
menyenangkan.
akan membantu
dalam
mempertahankan
orientasi realita.
Gejala
4.Pantau adanya
SSPdihubungkan
tanda-tanda infeksi
dengan
SSP : demam,sakit
meningitis/ensefali-
kepala,kaku kuduk
5.Dorong orang
terdekat untuk
bersosialisasi dan
membantu
berikan reorientasi
mempertahankan
dengan berita
orientasi terutama
mengalami
halusinasi.
Pilihan tes/
44
6.Kolaborasi
pemeriksaan
pemeriksaan
tergantung
diagnostik dan
manifestasi klinis
berikan obat-obatan
,sesuai dengan
sesuai petunjuk.
perubahan status
mental yang akan
merefleksikan
berbagai faktor
penyebab.Pengguna
an obat dengan
waspada dapat
membantu
mengatasi masalah :
halusinasi.
16..Risiko
Setelah diberian
1.Kaji tingkat
Mengetahui tingkat
cedera
tindakan
kecemasan,
risiko.
berhubungan
keperawatan
kebingungan,
dengan
diorientasi
penurunan
diharapkan tidak
persepsi
terjadi cedera.
2.Atur lingkungan
Mencegah
sensori
K.E:
untuk memberikan
terjadinya cedera.
- Pasien/keluarga
keamanan ,
tidak melaporkan
singkirkan barang-
adanya trauma
barang yang
membahayakan.
3.Berikan bantuan
Mencegah cedera.
samping tempat
45
tidur sebagai
tempat tidur
pengaman.
17.Risiko
Setelah diberikan
1.Berikan penjelasan
Meningkatkan
manajemen
tindakan
pengetahuan pasien.
regimen
keperawatan
pengobatan yang
teraputik tidak
harus dilakukan.
efektif
diharapkan
berhubungan
manajemen
dengan
teraputik efektif.
mengurangi risiko
kurangnya
K.E :
resisten.
pengetahuan
- Obat diminum
terlambat minum
dan
obat.
pengobatan
tepat waktu.
seumur hidup.
Memberi dukungan
3.Dorong keluarga
sehingga
untuk mengingatkan
manajemen regimen
efektif.
Setelah diberikan
1.Dorong pasien
Mengetahui konsep
citra tubuh
tindakan
untuk
diri
berhubungan
keperawatan
mengekspresikan
dengan
perasaan &
perubahan
diharapkan
pandangan tentang
penampilan
mampu menerima
dirinya
sekunder
keadaannya
akibat
sekarang.
2.Berikan penjelasan
Meningkatkan
penyakit
K.E :
kepercayaan diri
kronis
- Klien mau
ditandai
bersosialisasi
dengan
menarik diri.
bersosialisasi.
46
3.Dorong keluarga
Membantu
untuk membantu
meningkatkan rasa
19.PK
Setelah diberikan
upaya adaptasi.
1.Kaji tanda tanda
percaya diri.
Mengidentifikasi
Anemia
tindakan
anemia
2.Kolaborasi
Transfusi
diharapkan
pemberian transfusi
membantu
keperawatan
anemia dapat
mengatasi anemia.
diidentifikasi dan
diatasi.
K.E:
- Konjungtiva
merah
- Peningkatan
kadar Hb
4.EVALUASI
Evaluasi yang dilaksanakan pada asuhan keperawatan pasien dengan AIDS mengacu
pada tujuan yang telah dibuat yaitu:
1.Tindakan pencegahan penularan dapat dilakukan.
2. Diare dapat dikontrol
3. Suhu tubuh dalam batas normal.
4. Tidak terjadi infeksi.
5.Kurang volume cairan dapat diatasi.
6.Bersihan jalan nafas membaik.
7.Pola nafas efektif.
8.Perbaikan status nutrisi .
9.Tidak terjadi kerusakan integritas kulit lebih lanjut.
10.Aktifitas ditingkatkan sesuai kemampuan.
11.Pola tidur adekuat.
12.Nyeri berkurang bahkan hilang.
13.Ansites berkurang,koping efektif.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
49