You are on page 1of 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AIDS

A.KONSEP DASAR PENYAKIT


1.PENGERTIAN:
AIDS(Aquired Immuno Deficiency Syndrome ) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi

HIV ( Human Immuno deficiency Virus) yang

menyebabkan kolapsnya sistem imun.


( Buku Saku Patofisiologi,Elizabeth J..Corwin,ECG,2000).
CDC ( Centers for Disease Control and Prevention ) merekomendasikan bahwa
diagnosis AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi oportunistik, dimana
orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah
200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
( Rencana Asuhan Keperawatan , Marilynn E.Doenges ,ECG,1999 )
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kerusakan daya tahan tubuh
yang diakibatkan oleh faktor luar ( bukan dibawa sejak lahir ) dan diartikan sebagai
bentuk paling berat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi
HIV ( Blog Master Keperawatan AIDS)
2.EPIDEMIOLOGI
Kasus HIV/AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Bali,
akan tetapi penyebaran HIV di Indonesia meningkat setelah tahun 1995. Hal ini
dapat dilihat pada tes penapisan darah donor yang positif HIV meningkat dari 3 per
100.000 kantong pada tahun 1994 menjadi 4 per 100.000 kantong pada tahun
1998,kemudian menjadi 16 per 100.000 kantong pada tahun 2000.Peningkatan 5
kali lebih tinggi dalam waktu 6 tahun, dimana pada tahun 2000 terjadi peningkatan
penyebaran epidemik secara nyata melalui pekerja seks seperti data dari Tanjung
Balai Karimun Riau menunjukan pada tahun 1995 hanya ditemukan 1% pekerja
seks yang HIV positif, akan tetapi pada tahun 2000 angka itu meningkat menjadi
8,38%.Di Merauke prevalensi HIV pada pekerja seks amat tinggi yaitu 26,5%
sedangkan di Jawa Barat 5,5% dan di DKI Jakarta 3,36%.Sejak tahun 1999 terjadi
fenomena baru penyebaran HIV/AIDS yaitu infeksi HIV mulai terlihat pada para
pengguna narkoba suntik (IDU/Injecting Drug User).Penularan pada kelompok IDU
1

terjadi secara cepat karena penggunaan jarum suntik bersama,sebagai contoh pada
tahun 1999 hanya 18% IDU yang dirawat di RSKO Jakarta terinfeksi HIV,akan
tetapi tahun 2000 angka tersebut meningkat dengan cepat menjadi 40% dan pada
tahun 2001 menjadi 48%.Hampir semua propinsi di Indonesia telah melaporkan
infeksi HIV, dan fakta baru pada tahun 2002 menunjukan bahwa penularan infeksi
HIV telah meluas ke rumah tangga.Dalam laporan Eksekutif Menkes RI tentang
ancaman HIV/AIDS di Indonesia (KPA Nasional 2002 ) dinyatakan bahwa pada
tahun 2002 jumlah orang rawan tertular HIV di Indonesia diperkirakan 13 juta
sampai 20 juta orang dan jumlah orang dengan HIV /AIDS diperkirakan antara
90.000-130.000 orang. Pada dasarnya pemahaman tentang epidemik HIV/AIDS di
Indonesia dapat diikuti secara lebih mendalam melalui hasil pengamatan maupun
surveilans HIV/AIDS yang dilakukan pada kelompok penduduk dengan risiko
tertular seperti pada pekerja seks,pengguna IDU, narapidana,donor darah,ibu hamil
dan sebagainya dan kasus HIV/AIDS ibarat gunung es yang semakin hari
meningkat yang dapat dilihat pada data berikut:

Propinsi yang terjangkit HIV/AIDS * - 1 - Provinces affected by


HIV/AIDS SAMPAI TAHUN 2005 *

3.ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh HIV yang terdiri dari dua jenis yaitu HIV -1 dan HIV-2,
dimana pada HIV tipe -1 paling banyak ditemukan di daerah barat,Eropa,Asia ,
Afrika Tengah,Selatan dan Timur dan HIV-2 terutama ditemukan di Afrika barat .

4. PATOFISIOLOGI
HIV sebagai retrovirus membawa materi genetik dalam asam ribonukleat
(RNA),dimana virion HIV( partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung
pelindung ) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru yang terpancung dan
p24 merupakan komponen struktural yang utama.Tombol yang menonjol lewat
dinding virus terdiri atas protein gp120 yang terkait pada protein gp41.Bagian yang

secara selektif berikatan dengan sel-sel CD4+ adalah gp120 dari HIV.Sel-sel CD4+
mencakup monosit,makrofag dan limfosit T4 helper ( sel yang paling banyak ).Virus
masuk ke dalam sel limposit ( T4 helper )dan mengikat membran sel T4 helper
kemudian menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4
helper.Dengan enzim reverse transcriptase,HIV akan melakukan pemrograman
ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double standed
DNA dan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai provirus kemudian terjadi
infeksi yang permanent. .Di dalam sel virus berkembang biak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.Partikel virus yang
baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya dengan
menempel pada pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut
CD4 yang terdapat di selaput bagian luar.Sel sel yang memiliki reseptor CD4
disebut sel CD4+atau limposit T penolong yang berfungsi mengaktifkan dan
mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan ( Limposit B, Makrofag, Limposit T
sitotoksik ) yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan
organisme asing.Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong sehingga
terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan
kanker, dimana infeksi pada sel helper T 4 mengakibatkan limfofenia berlebihan
dengan penurunan fungsi termasuk penurunan respon terhadap antigen dan
kehilangan stimulus untuk aktivasi sel T dan B .Selain itu aktivitas sitotoksik sel
pembunuh T8 juga rusak dan kemampuan fungsi makrofag terganggu dengan
penurunan fagositosis dan hilangnya kemoktasis dan pada imunitas humoral terjadi
penurunan respon antibodi terhadap antigen dimana antibodi serum meningkat
tetapi

kemampuan

fungsinya

menurun

sehingga

rentan

terhadap

infeksi

oportunistik..Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T


penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun :
a.Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mLdarah
.Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV jumlahnya menurun sebanyak
40-50% dan selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang
lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah .Meskipun tubuh
berusaha melawan virus tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi.
b.Setelah sekitar 6 bulan kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+
yang rendah membantu dalam menentukan orang-orang beresiko tinggi menderita
AIDS.
6

c.1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun
drastis,jika kadarnya mencapai 200sel/ml darah maka penderita menjadi rentan
terhadap infeksi dan timbul penyakit baru yqng menyebabkan virus berproliferasi
dan menjadi infeksi yang parah dimana terjadi infeksi oportunistik yang didiagnosis
sebagai AIDS yang dapat menyerang berbagai sistem organ seperti paru,
gastrointestinal,kulit , dan sensori. saraf. Pada paru dapat terjadi peradangan dan
terjadi peningkatan produksi mukus yang menimbulkan masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif,perubahan pola nafas , gangguan pola tidur dan nyeri. Pada
peradangan dapat muncul masalah hipertermi.Pada gastrointestinal terjadi diare dan
jamur pada mulut yang memunculkan masalah diare,kekurangan volume cairan dan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan..Pada neuro terjadi penurunan fungsi
transmitter sehingga timbul masalah perubahan proses pikir.Di kulit terjadi lesi yang
dapat memunculkan masalah nyeri dan kerusakan integritas kulit., pada sistem
sensori karena CMV yang dapat menurunkan fungsi penglihatan dan pada telinga
terjadi infeksi yang dapat menimbulkan pendengaran menurun sehingga dapat
dimunculkan masalah risiko cedera yang dapat dilihat pada WOC AIDS.

5.KLASIFIKASI
a. CDC mengkatagorikan dewasa dan dewasa muda terinfeksi HIV berdasarkan
hitung limfosit CD4 dan kondisi klinis yaitu :
CD 4

Kategori

Klinis
7

A
Total

( Asimtomatik)

B
( Simtomatik,

C
(

Indikator

bukan kondisi AIDS)


500 /ml
200-499
< 200

29%
14-28%
< 14 %

A.1
A.2
A.3

A atau C)
B.1
B.2
B.3

C.1
C.2
C.3

a..Berdasarkan hitung limfosit CD4+:


Kategori 1 : lebih besar atau sama dengan 500cells/ul
Kategori 2 : 200-499 cells/ul
Kategori 3 : < 200 cells/ul
b.Berdasarkan kondisi klinis :
1) Kategori klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan pada dewasa/remaja dengan infeksi HIV yang
sudah dipastikan tanpa keadaan dalam kategori B dan C yaitu:
-

Infeksi HIV yang asimptomatik.

Limpadenopati generalisata yang persisten

Infeksi HIV yang akut dengan keadaan sakit yang menyertai.

2) Kategori klinis B
Keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a) Angiomatosis baksilaris
b) Kandidiasis orofaring/vulvaginal
c) Displasia servik
d) Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5c 0 atau diare lebih dari 1 bulan
e) Herpes zoster
f) Leukoplakia oral yang berambut
g) Idiopatik trombositopeniak Purpura
h) Listeriosis
i) Penyakit inflamasi pelvic khususnya jika disertai komplikasi abses tuboovarii
j) Neuropati peripir
3) Kategori C
8

Keadaan dalam kategori C mencakup ;


a) Kandidiasi bronkus,trakea/paru-paru ,esophagus
b) Kanker servik inpasif
c) Koksidiodomikosis ektra pulmoner/diseminata
d) Kriptokokosis ekstrapulmoner
e) Kriptosporidosis internal kronis
f) Penyakit cytomegalovirus( bukan hati,lienkelenjar limpe0
g) Retinitis cytomegalovirus
h) Encepalopati yang berhubungan dengan HIV
i) Herves simpleks,ulkus kronis ( durasi lebih dari 1 bulan
j) Histoplasmosisi diseminata atau ekstrapulmoner
k) Isosporiasis intestinal yang kronis
l) Sarkoma Kaposi
m) Limfoma Burkitt
n) Komples mycobacterium avium atau M.kansasil yang diseminata atau
ekstrapulmoner
o) Mycobakterium spesies lain atau spesies yang tidak dikenali ,disemainat atau
ekstrapummoner
p) Pneumonia pneumocytis caranii
q) Pneumonia rekuren
r) Leukoensefalopati multifokal progressive
s) Septikemia salmonella yang rekuren
t) Toksoplasmosis otak
u) Sindrom pelisutan akibat HIV
Sejak 1 Januari 1993 orang orang dengan keadaan yng merupakan indikator
C,B3,A3 dianggap menderita penyakit AIDS.

b.WHO mengklasifikasikan infeksi HIV pada orang dewasa sebagai berikut:


STADIUM
GAMBARAN KLINIS
I
1.Asimtomatik
2.Limpadenopati generalisata

SKALA AKTIFITAS
Asimtomatik
aktifitas
normal
9

II

1.BB menurun < 10%

Simptomatik

2.Kelainan kulit dan mukosa yang ringan

normal.

aktifitas

seperti : dermatitis seboroik,prurigo,


onikomikosis,ulkus oral rekuren,kheilitis
angularis
3.Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.
4.Infeksi saluran nafas bagian atas seperti
sinusitis bakterialis.
III

1.BB menurun > 10%

Pada

umumnya

lemah,

2.Diare kronis yang berlangsung lebih dari aktifitas di tempat tidur


1 bulan.

kurang dari 50 %.

3.Demam berkepanjangan lebih dari 1


bulan.
4.Kandidiasis orofaringeal.
5.Oral hairy leukoplakia
6.TB paru dalam tahun terakhir.
7.Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia,piomiositis.
IV

1.HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat


didefinikan oleh CDC.

lemah, aktifitas ditempat

2.PCP(Pnemonia Pneumocytis Carinii)

tidur lebih dari 50%

3.Toksoplasmosis otak.
4.Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan.
5.Kriptokokus ekstra pulmonal.
6.Retinitis virus sitomegalo.
7.Herper simpleks mukokutan > 1 bulan.
8.Leukoensefalopati multi fokal progresif .
9.Mikosis

diseminata

seperti

histoplasmosis.
10.Kandidiasis di esophagus,trakea,
bronkus dan paru.

10

11.Mikobakteriosis atipikal diseminata.


12.Septisemia salmonelosis non tifoid.
13.Tuberkulosisdiluar paru.
14.Limfoma.
15.Sarkoma Kaposi
16.Ensefalopati HIV.

6.GEJALA KLINIS
Gejala klinis pasien dengan HIV AIDS sesuai dengan fase- fase infeksi sebagai
berikut:
Fase

Lamanya

Antibodi

Gejala-gejala

Dapat

fase

yang

ditular

1.Periode

4mg-6bln

terdeteksi
Tidak

kan
Ya

jendela

setelah

Tidak ada

infeksi

2.

Infeksi 1-2

Kemungkinan Sakit seperti flu

Ya

Ya

Ya

HIV primer minggu


akut
3.Infeksi

1-15

Tidak ada

asimtomatik tahun
atau lebih
4.Supresi

Sampai 3 Ya

Demam,keringat

imun

tahun

penurunan BB,diare,neuropati,

simtomatik

malam

hari, Ya

keletihan,ruam kulit,
limpadenopati,
perlambatan kognitif,lesi oral

5.AIDS

Bervariasi Ya

Infeksi oportunistik berat dan Ya.

11

1-5 tahun

tumor tumor pada setiap sistem

dari

tubuh,manifestasi neurologik

penentuan
kondisi
AIDS
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit pada infeksi HIV
primer akut yang lamanya 1-2 minggu,pasien akan merasakan sakit seperti flu.Dan di
saat fase supresi imun simtomatik ( 3 tahun) pasien akan mengalami demam,keringat
malam

hari,

penurunan

BB,

diare,neuropati,keletihan,ruam

kulit,limpadenopati,perlambatan kognitif dan lesi oral.Pada saat fase infeksi HIV


menjadi AIDS ( bervariasi 1-5 tahun ) dari pertama penentuan kondisi AIDS akan
terdapat gejala infeksi oportunistik dengan manifestasi klinik yang dapat mengenai
setiap sistem organ seperti :
a..Manifestasi respitori :
* Infeksi karena PCP dengan gejala nafas pendek,sesak nafas,(dispnea),batukbatuk,nyeri dada, dan demam,
*

Kompleks mycobacreium avium yaitu infeksi oleh M.Avium intracellular,


M.scrofulaceum dengan keadaan umum yang buruk.

Infeksi M.tuberculosis yaitu TB

b..Manifestasi gastrointestinal :
* Diare kronis,hepatitis,disfungsi biliari,penyakit anorektal mencakup hilangnya
selera

makan,mual,vomitus,ekskoriasi

kulit

perianal,kelemahan

dan

ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari


*

Kandidiasis oral
Terdapat lesi karena kandida yang ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut yang bila tidak diobati akan berlanjut mengenai esophagus
dan lambung dengan keluhan sulit menelan serta nyeri dan rasa sakit di balik
sternum( nyeri retrosternal)
*

Sindrom pelisutan ( wasting syndrome ) yaitu penurunan BB yang tidak


dikehendaki melampui 10% dari BB dasar,diare yang kronis selama lebih dari

12

30 hari atau kelemahan kronis dan demam kambuhan atau menetap tanpa
adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
c.

Kanker :

Sarcoma kaposi dengan tanda lesi kutaneus yang dapat timbul pada setiap bagian
tubuh biasanya berwarna merah muda kecoklatan hingga ungu gelap, lesinya
dapat datar,atau menonjol dan dikelilingi oleh ekimosis ( bercak-bercak
perdarahan ) serta edema.

Limfoma sel B sering dijumpai pada otak ,sum-sum tulang dan traktus
gastrointestinal.

d.. Manifestasi neururologik :


Komplikasi neurologik meliputi fungsi saraf sentral,perifer dan autonum dimana
gangguan ini dapat terjadi akibat efek langsung HIV pada jaringan saraf
,IO,neoplasma primer atau metastatik,perubahan serebrovaskuler,ensefalopati
metabolik atau komplikasi skunder karena terapi.kompleks berupa:
* Ensefalopati HIV (kompleks dimensia AIDS) berupa sindrom klinis yang ditandai
penurunan progesif pada fungsi kognitif,perilaku dan motorik.Manifestasi dini
mencakup gangguan daya ingat,sakit kepala, kesulitan konsentrasi,konfusi
progesif,pelambatan psikomotorik,apatis dan ataksi.Stadium lanjut mencakup
gangguan kognitif global,kelambatan dalam respon verbal,gangguan afektif
seperti

pandangan

yang

kosong,

hiperrefleksi

paraparesis

spatik,

psikosis,halusinasi, tremor,inkontinensia, serangan kejang,mutisme .


*

Meningitis kriptokokus yaitu infeksi jamur Cryptococcus neoform dengan gejala


demam, sakit kepala, malaise,kaku kuduk, mual,vomitus,perubahan status
mental dan kejang.

Leukoensefalopati multifokal progresiva (PML) merupakan kelainan sistem saraf


pusat dengan demielinisasi yang disebabkan virus J.C manifestasi klinis dimulai
dengan konfusi mental dan mengalami perkembangan cepat yang pada akhirnya
mencakup gejala kebutaan,afasia,paresis .

Mielopati vaskuler merupakan kelainan degeneratif yang mengenai kolumna


lateralis dan posterior medulla spinalis sehingga terjadi paraparesis spastik
progresiva,ataksia serta inkontinensia.

13

* Neuropati perifer yang berhubungan dengan HIV diperkirakan merupakan kelainan


demielisasi

dengan

disertai

rasa

nyei

serta

patirasa

pada

ekstrimitas,kelemahan,penurunan reflkes tendon yang dalam ,hipotensi ortostik


g..

Manifestasi dermatologik:

IO seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan
vesikel yang nyeri yang merusak integritas kulit

Moluskum kontaiosum merupakan infeksi virus ditandai oleh pembentukan plak


yang disertai deformitas.

Dermatitis seboroika akan disertai ruam yang difus,bersisik dengan indurasi yang
mengenai kulit kepala serta wajah.

Folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit kering dan mengelupas atau
dengan dermatitis atopik seperti eczema atau psoriasis.

h..

Sistem sensorik ;

Pandangan : sarcoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata,retinitis


sitomegalovitus

Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media ,kehilangan pendengaran


yang berhubungan dengan mielopati,meningitis,sitomegalovirus dan reaksi
reaksi obat.

7.

CARA PENULARAN
HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang mengandung partikel virus,
yang ditularkan melalui cara:
a. Hubungan sex dengan penderita HIV (+)
b. Tranfusi darah yang terkontaminasi
c. Penggunaan jarum suntik bersama pada IDU
d. Ibu hamil yang HIV (+) ke bayi yang dikandung
e. Memberi ASI dari ibu yang HIV (+) ke bayi

8.

PEMERIKSAAN FISIK

14

Pemeriksaan fisik mencakup inspeksi ,palpasi auskultasi dan perkusi dimana


pada pasien AIDS diterapkan universal precaution. Pemeriksaan fisik lengkap
harus dilakukan termasuk:
Keadaan umum : kurus, sakit akut/kronis,lemah
*

Pemeriksaan funduskop, terutama pada pasien dengan penyakit HIV lanjut (mis.
CD4 <100) sebagai skrining untuk retinitis CMV.

Pemeriksaan mulut untuk mencari kandidiasis, oral hairy leukoplakia, penyakit


gusi.

Kelenjar getah bening: limfadenopati generalisata , kelenjar yang asimetris (kirikanan tidak sama) atau yang cepat membesar dapat menunjukkan infeksi atau
kanker yang mendasari

Pemeriksaan kelamin dan dubur untuk mencari luka dalam atau luar misalnya
herpes atau kondilomata

Pemeriksaan neurologis termasuk penilaian fungsi saraf perifer.

Pemeriksaan kulit untuk mencari lesi kulit terkait HIV yang bermakna, termasuk
dermatitis seborea, psoriasis, folikulitis, sarkoma Kaposi, kutil umum, dan
moluskum kontagiosum.

Palpasi abdomen untuk mencari organomegali.

Auskultasi : untuk mencari rhonci/wheezing, suara jantung,peristaltik usus

Perkusi untuk mendeteksi adanya gas,cairan atau massa dimana bunyi dapat
timpani( normal),pekak,redup

9.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK /PENUNJANG

a.

Pemeriksaan laboratorium:
1) Tes yang digunakan untuk mendiagnosis HIV dan melihat perkembangan
penyakit serta responnya terhadap terapi HIV yaitu:
a) Tes anti bodi HIV :
* Tes ELISA ( Enzym Linked Immunosorbent Assay )
ELIZA tidak menegakkan diagnosis AIDS tapi menunjukkan bahwa sesorang
terinfeksi HIV.
* Western Blot Assay
Mengenali antibody HIV dan memastikan seropositiftas HIV.
15

RIPA ( Radio Immuno Precipitation Assay )


Mendeteksi protein dari anti bodi

Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositif.
b) Pelacakan HIV : antigen p24,reaksi rantai polimerasi (PCR),kultur sel
mononuclear darah perifer untuk HIV-1,kultur sel kualitatif, klutur plasma
kuantitatif, Mikroglobulin B2,neopterin serum.

c) Status Imun : sel-sel CD4+, % sel-sel CD4+,rasio CD4:CD8,hitung sel darah


putih,kadar immunoglobulin,tes fungsi sel CD4+,reaksi sensitivitas pada tes
kulit.
2) Pemeriksaan sitologis urine,feses,cairan spinal,sputum dan sekresi untuk
mengidentifikasi infeksi protizoa,jamur,bakteri,viral.
3) Pemeriksaan darah umum: DL,SGOT,SGPT,BUN/SC,Protein total,Albumin,
Globulin,Kolestrol,AGD,Elektrolit
b.

Radiologi: Thorak foto ,USG

c.

Pemeriksaan neurologist : EEG,MRI,CT Scan otak, EMG

d.

Biopsi

e. Bronkoskopi
9.

DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan pada riwayat klinis,identifikasi faktor risiko,pemeriksaan
fisik,bukti laboratorium yang menunjukkan disfungsi kekebalan,identifikasi
antibodi HIV, tanda tanda serta gejala dan infeksi atau malignansi yang termasuk
dalam sistem klasifikasi CDC untuk infeksi HIV.

10. PENCEGAHAN
Program pencegahan penyebaran HIV dipusatkan pada pendidikan masyarakat
mengenai cara penularan HIV dengan tujuan merubah kebiasaan orang-orang
yang berisiko tinggi tertular:
16

a. Untuk orang sehat


-

Abstinens ( tidak melakukan hubungan sex ) dengan orang yang terinfeksi


HIV

Sex aman ( terlindung )

b. Untuk penderita HIV (+)


-

Abstinens

Sex aman

Tidak mendonorkan darah / organ

Mencegah kehamilan

Memberitahu mitra seksual

c. Untuk penyalahgunaan obat-obatan


-

Menghentikan penggunaan jarum bersama sama

Mengikuti program rehabilitasi

d. Untuk profesional kesehatan


-

Menggunakan sarung tangan lateks pada setiap kontak dengan cairan tubuh/
selalu menerapkan UP.

11. THERAPHY / TINDAKAN PENANGANAN


Upaya penanganan medis meliputi beberapa cara pendekatan yang mencakup
penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta malignansi, penghentian
replikasi virus HIV lewat preparat antivirus dan penguatan serta pemulihan sistem
imun melalui penggunaan preparat imunomodulator dan perawatan suportif
seperti :
a. Penggunaan obat-obatan untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV :
1) Infeksi umum : Trimetoprim sulfametoksazol ( TMP-SMZ)
2) PCP : TMP-SMZ,Pentamidin,kombinasi trimetoprim oral
3) MAC : Rifabutin
17

4) Meningitis : amfoterisin B IV
5) Retinitis CMV : Foskarat
6) Kandidiasis : suspensi nistatin
7) Lesi esophagus : ketokonazol / flukonazol
8) Diare kronis : Sandostatin
b. Pemberian suplemen nurisi : advera
c. Penanganan

keganasan

dengan

kemoterapi

ABV

Adreamisin,

Bleomisin,Vinkristin )
d. Terapi anti retrovirus:
1) Golongan NRTI ( Nucleussides Reverse Transcriptase Inhibitor )
Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses
perubahan

RNA

virus

menjadi

DNA

seperti

Zidovudin

(ZDV),Lamivudin( 3TC),Stavudin ( D4T),Didanosin ( ddl).


2) Golongan NNRTI (Non-Nukleosida Reverse Transcriptase Inhibitor )
Obat ini bekerja menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA
seperti:Nevirapin.,Foscavir.
3) Inhibitor protease merupakan obat yang menghambat kerja enzim
protease seperti indinavir,nelfinavir,ritonavir,saquinavir.

e. Terapi alternatif
Terapi alternatif dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu:
1) Terapi

spiritual

atau

psikologis

terapi

humor,hypnosis,faith

healing,afirmasi positif
2) Terapi nutrisi : diet , suplemen vit c.
3) Terapi obat dan biologik : ozon,oksigen
4) Terapi

dengan

tenaga

fisik

dan

alat

akupuntur,akupresor,masase,refleksologi,yoga,kristal.

18

B.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1.PENGKAJIAN
A,Pengumpulan data
Pengkajian keperawatan mencakup pengumpulan data tentang faktor risiko , status
fisik/psikologis,pemeriksaan penunjang

termasuk munculnya IO pada organ

ataupun kanker yang spesifik dimana pengumpulan data dasar dapat berpedoman
pada

Rencana

Asuhan

Keperawatan

aktifitas/istirahat,sirkulasi,integritas

oleh

Doenges,dkk

meliputi

ego,eliminasi,makanan/cairan,hygiene,

neurosensori, kenyamanan, pernafasan,

keamanan, seksualitas,

interaksi sosial,

pembelajaran dan data yang menyimpang dikelompokkan menjadi data subyektif


dan obyektif sebagai berikut :
1).Data Obyektif:
Penurunan BB yang signifikan,kelemahan otot,massa otot menurun,lesi di rectal /
perianal,perubahan karakteristik urin,turgor kulit buruk,lesi rongga mulut dan
kulit(

rash,kering,iritasi),perubahan

tanda

vital,cemas,depresi,kebingungan,

menarik diri,feses encer,nyeri tekan abdominal, kejang ,perubahan bunyi nafas,


takipnea,

dispneu,pembesaran

pucat,muntah

darah,peningkatan

kelenjar

limpa/limpadenopati

suhu tubuh,albumin

,konjungtiva

rendah,batuk,sputum,

tampak lelah,tampak meringis,ketidak mampuan melaksanakan ADL,menanyakan


tentang penyakit, lab HIV
( +),penurunan CD4+/selT4,leukopenia

2).Data Subyektif:
Menyatakan :tidak nafsu makan,mual,muntah,porsi makan tidak habis,diare
kronis, nyeri pada mulut dan sekitar anus,kesulitan menelan,mudah lelah, demam,
sulit

tidur,sering

diagnosa,pusing,sakit

terbangun,

bab

kepala,mudah

warna

hitam,putus

lupa,sesak,nyeri

asa,mengingkari

dada,

takut,tampak

meringis,penurunan fungsi pendengaran,penglihatan. .


b. Analisa data
Data Obyektif

Data Subyektif

Kesimpulan
19

Turgor kulit buruk,

Mual ,muntah

Kekurangan volume cairan

demam

Hipertermi

Diare kronis
Peningkatan suhu tubuh

Penurunan BB, albumin Tidak nafsu makan,mual,

Perubahan nutrisi kurang

rendah,massa

dari kebutuhan tubuh

otot muntah, kesulitan

menurun

menelan, nyeri pada mulut


Porsi makan tidak habis

Batuk

Sering terbangun, sulit

Gangguan pola tidur

tidur
Batuk bersputum, dispneu

Sesak

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

Ketidakmampuan

Mudah lelah

melaksanakan

Intoleransi aktifitas

ADL,

kelemahan otot
Retrakasi

otot Sakit pada mulut, di

dada,batuk,lesi

Nyeri

pada sekitar anus,dan pada

kulit,neuropati perifir

kulit.Sakit kepala.

Albumin rendah, CD4+ di Lemah

Resiko Infeksi

bawah angka normal


Pengobatan

seumur Mengingkari diagnosa

hidup,menanyakan

Resiko

manajemen

regimen terapi tidak efektif

penyakit
Lab HIV +

Perubahan

status -

Resiko penularan
Ansietas
20

kesehatan

Isolasi sosial

Feses encer
Lesi

pada

rongga -

Diare
Kerusakan integritas kulit

mulut,kulit dan perianal


Kejang

Pandangan

Resiko cedera

kabur,pendengaran
menurun
Albumin rendah,

Resiko infeksi

Dyspnoe

Mengatakan sesak

Perubahan pola nafas

Konjungtiva pucat,muntah

PK Anemia

leucopenia,penurunan
CD4+

darah,bab warna hitam

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari WOC yang telah dibuat dapat dimunculkan masalah keperawatan sebagai
berikut:
1.Resiko penularan .
2.Diare.
3.Kekurangan volume cairan.
4.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh .
5.Hipertermi .
6.Gangguan pola tidur .
7.Bersihan jalan nafas tidak efektif .
8.Pola nafas tidak efektif .
9.Intoleransi aktifitas .
21

10.Kerusakan integritas kulit .


11.Resiko tinggi infeksi .
12.Risiko cedera .
13.Nyeri .
14.Ansietas .
15.Risiko manajemen regimen teraputik tidak efektif .
16.Isolasi sosial .
17.Perubahan proses pikir.
18.Gangguan citra tubuh.
19.PK Anemia
Adapun diagnosa perawatan yang muncul sebagai berikut :
1.Resiko penularan berhubungan dengan infeksi HIV.
2.Diare berhubungan dengan kuman pathogen usus/infeksi HIV ditandai dengan
pasase feses sering dan encer.
3.Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh (>37.5C)
4.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare kronis ditandai dengan turgor
kulit buruk,penurunan produksi urin.
5.Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan depresi sistem imun.
6.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus
ditandai dengan adanya sputum,ronchi (+).
7.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi endotrakeal ditandai dengan
dispnea.
8.Perubahan nurtrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral ditandai dengan mual,muntah,tidak nafsu makan,porsi makan tidak
habis,nyeri pada mulut,penurunan BB,massa otot menurun.
9.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diare dan manifestasi HIV ditandai
dengan adanya lesi pada kulit dan perianal.
10.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi energi,kelemahan
ditandai dengan tidak mampu melaksanakan ADL,mudah lelah.
11.Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap
gangguan pernafasan, batuk-batuk ditandai dengan mengatakan sering terbangun,sulit
tidur dan tampak lelah.
22

12.Nyeri berhubungan dengan efek sekunder terhadap batuk/retraksi otot dada,lesi


pada mulut dan kulit,neurofati perifir ditandai dengan mengeluh nyeri saat
batuk,tampak meringis,perubahan TTV.
13.Ansietas berhubungan perubahan status kesehatan ditandai dengan menanyakan
penyakit.
14.Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status ksehatan ditandai dengan
menarik diri.
15.Perubahan

proses

pikir

berhubungan

dengan

penurunan

fungsi

kognitif,prilaku,motorik ditandai dengan gangguan daya ingat,kebingungan.


16.Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi sensori dan ensefalopati.
17.Risiko manajemen teraputik tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dan pengobatan seumur hidup.
18.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis ditandai dengan
menarik diri,putus asa.
19.PK Anemia.

3.RENCANA KEPERAWATAN
Untuk pemecahan masalah perawatan pada konsep askep ini tidak kami
prioritaskan, dan prioritas tergantung pada pasien yang ditemui di lapangan
nantinya.

HARI
TGL/
JAM

DIAGNOSA
PERAWATAN

RENCANA
TUJUAN

RENCANA TINDAKAN

RASIONAL

1. Resiko

Setelah diberikan

1.Lakukan tindakan

Mencegah

penularan

tindakan

kewaspadaan

kontaminasi

berhubungan

keperawatan

universal pada semua

kuman / penularan

23

dengan infeksi selama 3x24 jam


HIV

pasien

diharapkan
tindakan

2. Instruksikan pasien

Mencegah

pencegahan dapat

untuk mencuci tangan kontaminasi kuman

dilakukan.

setelah menangani

K.E :

sekresinya sendiri

- UP diterapkan
sesuai protap

3.Lakukan perawatan

Menghindari

- Keluarga dapat

khusus pada alat

penyebaran kuman

menjelaskan cara

perawatan

penularan dan
pencegahan

4.Amati semua tehnik Masukan untuk

penyakit

anggota tim terhadap

tindakan

tindakan

pencegahan inos

kewaspadaan
universal dan berikan
umpan balik
5.Berikan penjelasan

Penjelasan dapat

pada keluarga tentang

meningkatkan

cara penularan dan

pengetahuan dan

pencegahannya.

mengurangi risiko

2.Diare

Setelah diberikan

1. Kaji kebiasaan

penularan.
Memberikan dasar

berhubungan

tindakan

defikasi normal

untuk evaluasi

dengan kuman keperawatan

pasien

pathogen usus

selama 5x24 jam

/ infeksi HIV

diharapkan diare

2.Kaji terhadap diare:

Mendeteksi

ditandai

dapat terkontrol.

sering,feses

perubahan pada

dengan pasase

K.E:

encer,nyeri/kram

status,kuantitas

feses encer

- Melaporkan

abdomen,volume

kehilangan cairan

dan sering

penurunan

feses cair , faktor

dan memberikan

episode diare

pemberat dan

dasar untuk

- Menunjukkan

penghilang.

tindakan
24

kultur feses

keperawatan.

normal
3.Kolaborasi untuk

Mengidentifikasi

pemeriksaan kultur

dan mengatasi

feses dan berikan

organisme

terapi anti mikroba

patogenik.

sesuai ketentuan .
4.Lakukan tindakan

Tirah baring dapat

untuk mengurangi

menurunkan

pembatasan sesuai

episode akut.

ketentuan dokter:
a.Pertahankan

Menurunkan

pembatasan makanan

stimulasi usus.

dan cairan sesuai


ketentuan dokter.
b.Hindari merokok.

Nikotin bertindak

c.Hindari iritan usus

sebagai stimulant

seperti makanan

usus.

berlemak atau

Mencegah

gorengan,sayuran

merangsang usus

mentah dan kacang-

dan distensi

kacangan.

abdomen.

d.Berikan makanan

Meningkatkan

sedikit tapi sering.

nutrisi adekuat.

5.Delegatif

Menurunkan

pemberian

spasme dan

antispasmodik

motilitas usus.

,antikolenergik
6.Pertahankan

Mencegah

masukan cairan

hipovolemia.

sedikitnya 3 L kecuali
25

dikontra indikasikan.
3.Hipertermi

Setelah diberikan

1.Observasi suhu tiap

Mengetahui

berhubungan

tindakan

2 jam

perkembangan

dengan proses

keperawatan

infeksi

selama 3x24 jam

ditandai

diharapkan suhu

dengan

tubuh dalam batas hangat di daerah

peningkatan

normal .

suhu tubuh

K.E:

suhu tubuh pasien


2. Beri kompres

Memberi
rangsangan pada

pembuluh darah besar hipotalamus

( suhu tubuh > - Suhu tubuh

3.Delegatif

Antipiretik untuk

37 5 C)

36-37 C

pemberian antipiretik

menurunkan suhu

- Klien merasa

dan antibiotika.

dan antibiotika

nyaman tanpa

untuk membunuh

rasa panas

kuman.
4.Kolaborasi untuk

Mengidentifikasi

pemeriksaan

penyebab
Mengetahui derajat
kehilangan cairan

4.Kekurangan

Setelah diberikan

laboratorium
1.Kaji status

volume cairan

tindakan

kulit,turgor dan

berhubungan

keperawatan

selaput lender

dengan diare

selama 3x24 jam

kronis

diharapkan

2.Kaji status hidrasi

Memberi informasi

ditandai

kekurangan

dan catat intake dan

tentang

dengan turgor

volume cairan

out put

keseimbangan

kulit

dapat diatasi.

cairan dan fungsi

buruk,penurun K.E:

ginjal sebagai

an produksi

- Membran

pedoman pemberian

urin

mukosa lembab

cairan.

- Turgor kulit
membaik

3.Kaji keseimbangan

Diare dan muntah

- TTV satbil

elektrolit dan

berlebihan diikuti

- Pengeluaran

observasi sesuai

oleh kehilangan

26

urin 400 cc/24

kebutuhan.

elektrolit.

4. Pantau pemasukan

Mempertahankan

jam

oral dan memasukkan keseimbangan


cairan sedikitnya

cairan ,mengurangi

2500ml/hari.

rasa haus dan


melembabkan
membran mukosa

5.Pantau tanda-tanda

Sebagai indikator

vital

dari volume cairan


sirkulasi

6.Delegatif

Mencukupi

pemberian cairan

kebutuhan cairan.

/elektrolit IV
7.Pantau pemeriksaan Sebagai
lab sesuai indikasi :

kewaspadaan

elektrolit,bun/sc

terhadap gangguan
elektrolit dan fungsi

5.Risiko

Setelah diberikan

1.Pantau adanya

ginjal.
Deteksi dini

tinggi infeksi

tindakan

infeksi:

terhadap infeksi

berhubungan

keperawatan

demam,menggigil

,penting untuk

dengan

selama 5x24 jam

,diaforesis,batuk,

melakukan tindakan

depresi sistem

diharapkan tidak

nafas pendek,nyeri

segera.

imun

terjadi infeksi.

oral,

Infeksi lama dan

K.E:

sering berkemih,

berulang

- Menunjukkan

,kemerahan,bengkak,

memperberat

dan melaporkan

lesi vesikuler di

kelemahan pasien.

tidak ada

wajah,bibir,area

demam,menggigil

perianal
27

,diaforesis.
2.Ajarkan pasien

Memberikan

/keluraga tentang

deteksi dini

perlunya melaporkan

terhadap infeksi

kemungkinan infeksi
3.Pantau jumlah sel

Peningkatan SDP

darah putih dan

dikaitkan dengan

diferensial

infeksi.

4.Dapatkan kultur

Mengidentifiaksi

drainase luka,lesi

organisme

kulit,urin,feses,sputu

pengganggu dan

m,mulut dan darah

untuk tindakan

sesuai ketentuan dan

yang tepat.

berikan antimikrobial
sesuai ketentuan
5.Pertahankan tehnik

Mencegah infeksi.

aseptik bila
melakukan prosedur
invasif
6.Bersihan

Setelah diberikan

1.Kaji dan laporkan

Menunjukan fungsi

jalan nafas

tindakan

tanda dan gejala

pernafasan

tidak efektif

keperawatan

perubahan status

abnormal.

berhubungan

selama 5x24 jam

pernafasan:

dengan

diharapkan

takipnea,penggunaan

peningkatan

bersihan jalan

otot aksesori,batuk,

produksi

nafas membaik.

warna dan jumlah

mukus

K.E:

sputum,bunyi nafas

ditandai

- Frekuensi nafas

abnormal,warna kulit

dengan

normal ( 20x/mt)

abu-abu/sianotik,

adanya

- Bunyi nafas

gelisah,konfusi atau

sputum,ronchi

normal

somolen.
28

(+)

- Sputum
berkurang bahkan

2.Dapatkan sampel

Membantu dalam

hilang

sputum untuk kultur

identifikasi

- Paru bersih

yang diprogramkan

organisme

oleh dokter dan

patogenik.

berikan anti
mokrobial sesuai
ketentuan.
3. Berikan perawatan

Mencegah stasis

paru : batuk

sekresi dan

efektif,nafas dalam,

meningkatkan

drainase postural

bersihan jalan

dan vibrasi setiap 2

nafas.

sampai 4 jam
4.Bantu pasien dalam

Memudahkan

mengambil posisi

bersihan jalan nafas

fowler tinggi atau

dan pernafasan.

semi
5.Lakukan tindakan

Memudahkan

untuk menurunkan

ekspektorasi sekresi

viskositas sekresi :

.mencegah stasis

a.Mempertahankan

ekskresi

masukan cairan
sedikitnya 3L per hari
ecuali
dikontraindikasikan.
b.Lembabkan udara
yang diinspirasikan
sesuai ketentuan
dokter.
c.Konsulkan dengan
29

dokter mengenai
penggunaan agens
mukolitik yang
diberikan melalui
nebulezer
7.Lakukan

Membuang sekresi

pengisapan trakel

bila pasien tidak

sesuai kebutuhan .

dapat
melakukannya.

8.Delegatif

Meningkatkan

pemberian terapi

avaibilitas oksigen.

oksigen sesuai
7.Pola nafas

Setelah diberikan

ketentuan
1.Auskultasi bunyi

Memperkirakan

tidak efektif

tindakan

nafas,tandai daerah

adanya

berhubungan

keperawatan

paru yang mengalami

perkembangan

dengan

selama 5x24 jam

penurunan

komplikasi /infeksi

obstruksi

diharapkan pola

/kehilangan ventilasi

pernafasan.

endotrakeal

nafas efetif dapat

dan

ditandai

dipertahankan.

munculnya bunyi

dengan

K.E:

adventius : ronchi,

dispnea

- Sianosis (-)

mengi,krekels

- Frekuensi nafas
normal (20x/mt) 2.Catat kecepatan /

Takipnea,sianosis ,

- Bunyi nafas

kedalaman

tak dapat

normal

pernafasan

beristirahat dan

,sianosis,penggunaan

peningkatan nafas

otot aksesori dan

menunjukan

munculnya dispnea.

kesulitan
pernafasan dan
adanya kebutuhan
untuk
30

meningkatkan
pengawasan /
intervensi medis.

3.Beri posisi fowler

Meningkatakan
fungsi pernafasan
yang optimal.

4.Berikan periode

Menurunkan

istirahat yang

konsumsi O2..

cukup ,pertahankan
lingkungan tenang.
5.Delegatif

Mempertahankan

pemberian O2 dan

ventilasi /oksigenasi

obat-obatan sesuai

efektif.

indikasi

8.Perubahan

Setelah diberikan

1. Kaji terhadap

Memberikan

nutrisi kurang

tindakan

malnutrisi dengan

pengukuran

dari

keperawatan

mengukur tinggi dan

obyektif terhadap

kebutuhan

selama 7x24 jam

berat

status nutrisi.

berhubungan

diharapkan terjadi

badan,usia,protein

dengan

perbaikan status

serum, albumin,

penurunan

nutrisi

hemoglobin dan

masukan oral

K.E:

pengukuran

ditandai

- Melaporkan

antropometri.

dengan

peningkatan nafsu

adanya mual

makan

2. Kaji riwayat diet

Memastikan

muntah , nyeri - Porsi makan

termasuk makanan

kebutuhan terhadap

pada mulut,

habis

yang disukai dan

pendidikan

tidak nafsu

- BB tidak turun

tidak disukai serta

nutrisi ,membantu
31

makan porsi

intoleransi makanan

makan tidak

intervensi
individual.

habis,penurun
an BB,massa

3.Kaji faktor-faktor

Memberikan dasar

otot menurun

yang mempengaruhi

dan arahan untuk

masukan oral:

intervensi.

kemampuan
mengunyah,
merasakan,menelan.
4.Kolaborasi dengan

Memudahkan

ahli gizi untuk diet

perencanaan

kalori tinggi.

makanan.

5.Kurangi faktor
yang membatasi
masukan oral :
a.Dorong pasien

Meminimalkan

istirahat sebelum

keletihan yang

makan

dapat menurunkan
nafsu makan.

b.Rencanakan makan

Menurunkan

sehingga jadwal

rangsang

makan tidak terjadi

mencemaskan.

segera setelah
prosedur yang
menimbulkan nyeri
atau tidak enak.
c.Dorong pasien

Membatasi isolasi

untuk makan dengan

sosial dan

orang terdekat bila

meningkatakan

mungkin.

nafsu makan.

32

d.Beri makan sedikit

Mengurangi mual

tapi sering.

dan mencegah
pasien terlalu
kenyang..

e.Batasi cairan 1 jam

Mencegah pasien

sebelum makan dan

terlalu kenyang.

pada saat makan.


6.Delegatif tentang

Mengurangi

pemberian antiemetik

muntah,meningkat

,suplemen vitamin,

kan fungsi

anti jamur dan nutrisi

gaster,mengatasi

parentral,enteral.

kandidiasis dan
mencukupi
kebutuhan nutrisi.

7.Timbang BB sesuai

Sebagai indikator

kebutuhan

kebutuhan nutrisi.

1.Kaji kulit setiap

Menyatakan

integritas kulit tindakan

hari,catat warna,

perubahan status

berhubungan

keperawatan

turgor,sirkulasi dan

dan dasar

dengan diare

selama 3x24 jam

sensasi,gambarkan

melakukan

dan

diharapkan tidak

lesi dan amati

intervensi.

manifestasi

terjadi kerusakan

perubahan.

HIV ditandai

integritas kulit

dengan

lebih lanjut.

2. Pertahankan

Mempertahankan

adanya lesi

K.E:

hygiene kulit :

kebersihan,karena

pada kulit dan

- Lesi pada

membasuh kemudian

kulit yang kering

perianal.

kulit/perinal

mengeringkannya

dapat menjadi

membaik

dengan hati-hati dan

barrier infeksi

melakukan masase

,pembasuhan kulit

dengan menggunakan

kering sebagai ganti

9.Kerusakan

Setelah diberikan

33

lotin atau krim.

menggaruk
menurunkan risiko
trauma dermal pada
kulit yang
kering/rapuh.
Masase
meningkatkan
sirkulasi dan
meningkatkan
kenyamanan.

3.Ubah posisi secara

Mengurangi stress

teratur,dorong

pada titik

pemindahan BB

tekanan,meningkat-

secara periodik dan

kan aliran darah ke

lindungi penonjolan

jaringan .

tulang dengan
bantal,bantalan
tumit/siku.
4. Pertahankan seprei

Friksi kulit

bersih,kering dan

disebabkan kain

tidak berkerut.

yang berkerut dan


basah menyebabkan
iritasi .

5.Dorong untuk

Menurunkan

ambulasi/turun dari

tekanan pada kulit

tempat tidur jika

dari istirahat lama

memungkinkan.

ditempat tidur.

6.Bersihkan area

Mencegah maserasi

perianal :

yang disebabkan

membersihkan feses

oleh diare dan


34

dengan menggunakan

menjaga lesi

air /air

perianal tetap

mineral,hindari

kering.

penggunaan kertas
toilet jika timbul
vesikel,berikan krim
pelindung.
7.Gunting kuku

Kuku yang panjang

secara teratur.

meningkatkan
risiko kerusakan
dermal.

8.Tutup luka tekan

Mengurangi

yang terbuka dengan

kontaminasi

pembalut yang steril

bakteri,meningkat-

atau barier protektif.

kan proses
penyembuhan.

9.Kolaborasi kultur

Mengidentifikasi

dari lesi kulit terbuka. bakteri pathogen


dan pilihan
perawatan yang
sesuai.
10.Delegatif

Untuk perawatan

pemberian obat-

kulit sehinggan

obatan

tidak

topical/sitemik sesuai

terjadikerusakan

indikasi

lebih lanjut..

11.Lindungi lesi atau

Melindungi area

ulkus dengan balutan

ulserasi dari

basah atau salep

kontaminasi dan
35

antibiotik

meningkatkan
penyembuhan.

10.Intoleransi

Setelah diberikan

1.Kaji respon pasien

Sebagai indikator

aktifitas

tindakan

terhadap

terhadap respon

berhubungan

keperawatan

aktifitas,perhatikan

fisiologis .

dengan

selama 5x24 jam

frekuensi

penurunan

diharapkan

nadi,peningkatan

produksi

aktivitas dapat

tekanan

energi ,

ditingkatkan

darah,dispneu,

kelemahan

sesuai

keletihan dan

ditandai

kemampuan.

kelemahan yang

dengan tidak

K.E:

berlebihan

mampu

-TTV stabil

melaksanakan

- Pasien mampu

2.Atur aktivitas saat

Periode istirahat

ADL,mudah

berpartisipasi

pasien sangat

yang sering sangat

lelah.

dalam aktifitas

berenergi,sediakan

dibutuhkan dalam

yang ditingkatkan

fase istirahat.

menghemat energi .

3.Tetapkan

Mengusahakan

keberhasilan aktivitas

kontrol diri dan

yang realistis .

perasaan
berhasil,mencegah
timbulnya perasaan
frustasi .

4.Bantu memenuhi

Rasa lemas dapat

kebutuhan perawatan

membuat AKS

diri,pertahankan

hampir tidak

tempat tidur dalam

mungkin bagi

posisi rendah dan

pasien untuk

bantu ambulasi .

menyelesaikannya,
melindungi pasien
dari cedera selama
36

aktivitas.
5.Tingkatkan

Mengijinkan pasien

aktivitas sesuai

untuk lebih aktif

petunjuk ,dorong

tanpa menyebabkan

pasien untuk

kepenatan dan rasa

melakukan apapun

prustasi.

yang mungkin:
perawatan diri
,berjalan,duduk di
kursi.
6.Instruksikan pasien

Mengurangi

tentang tehnik

penggunaan energi

penghematan energi :

dan membantu

mnggunakan kursi

keseimbangan

saat mandi,duduk

suplai dan

saat menysir rambut

kebutuhan oksigen

atau sikat
gigi,melakukan
aktifitas secara
perlahan
11.Gangguan

Setelah diberikan

1.Kaji kebiasaan tidur Mengidentifikasi

pola tidur

tindakan

dan perubahan yang

intervensi yang

berhubungan

keperawatan

terjadi.

tepat.

dengan sering

selama 3x24 jam

terbangun

diharapkan pola

2.Beri tempat tidur

Meningkatkan

sekunder

tidur adekuat.

yang nyaman.

kenyamanan tidur

terhadap

K.E:

dan dukungan

gangguan

- Klien

psikologis.

pernafasan

melaporkan dapat

,batuk-batuk

tidur dengan baik

3. Instruksikan

Membantu

ditandai

( 5-6jam )

tindakan relaksasi.

menginduksi tidur.
37

dengan

- Tampak segar

mengatakan

4.Beri posisi

Pengubahan posisi ,

sering

nyaman,bantu dalam

mengubah area

terbangun dan

pengubahan posisi.

tekanan

sulit

meningkatkan

tidur.,tampak

istirahat.

lelah.
5.Anjurkan minum

Membantu

minuman yang

mengencerkan

hangat sebelum tidur

sekret sehingga
mudah dikeluarkan.

6.Latih batuk efektif

Membantu
mengeluarkan
sekret.

7.Delegatif dalam

Memudahkan sekret

pemberian

keluar.

ekspektoran
12.Nyeri

Setelah diberikan

1.Kaji lokasi,lamanya

Membantu

berhubungan

tindakan

intensitas

mngevaluasi

dengan efek

keperawatan

( skala 0-10) ,

sumber dan lokasi

sekunder

selama 3x24 jam

penyebaran dan

stimulus.

terhadap lesi

diharapkan nyeri

perhatikan tanda-

mulut & kulit,

berkurang bahkan

tanda non verbal :

batuk /retraksi

hilang.

perubahan

otot dada,

K.E:

TD,HR,gelisah.

neuropati

- Ekspresi wajah

perifir

rileks

2.Dorong

Dapat mengurangi

ditandai

- Skala nyeri 3

pengungkapan

ansietas dan rasa

dengan

- Dapat

perasaan.

takut sehingga

mengeluh

istirahat/tidur

mengurangi

nyeri saat

dengan adekuat

persepsi akan
38

batuk,sakit

intensitas rasa sakit.

kepala,tampak
meringis.

3.Jelaskan penyebab

Membantu

nyeri dan pentingnya

penanganan

melaporkan

terhadap nyeri dan

perubahan dan

komplikasinya.

karakteristik nyeri
4.Lakukan tindakan

Meningkatkan

paliatif :pengubahan

relaksasi

posisi,masase

/menurunkan
ketegangan otot.

5. Motivasi

Mengalihkan

melakukan tehnik

perhatian dari nyeri

distraksi dan

dan membantu

penggunaan nafas

relaksasi otot.

dalam.
6.Delegatif

Mengurangi nyeri
Peningkatan

13.Ansietas

Setelah diberikan

pemberian analgetik
1.Kaji tingkat

berhubungan

tindakan

kecemasan secara

kecemasan

dengan

keperawatan

terus menerus

membuat pasien

perubahan

selama3x24 jam

tidak berespon

status

diharapkan

terhadap tindakan

kesehatan

ansietas

yang dilakukan

ditandai

berkurang ,koping

dengan

efektif

2.Jamin pasien

Memberikan

menanyakan

K.E:

tentang kerahasiaan

penentraman hati

penyakit.

- Memperlihatan

dalam batasan situasi

dan kesempatan

kemampuan

tertentu.

bagi pasien untuk

mengatasi

memecahkan

masalah

masalah pada
39

situasi yang
diantisipasi.
3.Pertahankan

Menjamin bahwa

hubungan yang sering pasien tidak akan


dengan pasien.

sendiri/ditelantarkan.

4.Berikan informasi

Dapat mengurangi

akurat dan konsisten

ansietas dan

mengenai

ketidakmampuan

prognosis,hindari

pasien untuk

argumentasi

membuat

mengenai persepsi

keputusan.

pasien .
5.Waspada terhadap

Pasien mungkin

tanda-tanda

akan menggunakan

penolakan /depresi :

mekanisme

menarik

bertahan dengan

diri,marah,ucapan

penolakan dan terus

ucapan yang tidak

berharap

tepat,timbulnya ide

diagnosanya tidak

bunuh diri .

akurat.Rasa
bersalah dan
tekanan spiritual
mungkin akan
menyebabkan
pasien menarik diri
dan percaya bahwa
bunuh diri adalh
suatu alternatif.

6.Berikan lingkungan

Membantu pasien
40

terbuka.

untuk merasa
diterima pada
kondisi sekarang
tanpa perasaan
dihakimi dan
meningkatkan
perasaan harga diri

7.Beri kesempatan

Penerimaan

untuk

perasaan akan

mengekspresikan rasa membuat pasien


marah,takut,putus asa

dapat menerima

tanpa konprontasi.

situasi.

8.Kenali dan dukung

Pilihan intervensi

tahap pasien

ditentukan oleh

/keluarga pada proses

tahap berduka.

berduka.
9.Jelaskan

Informasi yang

prosedur,berikan

akurat akan

kesempatan untuk

membuat pasien

bertanya dan jawab

dapat lebih efektif

dengan jujur .

dalam menghadapi
realita sehingga
dapat mengurangi
ansietas.

10.Anjurkan pasien

Dapat mengurangi

untuk berdoa sesuai

ansietas dan ketidak

keyakinan

mampuan pasien
dalam membuat
keputusan.

41

11.Kolaborasi untuk

Mungkin

rujuk pada konseling

diperlukan dalam

psikiatri.

berhadapan dengan
diagnosa/prognosis
terutama jika timbul
pikiran untuk bunuh
diri.

14.Isolasi

Setelah diberikan

1.Kaji tentang pola

Menentukan dasar

sosial

tindakan

interaksi sosial pasien intervensi.

berhubungan

keperawatan

yang lazim.

dengan

selama 3x24 jam

perubahan

diharapkan terjadi

2.Observasi terhadap

Isolasi sosial dapat

status

penurunan rasa

perilaku indikatif

dimanifestasikan

kesehatan

isolasi sosial.

isolasi sosial :

dalam beberapa

ditandai

K.E:

penurunan interaksi

cara.

dengan putus

- Menunjukan

dengan orang lain,

asa,menarik

peningkatan

bermusuhan,menyata

diri.

perasaan harga

-kan perasaan ditolak.

diri
- Berpartisipasi

3.Berikan waktu

Meningkatkan

dalam aktifitas

untuk pasien

perasaan diri

berbicara selama /

bermakna dan

diantara aktivitas

memberikan

perawatan,perlakukan interaksi sosial.


dengan penuh
penghargaan dan
menghormati
perasaan
4.Identifikasi faktor

Jika pasien

pendukung yang

mendapat bantuan

tersedia.

dari orang terdekat,


perasaan kesepian
42

dan ditolak akan


berkurang.
5.Dorong adanya

Membantu

hubungan yang aktif

memantapkan

dengan orang

partisipasi pada

terdekat .

hubungan sosial.

6.Jelaskan

Sarung tangan,baju

prosedur/petunjuk

pengaman,masker

isolasi pada

tidak secara rutin

pasien/orang

diperlukan pada

terdekat .

diagnosa AIDS
kecuali pada waktu
dicurigai adanya
kontak dengan
sekresi/eksresi.

15.Perubahan

Setelah diberikan

1.Kaji status mental

Menetapkan tingkat

proses pikir

tindakan

dan neurologis

fungsional pada

berhubungan

keperawatan

dengan

selama 5x24 jam

penurunan

diharapkan

2.Catat perubahan

Mewaspadakan

fungsi

perubahan proses

dalam

perawat pada

kognitif,

pikir terpantau.

orientasi,respon

perubahan status

perilaku,

K.E:

terhadap rangsang

yang dihubungkan

motorik yang

- Tanda-tanda

,kemampuan untuk

dengan infeksi SSP

menyertai

infeksi SSP

memecahkan

yang makin

ensefalopati

terlaporkan

masalah,ansietas,

buruk,stressor

HIV ditandai

- orientasi dalam

perubahan pola tidur,

lingkungan,tekanan

dengan

realita

halusinasi dan ide

fisiologis,efek

paranoid.

samping terapi obat.

gangguan

waktu penerimaan .

daya
ingat,kebingu
ngan.

Memberikan
3.Pertahankan

rangsangan,
43

lingkungan yang

lingkungan normal

menyenangkan.

akan membantu
dalam
mempertahankan
orientasi realita.
Gejala

4.Pantau adanya

SSPdihubungkan

tanda-tanda infeksi

dengan

SSP : demam,sakit

meningitis/ensefali-

kepala,kaku kuduk

tis diseminata yang


mungkin dapat
menimbulkan
perubahan
kepribadian yang
tidak kelihatan
sampai kekacauan
mental,peka
rangsang,mengantu
k,pingsan,kejang
dan dimensia.
Hubungan yang

5.Dorong orang

biasa sering kali

terdekat untuk

akan berguna dalam

bersosialisasi dan

membantu

berikan reorientasi

mempertahankan

dengan berita

orientasi terutama

aktual,kejadian dalam jika pasien


keluarga

mengalami
halusinasi.

Pilihan tes/
44

6.Kolaborasi

pemeriksaan

pemeriksaan

tergantung

diagnostik dan

manifestasi klinis

berikan obat-obatan

,sesuai dengan

sesuai petunjuk.

perubahan status
mental yang akan
merefleksikan
berbagai faktor
penyebab.Pengguna
an obat dengan
waspada dapat
membantu
mengatasi masalah :
halusinasi.

16..Risiko

Setelah diberian

1.Kaji tingkat

Mengetahui tingkat

cedera

tindakan

kecemasan,

risiko.

berhubungan

keperawatan

kebingungan,

dengan

selama 3x24 jam

diorientasi

penurunan

diharapkan tidak

persepsi

terjadi cedera.

2.Atur lingkungan

Mencegah

sensori

K.E:

untuk memberikan

terjadinya cedera.

- Pasien/keluarga

keamanan ,

tidak melaporkan

singkirkan barang-

adanya trauma

barang yang
membahayakan.
3.Berikan bantuan

Mencegah cedera.

jika diperlukan ketika


pasien melakukan
ambulasi: naik/turun
tempat tidur.
4.Pasang bantalan

Bantalan dan rel

pada bagian kepala

samping tempat
45

dan rel samping

tidur sebagai

tempat tidur

pengaman.

17.Risiko

Setelah diberikan

1.Berikan penjelasan

Meningkatkan

manajemen

tindakan

tentang penyakit dan

pengetahuan pasien.

regimen

keperawatan

pengobatan yang

teraputik tidak

selama 5x24 jam

harus dilakukan.

efektif

diharapkan

berhubungan

manajemen

2.Jelaskan pentingnya tepat waktu

dengan

teraputik efektif.

minum obat tepat

mengurangi risiko

kurangnya

K.E :

waktu dan akibat bila

resisten.

pengetahuan

- Obat diminum

terlambat minum

dan

sesuai aturan dan

obat.

pengobatan

tepat waktu.

seumur hidup.

Minum obat dengan

Memberi dukungan
3.Dorong keluarga

sehingga

untuk mengingatkan

manajemen regimen

jam minum obat bila

efektif.

perlu pakai alarm.


18.Gangguan

Setelah diberikan

1.Dorong pasien

Mengetahui konsep

citra tubuh

tindakan

untuk

diri

berhubungan

keperawatan

mengekspresikan

dengan

selama 7x24 jam

perasaan &

perubahan

diharapkan

pandangan tentang

penampilan

mampu menerima

dirinya

sekunder

keadaannya

akibat

sekarang.

2.Berikan penjelasan

Meningkatkan

penyakit

K.E :

pada pasien, bahwa

kepercayaan diri

kronis

- Klien mau

banyak orang yang

ditandai

bersosialisasi

mengalami sakit yang

dengan

dengan orang lain

sama tapi masih bisa

menarik diri.

bersosialisasi.

46

3.Dorong keluarga

Membantu

untuk membantu

meningkatkan rasa

19.PK

Setelah diberikan

upaya adaptasi.
1.Kaji tanda tanda

percaya diri.
Mengidentifikasi

Anemia

tindakan

anemia

anemia secara dini.

selama 5x24 jam

2.Kolaborasi

Transfusi

diharapkan

pemberian transfusi

membantu

keperawatan

anemia dapat

mengatasi anemia.

diidentifikasi dan
diatasi.
K.E:
- Konjungtiva
merah
- Peningkatan
kadar Hb

4.EVALUASI
Evaluasi yang dilaksanakan pada asuhan keperawatan pasien dengan AIDS mengacu
pada tujuan yang telah dibuat yaitu:
1.Tindakan pencegahan penularan dapat dilakukan.
2. Diare dapat dikontrol
3. Suhu tubuh dalam batas normal.
4. Tidak terjadi infeksi.
5.Kurang volume cairan dapat diatasi.
6.Bersihan jalan nafas membaik.
7.Pola nafas efektif.
8.Perbaikan status nutrisi .
9.Tidak terjadi kerusakan integritas kulit lebih lanjut.
10.Aktifitas ditingkatkan sesuai kemampuan.
11.Pola tidur adekuat.
12.Nyeri berkurang bahkan hilang.
13.Ansites berkurang,koping efektif.

47

14.Peningkatan perasaan harga diri.


15.Tidak terjadi cedera.
16.Manajemen regimen efektif.
17.Orientasi realita dapat dipertahankan.
18.Mampu menerima keadaan diri.
19.Anemia terpantau dan tertanggulangi.

DAFTAR PUSTAKA

48

Capernito.L.J ( 2007) Buku Saku Diangnosa Keperawatan,Edisi 10,Jakarta,ECG


Doenges.M.E ( 1999 )Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3,Jakarta,ECG
Elizabeth.J.Corwin (2000 ) Buku Saku Patofisiologi,Jakarta,ECG
Smelzer S.C ( 2001) Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Jakarta,ECG
Hudak&Gallo( 1996 ),Keperawatan Kritis ,Jakarta,ECG
Dirjen P2M & Penyehatan Lingkungan Depkes R.I (2003) ,Pedoman Nasional
Perawatan,Dukungan dan Pengobatan Bagi ODHA,Jakarta,Depkes R.I
Direktorat

Bina Pelayanan Keperawatan Depkes ( 2006 ),Modul Pelatihan

Keperawatan ,Pencegahan& Dukungan Pada ODHA


Blog Master Keperawatan AIDS

49

You might also like